Anda di halaman 1dari 3

AUDITING II

DISKUSI 2

NAMA : FEBRI RIYANSYAH

KELAS : AKUNTANSI A_7

NIM : 043296957

JAWABAN

1. a) Tipe → tipe uji pengendalian terdiri atas uji lingkungan pengendalian,


uJi sistem penaksiran risiko klien, uji sistem informasi dan komunikasi,

ji aktivitas pengendalian, uji sistem pemantauan, serta uji program dan

pengendalian antikecurangan. Sementara itu, tipe uji substantif terdiri atas

prosedur awal, prosedur analitis, uji transaksi detail, uji detail saldo, uji

detail estimasi akuntansi, uji substantif yang diharuskan oleh standar audit,

serta uji detail pengungkapan.

Tujuan -→ uji pengendalian bertujuan untuk menilai efektivitas rancangan

b)

dan penerapan pengendalian internal. Sementara itu, uji substantifbertujuan

untuk menilai kewajaran asersi laporan keuangan yang signifikan

Karakteristik pengukuran → uji pengendalian pengukuran frekuensi

c)

penyimpangan dari pengendalian yang dirancang. Sementara itu, uji

substantif mengukur kesalahan moneter pada transaksi dan saldo.

d)

Prosedur audit yang berlaku uji pengendalian meliputi penyelidikan,


pengamatan, inspeksi, pengulangan prosedur, dan teknik audit dengan

komputer. Sementara itu, uji substantif meliputi hal yang sama, seperti

uji pengendalian, ditambah prosedur analitis, penghitungan, konfirmasi,

pelacakan, dan penjaminan..

3. Tes perincian dapat diterapkan langsung ke rekening laporan laba rugi pada
saat bukti yang diperoleh dari uji rekening neraca terkait tidak mengurangi

Tisiko deteksi ke level yang rendah. Ini mungkin syarat untuk situasi

berikut.

(1)

Risiko bawaan tinggi, seperti ketika (1) transaksi tidak rutin atau (2)

keputusan manajemen dan estimasi memengaruhi asersi.

(2)

Risiko pengendalian tinggi baik karena (1) pengendalian internal

yang berhubungan untuk transaksi tidak rutin dan rutin tidak efektif

atau (2) auditor tidak memilih menguji pengendalian internal.

Prosedur analitis mengungkapkan hubungan yang tidak biasa dan

(3)

fluktuasi yang tak terduga.

Rekening memerlukan analisis karena (1) mensyaratkan

(4)

pengungkapan khusus dalam laporan laba rugi, (2) berisi informasi

yang diperlukan dalam penyusunan SPT atau laporan untuk badan

pengatur seperti SEC, atau (3) memiliki judul rekening umum yang

menunjukkan kemungkinan salah saji dan kesalahan.


4. Karena auditor dibatasi oleh keterbatasan waktu, tenaga
dan biaya. Auditor dihadapkan pada pengujian account dan
transaksi yang jumlahnya sangat banyak, ruang lingkup
pekerjaan yang sangat luas, sedangkan diluar itu auditor juga
harus berkejar-kejaran dengan waktu. Laporan auditor
independen yang tepat waktu adalah 90 hari sejak tanggal
tutup buku, diluar dari tanggal tersebut, sudah disebut
sebagai audit delay. Berarti bila kita menghitung 90 hari sejak
tanggal 31 Desember, maka tanggal 31 Maret
menjadi deadline laporan auditor independen. Hal ini membuat
terasa sekali “peak season” di kantor akuntan publik, terutama
bulan Januari – Maret. Peak season sendiri sudah mulai dari
bulan November minggu kedua sampai 30 April (pelaporan SPT
Badan), dan puncaknya di Januari – Maret.
Lalu apa dampak dari penggunaan sampling ini? Karena
adan ya sampling ini, maka muncul resiko sampling (sampling
risk). Resiko sampling adalah ketika sampel yang diambil
auditor ternyata tidak representatif, artinya sampel yang
diambil auditor tidak mewakili populasinya. Berhubungan
dengan sampling risk ini, ada dua macam, yaitu sampling
risk yang berhubungan dengan test of control dan sampling
risk yang berhubungan dengan substantive test

Anda mungkin juga menyukai