Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SUBJEKMATERI DAN SISTEMATIKA ILMU FIQH

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ushul fiqh


Dosen pengampu : Dr. khairizzaman, M. Ag

Disusun oleh : kelompok 7


NIOT

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM AR-RANIRY, BANDA ACEH 2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya diakhirat kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dan mata kuliah Filsafat Umum dengan judul “Hukum Waris Perdata”.

Kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan penulis pada khusus-
nya. Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami bapak Zahrul
Fatahillah, S.H.I., M.H. yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.

Banda Aceh, 16 Mei 2023

Halaman 1
PENDAHULUAN
Dalam setiap tulisan ataupun penulisan karya tulis terdapat susunan atau
sistematika yang membuat tulisan terlihat menarik dan mudah dipahami oleh
setiap orang yang membaca tulisan tersebut.Namun jika tulisan tersebut tidak
tersusun secara sistematik maka orang yang membaca akan susah dalam
memahami tulisan atupun stuatu karya tulis tersebut
Pada masa sebelum tabi'in belum ada pembukuan terhadap permasalahan
agama,tidak ada yang menulis buku pada masa itu.Namun dengan
berkembangnya zaman, umatpun semakin jauh dengan masa Rasul dan wilayah
Istampun meluas,maka mulailah terlihat banyak permasalahan agama yang
memerlukan penyelesaian dari para mujtahid.
Maka ada sebagian ulama pada masa itu yang berinisiatif untuk menulis
buku tentang permasalahan agama,namun tidak disusun secara sistematika,hanya
permasalahan yang timbul pada masa itu saja Pembukuan secara sistematis baru
dilakukan pada masa tabi'tabi'in maka di dalam makalah ini, pemakalah akan
membahas mengenai sistematika yang digunakan ulama dalam penulisan buku
Fiqh dan Ushul Fiqh

Halaman 1

PEMBAHASAN
1. Sistematika Fiqh
Objek kajian fiqh ini adalah semua perbuatan mukallaf yang berkaitan
dengan hukum syara'.Dengan kata lain,seorang faqih dalam studinya tentang
seluk belik hukum shalat,puasa,haji,zakat,jual beli,sewa-menyewa,
pemikahan,waris,wakaf,jinayat dan Iukum-hukum lain yang ada hubungannya
dengan tindakan mukalla.Hukum-hukum fiqh mencakup segala aspek kehidupan
manusia.Dan pembahasan mengenai sistematika fiqh antara satu ulama dengan
ulama lain berbeda adapun sistematika antara lain;
Sitematika fiqh Hanafi;fuqaha Hanafi membagi fiqh ke dalam tifa bagian pokok
1. Ibadah:shalat,zakat,puasa,haji,dan jihad
2 Mua'malah:transaksi materi berimbal,perkawinan,perselisishan,amanah,dan
harta peninggalan
3. 'uqubah:qishas,hukuman pencurian,hukuman zina,qadzab,dan mutad.
Pembagian seperti ini tidak berarti melupakan topic thaharah,karena
thaharah itu adalah kunci pembuka sekaligus syarat shalat, jadi secara implisit,ia
sudah termasuk di dalamnya.Fiqh ibadah ini diposisikan pada tingkat yang tinggi
karena itulah tujuan pokok manusia diciptakan.
Mu'amalat dalam mazhab Hanafi meliputi nikah dan penempatannya
sesudah ibadah,dismping yang lain, hal ini dikerenakan dalam nikah itu sendiri
ada sisi ta'abudinya.Dikatakan mu'amalat,ialah karena permikahan itu
mempunyai kaitan dengan harta,yaitu imbalan kehormatan wanita(mahar),ada

ijab dan qabul, dan kesaksian dan ditambah lagi karena ia termasuk di bawah
naungan sistem peradilan Sistematika fiqh menurut Maliki;ulama mutakhir
MazhabMaliki membagi topik-topik pembahasan fiqh ke dalam empat bagian
pokok
1 Ibadah,mencakup satu perempat bagian yang pertama dari fiqh
2 Nikah,serta persoalan-persoalan yang berkaitan dengannya,seperempat bagian
kedua
3. Jual beli,serta persoalan-persoalan yang berkaitan dengannya,seperempat bagian
ketiga
4. Peradilan serta persoalan-soalan yang berkaitan dengannya,seperempat bagian
keempat.
Dalam mazhab Maliki,ada beberapa tambahan selain yang disebutkan
dalam mazhab Hanafi yaitu thaharah,kurban,barang yang boleh dimakan dan
diminum dalam keadaan bebas,sumpah,dan perlombaan Musabaqah ini
dimasukkan ke dalam ibadah dengan melihat kepada hubungannya dengan bab
jihad.Selain itu ada ayat yang menyatakan berlomba-lombalah dalam kebaikan,
dan setiap kebaikan adalah ibadah
Pembahasan nikah menjadi bab tersendiri yang terlepas dari mu'amalah,
yang berbeda dengan mazhab Hanafi Perbedaan ini dengan argument bahwa
perkawinan itu adalati taqarmub yang dianjurkan Selanjutnya bab mu'amalah
dalam mazhab Maliki disebut dengan jual beli, meskipun pembahsannya adalah
topik-topik yang terdapat dalam bab mu'amalah pada mazhab Hanafi Adapun

argument mengapa jual-beli ditempatkan setelah nikah karena jual-beli itu adalah
dua transaksi yang ada kaitannya dengan kelanggengan masyarakat dunia.
Sistematika ini diakhiri dengan peradilan serta persoalan-persoalan yang
berkaitan dengannya termasuk faraidh. Hal ini karena bagian-bagian yang
terdahulu, seperti nikah dan mu'amalah, merupakan bidang interaksi dari anggota-
anggota masyarakat,yang kadang kala menimbulkan beberapa pertakaian dan
penghapusan bagi pertikaian,yaitu mengenai peradilan Sitematika fiqh Syafi'i;
Ulama Syafi'I membagi topik-topik fiqh ke dalam empat bagian pokok:
a) Ibadat
b) Mu'amalat
c) Nikah
d) Jinayat dan al-Mukhsamah
Topik yang pertama dibahas adalah ibadah Kerena,tujuan pertama dari
ilmu fiqh di mana kebahagiaan seseorang di dunia dan diakhirat sangat tergantung
pada terlaksananya ibadat dengan baik atau tidaknya. Mu'amalat menempati
urutan kedua dengan mazhab Maliki Perbedaan ini karena hanya dengan
m'amalat kehidupan manusia dapat berlangsung. Dan juga karena untuk
keberhasilan dunia sebagai factor pokok untuk keberhasilan di hari esok.
Pembahasan nikah di tempatkan sesudah bagian mu'amalat, karena
kebutuhan padannya dibawah kebutuhan pada mu'amalat, karena yang pertama
kali diperlukan manusia dalam mempertahankan hidupnya, dan jika telah mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya maka ia mulai berfikir untuk nikah.

Sistematika ini diakhiri dengan jinayah, karena bahwa apa yang terdahulu

itu adalah sebagai sebab terjadinya pergesekan antara pribadi yang sering kali

menimbulkan penganiayaan satu pihak atas pihak yang lain. Sistematika figh

Hambali; fuqaha Hambali menyusun topik-topik fiqh ke dalam lima bagian pokok: a) Ibadah

b) Mu'amalah

c) Munakahat

d) Jinayat

e) Qadha dan khusumah.

Bab ibadah menempati urutan pertama, yang sama dengan mazhab sebelumnya. Pentingnya
masakah ini karena sesuai dengan tujuan pertama dan terakhir penciptaan makhluk, sesuai
dengan firman Allah Q.S adz-Dzhariat: 56. "dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." Fuqaha Hambali mendahulukan bab
mu'amalat ats bab nikah karena memandang sebagian hal terpenting yang diperlukan manusia
setelah beribadah. Dan urutan selanjutnya adalah munakahat, di mana urutan ini sama dengan
sistematika mazhab Syafi'i. perbedaan mencolok terdapat pada bab jinayah dan bab qadha yang
dibahas secara terpisah, sedangkan dalam tiga mazhab sebelumnya kedua bab ini adalah satu,
yakni bab ahkam al-qadha.

Dapat dipahami bahwa pembagian fiqh menurut mazhab ini, penuh dengan
perhatian/kesungguhan,menempatkan ide-ide pertimbangan mereka yang sesuai dengan masa
dan generasi mereka.

1.1 Objek kajian Ushul Fiqh


Pemikiran jumhur ulama mengenai Pengertian dari ushul fiqh berbeda-

beda dari satu ulama dengan ulama yang lainnya, namun tujuannya tetap sama, adapun ilmu
ushul fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang dalil fiqh secara global, metode penggunaan dalil
tersebut dan keadaan (persyaratan orang yang

menggunakannya. Dari defenisi ushul fiqh di atas, terlihat jelas bahwa yang

menjadi objek kajian ushul fiqh secara garis besarnya ada tiga:

a) Sumber hukum dengan semua seluk beluknya.

b) Metode pendayagunaan sumber hokum batau metode penggalian hokum dari

sumbernya.

c) Persyaratan orang yang berwenang melakukan istinbath dengan semua

permasalahannya.

Menurut Muhammad al-Juhaili merinci kajian ushul fiqh sebagai berikut:


a) Sumber-sumber hukum syara', baik yang disepakati seperti Al-Qur'an dan sunnah, maupun
yang diperselisihkan, sepetrti istihsan dan maslahah mursalah.

b) Pembahasan tentang ijtihad, yakni syarat-syarat dan sifat-sifat orang yang

melakukan ijtihad.

c) Mencari jalan keluar dari dua dali yang bertentangan secara dhahir, ayat dengan ayat tau sunah
dengan sunah; dan lain-lain baik dengan jalan pengomplomian (al- Jam'u' wa at-taufiq),
menguatkan salah satu (tarjih), pengguguran salah satu atau kedua dalil yang bertentangan
(nasakh/tatsaqut ad dalilain);

d) Pembahasan hukum syara' yang meliputi syarat-syarat dan macam-macamnya, baik yang
bersifat tuntutan, larangan, pilihan, ataua keringanan (rukhsah). Juga dibahas tentang hokum,
hakim, mahkum alaih (orang yang dibebani), dan lai-lain;
e) Pembahasan kaidah-kaidah yang akan digunakan dalam mengistinbath hukum dan

cara menggunakannya.

Menurut Abdullah bin Umar al Baidlawi tiga pokok yang menjadi objek kajian

ushul figh:

a) Sumber dan dalil hokum;

b) Metode istinbat;

c) Dan ijtihad.

Secara global muatan kajian ushul fiqh seperti dijelaskan di atas


menggambarkan objek bahasan ushul fiqh dalam berbagai literature dan aliran,

meskipun mungkin terdapat perbedaan tentang sistematika dan jumlah muatan dari masing-
masing bagian tersebut.

2. Sistematika Ushul Figh

2.1 Sumber Hukum Islam

a) Al-Qur'an adalah sumber fiqh yang pertama dan yang paling utama, al-quran adalah
kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang sampai kepada kita dengan
jalan mutawatir.

b) Al-Hadits adalah ucapan, perbuatan, dan kepribadian sebagai pegangan hidup dan kehidupan
bagi umat Islam, yang kedudukannya menempati sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Sebab, Hadis selain memiliki fungsi sebagai peletak hukum, dia juga berfungsi sebagai penjelas
Al-Qur'an, baik berupa penjelas yang global, pengkhusus yang umum, atau pembatas yang
mutlak.
c) Ijtihad adalah aktivitas yang dilakukan oleh seorang fakih untuk memperoleh

hukum tingkat zani, kata faqih berasal dari kata faqaha yang berarti orang yang berbakat fiqh,
bukan berasal dari kata faqayaha yang berarti orang luas ilmu pengetahuan. Pintu ijtihad bagi
orang yang berbakat fiqh terbuka lebar, dengan alas an bahwa hukum-hukum dalam nash
terbatas, sedang kegiatan manusia tidak terbatas, maka mustahil untuk mengembalikan yang
tidak terbatas kepada yang terbatas. Metode ijtihad:

• Ijma', adalah kesepakatan seluruh mujtahid dari kaum muslimin pada sesuatu masa setelah
wafatnya Rasullullah Saw. atas suatu hukum syara' dalam suatu kasus tertentu.

⚫ Qiyas, adalah dalil yang paling subur dalam memecahkan masalah-masalah baru yang belum
ditegaskan dalam nash, tau oleh pembahasan mujtahid terdahulu.
⚫ Istihsan, adalah perpindahan dari suatu hukum yang telah ditetapkan oleh dalil syara' kepada
hukum lain, karena ada dalil syara' yang mengharuskan perpindahan ini sesuai dengan jiwa
syaria'at Islam.

• Al-Maslahah Al-Mursalah

Al-Uruf, adalah sikap perbuatan dan perkataan yang biasa dilakukan oleh

kebanyakan manusia atau oleh manusia seluruhnya.

⚫ Istishab, adalah tetapnya suatu hukum selama tidak ada yang merubahnya. Jadi, hukum yang
telah ditetapkan pada masa yang lalu, terus berlaku sampai ada dalil lain yang merubah hukum
tersebut atau sebaliknya, apa yang tidak ditetapkan

pada masa lalu, terus demikian keadaannya sampai ada dalil yang menetapkan hukumnya.
Syar'u Man Qablana, adalah syari'at yang telah terjadi pada masa Nabi sebelum Muhammad
Saw., kemusian syariat itu masih dipergunakan.

Mazhab Shahabi, adalah pendapat sahabat tetapi keberadaannya diperdebatkan Sebagian ulama
menyatakan, pendapat sahabat bias dijadikan hujjah, jumhur ulama menyatakan bahwa pendapat
sahabat tidak menjadi hujjah.

Sadudzari'ah adalah menutup jalan yang menyampaikan kepada perbuatan haram dan
kemaksiatan. Dzari'ah adalah wasilah yang menyampaikan pada perbuatan

yang halal, maka hukumnya halal, dan yang menyampaikan kepada yang wajib, hukumnya
wajib.

2.2 Hukum
Hukum taklifi adalah firman Allah yang menuntut manusia untuk melakukan atau meninggalkan
sesuatu, atau memilih antara perbuat dan meninggalkan. Adapun

bentuk hukum taklifi menurut jumhur ulama ushul fiqh ada lima macam yaitu: Lijab,Nabh,
Ibahah, Karahah, Tahrim

Wajib

Mandub

• Haram

• Makruh

PENUTUP

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu ushul figh

lahir karena tuntutan kondisi umat Islam yang sepeninggal Rasulullah dan generasi pertama
Islam menghadapi beragam persoalan menyangkut ajaran Islam. Untuk mendalami satu disiplin
ilmu, lebih dulu perlu diketahui apa yang menjadi objek pembahasannya dan sisi mana saja dari
objek bahasan tersebut yang akan dikaji, Demikian halnya untuk mempelajari fiqh dan ushul fiqh
perlu diketahui objek pembahsannya, untuk itulah ulama menyusun buku fiqh dan ushul fiqh

secara sistematis agar orang lebih mudah dalam memahaminya dan tertarik untuk menbacanya.
Daftar Pustaka
Firdaus, Ushul Fiqh Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara

Komprehensip, (Jakarta:Zikrul Hakim, 2004), h. 8.

Hamid Sarong, dk, Fiqh, (Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009), h. 18-21. Syahrul Anwar,
Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh, (Bogor Ghalia Indonesia, 2010), h. 14.

Racmad Syafe I, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 23.

Satria Effendi, ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 11-12. Anwar,
Ilmu Figh &Ushul Fiqh, (Bogor Ghalia Indonesia, 2010), h.84-94

Anwar, Ilmu Fiqh &Ushul Fiqh, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 99-110.

Anda mungkin juga menyukai