Anda di halaman 1dari 63

Sampul

PERILAKU PENGASUHAN IBU PADA BALITA STUNTING DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINIU KECAMATAN SINIU
KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PROPOSAL

NUR VAEGA ULFIANA F. LAPU


P 101 17 240

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN PROPOSAL

Judul : Perilaku Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting Di Wilayah

Kerja Puskesmas Siniu Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi

Moutong

Nama : Nur Vaega Ulfiana F. Lapu

Stambuk : P10117240

Proposal ini telah kami setujui untuk selanjutnya melakukan ujian proposal sebagai

salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat.

Palu, 23 April 2020

Mengetahui,
Program Studi Kesehatan Masyarakat Dosen Pembimbing
Universitas Tadulako
Ketua,

Rasyika Nurul Fadjriah


Rasyika Nurul Fadjriah S.KM., M.Kes S.KM., M.Kes

NIP. 19890716014042001 NIP. 19890716014042001


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................v
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN....................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................6
1.3. Tujuan...........................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1. Perilaku.........................................................................................................8
2.2. Pengasuhan..................................................................................................15
2.3. Stunting.......................................................................................................21
2.4. Kerangka Teori...........................................................................................25
2.5. Tabel sintesa...............................................................................................26
BAB III..................................................................................................................33
DEFINISI KONSEP..............................................................................................33
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti......................................................33
3.2. Pola Pikir.....................................................................................................34
3.3. Definisi Konsep...........................................................................................34
BAB IV..................................................................................................................37
METODE PENELITIAN......................................................................................37

i
4.1. Jenis Penelitian............................................................................................37
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian.....................................................................37
4.3. Informan......................................................................................................37
4.4. Teknik Penentuan Informan........................................................................38
4.5. Instrumen penelitian....................................................................................38
4.6. Pengumpulan data.......................................................................................39
4.7. Pengolahan Data dan Penyajian Data.........................................................39
4.8. Keabsahan data...........................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................41
LAMPIRAN..........................................................................................................44

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Sintesa.........................................................................................32

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................................25

Gambar 3.1 Pola Pikir Peneliti..............................................................................34

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Persetujuan Pengambilan Gambar

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Informan

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

v
DAFTAR ARTI SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti Simbol/ Singkatan

% Persen

UNICEF United Nations Children’s Fund

WHO World Health Organization

SDGs Sustainable Development Goals

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

TB/U Tinggi Badan/Umur

PB/U Panjang Badan/Umur

ASI Air Susu Ibu

MP-ASI Makanan Pendamping Asi

Kemenkes Kementrian Kesehatan

Hpk Hari Pertama Kehidupan

SD Standar Deviasi

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara yang telah menyepakati penerapan

tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) berkomitmen untuk menyukseskan

pelaksanaan SDGs melalui berbagai kegiatan dan telah mengambil langkah-

langkah strategis. Stunting sendiri masuk dalam salah satu indikator yang perlu

dicapai pada tujuan kedua SDGs yaitu menghilangkan kelaparan, mencapai

ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian yang

bekelanjutan. Indikator penyelesaian masalah stunting merujuk pada penurunan

angka stunting pada tahun 2025 sebanyak 40% dan menghilangkan segala

bentuk kekurangan gizi di tahun 2030 (Badan Pusat Statistik, 2016).

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak

usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan

berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak

keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi

keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu

polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula

masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, seperti masalah

ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan

perempuan, serta masalah degradasi lingkungan (UNICEF, 2018).

1
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang umumnya dapat

dideteksi pada umur diatas 12 bulan. Stunting terjadi karena dampak kekurangan

gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Anak yang stunting akan

memiliki prestasi belajar yang lebih rendah dan waktu tempuh pendidikan yang

lebih lama di banding anak normal lainnya. Dalam jangka panjang anak yang

menderita stunting akan memiliki pendapatan yang lebih rendah. Stunting juga

menyebabkan kerugian ekonomi dan menyebabkan terjadinya penurunan

kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan beban pembiayaan kesehatan

(Ahmad & Indah, 2019).

Stunting dapat menimbulkan dampak buruk baik jangka pendek maupun

jangka panjang. Dampak buruk stunting diantaranya gangguan perkembangan

otak, kemampuan kognitif berkurang, gangguan pertumbuhan fisik, penurunan

imunitas tubuh sehingga mudah sakit, fungsi tubuh tidak seimbang. Anak

stunting juga beresiko terkena penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung

dan pembuluh darah, stroke, kanker. Secara makro, stunting dapat menurunkan

kualitas sumber daya manusia, produktivitas dan mengakibatkan kerugian

ekonomi yang besar (Rahmawati, 2019).

Kualitas dan kuantitas asupan gizi pada makanan anak perlu mendapat

perhatian oleh karena sering rendah akan zat gizi yang dibutuhkan guna

menunjang pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendukung asupan

gizi yang baik perlu ditunjang oleh kemampuan ibu dalan memberikan

2
pengasuhan yang baik bagi anak dalam hal praktek pemberian makan, praktek

kebersihan diri atau lingkungan maupun praktek pencarian pengobatan (Indra

dewi, Suhartatik, 2019).

Sebagian besar pengasuh utama adalah ibu, baik pada anak normal

maupun anak stunting. Suami cukup berperan menggantikan pengasuhan bila ibu

berhalangan pada anak normal dibanding dengan anak stunting. Sumber daya

pengasuhan, tenaga pengganti pekerjaan ibu merupakan faktor penting dalam

proses tumbuh kembang anak. sumber daya pengasuhan merupakan faktor

penyebab dasar yang berperan secara tidak langsung terhadap pertumbuhan-

perkembangan bayi. faktor ini terlebih dahulu mempengaruhi praktek asuh dan

kemudian praktek asuh mempengaruhi asupan zat gizi dan kesakitan bayi,

terakhir baru ke pertumbuhan dan perkembangan bayi (Masrul, 2019).

Perilaku pemberian makanan balita dipengaruhi oleh pengetahuan gizi

ibu. Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang mempunyai pengaruh

signifikan pada kejadian stunting. Oleh karena itu, upaya perbaikan stunting

dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan sehingga dapat memperbaiki

perilaku pemberian makan pada anak (Nihwan, 2019).

Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia berada diurutan

ke tiga dengan angka kejadian stunting terbsesar di Asia dengan prevalensi

sebesar 36,4%, tertinggi kedua india 38,4% dan tertinggi pertama Timor-leste

50,2%. prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika

3
prevalensinya 20% atau lebih, karenanya persentase balita pendek di Indonesia

masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi (World

Health Organisation, 2018).

Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 angka kejadian

stunting sebesar 37,2% dan menurun pada Riskesdas tahun 2018 menjadi 30,8%.

Pada prevalensi stunting di Indonesia yang tertinggi angka kejadian stunting

ialah provinsi NTT sebesar 42,6% dan yang paling rendah di provinsi DKI

Jakarta sebesar 17,7%. Untuk prevalensi angka kejadian stunting di provinsi

Sulawesi tengah sebesar 32,5% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018, pada

pemetaan prevalensi stunting untuk setiap wilayah sulawesi tengah diperoleh

kasus tertinggi untuk kejadian stunting yaitu di Banggai Laut sebesar 36,7%,

sedangkan yang terendah di Kabupaten Touna 15,7%. Beberapa wilayah lainya

seperti Kabupaten Parigi Moutong sebesar 30,1%, Kota Palu 32,2%, Kabupaten

Donggala 32,8%, Kabupaten Bangkep 35,8%, dan Morowali Utara sebesar

34,4%. Untuk wilayah Kabupaten Parigi Moutong tergolong wilayah tertinggi

stunting di Provinsi Sulawesi Tengah (Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng, 2018).

Data dinas kesehatan kabupaten parigi moutong pada tahun 2019 terdapat

23 wilayah yang mengalami kejadian stunting. wilayah kejadian stunting

tertinggi yakni kecamatan siniu sebesar 41,2%, kemudian tertinggi kedua

4
kecamatan parigi barat sebesar 40,7%, dan tertinggi ketiga kecamatan tinombo

selatan sebesar 34,4% (Dinas Kesehatan Parimo, 2019).

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan

bermakna antara pola asuh dengan status gizi anak balita. Menurut penelitian

(Wilda Aprilia,Budiman, 2018), pola asuh sangat berpengaruh dengan status gizi

pada anak balita karena dengan pola asuh yang baik akan mempengaruhi tumbuh

kembang anak balita sehingga tidak gampang dan sakit status gizinya akan

menjadi baik. Penelitian (Risna, 2019), menunjukan bahwa adanya hubungan

pengetahuan dan sikap dengan kejadian stunting. Pengetahuan dan sikap yang

cukup pada ibu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan rekomendasi gizi

anak melalui praktik pemberian makan untuk mencapai status gizi yang optimal.

Menurut penelitian (Wismalinda, 2019), menunjukan bahwa ada hubungan

fasilitas kesehatan dengan kejadian stunting. Faktor dominan pola asuh yang

memiliki pengaruh besar terhadap kejadian stunting di Kabupaten Lebong yaitu,

pemanfaatan pelayanan kesehatan, tersedianya fasilitas kesehatan akan

membantu ibu dalam pemnfaatan pelayanan kesehatan sehingga terciptanya

perilaku yang baik dalam mengasuh balita stunting. Dari penelitian (Nugraha,

2019), bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan

stunting pada balita Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial yang lebih

baik untuk pengasuhan ibu pada balita stunting.

5
Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa di wilayah kerja puskesmas

siniu kecamatan siniu kabupaten parigi moutong terdapat 189 balita yang

mengalami stunting. Jumlah kasus tersebut berasal dari 9 desa yang menjadi

wilayah kerja puskesmas siniu. Dari hasil wawancara dengan ahli gizi puskesmas

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian stunting di kecamatan siniu,

diantaranya ialah perilaku pengasuhan ibu terhadap balita stunting.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang Perilaku Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting di wilayah kerja

Puskesmas Siniu Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui Bagaimana

Perilaku Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting di wilayah kerja Puskesmas Siniu

Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Perilaku Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting

Di wilayah kerja puskesmas siniu Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi

Moutong

6
1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap) terkait

Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting Di wilayah kerja puskesmas

Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong.

b. Untuk mengetahui faktor pemungkin (fasilitas kesehatan) terkait

pengasuhan ibu pada balita stunting di wilayah kerja puskesmas

Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong.

c. Untuk mengetahui faktor penguat (tenaga kesehatan dan suami) terkait

Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting Di wilayah kerja puskesmas

Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan terutama dalam pengasuhan ibu pada balita stunting.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan penelitian memberikan sumbangan berupa informasi bagi

pihak Puskesmas Siniu dalam melakukan intevensi dan menentukan

proritas gizi.

b. Diharapkan penelitian dapat dijadikan referensi dalam penelitian

selanjutnya.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah unik dan individual. Setiap individu memiliki

perilakunya sendiri yang berbeda dengan individu lain, termasuk pada

kembar identik sekalipun. Perilaku tidak selalu mengikuti aturan tertentu

sehingga terbentuknya perilaku positif tidak selalu dipengaruhi oleh

pengetahuan dan sikap positif. Namun secara minimal jika di dasari

dengan pengetahuan yang cukup, perilaku postif yang terbentuk relative

lebih lama. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku dengan kekhasan dan

keunikannya dipengaruhi oleh banyak variabel (Tarupay Aditya, 2014).

Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Manusia sebagai salah

satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas,

antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, membaca, berfikir dan

seterusnya. Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling

sempurna. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan

dibanding dengan makhluk hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang

menonjol adalah perilakunya. Dalam berperilaku manusia sangatlah

didorong oleh kebutuhan biologis, seksualitas, pikiran, emosi, dan

8
lingkungan terutama lingkungan sosial dan budayanya (Tarupay Aditya,

2014).

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green dalam (Notoatmodjo, 2012), perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor presdisposisi, faktor pendukung,

faktor pendorong.

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Faktor predispopsisi merupakan faktor yang memberikan cara

berpikir rasional atau motivasi untuk berperilaku, yang termasuk

dalam faktor ini adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan,

persepsi, dan nilai juga termasuk dalam faktor predisposisi yaitu faktor

demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin dan jumlah

keluarga. Faktor ini mencakup:

a) Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba

9
b) Sikap (Attitude)

Menurut, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap terdiri

dari berbagai tingkatan,yaitu:

1) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang atau

subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

2) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

indikasi atau sikap.

3) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi

c) Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau

nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan

keyakinan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

1
1) Nilai

Nilai sering berlaku didalam masyarakat yang menjadi

pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup

masyarakat.

2. Faktor pendukung

Faktor pendukung merupakan faktor yang menyebabkan

perilaku atau harapan dapat menjadi nyata.Yang termasuk dalam

faktor ini adalah tersedianya fasilitas, keterjangkauan sarana dan

prasarana pelayanan, prioritas kebijaksanaan dan ketrampilan.

3. Faktor pendorong

Faktor pendorong merupakan faktor yang menyebabkan

terjadinya perilaku degan menyediakan penghargaan, insentif atau

hukuman yang mempengaruhi kelangsungan perilaku.Yang termasuk

dalam faktor ini adalah kelompok panutan dalam masyarakat, perilaku

petugas kesehatan, juga keuntungan-keuntungan yang bersifat sosial

dan nyata.

2.1.3. Domain Perilaku

Domain perilaku menurut Benyamin Bloom (1908) dalam

(Sebayang, 2018), dapat dibagi ke dalam tiga domain, pembagian ini

dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan

atau meningkatkan ketiga domain perilaku, yang terdiri dari ranah

1
kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotor. Ketiga domain ini dapat di

ukur dari:

1) Pengetahuan (Knowledge)

Yaitu hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseoarang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseoarang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menetukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.Faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor internal

(intelegensia, minat dan kondisi fisik) dan faktor eksternal (keluarga,

masyarakat, sarana) dan faktor pendekatan belajar (strategi dan

metode dalam pembelajaran). Ada enam tingkatan domain

pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat kembali terhadap suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension) suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang onjek yang akan di ketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

1
d. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.

e. Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

baru.

f. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2) Sikap (Attitude)

Merupakan reaksi atau respon yang masih tetutup dari seseoarang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai tiga komponen

pokok, kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak (Ten To

Behave), sikap terdiri dari berbagai tingkatan:

a. Menerima (Receiving) diartikan bahwa subjek mau memperhatikan

stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya dan

mengerjakan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mendiskusikan

masalah.

1
d. Bertanggung jawab (Responsible) bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah di hadapinya dengan segala risiko.

3) Praktik atau tindakan (Praktice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Overt

Behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan

(Support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:

a. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuai dengan urutan yang

benar dan sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme, apabila seseoarang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.

d. Adopsi, adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.1.4. Pengukuran Perilaku

Menurut (Sebayang, 2018), Pengukuran perilaku dapat dilakukan

secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan

yang telah dilakukan beberapa waktu sebelumnya. Pengukuran juga dapat

1
dilakukan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden. Sebelum orang mengadopsi suatu perilaku baru maka terjadi

serangkaian proses yang berurutan yakni:

1) Kesadaran, dimana orang tersebut belajar menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2) Tertarik, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluasi, menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

4) Mencoba, di mana seseorang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Menerima, di mana subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2. Pengasuhan

2.2.1. Pengertian pola asuh

Pola asuh berarti tindakan pengasuhan anak yang dilakukan

berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan, maka relevan dikaitkan

dengan pengukuran status gizi dalam jangka lama. Pola pengasuhan anak

berupa sikap dan perilaku Ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya

dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan Ibu

dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum,

1
pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran

dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat

kebiasaan keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari si Ibu atau

pengasuh anak. Para peneliti di Amerika Serikat menunjukkan bahwa

anak yang tidak banyak distimulasi maka otaknya akan lebih kecil 30

persen dibandingkan anak lain yang mendapatkan rangsangan secara

optimal. Untuk itu diperlukan penilaian terhadap perkembangan anak agar

gangguan terhadap perkembangan anak dapat diketahui lebih cepat

(Nihwan, 2019).

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan

orang tua yang diterpkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan

anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk

menjadi masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak

menunjukkan kepada pendidikan umum yang diterapkan pengasuh

terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak.

Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencakup kebutuhan

makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun sosialisasi yang

mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyrakat

(Tridhonanto, 2014).

Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara

orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Cara orang tua mendidik anak-

1
anaknya disebut sebagai pola pengasuhan. Dalam interaksinya dengan

anak-anak, orang tua cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang

dianggap paling baik bagi si anak (Tridhonanto, 2014).

2.2.2. Faktor yang mempengaruhi pola asuh pada balita

Menurut (Zeitlin, 2000), Aspek kunci dalam pola asuh pada balita

terdiri dari pemberiam asi eksklusif, pemberian MP asi, dan pola pencarian

layanan kesehatan.

1. Pemberian ASI Eksklusif

Menyusui merupakan tanggung jawab seorang ibu, kebiasaan

menyusui dan cara menyapih yang baik memegang perananpenting

dalam kesejahteraan serta pertumbuhan anak. Banyak ahli sepakat

bahwa air susu ibu lebih baik dari susu formula. Anak yang diberikan

ASI lebih rendah terhadap risiko kesakitan dan kematian dibandingkan

dengan anak yang diberikan susu formula. ASI memiliki banyak sekali

keuntungan untuk bayi, yaitu mendapatkan status gizi optimal,

meningkatkan kemampuan kognitif, mengurangi risiko kegemukan,

pencegahan terhadap infeksi, mengurangi risiko terhadap alergi, dan

menurunkan risiko morbiditas pada anak (Almatsier, 2011).

Pemberian ASI mempunyai hubungan yang signifikan dengan

status gizi balita usia 6-24 bulan. Ibu yang memberikan anaknya ASI

eksklusif cenderung memiliki balita dengan status gizi baik. Sedangkan

1
ibu yang tidak memberikan anaknya ASI eksklusif sebagian besar

balitanya mempunyai status gizi dibawah garis merah (Giri, . K. W.,

Suryani, 2013).

2. Pemberian MP ASI

Setelah berumur 6 bulan keatas, kebutuhan gizi bayi semakin

tinggi dan bervariasi.Pemberian ASI saja hanya dapat memenuhi 60-

70% kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, selain pemberian ASI

dubutuhkan pula makanan lain sebagai pendamping untuk menunjang

asupan gizi bayi. Jika makanan pendamping ASI tidak cepat diberikan,

maka masa kritis untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan

keterampilan mengunyah yang mulai dilakukan pada usia 6-7 bulan

dikhawatirkan akan terlewati. Akibat yang akan dialami bayi dalam

keadaan seperti ini adalah kesulitan untuk menelan atau menolak saat

diberikan makanan padat (Khomsan, A., 2008)

Menurut (Khomsan, A., 2008), hal- hal yang perlu diperhatikan

dalam pemberian MP-ASI adalah :

a. Makanan pendamping ASI dibuat dengan makanan yang berkualitas,

sehingga kualitas gizinya terjamin.

b. Pemberian MP-ASI harus diberikan bertahap. Pada awalnya bayi

diberikan makanan cair seperti sari buah atau bubur susu. Setelah

itu, dilanjutkan dengan makanan kental seperti bubur

1
tepung.Kemudian dilanjutkan dengan makanan semi padat seperti

nasi tim saring dan akhirnya diberi makanan padat seperti nasi tim.

c. Pada tahap permulaan, bayi hendaknya diperkenalkan satu persatu

jenis makanan sampai ia dapat mengenalnya dengan baik dan setelah

itu baru diberikan makanan lain. Hal ini dimaksudkan agar bayi

benar-benar dapat mengenal dan menerima jenis makanan baru.

d. Orang tua perlu mengetahui ada atau tidaknya alergi terhadap suatu

jenis makanan dengan memperhatikan respon bayi setelah makan

makanan tersebut.

e. Selama masa perkenalan makanan, jangan memaksakan bayi untuk

menghabiskan makanannya, hal ini karena bayi membutuhkan

proses adaptasi. Dengan meningkatnya usia bayi akan mendapatkan

porsi yang lebih besar.

f. Waktu pemberian makan harus disesuaikan dengan kondisi bayi.

Hal ini karena pada saat lapar saluran pencernaan bayi lebih siap

untuk menerima dan mencerna makanan.

g. Lakukan jarak pengaturan antara pemberian susu, jangan

memberikan makanan pendamping setelah bayi minum susu atau

sebaliknya. Hal ini karena bayi akan merasa kenyang dan tidak mau

menerima makanan atau susu yang diberikan.

1
3. Pola Pencarian Layanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah akses anak dan keluarga terhadap

upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. tidak

terjangkaunya pelayanan kesehatan, kurang pendidikan dan pengetahuan

merupakan kendala masyarakat dan keluarga dalam memanfatkan

pelayanan kesehatan yang ada. Hal ini akan berdampak pada status gizi

anak. Makin rendah jangkauan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan, maka makin tinggi risiko terjadinya gizi kurang (Amir,

2009).

Upaya pemeliharaan status gizi balita dapat dilakukan dengan

memanfaatkan akses pelayanan kesehatan dan piñata laksanaan kasus

secara benar dan tepat waktu dengan cara memonitor pertumbuhan

balita setiap bulan secara rutin dan teratur (Hidayat, T. S., & Jahari,

2012).

Aktifnya balita ke posyandu mempunyai pengaruh yang besar

terhadap pemantauan kesehatannya. Balita yang aktif ke posyandu akan

mendapatkan penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan,

pemberian makanan tambahan dan penyuluhan gizi. Kehadiran ke

posyandu merupakan indikator terjangkaunya pelayanan kesehatan bagi

balita. Karena dengan hadir ke posyandu balita akan mendapatkan

2
imunisasi, dan pemberian yang lain seperti kapsul vitamin A (Welasasih,

B., & Wirjatmadi, 2012).

2.3. Stunting

2.3.1. Pengertian stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi

dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak

terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam

kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi

stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek

(Stunted) dan sangat pendek (Severely Stunted) adalah balita dengan

panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya

dibandingkan dengan standar. Sedangkan definisi stunting menurut

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-

scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (Stunted) dan kurang dari –

3SD (Severely Stunted) (Margawati & Astuti, 2018)

Stunting merupakan salah satu indikator kekurangan gizi kronis

yang diakibatkan oleh buruknya interaksi berbagaifaktor risiko yang telah

berlangsung setidaknya dalam 1000 hari pertama kehidupan/1000 hpk.

Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan dibawah standar

yang ditentukan oleh WHO berdasarkan usianya. Walaupun merupakan

indikator masalah gizi, stunting tidak hanya disebabkan oleh kekurangan

2
asupan gizi semata (gizi spesifik), tetapi interaksi dari berbagai faktor

multi dimensi di luar masalah gizi selama 1000 hpk (gizi sensitif) (Liem,

Panggabean, & Farady, 2019).

2.3.2. Dampak stunting

Menurut kementrian kesehatan 2018, Stunting merupakan

gangguan pertumbuhanlinear yang dapat ditunjukan melalui pengukuran

zscore tinggi badan menurut umur (TB/U).Stunting diakibatkan karena

malnutrisi asupan gizi kronis atau penyakit infeksi kronis. Faktor

pendorong dari terjadinya stunting seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu

saat hamil, kesakitan pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi

(Kementrian Kesehatan, 2018).

Stunting dapat menimbulkan dampak buruk baik jangka pendek

maupun jangka panjang.Dampak buruk stunting diantaranya gangguan

perkembangan otak, kemampuan kognitif berkurang, gangguan

pertumbuhan fisik, penurunan imunitas tubuh sehingga mudah sakit,

fungsi tubuh tidak seimbang.Anak stunting juga beresiko terkena penyakit

diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke,

kanker. Secara makro, stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya

manusia, produktivitas dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar

(Kementrian Kesehatan, 2018).

2
2.3.3. Penyebab stunting

Menurut penelitian (Sutarto, Diana Mayasari, 2018), beberapa

faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai

berikut:

a. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya

pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa

kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi

yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia

0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu

(MPASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia

diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru

pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi

yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan

tubuh dan perkembangan sistem imunologis anak terhadapmakanan

maupun minuman.

b. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante

Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan),

Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi

yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia

2
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin

menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum

mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah

2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang

memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini

yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di

layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

c. Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi.

Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih

tergolong mahal.

d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di

lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia

masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah

tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.

2
2.4. Kerangka Teori
Faktor predisposing Faktor pendukung Faktor pendorong
Perilaku
Pengetahuan pengasuhan
Fasilitas ibu
kesehatan Petugas kesehatan
pada balita
Sikap stunting Suami

Keyakinan Tokoh masyarakat

Teori pengasuhan
1. Pemberian asi eksklusif
Keterangan:
2. Pemberian MP asi
Pola diteliti
3. yang
= Variabel pencarian layanan
kesehatan
= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori Perilaku Lawrence Green 1980 dan Teori Pengasuhan
Zeetlin 2000 dimodifikasi oleh penulis

2
2.5. Table sintesa
No Nama peneliti Judul Karakteristik Hasil
(tahun) penelitian Subjek Instrumen Metode
1. Weny Lestari, Stunting : Informan Pengumpulan Metode Hasil penelitian
Lusi Kristiana, studi adalah ibu data dilakukan penelitian menunjukkan bahwa
dan Astridya konstruksi dari balita dengan cara adalah masalah stunting terkait erat
sosial pendek dengan konstruksi sosial
Paramita (2018) wawancara kualitatif
masyarakat dan bidan masyarakat. Terdapat
Perdesaan mendalam dan perbedaan konstruksi sosial
desa observasi
dan yang membentuk
setempat. partisipasi.
perkotaan pemahaman sehat/sakit dan
terkait gizi pola asuh balita stunting di
dan pola perdesaan dan perkotaan di
Pengasuhan Jember. Konstruksi sosial
balita di tersebut dipengaruhi oleh
kabupaten pendidikan ibu, usia
perkawinan dini, tempat
jember
tinggal setelah menikah,
tanggung jawab pengasuhan
balita, dan prioritas
ekonomi pada masyarakat
yang menyebabkan
minimnya pengetahuan
masyarakat tentang gizi.
Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa
kejadian stunting bukan
merupakan akibat tunggal
masalah kesehatan balita,

2
namun terkait erat dengan
konstruksi sosial
masyarakat. Penyebabnya
terletak pada perbedaan
konstruksi sosial yang
dibangun, pola komunikasi
dan pemaknaan antara
tenaga kesehatan dengan
masyarakat, sehingga tidak
ada titik temu untuk
keberhasilan program
peningkatan gizi balita.
2. Yudianti, Rahmat Pola Asuh Seluruh Menggunakan Case Control Adanya hubungan pola asuh
Haji Saeni, (2016) Dengan keluarga kuesioner dan dengan praktek pemberian
Kejadian yang alat pengukur makan dan kebersihan diri
Stunting memiliki badan dengan kejadian stunting
Pada Balita balita, pada balita.Dan Tidak ada
Di dengan hubungan antara praktek
Kabupaten sampel pencarian pengobatan
Polewali kasus 51 dengan kejadian stunting
Mandar dan pada balita.
kontrol 51
3. Wismalinda Rita, Hubungan Ibu yang Menggunakan observasiona faktor dominan pola asuh
dkk, (2019) pola asuh memiliki kuesioner l analitik, yang memiliki pengaruh
dengan anak desain case besar terhadap kejadian
kejadian dengan control dan stunting di Kabupaten
stunting umur 6-59 purposive Lebong yaitu, pemanfaatan
(rekomenda bulan sampling pelayanan kesehatan,
si untuk tingkat pengetahuan ibu dan

2
pengendalia pengambilan rangsangan psikososial.
nnya di sampel
Kabupaten
Lebong)
4. Yuni Prihatin Pengetahuan Ibu balita Wawancara Cross Faktor yang berhubungan
Ningtyas, Ari Ibu yang dengan Sectional dengan stunting di wilayah
Udiyono, Nissa Berhubunga terdaftar menggunakan kerja Puskesmas Karangayu
Kusariana, (2020) n Dengan di kuesioner Kota Semarang adalah
Stunting posyandu riwayat KEK ibu saat hamil
Pada sebanyak dan tingkat pengetahuan ibu
Balita Di 115 tentang gizi.
Wilayah sampel
Kerja
Puskesmas
Karangayu
Kota
Semarang
5. Risna Galuh Hubungan subjek Wawancara penelitian Terdapat hubungan antara
Septamarini, pengetahuan kelompok dengan kuantitatif pengetahuan dan sikap RF
Nurmasari dan sikap kasus 32 menggunakan dengan kejadian stunting
Widyastuti, responsive baduta kuisioner pada baduta usia 6-24
Rachma Purwanti feeding dan bulan. Ibu dengan
(2019) dengan kelompok pengetahuan RF rendah
kejadian konrol 32 berisiko 10,2 kali lebih
stunting baduta besar memiliki anak
pada baduta stunting dibandingkan
usia 6-24 dengan ibu berpengetahuan
bulan di cukup. Ibu dengan sikap RF
wilayah kurang sesuai berisiko 5,6

2
kerja kali lebih besar memiliki
Puskesmas anak stunting dibandingkan
bandarharjo, dengan ibu yang memiliki
semarang sikap RF yang cukup.
6. Wahidah The Effect Sampel Populasi Penelitian Hasil penelitian ini
Rohmawati, Oktia of sebanyak dalam ini adalah menunjukkan bahwa
Woro Kasmini, Knowledge 100 penelitian ini penelitian pengetahuan secara
Widya Hary and responden adalah semua kuantitatif langsung mempengaruhi
Cahyati (2019) Parenting on yang balita di Muna dengan stunting dengan nilai-nilai
Stunting of terdiri dari Barat menggunaka (b = 1,25; CI 95% = 0,27-
Toddlers in 50 sampel sedangkan n 2,23; p = 0,012).
Muna Barat, kasus dan jumlah sampel pendekatan Pengetahuan tersebut
South East 50 sampel sebanyak 100 studi kasus memiliki efek tidak
Sulawesi kontrol balita berusia kontrol langsung tetapi tidak
6-59 bulan signifikan pada peristiwa
pengerdilan melalui mediasi
pengasuhan dengan nilai-
nilai (b = 0,21; CI 95% = -
0,78 hingga 1,2; p = 0,667).
Mengasuh anak secara
langsung memengaruhi
stunting dengan nilai-nilai
(b = 1,2; CI95% = 0,13
hingga 2,26; p = 0,027).
Kesimpulan dari penelitian
ini adalah pengetahuan
secara langsung
mempengaruhi stunting
pada balita.

2
7. Verawati Stunting and Populasi Instrumen Desain Hasil analisis bivariat
Simamora, Sabar developmen penelitian penelitian penelitian menunjukkan bahwa ada
Santoso, Nanik t of behavior ini adalah menggunakan yang hubungan antara Stunting
Setiyawati (2019) semua kuesioner dan digunakan dan perkembangan balita
balita di wawancara adalah 24-59 bulan (p = 0,003).
bawah kohort Tidak ada hubungan antara
wilayah retrospektif jenis kelamin dan jumlah
kerja (kohort saudara kandung dengan
Sentolo historis) perkembangan anak balita
Health (p = 0,808). Ada hubungan
Center I yang signifikan antara
tingkat pengetahuan ibu dan
perkembangan balita (p =
0,859). Ada hubungan
antara tingkat pendidikan
ibu dengan perkembangan
(p = 0,003). Ada hubungan
antara pendapatan keluarga
dan perkembangan (p =
0,001), tetapi tidak ada
hubungan antara pekerjaan
ibu dan anak di bawah lima
tahun (p = 0,001). Ada
hubungan antara Stunting
dan perkembangan balita
24-59 berbulan-bulan di
wilayah kerja Puskesmas
Sentolo I, Kabupaten
KulonProgo

3
8. Kamiya, Nomura, Mothers' 100 ibu Menggunakan Penelitian Kemungkinan pengerdilan
Ogino, autonomy dan 115 kuisioner dan kuantitatif masa kanak-kanak secara
Yoshikawa, and anak-anak pengukuran signifikan lebih rendah jika
Siengsounthone, childhood mereka tingga badan ibu memiliki self-efficacy
Xangsayarath stunting: (<5 tahun) yang lebih tinggi untuk
(2018). evidence perawatan kesehatan (OR =
from semi- 0,15, p = 0,007), harga diri
urban (OR = 0,11, p = 0,025), atau
communitie kontrol uang (OR = 0,11, p
s in Lao = 0,041). Sebaliknya,
PDR. kekuatan pengambilan
keputusan ibu dan
kebebasan mobilitas tidak
secara signifikan terkait
dengan pengerdilan anak.
9. Setyawan Yulian Social Populasi Instrumen Metode Hasil penelitian
Nugraha, Nur Support penelitian penelitian yang menunjukkan keluarga
Fatikhah, Sulis Family To adalah ibu menggunakan digunakan dukungan sosial dengan
Tri Wahyuni Increase balita kuesioner adalah tingkat frekuensi yang baik
(2019) Parenting yang tentang desain 65 responden (60,7%). Dan
Pattern To bertempat dukungan analitik responden dengan frekuensi
Prevent tinggal di keluarga dan korelasional cukup sebesar 67
Stunting desa pola dengan cross responden (62,6%). Hasil
Kecamata pengasuhan sectional. uji regresi linier dengan p
n Jabon, untuk sama dengan 0,00.
Kabupate mencegah Ini berarti hubungan antara
n stunting dukungan sosial keluarga
Mojoanya dengan pola pengasuhan
r, mencegah stunting pada

3
Kabupate balita. Dukungan sosial
n yang lebih baik keluarga ibu
Mojokerto itu pengasuhan pada balita
dengan semakin baik untuk
250 anak mencegah stunting.
10 Emamian, Fateh , Mother's Anak- Dengan Penelitian Indeks konsentrasi untuk
. Gorgani, Fotouhi education is anak menggunakan kuantitatif ketimpangan sosial-
A (2014) the most berusia <6 cluster ekonomi dalam stunting
important tahun sampling acak, adalah -0 · 1913.Pendidikan
factor in berat dan ibu berkontribusi 70%
socio- tinggi anak- dalam penguraian indeks
economic anak diukur ini. Rata-rata tinggi Z untuk
inequality of dan indeks skor adalah -0 · 544 dan -0 ·
child antropometrik 335 untuk kelompok sosial
stunting in ekonomi rendah dan tinggi,
Iran. masing-masing. Pendidikan
ibu adalah faktor yang
paling berkontribusi
terhadap kesenjangan antara
kedua kelompok ini.

Tabel 2.1 Tabel Sintesa

3
BAB III
DEFINISI KONSEP

3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Perilaku ialah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang

dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku didasari oleh pengetahuan, sikap serta

tindakan yang dimana terwujud atas pengalaman serta interaksi manusia dengan

lingkungannya.

Dalam konteks pengasuhan tidak lepas dari bagaimana perilaku ibu

dalam mengasuh anak balitanya. Perilaku pengasuhan ibu merupakan peranan

penting dalam mengasuh dan merawat anak, baik dalam pemberian makan serta

bagaimana menanamkan kebiasaan merawat kebersihan diri pada anak. Kejadian

stunting pada balita sangat dipengaruhi bagaimana perilaku pengasuhan ibu itu

sendiri dari kurangnya pengetahun akan pemberian makan terhadap anak, serta

sikap ibu yang masih belum konsisten akan berdapak buruk pada status gizi

balita. Perilaku juga tidak lepas dari adanya dukungan keluarga terutama suami.

3
3.2.Pola Pikir

Faktor predisposisi
Pengetahuan
Sikap

Faktor pemungkin 1.Fasilitas kesehatan Perilaku pengasuhan ibu pada balita stunting

Faktor pendorong
Tenaga kesehatan Teori pengasuhan
Suami Pemberian asi eksklusif
Pemberian MP asi
Pola pencarian layanan kesehatan

Gambar 3.1 Pola Pikir Peneliti


3.3.Definisi Konsep

3.3.1 Faktor Perdisposisi

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Pengetahuan yang

dimaksud adalah ibu mengetahui serta memahami bagaimana mengasuh

anak balita stunting yakni dari mengetahui asi esklusif, pemberian

makanan pendaming asi, serta pola pencarian layanan kesehatan.

Dengan adanya pengetahuan sehingga ibu mampu memberikan perilaku

pengasuhan yang baik terhadap balita stunting

3
b. Sikap

Sikap merupakan respon seseorang dalam kesiapan untuk

bertindak pada suatu obyek tertentu. Sikap disini diartikan bahwa

bagaimana ibu dapat menilai atau memberikan respon postif terhadap

pengasuhan itu sendiri. Penilaian dapat diberikan pada saat ibu meyakini

bahwa betapa pentingnya memberikan pengasuhan kepada balita

stunting seperti pemberia asi eksklusif, MP asi, dan pola pencarian

layanan kesehatan.

3.3.2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan

seseorang itu dapat berperilaku. Yang dimaksud dalam faktor pemungkin

ini ialah tersedianya sarana dan prasana, yakni fasilitas kesehatan.

Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai akan mendukung terjadinya

perilaku pengasuhan ibu terhadap balita stunting dengan begitu ibu dapat

memanfaatkan fasilitas tersebut serta mendaptkan informasi-informasi

tentang pemberian asi eksklusif, MP asi, serta pola pencarian layanan

kesehatan.

3.3.3. Faktor Pendorong

a. Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam

mempengaruhi perilaku sehat seseorang. Fungsi dari tenaga kesehatan

3
dalam pengasuhan ialah memberikan edukasi serta dorongan kepada

ibu untuk memberikan pengasuhan yang baik terhadap anaknya

sehingga terbentuknya perilaku pengasuhan ibu yang baik.

b. Suami

Suami ialah pendorong yang paling berpengaruh pada

pengasuhan ibu terhadap anaknya. Suami memberikan motivasi serta

bersama-sama dalam memberikan pengasuhan yang baik untuk

tumbuh kembang sang anak.

3
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar

alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti

adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

dengan secara purposive dan snowbaal, pengumpulan data dengan tianggulasi,

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi (Albi, 2018).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Siniu

Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong dan waktu penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan Juli 2020.

4.3. Informan

Adapun informan dalam penelitian ini dibagi sebagai berikut:

4.3.1 Informan Kunci

Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun informan

kunci yang dimaksud adalah petugas gizi.

3
4.3.2 Informan Biasa

Informan biasa yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti dalam hal ini. Adapun informan biasa adalah

ibu yang memiliki balita stunting di wilayah kerja puskesmas Siniu

4.3.3 Informan Tambahan

Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

tambahan mengenai pengasuhan ibu. Adapun informan tambahan adalah

suami dari ibu yang memiliki balita stunting.

4.4. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

purposive sampling pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti itu sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

Adapun kriteria dalam menentukan informan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Ibu yang memiliki balita stunting di wilayah kerja puskesmas siniu.

b. Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Siniu

c. Bisa di ajak berkomunikasi

4.5. Instrumen penelitian

4.5.1 Instrumen Utama

Penelitian kualitatif, peneliti sebagai human instrument yang

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber

data, menilai kualitas data, analisis data menafsirkan data dan membuat

3
kesimpulan (Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini penulis sendirilah yang

akan menjadi instrumen utama.

4.5.2 Instrumen Pelengkap

Instrumen pelengkap pada penelitian ini antara lain:

1. Pedoman wawancara

2. Alat tulis menulis

3. Alat perekam (tape recorder)

4. Kamera.

4.6. Pengumpulan Data

4.6.1 Data Primer

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan cara

observasi lapangan dengan wawancara mendalam (Indepth Interview)

dengan menggunakan pedoman wawancara (Interview Guide).

4.6.2 Data Sekunder

Pengumpulan data yang diperoleh dari tempat penelitian yakni di

Puskesmas berupa dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

4.7. Pengolahan Data dan Penyajian Data

4.7.1 Pengolahan Data

Data hasil wawancara diolah menggunakan pendekatan analisa isi

(content analisist) dengan teknik matriks dimana informasi diolah dalam

tabel antara lain: Nomor, variabel yang diteliti, kode informan, emik, etik,

dan kesimpulan.

3
4.7.2 Penyajian Data

Data/Informasi hasil wawancara dan dokumentasi yang telah diolah

diinterpretasikan dan akan disajikan dalam bentuk narasi atau cerita.

4.8. Keabsahan data

Adapun jenis triangulasi yang digunakan peniliti dalam penelitian ini

yaitu triangulasi teknik dan sumber. Adapun penjelasan mengenai triangulasi

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik berbeda yang terdiri

dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Misalnya data yang diperoleh

dari wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dihasilkan

data yang berbeda-beda maka peneliti harus melakukan diksusi lebih lanjut

kepada sumber data.

b. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang terdiri

dari informan kunci, biasa, dan juga dapat menggunakan informan tambahan

apabila masih membutuhkan keakuratan data.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z. F., & Indah, S. S. N. (2019). Faktor Lingkungan dan Perlaku Orang Tua
pada Balita Stunting di Kabupaten Gorontalo. Jurnal Ilmiah Umum Dan
Kesehatan, 4(2), 87–96.

Albi, A. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Https: //Doi. Org/10.20473/Ijosh.


V6i2. 2017. 135-145.

Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Bayi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Amir, A. (2009). Pengaruh Penyuluhan Model Pendampingan Terhadap Perubahan


Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan. In Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: Pt
Gramedia Pustaka Utama.

Badan Pusat Statistik. (2016). Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(Sustainable Development Goals) Di Indonesia. In Katalog Bps.

Dinas Kesehatan Parimo. (2019). Dinas Kesehatan Kabupaten Parimo. In Dinkes


Parimo (Vol. 12). Https://Doi.Org/10.1007/S13398-014-0173-7.2

Dinkes, S. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018. 1–222.

Giri, . K. W., Suryani, N. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Pemberian Asi Serta Pemberian Asi Eksklusif Dengan Status Gizi Balita Usia 6–
24 Bulan (Di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng). Jurnal
Magister Kedokteran Keluarga, 01(01), 24–37.

Hidayat, T. S., & Jahari, A. B. (2012). Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya


Dengan Status Gizi Dan Morbiditas Balita. Kesmas, 40(3), 1–10.
Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V13i3.1989

Indra Dewi, Suhartatik, S. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting


Pada Balita 24-60 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lakudo Kabupaten Buton
Tengah. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(2302–2531).

Kementrian Kesehatan. (2013). Kementrian Kesehatan (P. 71). P. 71.

Khomsan, A., & R. (2008). Menu Sehat Untuk Tumbuh Kembang Anak Usia 6-24
Bulan. In Agro Media Pustaka. Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V9i3.571

4
Liem, S., Panggabean, H., & Farady, R. M. (2019). Persepsi Sosial Tentang Stunting
Di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan, 18(1), 37–47.
Https://Doi.Org/10.22435/Jek.18.1.167.37-47

Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan Ibu, Pola Makan Dan Status
Gizi Pada Anak Stunting Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan
Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia, 6(2), 82.
Https://Doi.Org/10.14710/Jgi.6.2.82-89

Masrul, M. (2019). Gambaran Pola Asuh Psikososial Anak Stunting Dan Anak
Normal Di Wilayah Lokus Stunting Kabupaten Pasaman Dan Pasaman Barat
Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1), 112.
Https://Doi.Org/10.25077/Jka.V8i1.978

Nihwan. (2019). Bimbingan Penyuluhan Terhadap Pemahaman Orang Tua Dalam


Mencegah Stunting Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1.

Notoatmodjo. (2012a). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan (Vol. 14).


Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012b). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pt. Rineka


Cipta.

Nugraha. (2019). Social Support Family To Increase Parenting Pattern To Prevent


Stunting. International Journal Of Nursing And Midwifery Science (Ijnms), 3.

Rahmawati, A. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Orang Tua


Tentang Stunting Pada Balita. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal Of Ners
And Midwifery), 6(3), 389–395. Https://Doi.Org/10.26699/Jnk.V6i3.Art.P389-
395

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (Riskesdas). Journal Of


Physics A: Mathematical And Theoretical, 44(8), 1–200.
Https://Doi.Org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Risna. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Responsive Feeding Dengan


Kejadian Stunting Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bandarharjo, Semarang. Journal Of Nutrition College, 8, 17–21.

Sebayang, W. (2018). Perilaku Seks Remaja. In Cv Budi Utama, Yogyakarta (Vol. 4).
Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V4i6.167

4
Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sutarto, Diana Mayasari, R. I. (2018). Stunting Faktor Resiko Dan Pencegahannya.


Jurnal Kedokteran, 5(1), 243–243. Https://Doi.Org/10.1201/9781439810590-
C34

Tarupay Aditya. (2014). Perilaku Merokok Mahasiswa Di Kota Makassar. In Unhas


(Vol. 14). Https://Doi.Org/10.35791/Agrsosek.14.3.2018.21534

Tridhonanto. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. In Elex Media, ,


Jakarta. Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V8i2.349

Unicef. (2018). United Nations Children’s Fund.

Welasasih, B., & Wirjatmadi, R. (2012). Beberapa Faktor Yang Berhubungan


Dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian Journal Of Public Health, 8,
204–217.

Wilda Aprilia,Budiman, E. P. H. B. (2018). Hubungan Pola Makan Dan Asuh


Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mepanga
Kabupaten Parigi Moutong. Journal Muhammadiyah, 53(9), 1689–1699.
Https://Doi.Org/10.1017/Cbo9781107415324.004

Wismalinda. (2019). Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting (Rekomendasi


Pengendaliannya Di Kabupaten Lebong). Journal Riset Informasi Kesehatan,
8(2), 140–151. Https://Doi.Org/10.30644/Rik.V8i2.237

World Health Organisation. (2018). Monitoring Health For The Sdgs. In World
Health Organisation (Vol. 10).

Zeitlin, M. (2000). Gizi Balita Di Negara-Negara Berkembang, Peran Pola Asuh


Anak : Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program Gizi.
Journal Kesehatan, 321–328. Https://Doi.Org/10.20473/Ijosh.V7i3.2018.321

4
LAMPIRAN

4
Jadwal penelitian

Judul : Perilaku Pengasuhan Ibu Pada Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Siniu Kecamatan Siniu Kabupaten
Parigi Moutong
Nama : Nur Vaega Ulfiana F. Lapu
Nim : P10117240
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. penyusunan
proposal
2. Penyusunan
instrumen
3. Ujian proposal
4. Perbaikan
proposal
5. Pelasanaan
penelitian
6. Pengumpulan
data
7. Pengolahan data
8. Ujian hasil
penelitian
9. Perbaikan
10 Ujian skripsi
11 Perbaikan dan
penyerahan
skripsi

4
Lampiran 2

PERSETUJUAN PENGAMBILAN GAMBAR INFORMAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan ini saya bersedia foto/gambar saya dipublikasikan untuk

kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi bagi peneliti dan tidak akan

merugikan saya.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh

kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,.................................2020

Yang Menyatakan

4
Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN

(Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian

dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan

manfaat dari penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersedia menjadi

informan dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta penuh kesadaran

dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,…..............................2020

Yang Menyatakan

(………………………...)

4
PEDOMAN WAWANCARA

I. INFORMAN KUNCI

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

1. Menurut anda,apa yang dimaksud dengan stunting?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi stunting di kecamatan siniu?

3. Apa peran yang dilakukan oleh bidan desa untuk mencegah terjadinya stunting?

4. Seperti apa dukungan yang diberikan oleh bidan desa kepada ibu yang memiliki

balita stunting terkait asi eksklusif, mp asi serta pola pencarian layanan

kesehatan?

5. Apa yang dilakukan oleh bidan desa untuk memberikan informasi kepada ibu

terkait asi eksklusif, mp asi serta pola pencarian layanan kesehatan kepada

balita stunting?

6. Menurut anda, bagaimana peran suami dalam perilaku pengasuhan terkaitasi

eksklusif, mp asi serta pola pencarian layanan kesehatan kepada balita stunting?

4
II. INFORMAN BIASA

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

1. Faktor perdisposisi

A. Pengetahuan

1) Pengetahuan ibu dalam pemberian asi eksklusif

- Menurut anda apa itu stunting?

- Apakah anda mengetahui apa itu asi eksklusif?

- Apakah anda mengetahui manfaat dari asi?

- Apakah ada hubungannya pemberian asi dengan kejadian stunting?

- Menurut anda pada usia berapakah asi diberikan?

- Sebelum anda memutuskan untuk memberikan asi apakah anda

mengetahui dampak dari tidak memberkian asi.

2) Pengetahuan ibu dalam pemberian MP asi

- Apakah anda mengetahui apa itu MP asi

- Pada usia berapa mp asi diberikan?

- Apa saja jenis makanan pendamping asi?

- Apakah anda mengetahui apa dampak memberian MP asi tida sesuai

usia yang dianjurkan ?

- Apakah anda mengetahui jajanan yang baik untuk balita

4
- Apakah ibu mengetahu dampak yang terjadi apabila memberikan

jajanan yang tidak sehat?

3) Pengetahuan pola pencarian layanan kesehatan

- Apakah anda mengetahui seberapa pentingnya adanya layanan

kesehatan?

- Menurut anda apa dampak apabila tidak adanya layanan

kesehatan?

- Apakah anda mengetahu apa itu posyandu?

- Apakah anda mengetahui manfaat dari adanya posyandu?

B. Sikap

1) Sikap ibu dalam pemberian asi esklusif

- Bagaimana tanggapan anda mengenai pemberian asi pada usia 0-6

bulan?

- apakah pada saat bayi dilahirkan sampai dengan usian 6 bulan ibu

konsisten memberikan asi?

- Bagaiaman tanggapan anda memberikan susu formula selama 0-6

bulan?

2) Sikap ibu dalam pemberian MP asi

- Bagaimana tanggapan anda tentang mp asi diberian pada usia 6

bulan ?

5
- Apakah memberikan mp asi sebelum usia 6 bulan itu baik bagi

anak?

- Bagaimana tanggapan ibu mengenai jajanan untuk balita?

3) Sikap ibu dalam pola pencarian layanan kesehatan

- Bagaimana tanggapan anda bahwa apabila anak sakit harus dibawa

ke pelayanan kesehatan?

- Bagaimana tanggapan anda tentang pengobatan dirumah?

- Bagaimana tanggapan anda membawa balita ke posyandu secara

rutin?

2. Faktor pemungikn

A. Fasilitas kesehatan

1) Fasilitas kesehatan terhadap pemberian asi

- Bagasimana etersediaan fasilitas esehatan di pusesmas siniu?

- Apa saja fasilitas diberikan oleh pihak puskesmas terkait

pemberian asi?

- Bagaimana informasi yang diberian oleh pihak puskesmas apakah

mempermudah ibu memahami pemberian asi eksklusif?

2) Fasilitas kesehatan terhadap pemberian MP asi

- Apa saja fasilitas diberikan oleh pihak puskesmas terkait

pemberian MP asi?

5
- Bagaimana informasi yang diberikan oleh pihak puskesmas apakah

mempermudah ibu memahami pemberian mp asi?

3) Fasilitas kesehatan terhadap pola pencarian layanan kesehatan

- Apakah tersedia fasilitas yang cukup memdai saat berobat

kepusesmas?

- Bagaimana pelayanan yang diberikan oleh petugas puskesmas

- Bagaimana jarak dari rumah ibu ke pusesmas?

- Apa saja kendala anda saat ingin berobat ke puskesmas?

- Apakah tersedia posyandu secara rutin?

3. Faktor pendorong

A. Tenaga kesehatan

1) Tenaga kesehatan dalam pemberian asi?

- Informasi apa saja yang didapatkan dari petugas kesehatan

mengenai pemberia asi?

- Apakah anda mendapatkan dukungan mengenai pemberian asi?

- Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan?

- Apa yang dilakukan petugas kesehatan ketika anda mengalami

kendala saat memberikan asi?

2) Tenaga kesehatan dalam pemberian mp asi

- Informasi seperti apa yang diberikan petugas kesehatan terkait mp

asi?

5
- Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan petugas kesehatan

terkait mp asi?

3) Tenaga kesehatan dalam pola pencarian layanan kesehatan

- Apakah anda mendapat informasi dari petugas kesehatan terkait

melakukan pengobatan di puskesmas?

- Seperti apa informasi yang diberikan?

- Seperti apa informasi yang diberikan petugas kesehatan terkait

posyandu untuk balita?

- Bagaimana bentuk dukungan dari petugas kesehatan untuk anda

melakukan pengobatan di puskesmas dan membawa balita ke

posyandu secara rutin?

B. Suami

1) Suami dalam pemberian asi eksklusif

- Apakah anda mendapatkan dukungan dari suami dalam pemebrian

asi secara eksklusif

- Bagaimana bentu duukngan yang diberian

- Apaah suami melarang/menyetujui anda memberikan susu formula

kepada balita pada usia 0-6 bulan

- Menurut anda seberapa penting peran suami dalam membantu ibu

memberikan asi eksklusif?

2) Suami dalam pemberian mp asi

5
- Apakah anda mendapatkan dukungan dari suami dalam pemebrian

mp asi ?

- Bagaimana bentuk dukungan yang diberian?

- Apaah suami melarang/menyetujui anda memberia mp asi pada

usia 6 bulan?

- Apakah suami melarang/menyetujui memberikan jajanan kepada

balita?

- Menurut anda seberapa penting peran suami dalam membantu ibu

memberikan asi?

3) Suami dalam pola pencarian layanan kesehatan

- Apakah anda mendapatkan dukungan dari suami membawa balita

ke puskesmas ketika sakit?

- Apakah anda mendpatkan dukungan dari suami membawa balita

ke posyandu secara rutin?

- Bentuk dukungan seperti apa yang diberikan?

- Apakah suami mengizinkan balita berobat dirumah tanpa pergi ke

puskesmas?

- Bagaiaman peran suami dalam membantu ibu memberikan layanan

kesehatan kepada balita?

5
III. INFORMAN TAMBAHAN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

1. Apa yang anda ketahui tentang stunting?

2. Apa yang anda ketahui tentang pemberian asi eksklusif, mp asi serta pola

pencarian layanan kesehatan?

3. Bagaimana tanggapan anda mengenai fasilitas yang diberikan oleh puskesmas

terkait asi eksklusif, mp asi serta pola pencarian layanan kesehatan?

4. Bagaimana bentuk dukungan yang anda berikan kepada istri anda?

Anda mungkin juga menyukai