Anda di halaman 1dari 26

PENGAPLIKASIAN MANAGEMENT RANTAI PASOK PADA TANDAN

BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DALAM MENINGKATKAN LABA DAN


MENCAPAI TUJUAN PERUSAHAAN PADA PT. CAHAYA
CEMERLANG LESTARI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Manajemen
Rantai Pasok

Oleh:
Nama : Iqbal Amru Mulkialif
NPM :10070217133

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021 M / 1441
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat pesat
dikarenakan beberapa hal. Pertama adalah kebutuhan minyak nabati dunia cukup
besar dan terus meningkat sebagai akibat penambahan jumlah penduduk
maupun tingkat konsumsi per kapita. Kedua, diantara berbagai jenis tanaman
penghasil minyak nabati, kelapa sawit merupakan tanaman dengan potensi
produksi minyak tertinggi. Ketiga, semakin berkembangnya jenis-jenis industri
berbasis kelapa sawit baik oleokimia dan biodiesel
Berkembangnya jenis industri berbasis kelapa sawit sangat berdampak
bagi pesatnya investasi di industri hulu sebagai penyedia bahan baku tandan buah
segar kelapa sawit. Hal ini memberikan dampak sosial dan ekonomi pada
masyarakat di daerah, investasi dari perusahaan yang membangun perkebunan
kelapa sawit berskala besar memberikan lapangan pekerjaan dan dibentuknya
sistem inti plasma kebun kelapa sawit dirasakan mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Untuk itu dituntut peran manajemen
perusahaan untuk dapat memberikan kinerja yang lebih baik. Salah satu peran
manajemen yang dimaksud adalah peran manajemen rantai pasok sebagai
penyedia bahan baku industri hilir.
Beragam industri hilir membutuhkan minyak sawit kasar (crude palm oil,
CPO) sebagai bahan baku. Mutu produk menjadi sangat penting terlebih bagi
industri bahan pangan yang menggunakannya sebagai bahan baku utama. Selain
itu, karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, ditambah lagi sangat
dipengaruhi musim menjadi kendala tersendiri yang membutuhkan perhatian dan
penanganan yang tepat. Tentunya setiap industri selalu menginginkan proses
bisnisnya mampu memenuhi elemen- elemen kepuasan pelanggan, yaitu mutu
sesuai pasar, biaya yang minimum dan pengiriman sesuai jadwal. Masalah
pasokan dan ketersediaan menjadi isu penting dalam peningkatan produktivitas.
Dalam kaitan ini, penjaminan pasokan bahan baku dari kebun ke pabrik dan

1
pasokan produk dari pabrik ke pelabuhan menjadi aspek penting yang patut
diperhatikan.
Manajemen rantai pasok agroindustri menempatkan sistem manajemen
panen-angkut-olah menjadi faktor kunci. Pengelolaannya perlu memperhatikan
aspek biaya dan mutu. Manajemen rantai pasok agroindustri minyak sawit kasar
perlu mempertimbangkan biaya dan mutu sebagai satu kesatuan dalam proses
pengambilan keputusan. Kedua faktor ini penting dianalisis karena operasional
rantai pasok dihadapkan pada tindakan penjaminan mutu dan mencapai skala
ekonomis. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam model adalah pengelolaan
risiko mutu, kebijakan persediaan minyak sawit kasar, panen-angkut-olah dan
transportasi tandan buah segar.
Kinerja rantai pasok ditentukan oleh keputusan-keputusan yang terkait
dengan persediaan, produksi, dan transportasi. Hal inilah yang mendorong peneliti
untuk melakukan analisis tentang bagaimana proses rantai pasokan tandan buah
segar muali dari petani kelapa sawit sampai kepada pabrik pengolahan CPO
(Crude Palm Oil). Dengan melihat permasalahan tersebut perlu dikaji kinerja
rantai pasok tandan buah segar kelapa sawit dalam meningkatkan laba dan
mencapai tujuan perusahaan pada PT. Cahaya Cemerlang Lestari

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi


Penelitian dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian yang
terdapat keterkaiatannya dengan Supply Chain Managemant dan beberapa
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan
kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas
dari topik penelitian yaitu tentang pengembangan sistem informasi management
Rantai pasok.Peranan teknologi informasi dalam penerapan SCM telah menjadi
kebutuhan saat ini. Identifikasi dan analisis dilakukan pada masing-masing proses
bisnis kunci SCM, yang meliputi: manajemen hubungan pelanggan, manajemen
pelayanan pelanggan, manajemen permintaan, pemenuhan pesanan, manajemen
aliran manufaktur, manajemen hubungan pemasok, pengembangan dan
komersialisasi produk, dan manajemen pengembalian (return management).
Peneletian sebelumnya juga membahas Analisis kritik terhadap berbagai
metrik kinerja manajemen rantai pasokan (SCM) yang digunakan oleh perusahaan
manufaktur yang spesifik dengan menggunakan Balanc Scorecard untuk
mengetahui langkah-langkah pelanggan,proses Internal, inovasi dan keuangan,
dari hasil evaluasi kinerja SCS dan hasil survey dihasilkan bahwa SC
menghasilkan banyak link dapat dibedakan hulu, tengah dan hilir perusahaan.
Selain membahas Analitik kritis terhadap berbagai metrik kinerja,
penelitian lain yang dilakukan adalah bagaimana persamaan struktural, dalam
rantai pasokan yang ditemukan memiliki efek yang cukup besar pada kinerja
organisasi. Dengan menggunakan survey empiris bagaimana mempelajari asosiasi
rantai pasok dan kinerja organisasi.
2.2 Pengertian Sistem
Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, pertama
pendekatan yang menekankan pada prosedurnya dan kedua pendekatan yang
menekankan pada komponennya.

3
Pendekatan yang menekankan pada prosedurnya mendefinisikan sistem
sebagai berikut :Bahwa pengertian sistemadalah :“Sistem adalah kumpulan dari
elemen-elemen yang berinteraksiuntukmencapai suatu tujuan tertentu.
Sasaran atau tujuan dalam sistem yaitu untuk menentukan operasi yang
akan dilaksanakan. Selain itu juga mempengaruhi jenis masukan yang dibutuhkan
dan keluaran yang dihasilkan apabila sasaran atau tujuan tersebut telah tercapai.
2.3 Pengertian Informasi
Berdasarkan sistem yang ada tersebut data yang masih mentah diolah dan
akan menghasilkan suatu informasi. Adapun pengertian informasi adalah data
yang diolah menjadi bentuk yang lebih berharga dan berdaya guna lebih berarti
bagi yang menerimanya.
Informasi yang dihasilkan sangat penting dalam proses pengambilan
keputusan dan informasi. Informasi itu sendiri di dapat dari sistem informasi yang
telah diolah. Sistem inforamsi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia
yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai tujuan
yaitu menyajikan informasi.
2.4 Pengertian Sitem Informasi
Sistem informasi dapat didefenisikansebagai berikut : “Sistem Informasi
adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yangmempertemukan kebutuhan
pengolahan transaksi harian, mendukungoperasi, bersifat manajerial dan kegiatan
strategi dari suatu organisasidan menyediakan pihak luar tertentu dan laporan-
laporan yangdiperlukan.
Sistem informasi berdasarkan komponen masih merupakan kotak ajaib,
karena secara fisik komponen hanyalah seperangkat alat. Pemakai atau retailer,
serta perusahaan –perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.
Pada supply chian biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola.
Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir
(downstream). Contoh adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik.
Setelah produk selesai diproduksi, mereka dikirim ke distributor, lalu ke retailer,
kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya dari
hilir ke hulu. Yang ketiga aliran informasi yang bisa terjadi dari dari hulu ke hilir
dan sebaliknya. Informasi tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki

4
oleh supplier juga sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status
pengiriman bahan baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang akan
mengirimkan ataupun yang akan menerima.

Gambar 2. 1 Struktur Rantai pasok yang Disederhanakan

Pada gambar 2.1 memberikan ilustrasi sebuah Supply Chain yang


sederhana. Sebuah supply chain akan memiliki komponen-komponen yang
biasanya disebut channel. Misalnya ada supplier, manufaktur, distribution center,
wholesaler dan retailer. Semua channel tersebut bekerja untuk memenuhi
konsumen akhir. Menyediakan masukan-masukan dan menerima keluaran
penilaian pemakai mengenai system informasi yang bergantung pada keluaran
bagaimana si pemakai melihatnya.
Keluaran suatu sistem informasi dapat dikelompokan kedalam lima jenisyaitu :
1. Dokumen transaksi
2. Laporan yang direncanakan sebelumnya
3. Jawaban atas pertanyaan yang direncanakan sebelumnya
4. Laporan atas pertanyaan yang sifatnya sementara
5. Dialog manusia dan mesin.

2.5 Supply Chain Management (SCM)


Supply chain adalah jaringan perusahaan- perusahaan yang secara
bersama-sama untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan
pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya supplier, pabrik, toko,
distributor

5
Latar Belakang Munculnya Konsep Supply Chain Management(SCM).
Munculnya Supply Chain Management dilatar belakangi oleh praktek tradisional
dalam bisnis serta perubahan lingkungan bisnis.

1. Praktek Tradisional
Produk atau jasa yang kita gunakan adalah hasil dari serangkaian proses
panjang yang melewati beberapa tahap fisik maupun non fisik. Sebuah
produk akan sampai ke tangan pemakai akhir setelah setidaknya melalui
beberapa proses pencarian bahan baku, proses produksi, dan proses distribusi,
atau transportasi. Proses-proses ini melibatkan berbagai pihak yang
berhubungan antara satu dan lainnya.
2. Perubahan Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis senantiasa berubah dan perubahan tersebut semakin
lama semakin cepat. Akselerasi perubahan ini disebabkan berkembangnya
secara faktor –faktor lainnya :
1) Konsumen yang semakin kritis, membutuhkan produk atau jasa yang
semakin berkualitas dengan harga murah dan bisa diperoleh dengan
mudah dan cepat.
2) Infrastruktur telekomunikasi , informasi, transportasi dan perbankan
yang semakin canggih sehingga memungkinkan berkembangnya
model-model baru dalam manajemen aliran material/produk. Muncul
internet misalnya memungkinkan terjadi transaksi-transaksi yang
dikenal dengan Elektronik Commerce (E-Commerce).
3) Kesadaran akan pentingnya aspek sosial dan lingkungan.
Ketiga faktor diatas, ditambah dengan adanya globalisasi dan perubahan
peta ekonomi dunia ke arah meningkatnya kemampuan ekonomi negara-negara
dunia ketiga.

6
2.6 Fungsi Rantai Pasok
Ada dua fungsi rantai pasok, yaitu :
1. Supply chain management (SCM) secara fisik mengkonversi bahan baku
menjadi produk jadi dan menghantarnya ke pemakai akhir. Fungsi pertama
ini berkaitan dengan ongkos-ongkos fisik, yaitu ongkos material, ongkos
penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi dan sebagainya.
2. Supply Chain Management (SCM), sebagai mediasi pasar, yakni
memastikan bahwa apa yang disuplai oleh Supply Chain mencerminkan
aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi kedua berkaitan
dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk, serta biaya- biaya
akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan
oleh rantai Supply Chain.

2.7 Prinsip-prinsip SCM (Supply Chain Management)


Supply chain adalah logistics network (Hanna & Newman, 2001). Dalam
hubungan ini, Indrajit (2002: 99) mengidentifikasi beberapa pelaku utama supply
chain yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan
yang sama, yaitu suppliers, manufacturer, distribution, retail outlets, dan
customers.
Menurut Said (2006:123), prinsip dasar SCM seharusnya meliputi lima
hal, yaitu:
a. Prinsip integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian
SCM berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya
saling ketergantungan.
b. Prinsip jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang
selaras.
c. Prinsip ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen
pemasok yang paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.
d. Prinsip saling tergantung. Setiap elemen dalam SCM menyadari bahwa
untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerjasama yang saling
menguntungkan.

7
e. Prinsip komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan
untuk menjadi ketepatan informasi dan material.

Menurut Miranda (2006:132), supply chain management terdiri atas tiga


elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu :
1. Struktur jaringan supply chain, yaitu jaringan kerja anggota dan
hubungan dengan anggota supply chain lainnya.
2. Proses bisnis supply chain, yaitu aktivitas-aktivitas yang menghasilkan
nilai keluaran tertentu bagi pelanggan.
3. Komponen manajemen supply chain berupa variabel-variabel manajerial
dimana proses bisnis disatukan dan disusun sepanjang supply chain.
Menurut Punjawan (2000:75), ada tiga macam aliran yang harus dikelola
dalam suatu supply chain. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir
(downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari pemasok ke
pabrik untuk diproduksi menjadi produk jadi yang kemudian dikirim ke
distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Kedua, aliran
uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi
yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Hal ini juga diungkapkan
oleh Hau Lee pada Stanford Supply Chain Forum (1999), SCM berhubungan erat
dengan aliran manajemen material, informasi, dan finansial dalam suatu jaringan
yang terdiri dari pemasok, pabrik, distributor dan pelanggan.

2.8 Tujuan dan Kegunaan Supply Chain Management


Berdasarkan definisi Supply Chain Management, mempunyai tujuan
Supply Chain Management menyangkut pertimbanagan mengenai lokasi di setiap
fasilitas yang memiliki dampak terhadap aktifitas dan biaya dalam rangka
memproduksi produk yang diinginkan pelanggan dari supplier dari pabrik hingga
disimpan digudang dan pendistribusinya ke sentra penjualan.Mencapai efisiensi
aktivitas dan biaya seluruh sistem , total biaya sistem dari transportasi hingga
distribusi persediaan bahan baku, proses kerja dan barang jadi.
Adapun kegunaan menerapkan Supply Chain Management (SCM)
menurut Indrajit dan dan Djokopranoto adalah :

8
1. Mengurangi inventory barang dengan berbagai cara :
Inventory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang
berkisar antara 30-40 %, sedangkan biaya penyimpan barang berkisar
antara 20-30 % dari nilai barang yang disimpan.
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang Rangkaian perjalanan dari bahan
baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai/pelanggan
merupakan suatu mata rantai yang panjang(chain) yang perlu dikelola
dengan baik.
3. Menjamin mutu.
Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang
harus dikelola dengan baik karena barang jadi ditentukan tidak hanya oleh
proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya
dan mutu keamanan dalam pengiriman.

9
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Pengumpulan Data


Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa seminggu
sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai
sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi terjadi hanya
dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Perusahaan akan
kehilangan 27% dari potensi produksinya.
Proses pengolahan tandan buah segar menjadi CPO yang diamati dimulai
dari penerimaan TBS dari kebun kemudian masuk kepada sortasi, selanjutnya
proses milling, sampai kepada penyimpanan CPO ke dalam tanki penimbunan di
PT. CCL. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di PT. Cahaya
Cemerlang Lestari adalah kelapa sawit (Elaesis Quinensis Jacq). Kelapa sawit ini
adalah salah satu dari beberapa golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak
CPO. Menurut Fauzi dkk (2008) menjelaskan ada beberapa varietas tanaman
kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal
tempurung dan daging buah atau berdasarkan warna kulit buah.
Tabel 3. 1 Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Varietas Warna Buah Muda Warna Buah Masak
Nigrescens Ungu Kehitam- hitaman Jingga kehitam- hitaman
Jingga kemerahan, tetapi ujung buah
Virescens Hijau
tetap hijau
Kekuning-kuningan dan ujungnya
Albescens Keputih-putihan
ungu kehitaman

Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit akan mempengaruhi


kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas minyak kelapa sawit diukur
berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Secara kualitas, produksi dianggap
optimal apabila mencapai rendemen minyak yang tinggi. Hal tersebut dapat
diperoleh dari kematangan tandan buah segar yang optimal dan proses ektraksi
minyak di pabrik kelapa sawit.

10
Tabel 3. 2 Rendemen dan FFA hasil ekstraksi sampel buah
Kondisi Buah Rendemen FFA
Mentah 14 – 17 1.90%
Mengkal 17 – 22 2.50%
Masak 22 – 30 3.30%
Lewat Masak 22 – 30 4.00%
Restan/Inap 19 – 22 >8.00%
Busuk 17 – 20 >12.0%

Panen merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon


hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan ini merupakan sumber pendapatan
perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit.
Penentuan kriteria matang panen sangat penting dilakukan, agar pemanen
memotong tandan buah segar yang tepat. Secara teori, tandan yang ideal untuk
dipanen ialah pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging buah dan
kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin.
Guna memastikan diperolehnya produksi maksimum dengan mutu minyak
yang baik, maka aturan panen yang harus dipatuhi dengan ketat oleh petani
plasma binaan PT. Cahaya Cemerlang Lestari sebagai berikut :
a. Buah mentah dilarang keras dipanen, selain kandungan minyak yan
rendah, memanen buah mentah akan merusak pohon kelapa sawit itu
sendiri.
b. Semua tandan buah segar harus tuntas dipanen. Apabila terdapat tandan
matang yang tidak dipanen, maka dirotasi selanjutnya tandan akan habis
membrondol dipohon dan menyebabkan naiknya kandungan FFA.
c. Rotasi panen harus kurang dari 12 hari.
d. Brondolan wajib dikutip dari piringan pokok pohon.
e. Tangkai panjang harus dipangkas pendek hingga <2,5 cm.
f. Sampah dan pasir harus dibersihkan sebelum dikirim kepabrik.
g. Tandan buah matang harus mempunyai sedikitnya dua brondolan
dipiringan sebagai buah tersebut siap dipanen.

11
h. Tandan buah segar dibrondolan disusun rapi di TPH (tempat pemungutan
hasil) untuk pengangkutan kepabrik.
i. Kecepatan angkut kepabrik harus kurang dari 24 jam sejak panen.
j. Pelepah yang ditunas dipotong dan disusun rapi pada gawang.
Tabel 3. 3 Kategori Tandan Buah Segar Direktur Jenderal Perkebunan
Dan direvisi untuk internal PT. Cahaya Cemerlang Lestari
Kategori Deskripsi
Tandan hitam dan atau tidak
Fraksi (00) mentah
memberondol
Buah yang memberondol dari tandan <5 berondol
Fraksi (0) mengkal
saat diinspeksi dipiringan
Buah yang memberondol dari tandan >5 berondol
Fraksi 1 masak
saat diinspeksi dipiringan
Panjang tangkai tandan tidak lebih dari 2.5 cm
Fraksi gagang panjang
diukur dari sisi tertinggi tandan
Tandan kosong lebih dari 95% memberondol dari
Kategori 6
buah terluar.
Sumber: PT. Cahaya Cemerlang Lestari
Aturan pada Tabel 3.3 diperuntukkan aturan panen diareal, karena jumlah
berondolan lepas yang dimaksud adalah jumlah berondolan yang lepas dipohon,
berbeda dengan perlakuan penerimaan tandan buah segar di pabrik.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana menggunakan data
yang telah terlebih dahulu dikuantifikasikan atau diangkakan melalui analisa
statistik. Data kuantitatif yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari
arsip perusahaan yang dihitung per tahun. Data tersebut diantaranya sebagai
berikut ini.
1. Data ongkos dan biaya pengangkutan tandan buah segar, pengolahan CPO
dan transportasi
2. Data waktu yang diperlukan untuk pengangkutan pasokan bahan baku
tandan buah segar dan pengangkutan CPO ke pelabuhan
3. Data kapasitas pasokan penerimaan tandan buah segar dan produksi CPO
4. Data produktivitas produksi tandan buah segar dan CPO per tahunnya

12
5. Data utilisasi (masa pakai) mesin produksi, kendaraan angkut, dan sarana
prasarana lainnya.

3.2 Pengolahan Data


3.2.2 Proses Penerimaan Tandan Buah Segar
Pengangkutan tandan buah segar bertujuan mengirim tandan buah segar
dan berondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-
hati dan menjaga jadwal pengiriman tandan buah segar secara tepat, sehingga
minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit bekerja secara
optimal. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling
mempengaruhi. Efesiensi pengangkutan tandan buah segar akan tercapai apabila
unit angkutan memuat tandan buah segar secara maksimal dengan waktu
seefisiien mungkin. Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan pengangkutan.
Pada musim hujan, jalan areal kebun mengalami kerusakan karena jalan terbuat
dari tanah, sehingga menyebabkan banyak truk pengangkut terpuruk yang
mngakibatkan buah restan.
Selain tersedianya fasilitas jalan yang memadai, tentunya faktor armada
angkutan menjadi begitu penting juga. Jumlah armada angkutan yang memadai
begitu penting agar tidak ada tandan buah segar yang tidak terangkut. Komunikasi
antara manager kebun/estate dengan manager pabrik sangat penting untuk
kelancaran operasional kebun maupun pabrik. Manajemen harus mengantisipasi
dan merencanakan :
a. Periode panen puncak (misalnya selama periode lembab dan hangat)
b. Areal yang baru mencapai TN (bahan tanaman baru umumnya mulai
berproduksi lebih awal dengan jumlah buah yang lebih tinggi dibanding
bahan tanaman yang lama)
c. Kemungkinan penundaan panen (misalnya akibat hujan yang berlebihan
atau jalan yang berlumpur)
d. Penundaan pengolahan di pabrik, misalnya selama pemeliharaan rutin
pabrik yang telah direncanakan
e. Penurunan harga jual kelapa sawit yan signifikan

13
Beberapa penyebab terjadinya penumpukkan/penimbunan buah di
loading ramp antara lain :
1. Panen puncak, sehingga volume buah melebihi dari biasanya
menyebabkan tidak terolah.
2. Kondisi ramp/hopper telah penuh terisi buah, lorry penuh.
3. Pabrik mengalami kerusakan (emergency down time)
4. Faktor manusia (operator), Humam Error, malas dalam melaksanakan
tugas yang diberikan.
Tandan buah segar yang di terima PT. CCL didapatkan dari dua saluran
pasokan, yaitu kebun sendiri dan supplier diluar kebun, biasanya hasil panen
kebun warga disekitar pabrik. Jumlah pasokan buah segar kelapa sawit
sebagian besar merupakan hasil panen petani di sekitar wilayah Sungai Lilin
yang menyumbang lebih dari 90% pasokan tandan buah segar di PT. CCL.
Berikut ini jumlah pasokan tandan buah segar berdasarkan kondisi aktual dan
perencanaan budget.
Kinerja rantai pasok penerimaan Tandan Buah Segar ditunjukkan dalam
grafik pada gambar 3.4.

Gambar 3. 1 Kinerja Rantai Pasokan Penerimaan TBS PT. CCL Tahun 2019

14
3.2.3 Proses Sortasi dan Perebusan Buah
Sistem perebusan di PT. Cahaya Cemerlang Lestari dibagi menjadi tiga
sistem perebusan, yaitu :
a. Sistem perebusan satu puncak (single peak), digunakan untuk merebus
buah dengan kualitas buah yang busuk. Dengan sistem ini diharapkan
losses minyak di condensate tidak tinggi dan hasil perebusan tidak terlalu
masak.
b. Sistem perebusan dua puncak (double peak), digunakan untuk merebus
buah dengan kualitas buah yang terlalu masak (over ripe).
c. Sisten perebusan tiga puncak (triple peak), digunakan untuk merebu buah
dengan kualitas buah normal. Penggunaan sistem peak/perebusan yang
salah atau waktu perebusan
Fungsi utama rebusan yaitu melepaskan brondolan dari janjangnya
(bunchstalk) dengan manfaat yaitu :
a. Me-non-aktifkan enzim-enzim lifase yang dapat menyebabkan kenaikan
FFA.
b. Melunakkan brondolan untuk memudahkan pelepasan/pemisahan daging
buah dari Nut di digester.
c. Memudahkan proses pemisahan molekul-molekul minyak dari daging
buah dan mempercepat proses pemurnian minyak.
d. Mengurangi kadar air biji sawit (Nut) sampai <20% sehingga
meningkatkan efisiensi pemecahan biji sawit (Nut).
Kinerja proses sortasi dan perebusan secara jelas dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3. 2 Kinerja Tahap Sortasi dan Perebusan Tahun 2019

15
3.2.4 Proses Produksi CPO
Setelah proses sortasi dan perebusan dilakukan selanjutnya buah yang
ada akan dimasukkan ke tahapan selanjutnya yaitu milling processing
atau pengolahan buah menjadi minyak sawit kasar atau yang lebih dikenal
dengan sebutan CPO (Crude Palm Oil). Hasil pengamatan terhadap produksi
CPO yang dihasilkan dapat ditampilkan seperti pada grafik berikut ini
Secara jelas kinerja produksi CPO akan ditunjukan melalui gambar berikut
ini

Gambar 3. 3 Kinerja Produksi CPO Tahun 2019

 Kinerja Extration Rates Produksi CPO


Hasil kinerja extraction rates produksi CPo dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :

Gambar 3. 4 Kinerja Extration Rates Produksi CPO Tahun 2019

 Kinerja Total Losses/FFB (Fresh Fruit Bunches)


Penilaian kinerja rantai pasokan berikutnya adalah melakukan identifikasi
jumlah kehilangan bobot minyak sawit kasar yang dihasilan untuk setiap Kg buah

16
yang diolah. Dalam hal ini PT. CCL menetapkan target total Losses/FFB sebesar
1,35%. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3. 5 Kinerja Total Losses/FFB Produksi CPO Tahun 2019

 Kinerja Mill Utilisation (Utilitas Mesin)


Proses pengolahan tanda buah segar menjadi CPO atau minyak sawit kasar
membeutuhkan peran dari mesi-mesin produksi. Biaya investasi mesin produksi
dapat dikatakan sangat besar, oleh sebab itu utilitas atau kegunaan mesin akan
sangat menjadi penentu dalam mendapatkan manfaat produksi yang akhirnya
berpengaruh kepada laba sebuah perusahaan. Hasil pengamatan tentang
bagaimana utilitas mesin produksi di PT. Cahaya Cemerlang Lestari adalah
sebagai berikut

Gambar 3. 6 Kinerja Mill Utilisation Produksi CPO Tahun 2019 (%)

 Kinerja Kualitas Produksi CPO


Kualitas hasil produksi CPO menjadi salah satu penilaian yang di amati
dalam penelitian di ukuran keberhasilan kerja rantai pasok ini. Kualitas hasil

17
produksi merupakan suatu pabrik dalam memproduksi barang yang mampu
memiliki daya saing kompetitif.
Nilai FFA dalam CPO tidak lebih dari 5%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi FFA adalah
1. Tingkat kemata gan buah sawit
2. Memperpanjang penanganan buah dari waktu panen hingga waktu proses
3. Keterlambatan tau penundaan antara panen dan proses
Berikut hasil pengamatan persentase FFA di PT. CCL

Gambar 3. 7 Kinerja Persentase FFA Produksi CPO Tahun 2019

 Kinerja Ongkos Produksi


Ongkos produksi merupakan salah satu factor penting dalam pengukuran
kinerja rantai pasok TBS menjadi CPO di PT. Cahaya Cemerlang Lestari.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam menekan biaya produksi akan sangat
berpengaruh kepada laba yanga akan didapatkan. Perhitungan ongkos yang
akan ditampilkan dalam hasil penelitian ini adalah ongkos produksi per Kg TBS
menjadi CPO yang akan diperlihatkan pada Gambar berikut ini

18
Gambar 3. 8 OngkosProduksi CPO Tahun 2019

kinerja ongkos produksi CPO dapat dilihat pada Grafik berikut ini

Gambar 3. 9 Kinerja OngkosProduksi CPO Tahun 2019


Dilihat dari grafik dapat disimpulkan bahwa kinerja ongkos produksi CPO
di PT CCL sangat buruk karena hampir disetiap bulan melewati target budget
yang ditetapkan, dimana pada bulan Februari dan Juli sampai Desember ongkos
produksi lebih besar dari 100% budget.

19
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Kinerja Rantai Pasok Tandan Buah Segar


Kinerja rantai pasok tandan buah segar pada bulan Januari hingga bulan
Desember terdapat beberapa proses dan tahapan, setelah dilakukannya pengolahan
didapati hasil sebagai berikut :
Aktivitas penerimaan tandan buah segar pada bulan Januari hingga bulan
Desember didapati bahwa pencapaian target penerimaan TBS, atau kinerja
penerimaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan hanya terjadi pada bulan
Januari dan Maret 2019. Sedangkan pada bulan Januari sebesar 122,9% dan untuk
10 bulan yang lain di tahun 2019 tidak ada yang melebihi target budget yang
ditetapkan perusahaan.

4.2 Analisis Sortas dan Perebusan Buah


Aktivitas sortasi dan perebusan pada bulan januari hinggan bulan
Desember di PT. CCL tahun 2019 didapati nilai cukup baik dimana jumlah netto
buah siap olah mencapai lebih dari 90%, artinya kehilangan bobot buah hanya
terjadi tidak lebih dari 10%. Hal ini sesuai dengan target budget anggaran yang
ditetapkan pada saat penerimaan TBS dari supplier, dimana berat timbangan
yang diterima perusahaan akan dikurangi taksiran kehilangan bobot buah
sebesar 10%. Kehilangan bobot buah biasanya terjadi karena banyak hal, seperti
hilangnya kadar air akibat penguapan atau pun akibat proses sortasi karena ukuran
buah tidak lolos standar perusahaan.

4.3 Analisa Proses Produksi CPO


Hasil proses produksi CPO dengan beberapa tahapan didapati bahwa :
 Aktivitas produksi CPO perusahaan mampu memberikan kinerja produksi
yang melebihi target perencanaan pada bulan Januari dan Maret 2019
dengan menghasilkan produksi pertarget sebesar 123,82% dan 116,59%.
Pencapaian target produksi CPO terendah terjadi pada bulan Juni yang
hanya mencapai 66,37%.

20
 Proses pengolahan buah menjadi minyak sawit kasar atau CPO tentunya
meneybabkan tejadinya penurunan bobot hasil produksi, hal ini dikenal
dengan istilah extraction rates. PT. Cahaya Cemerlang Lestari
mentargetkan jumlah extraction rates hanya boleh mencapai 21%, atau
tidak boleh melebihi angka tersebut.
 Hasil pengamatan pada grafik diatas menunjukkan bahwa kinerja total
losses/FFB produksi CPO di PT. CCL dapat disimpulkan cukup baik,
tercatat nilai ambang kehilangan bobot minyak sawit kasar per Kg buah
sawit selalu dibawah ambang batas yang ditetapkan perusahaan, yaitu
1,35. Namun, pada bulan Oktober sampai Desember 2013 terjadi
kenaikan nilai ambang diatas nilai yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu
mencapai 1,45-1,54.
 Kinerja utilitas mesin produksi menunjukkan adanya peningkatan kinerja,
dimana pada awal tahun 2019 yaitu pada bulan Januari- Mei nilai utilitas
mesin berkisar antara 76,03-79,76%. Selanjutnya terjadi peningkatan
utilitas mesin produksi memasuki bulan Agustus sampai Desember dengan
nilai utilitas mesin sebesar 86-90%. Namun terjadi penurunan cukup
signifikan pada bulan Mei ke Juni antara 76,03% turun menjadi 60,85%.
 Kualitas CPO dapat dilihat berdasarkan persentase kandungan FFA (Free
Fatty Acid). FFA atau Free Fatty Acid adalah group dari asam organik
yang terdapat dalam min dalam minyak sawit, sebagian besar palmitat,
stearat dan ak sawit. FFA di liat.Kandungan palmitat lebih banyak didalam
minyak sawit sehingga berat molekulnya digunakan dalam perhitungan.
FFA terbentuk akibat adanya melalui reaksi hidrolisa.
Ada 2 dasar (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gloserol hidrolisis katalis
didalam minyak sawit. Pertama hidrolisis enzimatik.Lemak aktif
memecahkan enzim, sebagian besar lipoid yang ada didalam buah
sawit.Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA mesocarp buah sawit pecah
atau memar.Kedua hidrolisis dipercepat bila katalis secara spontan.Reaksi
ini dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah sawit dan
telah berkembang yang berhubungan dengan suhu dan waktu. Free fatty
scid (asam lemak bebas) dalam minyak produksi adalah untuk menilai

21
kadar asam lemak bebas dalam minyak dengan melarutkan lemak tersebut
dalam pelarut organik yang sesuai dan menetralisasi larutan tersebut
dengan alkali dengan menggunakan n indikator phenolpthalein.
Kinerja persentase FFA CPO hasil produksi PT. Cahaya Cemerlang
Lestari sangatlah baik.Nilai %FFA tercatat selalu dibawah ambang
batas yang ditentukan oleh perusahaan yaitu dibawah 5%. Namun pada
bulan Februari nilai % FFA mengalami peningkatan melebihi ambang
batas yaitu mencapai 5,02%.
 Ongkos produksi CPO dari TBS di PT. CCL masih banyak yang melebihi
target yang ditetapkan perusahaan. Tercatat pada bulan Februari, Juni,
Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember dan Desember nilai
ongkos produksi per Kg buat lebih besar dari target yang ditetapkan
perusahaan pada setiap bulannya. Namun pada bulan Januari, Maret, April
dan Mei perusahaan mampu memproduksi CPO dengan biaya dibawah
biaya produksi yang ditetapkan.
Nilai kinerja dibawah 100% menunjukkan bahwa ongkos produksi yang
dikeluarkan pada bulan tersebut dibawah ambang batas yang ditetapkan
perusahaan, sedangkan nilai diatas 100% menunjukkan kinerja yang
kurang baik dimana ongkos produksi lebih mahal dibandingkan ambang
batas yang ditetapkan perusahaan. Dilihat dari grafik dapat disimpulkan
bahwa kinerja ongkos produksi CPO di PT CCL sangat buruk karena
hampir disetiap bulan melewati target budget yang ditetapkan, dimana
pada bulan Februari dan Juli sampai Desember ongkos produksi lebih
besar dari 100% budget.

22
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka hasil penelitian


dapat disimpulkan sebagai berikut ini
1. Aktivitas penerimaan Tandan Buah Segar dari kebun kurang baik, dimana
dari 12 bulan penerimaan TBS, hanya dua bulan yang mampu mencapai
target budget yang ditetapkan yaitu pada bulan Januari dan Maret 2019,
sedangkan kinerja terburuk terjadi pada bulan Juni, Juli dan Desember 2019
dimana kinerja aktivitas penerimaan TBS dibawah 80%.
2. Kinerja aktivitas sortasi dan perebusan TBS disimpulkan sangat baik, dimana
capaian kinerja mencapai rat-rata diatas 95% selama tahun 2019, hal ini
menunjukkan bahwa bobot TBS yang terbuang hanya mencapai 5% jauh
dibawah yang ditargetkan perusahaan yanitu sebesar 10%.
3. Kinerja aktivitas produksi CPO disimpulkan cukup baik dilihat dari capaian
target yang rata-rata diatas 80%, namun masih terdapat catatan untuk
produksi dibulan Juni, Juli dan Desember 2019 yang capaian kinerja produksi
masih dibawah 70%.
4. Kinerja kualitas produksi CPO yang dihasilkan dapat disimpulkan sangat baik
dilihat dari aspek Extraction Rates, Total Losses/FFB dan persentase FFA
yang mampu mencapai target bulanan dengan baik.
5. Uptime mesin dan biaya produksi masih kurang baik, karena tidak memenuhi
target perusahaan yaitu 80% output pada bulan Januari sampai Juli,
sedangkan biaya produksi melewati target anggaran hampir setiap bulan yaitu
pada bulan Februari dan Juli sampai Juli. Desember, biaya produksi lebih
tinggi dari 100% anggaran.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bolstorff, P. 2003. “Measuring the Impact of Supply Chain Performance”. Chief


Logistics Officer Ed.12/2003. http://www.logisticstoday.com.
Bolstorff, P. and R. Rosenbaum. 2003. Supply Chain Excellence: A
Handbook for Dramatic Improvement Using The SCOR Model.
AMACOM, New York.
Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya
Hanna, M.D. and W. R. Newman. 2001. Operations Management: An Integrated
Approach. Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Harahap, Sofyan Syafri . 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Heizer, J. dan B. Render. 2005. Manajemen Operasi (Terjemahan Edisi Tujuh).
Salemba Empat, Jakarta.
Hertz, Harry S. 2007. Malcolm Baldrige Criteria for Performance
Excellence 2007. IQAF: Jakarta.
Indrajit, R.E. dan R. Djokopranoto. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT
Grasindo, Jakarta.
Irawan, Agustinus. 2008. Manajemen Rantai Pasokan. Untar Press. Jakarta
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis
Kelapa Sawit. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press
Miranda dan Amin W.T. 2006. Manajemen Logistik dan Supply Chain
Management. Harvarindo, Jakarta.
Mulyadi. 2001. Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk
Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba
Nahmias, S. 2005. Production and Operations Analysis (Fifth Edition).
McGraw Hill, New York.
Pujawan, I. N. 2005. Supply Chain Management. Gunawidya, Surabaya.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius
Said, A.I., dkk. 2006. Produktivitas dan Efisiensi dengan Supply Chain
Management. Penerbit PPM, Jakarta.

24
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Yuwono, dkk. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Universitas
Erlangga

25

Anda mungkin juga menyukai