Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ULANGAN TENGAH SEMESTER

RANGKUMAN JURNAL TENTANG PENANGKAPAN,


BUDIDAYA, DAN PENGELOLAAN IKAN

PENGANTAR ILMU PERIKANAN

Nama : Nur Vian Fani Aji


NIM : 221280000195

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2022
Penangkapan ikan

1
Judul Jurnal : Kajian Musim Penangkapan Ikan Tuna dengan Alat Tangkap Hand Line di Laut
Maluku
Nama Jurnal : Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap
Volume : Vol.1 No.1
Tahun Terbit : Juni 2012
Penulis : Christian J. Lintang, Ivor L. Labaro, dan Aglius T.R. Telleng
Abstraksi : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola musim penangkapan ikan tuna di
perairan Laut Maluku, berdasarkan hasil tangkapan tuna hand line.
Pendahuluan : Indonesia mempunyai sumberdaya ikan yang berpotensi dari segi jumlah dan
jenisnya. Salah satu sumber hayati laut di Indonesia adalah perikanan tuna yang memiliki nilai
ekonomis cukup tinggi sehingga tuna dapat dijadikan salah satu andalan ekspor non migas dari
sektor perikanan.
Metode Penelitian : Analisa data yang digunakan adalah menggunakan Metode Presentasi Rata-
rata (the Average Percentage Methodes) yang didasarkan pada Analisis Runtun Waktu (Time
Series Analysis) (Spiegel M.R, 1961 dalam Kekenusa, 2006).
Hasil dan Pembahasan : Armada kapal tuna hand line yang beroperasi di perairan Laut Maluku
dan berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudra Bitung memiliki ukuran, jenis bahan serta
konstruksi yang beragam. Ukuran kapal antara 2 GT (Gross Tonnage) sampai 30 GT. Selain ikan
tuna yang menjadi sasaran utama penangkapan dengan alat tangkap tuna hand line, tertangkap
juga jenis ikan lain sebagai hasil tangkapan sampingan seperti layaran (Xiphias sp.), tenggiri
(Scomberomarus), cakalang (Katsuwonus pelamis) dan lain-lain.

Kesimpulan :
(1) Usaha penangkapan ikan tuna dengan alat tangkap tuna hand line di Laut Maluku dilakukan
sepanjang tahun.
(2) Musim ikan tuna terjadi pada bulan Januari sampai Mei serta bulan November dan
Desember.
(3) Bulan Juni sampai Oktober bukan musim ikan tuna.

2
Judul Jurnal : Penggunaan Alat Tangkap Bubu Lipat Terhadap Potensi Hasil Tangkapan
Rajungan Portunus pelagicus di Teluk Hurun, Kabupaten Pesawaran
Nama Jurnal : Perikanan Terapan
Volume : 1
Tahun Terbit : November 2021
Penulis : Aprilia Syah Putri dan Rahmadi Aziz
Abstraksi : Pemanfaatan sumberdaya perairan di teluk Hurun saat ini masih sangat potensial.
Salah satu pemanfaatan sumberdaya perairan yaitu optimalisasi alat tangkap bubu lipat yang
ekonomis dan ramah lingkungan.
Pendahuluan : Bubu merupakan jenis alat tangkap ikan atau rajungan yang dioperasikan di
dasar perairan. Secara umum bubu dapat digolongkan sebagai alat tangkap yang berbentuk
seperti kurungan atau berupa ruangan tertutup dimana ikan atau rajungan tidak dapat keluar lagi.
Metode Penelitian : Alat yang digunakan yaitu bubu lipat (collapsible pot) yang berukuran
50x25x25 cm sebanyak 10 unit, tali tambang, timbangan digital, serta perlengkapan
penangkapan lainnya. Kegiatan penangkapan rajungan dengan bubu dilakukan selama 30 hari.
Persiapan Alat Tangkap Bubu : Bubu lipat yang digunakan berukuran 50x25x25 cm sebanyak
10 unit. Sebelum digunakan, bubu diperiksa kelayakannya seperti ada tidaknya rangka besi yang
rusak dan pintu masuk untuk rajungan. Selain itu pembersihan bubu perlu dilakukan untuk
menjaga bubu tetap berfungsi dengan baik.
Umpan : Umpan yang digunakan untuk alat tangkap bubu lipat adalah umpan mati yaitu ikan
segar.
Lokasi Pemasangan Bubu : Lokasi pemasangan bubu diletakan diperairan teluk Hurun dengan
kedalaman sekitar 5 meter sampai 10 meter. Pemilihan lokasi pemasangan bubu dilakukan
dilokasi yang dekat dengan terumbu karang dan daerah tanaman mangrove. Pemasangan bubu
disebar pada 10 titik lokasi. Setiap titik lokasi dipasang satu bubu lipat.
Produktivitas Alat Tangkap Bubu : Pengambilan bubu dilakukan selang 24 jam pasca
diletakkan di dasar perairan.
Kualitas Air : Parameter kualitas air yang diukur dalam kegiatan penangkapan rajungan adalah
salinitas, suhu, pH, dan kecepatan arus. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari selama
kegiatan.
Hasil dan Pembahasan : Hasil tangkapan total selama kegiatan mengunakan alat tangkap bubu
di perairan teluk Hurun sebesar 105,80 kg. Untuk hasil tangkapan yang masuk ketegori market
size yaitu sebesar 88,98 kg. Sedangkan hasil tangkapan under size sebesar 16,82 kg. Rajungan
kategori market size atau ukuran lebih dari 60 gram merupakan rajungan yang diperbolehkan
untuk diperjualbelikan dan layak untuk dikonsumsi (Permen-KP No 56, 2016). Hasil tangkapan
under size atau kurang dari 60 gram diwajibkan untuk dikembalikan ke alam atau habitat semula.
Dengan adanya peraturan ini, diharapkan ketersediaan rajungan yang ada di alam terutama di
teluk Hurun dapat lestari dan berkelanjutan.
Kesimpulan : Optimalisasi alat tangkap bubu untuk menangkap rajungan di teluk Hurun
menghasilkan tangkapan yang cukup baik. Hasil rajungan yang didapat dari alat bubu sebanyak
105,80 kg dengan kategori market size sebesar 88,98 kg dan 16,82 kg untuk under size. Jumlah
rajungan yang diperolah hasil tangkapan bubu yaitu 916 ekor (market size) dan 358 ekor (under
size).

3
Judul Jurnal : Analisis Alat Penangkap Ikan Berdasarkan Kode Etik Tatalaksana
Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Dumai
Nama Jurnal : Jurnal Perikanan dan Kelautan
Volume : Vol.9 No.2
Tahun Terbit : Desember 2019
Penulis : Tyas Dita Pramesthy dan Ratu Sari Mardiah
Abstraksi : Pengembangan perikanan tangkap berbasis CCRF dapat dilakukan untuk
memanfaatkan potensi perikanan tangkap secara optimal. Alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan di Kota Dumai antara lain: Jaring insang, sondong, dan rawai hanyut.
Pendahuluan : Sumber daya perikanan merupakan sumber daya yang rentan akan kepunahan
akibat kegiatan pemanfaatan ataupun penangkapan. Indonesia sebagai salah satu Negara anggota
FAO juga harus menerapkan kode etik yang terdapat dalam dokumen CCRF dalam mengelola
sumber daya perikanan. Kota Dumai merupakan salah satu wilayah pesisir yang terletak di
Provinsi Riau. Beberapa penduduk kota tersebut berprofesi sebagai nelayan.
Metode Penelitian : Penelitian dilakukan pada Bulan Maret s.d Mei 2019 bertempat di Kota
Dumai. Penelitian dilakukan dibeberapa kelurahan yang mayoritas warganya bekerja sebagai
nelayan. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada nelayan dengan
mengacu kepada kuesioner yang telah dibuat. Wawancara dilakukan kepada nelayan dengan
jumlah yang sama untuk setiap alat tangkap. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan bias
dalam olah data persentase. Metode analisis CCRF menggunakan kuesioner yang sesuai dengan
kriteria pembobotan alat tangkap ramah lingkungan berdasarkan Departemen Kelautan dan
Perikanan tahun 2006.
Hasil Penelitian : Analisis alat tangkap berdasarkan CCRF dilakukan pada 3 alat tangkap, yaitu
sondong, jaring insang, dan rawai. Penelitian dilakukan kepada responden yang bekerja sebagai
nelayan. alat tangkap rawai dan jaring insang memiliki tingkat selektivitas yang baik sedangkan
sondong dinilai dapat merusak habitat. Alat tangkap sondong, rawai, dan jaring insang
dioperasikan secara manual tanpa alat bantu. Trip melaut dari nelayan di Kota Dumai dengan
alat tangkap rawai, jaring insang, dan sondong rata-rata 5 hari/trip. Berdasarkan penelitian dapat
diketahui bahwa produk atau hasil tangkapan dari rawai, jaring insang, dan sondong tidak
membahayakan bagi konsumen atau aman dikonsumsi
Kesimpulan : Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Kota Dumai yang dapat dijadikan
rekomendasi alat tangkap berbasis CCRF yaitu jaring insang dan rawai hanyut. Hal tersebut
dikarenakan alat tangkap tersebut memenuhi 9 kriteria alat tangkap ramah lingkungan. Berbeda
dengan jaring insang dan rawai, alat tangkap sondong tidak termasuk alat tangkap yang
memenuhi 9 kriteria alat tangkap ramah lingkungan, karena cara pengoperasian sondong yang
menyapu dasar perairan serta ukuran mata jaring yang kecil.

Budidaya
1
Judul Jurnal : Budidaya Ikan Hias sebagai Pendukung Pembangunan Nasional Perikanan di
Indonesia
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone
Volume : Vol.5 No.2
Tahun Terbit : 2010
Penulis : Eni Kusrini
Abstrak : Indonesia diharapkan menjadi Negara Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan
Terbesar Tahun 2015. Ikan hias yang diperdagangkan di dunia mencapai 1.600 jenis, di mana
750 jenis di antaranya adalah ikan air tawar.
Pendahuluan : Sumbangan budidaya ikan hias terhadap penyediaan produk perikanan masih
relatif kecil, tetapi terus menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Tahun
2010 merupakan tahun yang sangat bermakna dan sangat berarti dalam sejarah pembangunan
kelautan dan perikanan, karena tahun ini merupakan tahun pertama kerja keras kita dalam
mewujudkan Indonesia sebagai negara penghasil produk Kelautan dan Perikanan terbesar. Salah
satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia dan patut dibanggakan adalah keragaman
spesies ikan hias, baik ikan hias air laut maupun air tawar.
Prospek dan Peluang Pengembangan Ikan Hias : Kegiatan usaha ikan hias memiliki beberapa
keunggulan komparatif. Jumlah ikan hias yang diperdagangkan di dunia mencapai 1.600 jenis, di
mana 750 jenis di antaranya adalah ikan air tawar. Pada tahun 2010 ini Indonesia menargetkan
ekspor ikan hias akan meningkat sebesar 10%. Berdasarkan kondisi tersebut, para pembudidaya
dan pengusaha perlu mendorong pengembangan komoditas ikan hias sebagai penghasil produk
kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015.
Program Minapolitan Ikan Hias : Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip-
prinsip, integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi. Program minapolitan merupakan program
yang secara fungsional bertumpu pada kegiatan sektor perikanan dengan basis pengembangan
komoditas unggulan baik pada kegiatan budidaya laut, air payau maupun air tawar. Tujuan
pengembangan kawasan minapolitan adalah untuk mendorong percepatan pengembangan
wilayah dengan kegiatan pertanian, terutama perikanan sebagai kegiatan utama untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dukungan Penelitian Ikan Hias : Pengembangan IPTEK terhadap ikan hias secara khusus di
Indonesia baru mulai dilakukan sejak tahun 2005, tahap inventarisasi, koleksi, domestikasi,
reproduksi, pembenihan, pengelolaan pakan, pengelolaan lingkungan, dan penanggulangan
penyakit. Teknologi budidaya skala laboratorium dan teknologi produksi skala besar yang
dihasilkan serta telah dikuasai dan dapat diterapkan untuk ikan hias air tawar di antaranya ikan
botia dan balashark. Proses domestikasi adalah hal pertama yang harus mendapat perhatian
serius karena kondisi habitat ikan hias botia berbeda dengan habitat barunya di tempat
pembenihan (budidaya). Ikan balashark (Balantiocheilus melanopterus) telah berhasil dipijahkan
di luar habitatnya (ex situ) oleh peternak ikan dengan cara kawin suntik.
Penerapan Teknologi : Berdasarkan data statistik ikan hias dunia, bahwa ikan hias tawar dan
laut yang beredar di pasar internasional saat ini 95% merupakan hasil tangkapan alam dan 5%
merupakan hasil budidaya masyarakat (Poernomo, 2008). Pemerintah pada beberapa tahun ini
menggalakkan penerapan teknologi perikanan untuk masyarakat yang disebut IPTEKMAS.
IPTEKMAS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat) adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk masyarakat di bidang kelautan dan perikanan.

2
Judul Jurnal : Analisis Model Budidaya Ikan Air Tawar Berdominansi Ikan Gurame
(Osphronemus Gouramy) di Desa Sukawening, Bogor, Jawa Barat
Nama Jurnal : Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat
Volume : Vol.2 No.2
Tahun Terbit : 2020
Penulis : Lia Sutiani dan Yannefri Bachtiar
Abstrak : Perikanan budidaya merupakan suatu kegiatan perikanan yang memproduksi biota
(organisme) akuatik di lingkungan terkontrol yang bertujuan mendapat keuntungan. Ikan air
tawar merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang bernilai ekonomis.
Pendahuluan : Indonesia merupakan negara kedua yang dikenal dengan keanekaragaman
hayatinya. Salah satu keanekaragaman tersebut adalah di bidang perikanan. Ikan air tawar
sebagai komoditas budidaya memang sangat bernilai ekonomis. Hal ini dikarenakan kandungan
gizi pada ikan yang dapat memenuhi kebutuhan protein sehari-hari sehingga tidak mengherankan
budidaya sebagai industri yang menguntungkan.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam program ini adalah studi lapang secara
langung ke masyarakat Desa Sukawening disertai pengumpulan data dari hasil wawancara
narasumber. SUIJI-SLP merupakan kerja sama antara tiga universitas di Indonesia (IPB, UGM,
dan UNHAS) dan tiga universitas dari Jepang (Kagawa University, Kochi University, dan Ehime
University) dengan dua kegiatan utamanya adalah learning and serving.
Analisis Data : Analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan : Ikan yang dibudidaya adalah ikan nila, ikan gurame, ikan lele, dan
adapula ikan hias. Ikan gurame merupakan komoditas utama yang dibudidayakan oleh para
pembudidaya di Desa Sukawening tersebut. Hasil panen terbesar dari salah satu petani yang
menjadi sumber observasi dan informasi adalah sebanyak 60 ekor gurame di tahun 2017. Harga
jualnya berkisar 30.000 rupiah per kilonya. Harga jual benih ikan gurame berkisar 100-250
rupiah per benih. Mengenai perawatannya, beberapa pembudidaya ikan air tawar yang ada di
Sukawening secara keseluruhan menggunakan media air dalam kolam persegi panjang. Kolam
tersebut rata-rata memiliki dasar yang tidak dilapisi dengan semen. Kolam tersebut diketahui
tingginya berkisar 80 cm. Model budidaya pun masih terkesan sederhana. Pemberian pakan pada
larva berupa cacing, yakni cacing sutera yang disesuaikan dengan bukaan mulut larva ikan
gurame. apabila ikan yang dipelihara telah melewati masa larva atau dalam tahap juvenile,
pemberian pakannya tidak lagi berupa cacing tetapi menggunakan daun sente.
Kesimpulan : Hasil dari observasi dan analisis tersebut menunjukkan bahwa model budidaya
ikan air tawar yang diterapkan di Desa Sukawening masih tergolong sederhana dan dalam skala
kecil. Model budidaya tersebut, yakni berupa budidaya dengan wadah kolam persegi disertai
hapa sebagai tempat pembenihan ikan dari ijuk. Usaha budidaya yang diterapkan lebih
diutamakan untuk konsumsi pribadi atau tidak diperjualbelikan apabila hasil panennya rendah.
Kondisi tersebut dikarenakan kurangnya fasilitas penunjang tanpa disertai modal dan kurangnya
pengetahuan secara mendalam terkait budidaya ikan air tawar. Oleh sebab itu, diperlukan
pengembangan lebih lanjut karena desa ini memiliki potensi bagi dari segi alam maupun sumber
daya manusianya untuk ditingkatkan dalam sektor perikanan. Potensi pengembangan yang
dimaksud adalah dengan pemberdayaan baik dari segi fasilitas maupun sumber daya manusia
(pembudidaya ikan) sehingga dapat mengaplikasikan teknik budidaya secara tepat sehingga
dapat berkembang menjadi skala besar.

3
Judul Jurnal : Budidaya Benih Ikan Kerapu pada Kolam Terpal melalui Teknologi
Penangkaran di Kota Langsa
Nama Jurnal : Jurnal Masyarakat Mandiri
Volume : Vol.6 No.1
Tahun Terbit : 2022
Penulis : Muhammad Jamil, Baihaqi, Agus Putra AS, Dias Setyaningsih, Fuadi
Abstrak : Pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan anggota pokdakan dalam teknik pembenihan ikan kerapu melalui teknologi
penangkatan.
Latar Belakang : Data dari BPS pusat menyebutkan pertumbuhan ekonomi pada sektor perikanan
di triwulan kedua tahun 2021 mengalami peningkatan 7,07% atau sebesar 188 triliun atau 2,83%
dari nilai PDB nasional.
Metode Pelaksanaan : Teknologi penangkaran pada kolam terpal untuk menghasilkan benih
ikan kerapu diharapkan mampu menciptakan kemandirian benih. Metode yang digunakan dalam
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pendekatan edukatif dan transfer teknologi
berupa teknologi penangkaran pada kolam terpal yang mampu meningkatkan potensi sumber
daya di masyarakat serta berbasiskan kepada nilai edukatif dan ilmu pengetahuan. Prosedur
pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan meliputi:
1. koordinasi,
2. sosialisasi
3. Perakitan kolam terpal,
4. Uji coba penggunaan kolam terpal,
5. Revitalisasi administrasi dan keuangan mitra,
6. Pendampingan serta,
7. Monitoring pelaksanaan kegiatan.
Hasil dan Pembahasan :
1. Hasil koordinasi dan sosialisasi yang dilakukan antara tim pengabdi, dinas terkait dan mitra
memperlihatkan kegiatan pengabdian ini mendapatkan dukungan terutama dari dinas terkait
berupa penunjukkan beberapa staf teknik untuk mendampingi tim pengabdi selama
pelaksanaan kegiatan bersama dengan mitra
2. Penyuluhan dan Pelatihan Tim pengabdi bersama dengan mitra sasaran melakukan
penyuluhan dan pelatihan kepada seluruh anggota podakan rezeki abral azizi.
3. Tim pengabdi melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan kepada mitra sasaran dalam
rangka memastikan seluruh rangkaian dan tahapan kegiatan yang direncanakan berjalan
dengan baik. Dari hasil penilaian pada lembar monitoring, tim pengabdi, mitra sasaran dan
dinas terkait melakukan evaluasi ketercapaian kegiatan disepakati bahwa kegiatan
pengabdian kepada masyarakat itu berhasil meningkatkan kapasitas dan pengetahuan
anggota pokdakan dalam teknik pembenihan ikan kerapu pada kolam terpal.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa 7 anggota kelompok
sangat memahami teknik pembenihan ikan kerapu dengan sistem penangkaran pada kolam
terpal. Selain itu 7 anggota pokdakan lainnya cukup memahami mekanisme perakitan kolam
terpal, ukuran ideal kolam dan jumlah benih yang ditebar, teknik pergantian air, jumlah pakan
pelet yang ditebar serta penataan manajemen dan keuangan kelompok.

Pengolahan
1
Judul Jurnal : Pengolahan Ikan Air Tawar Menjadi Produk Nugget Ikan
Nama Jurnal : Jurnal Dinamika Pengabdian
Volume : Vol.2 No.2
Tahun Terbit : Mei 2017
Penulis : Fajriyati Mas’ud, Hastami Murdiningsih, Yuliani HR
Abstrak : Danau Tempe terkenal sebagai mangkuk ikan air tawar dunia sehingga masyarakat
sekitar umumnya bekerja sebagai nelayan. Lingkungan Bakke Orai, Kelurahan
Salomenraleng, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo mengupayakan untuk menyelamatkan hasil
tangkapan dengan mengolahnya menjadi produk yang bernilai jual dan tahan lama
menjadiprioritas masyarakat setempat. Kegiatan utama yang dilaksanakan adalah penyuluhan,
demonstrasi dan pelatihan pembuatan produk nugget ikan dan kaki naga ikan.
Pendahuluan : Danau Tempe merupakan sumber perikanan air tawar terbesar di Sulawesi
Selatan, yang mensuplai kebutuhan konsumsi ikan air tawar sebagai sumber protein masyarakat
setempat dan beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. Produksi ikan di Danau Tempe pada
tahun 2014 yang sempat tercatat sekitar 18.200 ton, dan hanya sekitar 5.000 ton yang dapat
dimanfaatkam untuk memberikan kontribusi ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah
daerah. Hasil tangkapan yang umumnya berukuran kecil-kecil tidak banyak yang laku di
pasaran, sehingga banyak hasil tangkapan yang terbuang saja tanpa dapat diselamatkan, hal
tersebut lebih diperparah dengan cara masyarakat menangkap ikan yang umumnya
menggunakan alat tradisional yaitu berupa jaring/lanra, julu, bungka toddo, dan jabba.
Terbuangnya sebagian hasil tangkapan nelayan di Lingkungan Bakke Orai terjadi karena
masyarakat umumnya tidak memiliki pengetahuan tentang proses pengolahan ikan air tawar
menjadi berbagai produk yang disukai dan bernilai jual.
Metode Pelaksanaan : Terbuangnya sebagian hasil tangkapan nelayan di Lingkungan Bakke
Orai terjadi karena masyarakat umumnya tidak memiliki pengetahuan tentang proses
pengolahan ikan air tawar menjadi berbagai produk yang disukai dan bernilai jual. Kenyataan
tersebut menunjukkan bahwa perlu suatu kegiatan yang terpogram yang dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat di daerah tersebut tentang metode
pengolahan ikan yang tepat. Metode pendekatan yang dilakukan untuk mendukung realisasi
program penerapan IbM di Lingkungan Bakke Orai adalah kegiatan penyuluhan dan
pemberian contoh melalui demonstrasi, serta pelatihan pembuatan produk nugget ikan dan
kaki naga ikan.
Hasil dan Pembahasan :
1. Kegiatan dilaksanakan melalui program penyuluhan, demonstrasi, dan pelatihan
pembuatan produk nugget dan kaki naga ikan.
2. Kegiatan demonstrasidan pelatihan: Persiapan alat dan bahan untuk demonstrasi
dilakukan sejak awal dengan membeli alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan. Alat-
alat yang dibutuhkan utamanya adalah alat-alat pengolahan nugget, tepung roti, dan
kaki naga, serta macam-macam kemasan plastik dan perlengkapannya.
3. Bahan-bahan yang digunakan untuk demonstrasi antara lain adalah ikan, tepung
terigu, tepung tapioka, tepung maizena, garam, minyak goreng, bawang putih, bawang
merah, dan bumbu-bumbuan.
4. Selanjutnya pesertamelakukan uji sensorik/organoleptik terhadap produk nugget dan
kaki naga.
5. Kegiatan tersebut dinilai cukup berhasil ditinjau dari antusias peserta dalammengikuti
setiap kegiatan, partisipasi aktif peserta selama kegiatan, serta harapan besar peserta
untuk membuat usaha pembuatan nugget dan kaki naga yang dilaksanakan secara
berkelompok.
Kesimpulan : Kegiatan ini telah menghasilkan produk-produk olahan ikan air tawar berupa
nugget ikan dan kaki naga ikan, sehingga memiliki nilai jual yang dapat menumbuhkan jiwa
kewirausahaan, meningkatkan produktivitas serta menunjang perekonomian masyarakat
Lingkungan Bakke Orai. Hal tersebut telah menjadi pioner pemberdayaan masyarakat di
pedesaan guna menunjang keberhasilan program ketahanan pangan nasional. Kegiatan ini juga
telah menciptakan paket teknologi pangan tepat guna pengolahan ikan air tawar yangvdapat
digunakan oleh masyarakat Bakke Orai untuk mengolah hasil tangkapan mereka menjadi
berbagai produk yang bernilai jual. Hal tersebut berarti telah terjadi up-dating ipteks di
masyarakat.

2
Judul Jurnal : Pengolahan Ikan Duri Lunak (Presto) secara Modern
Nama Jurnal : Jurnal Pengabdian Nasional
Volume : Vol.1 No.1
Tahun Terbit : 2020
Penulis : Hastri firharmawan, Rennanti Lunnadiyah Aprilia, Fahri Ali
Abstrak : Potensi perikanan di Kabupaten Kebumen cukup besar. Oleh karena itu, perlu adanya
pengelolaan terhadap potensi tersebut sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
kesejahteraan masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan melakukan diversivikasi olahan
hasil perikanan.
Metode Kegiatan : Kegiatan PKM Pengolahan Ikan Duri Lunak (Presto) Secara Modern ini
dilakukan pada kelompok “Tani Makmur” desa Jemur, kecamatan Pejagoan, kabupaten
Kebumen. Adapun metode pelaksanaan PKM :
1. Sosialisasi Program Kemitraan Masyarakat (PKM)
2. Penyuluhan kewirausahaan dan peluang usaha diversifikasi pengolahan ikan duri lunak
3. Mengadakan peralatan penunjang untuk diversifikasi pengolahan ikan duri lunak
4. Pelatihan dan praktek pengolahan ikan duri lunak
5. Pendampingan promosi dan penjualan produk
Hasil dan Pembahasan :
1. Dalam upaya peningkatan pemahaman mitra terhadap peluang usaha dan diversifikasi
pengolahan ikan duri lunak, maka tim pengabdi yang diikuti 15 orang melakukan
penyuluhan yang dilakukan pada 10 Agustus 2019 bertempat di desa Jemur, Kecamatan
Pejagoan, Kebumen.
2. ada peningkatan hasil pemahaman terhadap kewirausahaan dan diversivikasi pengolahan
ikan duri lunak secara modern. Hal ini dapat terlihat pada hasil pos-tes peserta
penyuluhan yang semuanya meningkat jika dibandingkan dengan nilai peserta
penyuluhan pada saat pre-tes.
3. Setelah pelaksanaan penyuluhan, tim pengabdi membekali mitra dengan berbagai
peralatan produksi. Peralatan yang dibutuhkan untuk pengolahan ikan duri lunak secara
modern yaitu Autoclave untuk memasak ikan dan alat perekat plastik (impulse sealer)
untuk mengemas ikan duri lunak.
4. Untuk memastikan mitra telah memiliki keterampilan yang dibutuhkan agar dapat
mengolah ikan duri lunak secara baik, tim pengabdi juga melakukan demonstrasi kepada
mitra untuk kemudian dipraktekkan.
Kesimpulan : Berdasarkan pembahasan di atas, maka pelaksanaan PKM ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan pengetahuan mitra PKM untuk mengambil peluang usaha dan
diversifikasi pengolahan ikan duri lunak. Oleh karena itu, adanya peralatan penunjang dan
pelatihan atau praktik pengolahan ikan bandeng (presto) duri lunak secara modern sangat
bermanfaat bagi mitra Tani Makmur. Adapun pendampingan promosi dan penjualan menjadi
faktor pendukung untuk kelangsungan keberdayaan mitra.

3
Judul Jurnal : Pengolahan Ikan Lokal Melalui Inovasi Curing dengan Squid, Vanilla Salt, dan
Isomalt
Nama Jurnal : Jurnal Pengolahan Pangan
Volume : Vol.7 No.1
Tahun Terbit : Juni 2022
Penulis : Elmira Peja, Augustinez Leonna, Muhammad Tsany Athallah, Robiatul Adawiyah, Fifi
Nofiyanti
Abstrak : Penelitian ini membahas jenis pengolahan ikan lokal melalui inovasi curing dengan
menggunakan squid ink, vanilla salt, dan isomaltdengan metode penggaraman, mencari tahu
perbedaan yang terjadi dengan dilakukannya curing dengan garam tersebut, dari rasa yang
terbuat dari hasil curing dan aroma yang dikeluarkan oleh ikan dari vanilla dalam saltnya.
Pendahuluan : Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidupdan kehidupan (Karsin, 2004). Menurut Undang-UndangNo.18 Tahun
2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air.
Metode Penelitian : Metode penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan teknik eksperimen.
Penelitian dilakukan dengan eksperimen atau uji coba. Metode yang dilakukan untuk mencapai
target luaran dan penyusunan narrative review adalah dengan mencapai target luaran yang
direncanakan. dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Melakukan uji coba secara mandiri oleh salah satu anggota tanpa melibatkan kontak
dengan oranglain.
2. Mencari referensi dari berbagaisumber.
3. Membuat draft narrative review yang akan di unggah ke akun PKM.
4. Membuat draft paten yang nantinyaakan didaftarkan ke Dirjen Hak Kekayaan Intelektual.
5. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka tim akan melakukan uji coba
labaratorium untuk mengetahui kandungan, nilai gizi dan ketahanan produk pada ikan
yang telah dicuring dengan inovasi berbahan dasar squid ink, vanilla salt dan isomalt.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 minggu hingga proses laporan kemajuan.
Dalam uji coba ini peneliti menggunakan vanilla infused salt (garam vanila) yang dibuat dengan
perbandingan 3:1 antara garam dan vanilla bean dengan jangka waktu pembuatan garam infused
tersebut berkisar 1-3 hari.
Alur Proses Penelitian :
1. letakkan ikan di plastik wrap yang sudah dibuka, balurkan tinta cumi ke bagian
atas ikan secara merat, kemudian taburkan lime zestdi atas ikan.
2. Berikan campuran garam vanilla dan isomalt ke seluruh ikan secara merata.
3. Bungkus ikan dengan plastik wrap dengan rapat sehingga tidak ada udara yang
akan masuk.
4. Masukkan ke dalam chiller yang bersuhu 3oC-5 oC selama 12 jam.
5. Keluarkan ikan yang sudah dicure selama 12 jam dari kulkas.
6. Bersihkan cairan yang dikeluarkan oleh ikan dan sisa garam vanilla dengan
menggunakan sisi atas pisau perlahan agar tidak merusak tekstur pada ikan.
Hasil Penelitian Berdasarkan Pengamatan Fisik :

No Jenis Ikan Sebelum Proses Curing Sesudah Proses Curing

1 Ikan Marlin Tekstur ikan masih memiliki Tekstur ikan menjadi padat
kadar air yang banyak , warna namun tetap kenyal, dan
ikan berwarna putih aroma amis ikan juga
kemerahan, permukaandaging semakinberkurang
halus
2 Ikan Tenggiri Tekstur ikan memiliki serat Tektur ikan menjadi sangat
yang banyak , memiliki kenyal dan aroma vanilla
warna cream, dan kadar pada ikan cenderung
airyang terkandung juga lebihKuat
banyak

Hasil Uji Proksimat : Uji coba proksimat dilihat berdasarkan standar mutu SNI 2031-44-2009.
Berdasarkan hasil laboratorium uji proksimat menunjukkan bahwa kadar air sebanyak 58,10
didapatkan hasil sesuai SNI. Ikan marlin yang melalui proses curing berdasarkan uji kadar air
sudah sesuai SNI. Hasil uji lab lemak total sebesar 8,48. Hal ini menunjukkan bahwa ikan
marlin yang melalui proseos inovasi curing sudah sesuai standar SNI yaitu batas maksimal
10%. Hasil uji kadar protein diperoleh 25,75. Hal ini menunjukkan bahwa ikan marlin melalui
proses curing sudah sesuai SNI karena minimal standar 16%. Kadar karbohidrat terdapat
dalam ikan marlin yang telah melalui proses inovasi curing sebesar 0,31. Hal ini menyatakan
bahwa besarnya jumlah karbohidrat dalam kandungan ikan marlin yang melalui proses curing
tergolong kecil.

Anda mungkin juga menyukai