Tentang
Disusun oleh :
Kelompok 8
Dosen pengampu :
IBNU HASNUL.,S.H.I.,MA
FAKULTAS SYARIAH
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hanturkan kepada Allah SWA, atas selesainya makalah yang
berjudul “Pemikiran kontemporer di Indonesia Mengenal Gerakan Pemikiran Kontemporer
Di Indonesia”.Sebagai penulis kami tau makalah yang kami sampaikan ini tentulah jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami meminta kepada bapak dosen untuk memberikan kritik
dan saran terhadap kelompok kami, guna kedepan nya kami dapat memperbaiki hasil kerja
dari kelompok kami. Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah mau
mendengarkan presentasi kami dari awal, kami akhiri dengan
Penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1) LATAR BELAKANG………………………………………………………………..
2) RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………
3) TUJUAN………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………
1) KESIMPULAN………………………………………………………………………..
2) SARAN ………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Munculnya fenomena paham keislaman yang amat beragam, tentunya memilki
latar belakang kemunculannya, batasan dan ciri-ciri dari masing-masing gerakan
pemikiran Islam yang muncul di Indonesia. Masing-masing mempunyai corak dan
wajah yang cukup beragama. Dari corak tersebut perlu diketahui dan dipelajari.
Adapun jenis penelitian ini adalah kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan
sosiologi Agama dan sejarah yang akan mengungkap beberapa konsep pemikiran
Islam kontemporer di Indonesia.
2. Rumusan masalah
Dalam makalah ini hal yang akan kita bahas adalah Pemikiran kontemporer di
indonesia, yaitu tentang :
1. sejarah muhammadiyah ?
3. Tujuan masalah
Makalah ini kami tulis guna untuk menjawab segala rumusan masalah yang
ada diatas supaya kita dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada.
BAB 2
PENDAHULUAN
1) Islam Foundamentalis: Istilah Islam fundamentalis dapat dimaknai Islam yang dalam
pemahaman dan prakteknya bertumpu pada ha-hal yang bersifat asasi atau mendasar.
Pemahaman secara kebahasaan yang demikian ini mengandung pengertian, bahwa
yang dimaksutkan Islam fundamentalis adalah gerakan atau paham yang bertumpu
pada ajaran mendasar dalam Islam, teutama terkait dengan rukun Islam dan Iman.
Apabila ditinjau dari segi kebahasaan ini, maka semua aliran atau paham yang
menjadikan rukun Iman dan Islam sebagai ajaran utama, maka mereka termasuk pada
kelompok ini. Bahkan tiga aliran besar di dunia, seperti Sunni, Syi’ah dan Ahmadiyah
juga menjadikan ajaran tersebut sebagai dasar pijakan dalam beragama. Gerakan ini
mencakup berbagai aliran, termasuk Islamisme moderat hingga konservatif. Beberapa
kelompok seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki pengaruh yang
signifikan dalam mengartikulasikan pemikiran Islam di Indonesia.
2) Feminisme Indonesia: Gerakan feminis di Indonesia adalah gerakan tranformasi
perempuan untuk menciptakan hubungan antar sesame manusia yang secara
fundamental barulebih baik dan lebih adil, telah tumbuh dalam beberapa dekade
terakhir. Mereka berusaha untuk memperjuangkan kesetaraan gender, hak perempuan,
dan mengatasi isu-isu seperti kekerasan dalam rumah tangga.
3) Gerakan Lingkungan:Gerakan lingkungan adalah Gerakan social dan politik yang di
arahkan untuk pelestarian restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup
melalui Pendidikan public,advokasi perubahan gaya hidup,perbaikan perencanaan
kominitas,perubahan ekonomi serta perombakan Gerakan lingkungan Dalam konteks
isu lingkungan, ada banyak kelompok yang bekerja untuk mempromosikan kesadaran
lingkungan, pelestarian hutan, dan perlindungan alam. Misalnya, Greenpeace dan
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) adalah beberapa organisasi yang
bergerak dalam bidang ini.
4) Pemikiran Politik: Dalam ilmu social ideologi adalah sebuah himpunan yang
menjelaskan mengenai rencana atau Tindakan dalam kebijakan public ataupunteori
komunis yang di anggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh.Pemikiran
politik kontemporer di Indonesia mencakup berbagai kelompok dan spektrum
ideologi, dari liberalisme hingga nasionalisme,gerakan pro-demokrasi dan advokasi
hak asasi manusia juga aktif.
5) Pemikiran Keagamaan dan Kepercayaan: Agama adalah seperangkat nilai dan kaidah
agar mausia mampu berhubungan baik dengan tuhan serta makluknya,sedangkan
kepercayaan di artikan sebagai sikap batin seseorang atas kebenaran ajaran,selain
Islam, Indonesia memiliki beragam kepercayaan dan agama. Pemikiran kontemporer
mengenai pluralisme agama dan dialog antarkepercayaan juga berkembang.
6) Seni dan Budaya: Dunia seni dan budaya Indonesia memiliki perannya sendiri dalam
pemikiran kontemporer. Seniman, penulis, dan budayawan berkontribusi pada
pemikiran seni, estetika, dan ekspresi budaya,seni juga memiliki kaitan dengan
budaya memiliki asal kata dari Bahasa sansekerta yakni budayyah dengan bentuk
jamaknya dan budi dayanya.
7) Pemikiran Sosial dan Ekonomi:Pemikiran social ekonomi ber kedudukan seorangan
dalam klompok masyarakat yang di tentukan oleh aktivitas ekonomi,Pendidikan dan
pendapatan. Pemikiran kontemporer juga mencakup isu-isu sosial dan ekonomi,
seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan pembangunan berkelanjutan.
A. MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah didirikan oleh seorang ulama bernama K.H. Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Agustus 1912 di Yogyakarta. Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal
berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal
perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903,
Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.
Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama
Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai
Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn
Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi
Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan
benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai
Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan
cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir
mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri,
menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan
mau berpikir teoritik dan sekaligus beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan
tidak ingin umat Islam taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup. Karena
itu memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki dengan
mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.
Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam
tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam
tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;
Pada awal abad 20, Islam Tradisionalis disaingi oleh kaum pembaharu (modernis) yang
ide-ide pembaharuannya diperoleh dari para pembaharu Timur Tengah seperti Jamaluddin al-
Afghani (1838-1897), Muhammad ‘Abduh (1849-1905), dan Rasyid Ridha (1865-1935).
Mereka yang tergolong ke dalam Islam Modernis berusaha untuk menghilangkan sikap
taklid2 yang dianut oleh Islam Tradisionalis dengan mengikuti sikap talfik.
Mereka juga menganggap kaum tradisionalis itu merupakan penyebab merosotnya
ekonomi umat Islam yang saat itu dijajah oleh etnisetnis seperti Eropa Kristen, Cina, Arab,
India dan Belanda. Mereka juga memandang praktik keagamaan yang diajarkan kaum
Tradisionalis tidak bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, seperti ziarah ke makam para
wali serta tawassul yang dianggap syirik atau menyekutukan Allah. Mereka juga berargumen
tentang praktik sufi dan tidak suka dengan khotbah Jum’at yang berbahasa Arab karena
sebagian besar jama’ah tidak mengerti maksud yang terkandung di dalamnya.
Perdebatan antara Islam tradisionalis dan Islam Modernis berlangsung sangat panas.
Mereka berdiskusi yang berpusat pada persoalan praktik ibadah, reformasi pendidikan dan
strategi dalam berorganisasi yang sudah lama dipertahankan oleh Islam tradisionalis. Sekitar
tahun 1910-an, kedua pihak sudah mulai mengerti satu sama lain terhadap perbedaan
pendapat selama ini dan mereka mulai dilakukan kesepakatankesepakatan dalam hal-hal
seperti reformasi pendidikan dan pemberlakuan syarat- dengan mencampurkan antara satu
madzhab dengan madzhab yang lain.. syarat sebelum dilakukannya ijtihaddalam persoalan
hukum Islam. Awal tahun 1920- an, Islam Modernis kembali mempermasalahkan ajaran
keagamaan Islam tradisionalis terhadap otoritas6 keagamaan kiai dalam memutuskan hal-hal
yang berkaitan dengan hukum agama.
Dalam sejarah NU, penciptaan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan
dukungan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-Qur’an,
Sunnah, dan Ijma (keputusan ulama terdahulu). Qiyas atau contoh kisah Al-Qur’an dan
hadits menurut K.H. Mustofa Bisri memiliki tiga substansi di dalamnya, yakni sebagai
berikut:
1. Dalam bidang syariat Islam, sesuai dengan salah satu ajaran dari empat Madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafiy, Hanbali), dan sebenarnya Kyai NU sangat taat kepada
Syafi’i. “Saya sekolah
2. Dari perspektif tauhid (ketuhanan), saya akan mengikuti ajaran Imam Abu Hasan
Almaty Ali dan Imam Abu Mansur Al Maturidi
3. Dasar-dasar Imam Abu Qosim Al Junaidi di bidang tasawuf Proses mengintegrasikan
ide-ide Sunni berkembang. Cara berpikir Sunni di bidang ketuhanan bersifat eklektik:
memilih pendapat yang benar.
Periode Orde Lama –NU memutuskan menjadi partai politik semata-mata karena
berkonfrontasi dengan Komunis. Kekuatan komunisme sebagai partai politik membutuhkan
pola yang sama. Nahdlatul Ulama akhirnya mampu mempertahankan dasar Pancasila dengan
suara lantang.
Masa Orde Baru –Karena kebijakan pemerintah yang kuat, posisi NU adalah Ulama,
bersama kelompok Islam lainnya, kembali sebagai kelompok sosiologis dan religious,
kemudian sepakat untuk membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Secara sosial
merupakan kepedulian Nafatur Utama dan secara politik merupakan partai Nahdlatul Ulama.
Masa Reformasi Pada masa reformasi –Pola politik NU mulai berubah. NU telah
sepakat untuk kembali ke Khittah. Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang murni
sosiologis dan religius, menjaga jarak dengan partai politik yang ada. Oleh karena itu,
Nahdlatul Ulama bukan milik siapa pun, melainkan milik potensi negara Indonesia.
Nahdlatul Ulama sebenarnya berdiri dalam sejarahnya sebagai bentuk reaksi eksternal
(gerakan pemurnian). Dan berdirinya organisasi ini tidak terlepas dari peran Kyai, wakil
utama kelompok Islam tradisionalis, dan komunitas Pesantrennya. Nahdlatul Ulama mengacu
pada salah satu Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanabari) dan merupakan organisasi
keagamaan yang melayani negara, negara bagian dan Muslim.
PARTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), yang hampir genap satu abad (100 tahun),
tentunya telah banyak melahirkan rangkaian Karya dan Bakti untuk Bangsa dan Negara
(NKRI). Apalagi PERTI adalah salah-satu Ormas Islam di tanah air (Republik Indonsia) yang
berdiri sejak tanggal 5 Mei 1928. PERTI telah berdiri sebagai Ormas, yang bertempat di
Candung, Kabupaten Agam, Bukittinggi, Minangkabau, Sumatera Barat.
Tiba juga waktunya berkiprah bersama Anak Bangsa yang lain, bahu-membahu dalam
upaya memajukan bangsa dan negara, bahkan tiada pernah henti. Meskipun berbagai kendala
menghadang tetap dihadapi dalam rentang waktu berbakti sebagai Ormas Keagamaan.
Tantangan yang datang, baik secara internal dan eksternal. Tetapi, tekad perjuangan dan visi
kebangsaan dan kenegaraan serta keagamaan tiada pudar. PERTI berdiri dalam keyakinan
tersebut, sehingga eksistensinya selalu mendapat sambutan baik agar berkipirah semakin
nyata di tengah kehidupan nasional.
Sebagai Tokoh Sentral dalam pendirian PERTI ialah Syeikh Sulaiman Arrasuli, dan
sejumlah Ulama Besar lainnya – selaku teman seperjuangan Beliau yang ikhlas mencurahkan
segala potensi keilmuan serta peranannya secara nyata (konkret) bagi kebaikan negeri. Ketika
kini dinamika berlangsung, maka sudah seharusnya menyampaikan rasa syukur kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah serta ridho dan petunjuk, sehingga
PERTI setelah mendekati 100 (seratus) tahun atau satu abad bersama stakeholders Bangsa
Indonesia masih tetap tegak dalam usaha memajukan kemakmuran lahir dan batin di bumi
pertiwi (nusantara tercinta).
PEqsRTI melalui misi Tribakti, yaitu: Dakwah, Pendidikan, dan Amal Sosial telah
menjadi alur yang tegas dalam menentukan arah kiprah sebagai elemen sosial
kemasyarakatan yang cukup strategis. PERTI dapat berperan sebagai medium dalam
merekatkan misi kenegaraan dan kebangsaan serta kemasyarakatan (keumatan).
Nilai-nilai Perjuangan yang cukup unik, baik, dan berharga, yang telah ditinggalkan
(legacy) oleh para Pendahulu PERTI perlu dilanjutkan sesuai dengan tantangan zaman. Maka
itu, dari serpihan-serpihan pemikiran yang sedikit terkait dengan jejak langkah perjuangan
para Alim Ulama (Pemimpin) yang ikhlas berjuang untuk kebaikan peradaban negeri,
sehingga perlu menjadi pertimbangan untuk secara kolektif memperbaiki potret buram
peradaban negeri.
Pada masa kemerdekaan organisasi ini meningkat menjadi partai politik dengan nama
partai Islam PERTI (PI PERTI). Kemudian tahun 1952 DPT dipindahkan ke Jakarta dan
tahun 1955 seluruh DPP juga pindah ke Jakarta, sehingga Bukittinggi berubah menjadi
cabang. Sebagai upaya melaksanakan program kerja, PERTI telah melakukan berbagai
kegiatan pokok yaitu dalam bidang pendidikan dan pengajaran dari tingkat kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, dalam bidang dakwah dan penyiaran, dalam bidang perjuangan,
serta dalam bidang aksi dan gerakan politik. Kemudian PERTI juga mendirikan organisasi-
organisasi yang bernaung di bawahnya, yaitu Wanita PERTI, Gerakan Buruh Muslimin
Indonesia (GERBUMI), Pemuda Islam Indonesia, Gerakan Tani Muslimin Indonesia, Ikatan
Pelajar Sekolah PERTI, Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan Kepanduan AlAnshaar.
Pada masa demokrasi terpimpin Partai Islam PERTI mengalami masa-masa sulit.
Kemelut intern PERTI yang kurang terbenahi sangat merugikan bagi tujuan semula
organisasi. Sehubungan dengan itu tahun 1969 sesepuh dan pendiri PERTI, Syekh Sulaiman
Ar-Rasuly mendekritkan agar kembali pada khittah semula yaitu status non politik. Dekrit
sesepuh ini hanya diterima oleh sebagian saja yang dipimpin oleh Baharuddin Ar-Rasuly, dan
kemudian dalam menyalurkan aspirasi politiknya bergabung dengan GOLKAR. Adapun
sebagian lagi kelompok Rusli Abdul Wahid tetap sebagai partai politk dan ikut mengambil
bagian dalam pemilu 1971.
DAFTAR PUSTAKA
Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967 (Yogyakarta: LKis Group,
2011), hlm. 53.
Yaitu sikap yang mempertahankan ajaran empat madzhab bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Lihat Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967
(Yogyakarta: LKis Group, 2011), hlm. 27.
Yaitu kebebasan memilih dari berbagai empat madzhab secara berbeda dengan
mencampurkan antara satu madzhab dengan madzhab yang lain. Lihat Greg Fealy,
Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952- 1967 (Yogyakarta: LKis Group, 2011), hlm.
28.