Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR STUDI PEMIKIRAN ISLAM

Tentang

PEMIKIRAN KONTEMPORER DI INDONESIA

Disusun oleh :

Kelompok 8

Rafi Kurniawan (2313010262)

Dosen pengampu :

IBNU HASNUL.,S.H.I.,MA

PRODI HUKUM KELUARGA –E

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji dan syukur kami hanturkan kepada Allah SWA, atas selesainya makalah yang
berjudul “Pemikiran kontemporer di Indonesia Mengenal Gerakan Pemikiran Kontemporer
Di Indonesia”.Sebagai penulis kami tau makalah yang kami sampaikan ini tentulah jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami meminta kepada bapak dosen untuk memberikan kritik
dan saran terhadap kelompok kami, guna kedepan nya kami dapat memperbaiki hasil kerja
dari kelompok kami. Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah mau
mendengarkan presentasi kami dari awal, kami akhiri dengan

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Padang, 28 Oktober 2023

Penulis.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………

1) LATAR BELAKANG………………………………………………………………..
2) RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………
3) TUJUAN………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………

1) MENGENAL GERAKAN PEMIKIRAN KONTEMPORER DI INDONESIA…..


2) MUHAMMDIYAH……………………………………………………………………
3) NAHDHATUL ULAMA………………………………………………………………
4) PERTI …………………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..

1) KESIMPULAN………………………………………………………………………..
2) SARAN ………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Munculnya fenomena paham keislaman yang amat beragam, tentunya memilki
latar belakang kemunculannya, batasan dan ciri-ciri dari masing-masing gerakan
pemikiran Islam yang muncul di Indonesia. Masing-masing mempunyai corak dan
wajah yang cukup beragama. Dari corak tersebut perlu diketahui dan dipelajari.
Adapun jenis penelitian ini adalah kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan
sosiologi Agama dan sejarah yang akan mengungkap beberapa konsep pemikiran
Islam kontemporer di Indonesia.

2. Rumusan masalah

Dalam makalah ini hal yang akan kita bahas adalah Pemikiran kontemporer di
indonesia, yaitu tentang :

1. sejarah muhammadiyah ?

2. sejarah Nahdhatul Ulama?

3.bagaimana sejarah Perti?

3. Tujuan masalah
Makalah ini kami tulis guna untuk menjawab segala rumusan masalah yang
ada diatas supaya kita dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada.
BAB 2

PENDAHULUAN

A. GERAKAN PEMIKIRAN KONTEMPORER DIINDONESIA

Di Indonesia, terdapat beberapa gerakan pemikiran kontemporer yang mencerminkan


perkembangan pemikiran dan ideologi dalam masyarakat. Beberapa di antaranya termasuk:

1) Islam Foundamentalis: Istilah Islam fundamentalis dapat dimaknai Islam yang dalam
pemahaman dan prakteknya bertumpu pada ha-hal yang bersifat asasi atau mendasar.
Pemahaman secara kebahasaan yang demikian ini mengandung pengertian, bahwa
yang dimaksutkan Islam fundamentalis adalah gerakan atau paham yang bertumpu
pada ajaran mendasar dalam Islam, teutama terkait dengan rukun Islam dan Iman.
Apabila ditinjau dari segi kebahasaan ini, maka semua aliran atau paham yang
menjadikan rukun Iman dan Islam sebagai ajaran utama, maka mereka termasuk pada
kelompok ini. Bahkan tiga aliran besar di dunia, seperti Sunni, Syi’ah dan Ahmadiyah
juga menjadikan ajaran tersebut sebagai dasar pijakan dalam beragama. Gerakan ini
mencakup berbagai aliran, termasuk Islamisme moderat hingga konservatif. Beberapa
kelompok seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki pengaruh yang
signifikan dalam mengartikulasikan pemikiran Islam di Indonesia.
2) Feminisme Indonesia: Gerakan feminis di Indonesia adalah gerakan tranformasi
perempuan untuk menciptakan hubungan antar sesame manusia yang secara
fundamental barulebih baik dan lebih adil, telah tumbuh dalam beberapa dekade
terakhir. Mereka berusaha untuk memperjuangkan kesetaraan gender, hak perempuan,
dan mengatasi isu-isu seperti kekerasan dalam rumah tangga.
3) Gerakan Lingkungan:Gerakan lingkungan adalah Gerakan social dan politik yang di
arahkan untuk pelestarian restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup
melalui Pendidikan public,advokasi perubahan gaya hidup,perbaikan perencanaan
kominitas,perubahan ekonomi serta perombakan Gerakan lingkungan Dalam konteks
isu lingkungan, ada banyak kelompok yang bekerja untuk mempromosikan kesadaran
lingkungan, pelestarian hutan, dan perlindungan alam. Misalnya, Greenpeace dan
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) adalah beberapa organisasi yang
bergerak dalam bidang ini.
4) Pemikiran Politik: Dalam ilmu social ideologi adalah sebuah himpunan yang
menjelaskan mengenai rencana atau Tindakan dalam kebijakan public ataupunteori
komunis yang di anggap sebagai ideologi politik paling berpengaruh.Pemikiran
politik kontemporer di Indonesia mencakup berbagai kelompok dan spektrum
ideologi, dari liberalisme hingga nasionalisme,gerakan pro-demokrasi dan advokasi
hak asasi manusia juga aktif.
5) Pemikiran Keagamaan dan Kepercayaan: Agama adalah seperangkat nilai dan kaidah
agar mausia mampu berhubungan baik dengan tuhan serta makluknya,sedangkan
kepercayaan di artikan sebagai sikap batin seseorang atas kebenaran ajaran,selain
Islam, Indonesia memiliki beragam kepercayaan dan agama. Pemikiran kontemporer
mengenai pluralisme agama dan dialog antarkepercayaan juga berkembang.
6) Seni dan Budaya: Dunia seni dan budaya Indonesia memiliki perannya sendiri dalam
pemikiran kontemporer. Seniman, penulis, dan budayawan berkontribusi pada
pemikiran seni, estetika, dan ekspresi budaya,seni juga memiliki kaitan dengan
budaya memiliki asal kata dari Bahasa sansekerta yakni budayyah dengan bentuk
jamaknya dan budi dayanya.
7) Pemikiran Sosial dan Ekonomi:Pemikiran social ekonomi ber kedudukan seorangan
dalam klompok masyarakat yang di tentukan oleh aktivitas ekonomi,Pendidikan dan
pendapatan. Pemikiran kontemporer juga mencakup isu-isu sosial dan ekonomi,
seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan pembangunan berkelanjutan.

Gerakan pemikiran kontemporer di Indonesia sangat dinamis dan beragam, mencerminkan


pluralitas masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya, agama, dan ideologi. Gerakan-
gerakan ini terus berkembang dan berubah seiring waktu, mencerminkan perkembangan
masyarakat dan tuntutan zaman.

A. MUHAMMADIYAH

Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M)


merupakan momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Itulah kelahiran sebuah gerakan
Islam modernis terbesar di Indonesia, yang melakukan perintisan atau kepeloporan
pemurnian sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk terbesar muslim di dunia.
Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni
Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta

Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”.


Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan)
dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H.
Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian sebagai berikut: ”Dengan nama itu dia
bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan
asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad saw, yaitu Islam. Dan tujuannya ialah memahami
dan melaksanakan agama Islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh
Nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan
agama Islam. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas
bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”

Muhammadiyah didirikan oleh seorang ulama bernama K.H. Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Agustus 1912 di Yogyakarta. Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal
berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal
perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903,
Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air.

Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama
Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai
Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn
Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi
Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan
benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai
Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.

Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, menurut Djarnawi


Hadikusuma (t.t: 69) telah menampilkan Islam sebagai ”sistem kehidupan mansia dalam
segala seginya”. Artinya, secara Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam
sebagai aqidah dan ibadah semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut
akhlak dan mu’amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun harus
teraktualisasi dalam akhlak dan mu’amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud dalam
kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai gerakannya dengan
meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan dalam system kehidupan yang
nyata

Kyai Dahlan dalam mengajarkan Islam sungguh sangat mendalam, luas, kritis, dan
cerdas. Menurut Kyai Dahlan, orang Islam itu harus mencari kebenaran yang sejati, berpikir
mana yang benar dan yang salah, tidak taklid dan fanatik buta dalam kebenaran sendiri,
menimbang-nimbang dan menggunakan akal pikirannya tentang hakikat kehiduupan, dan
mau berpikir teoritik dan sekaligus beripiki praktik (K.R. H. Hadjid, 2005). Kyai Dahlan
tidak ingin umat Islam taklid dalam beragama, juga tertinggal dalam kemajuan hidup. Karena
itu memahami Islam haruslah sampai ke akarnya, ke hal-hal yang sejati atau hakiki dengan
mengerahkan seluruh kekuatan akal piran dan ijtihad.

Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari


pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam
menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga
menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Adapun faktor-faktor yang menjadi
pendorong lahirnya Muhammadiyah ialah antara lain:

Umat Islam tidak memegang teguh tuntunan Al-Quran dan Sunnah Nabi, sehingga
menyebabkan merajalelanya syirik, bid’ah, dan khurafat, yang mengakibatkan umat Islam
tidak merupakan golongan yang terhormat dalam masyarakat, demikian pula agama Islam
tidak memancarkan sinar kemurniannya lagi;

1) Islamiyah serta ketiadaan suatu organisasi yang kuat;


2) Kegagalan dari sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam memprodusir
kader-kader Islam, karena tidak lagi dapat memenuhi tuntutan zaman;
3) Umat Islam kebanyakan hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta
berpikir secara dogmatis, berada dalam konservatisme, formalisme, dan
tradisionalisme;
Karena keinsyafan akan bahaya yang mengancam kehidupan dan pengaruh agama Islam,
serta berhubung dengan kegiatan misi dan zending Kristen di Indonesia yang semakin
menanamkan pengaruhnya di kalangan rakyat.

1. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam


1. Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Dakah Islam, Amar Ma’ruf
Nahi Munkar (memerintahkan kebajikan/kebaikan dan mencegah
kemungkaran atau apa saja yang diingkari dan ditolak oleh islam).
Penegasan seperti ini jelas menggambarkan komitmen Muhammadiyah
terhadap Surat Al-Imran ayat 104, suatu ayat yang menjadi faktor
utama yang melatar belakangi berdirinya perjuangan Muhammadiyah.
Berdasarkan ayat tersebut Muhammadiyah meletakkan khittah atau
strategi dasar perjuangannya, yaitu Dakwah (menyeru, mengajak)
Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan masyarakat sebagai
medan/kancah perjuangannya
2. Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah dan
tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah mengajak umat manusia
untuk memeluk agama Islam (da’wah ila al-Khair), menyuruh pada
yang ma’ruf (al-amr bi al-ma’ruf), dan mencegah dari yang munkar
(al-nahy ‘an al-munkar) {QS. Ali Imran/3: 104}, sehingga hidup
manusia selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat. Karena
itu seluruh warga, pimpinan, hingga berbagai komponen yang terdapat
dalam Muhammadiyah, termasuk amal usaha dan orang-orang yang
berada di dalamnya, haruslah memahami Muhammadiyah serta
mengaktualisasikannya dalam kehidupan.
3. Muhammadiyah sebagai gerakan mobilisasi amal shaleh.
4. Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan (al-Tarbiyah).
5. Muhammadiyah sebagai gerakan non-politik praktis.

B. SEJARAH DAN GERAKAN NAHDHATUL ULAMA.

Nahdlatul Ulama adalah organisasi kemasyarakatan dan keagamaan dengan simbol-


simbol yang menjelaskan tujuan dasar dan cita-cita keberadaan suatu organisasi. Lambang
Nahdlatul Ulama diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah setelah proses kontemplasi dan hasil
doa istikharah Sebagai pemimpin Allah SWT. Pendirian NU dibentuk oleh para kyai ternama
asal Jawa Timur yang digawangi oleh KH Wahab Chasbullah, sebelumnya para kiai
pesantren telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah
Air pada 1916 M, serta Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918 M

Pada awal abad 20, Islam Tradisionalis disaingi oleh kaum pembaharu (modernis) yang
ide-ide pembaharuannya diperoleh dari para pembaharu Timur Tengah seperti Jamaluddin al-
Afghani (1838-1897), Muhammad ‘Abduh (1849-1905), dan Rasyid Ridha (1865-1935).
Mereka yang tergolong ke dalam Islam Modernis berusaha untuk menghilangkan sikap
taklid2 yang dianut oleh Islam Tradisionalis dengan mengikuti sikap talfik.
Mereka juga menganggap kaum tradisionalis itu merupakan penyebab merosotnya
ekonomi umat Islam yang saat itu dijajah oleh etnisetnis seperti Eropa Kristen, Cina, Arab,
India dan Belanda. Mereka juga memandang praktik keagamaan yang diajarkan kaum
Tradisionalis tidak bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, seperti ziarah ke makam para
wali serta tawassul yang dianggap syirik atau menyekutukan Allah. Mereka juga berargumen
tentang praktik sufi dan tidak suka dengan khotbah Jum’at yang berbahasa Arab karena
sebagian besar jama’ah tidak mengerti maksud yang terkandung di dalamnya.

Perdebatan antara Islam tradisionalis dan Islam Modernis berlangsung sangat panas.
Mereka berdiskusi yang berpusat pada persoalan praktik ibadah, reformasi pendidikan dan
strategi dalam berorganisasi yang sudah lama dipertahankan oleh Islam tradisionalis. Sekitar
tahun 1910-an, kedua pihak sudah mulai mengerti satu sama lain terhadap perbedaan
pendapat selama ini dan mereka mulai dilakukan kesepakatankesepakatan dalam hal-hal
seperti reformasi pendidikan dan pemberlakuan syarat- dengan mencampurkan antara satu
madzhab dengan madzhab yang lain.. syarat sebelum dilakukannya ijtihaddalam persoalan
hukum Islam. Awal tahun 1920- an, Islam Modernis kembali mempermasalahkan ajaran
keagamaan Islam tradisionalis terhadap otoritas6 keagamaan kiai dalam memutuskan hal-hal
yang berkaitan dengan hukum agama.

Dalam sejarah NU, penciptaan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan
dukungan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-Qur’an,
Sunnah, dan Ijma (keputusan ulama terdahulu). Qiyas atau contoh kisah Al-Qur’an dan
hadits menurut K.H. Mustofa Bisri memiliki tiga substansi di dalamnya, yakni sebagai
berikut:

1. Dalam bidang syariat Islam, sesuai dengan salah satu ajaran dari empat Madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafiy, Hanbali), dan sebenarnya Kyai NU sangat taat kepada
Syafi’i. “Saya sekolah
2. Dari perspektif tauhid (ketuhanan), saya akan mengikuti ajaran Imam Abu Hasan
Almaty Ali dan Imam Abu Mansur Al Maturidi
3. Dasar-dasar Imam Abu Qosim Al Junaidi di bidang tasawuf Proses mengintegrasikan
ide-ide Sunni berkembang. Cara berpikir Sunni di bidang ketuhanan bersifat eklektik:
memilih pendapat yang benar.

Nahdlatul Ulama menjadikan dirinya sebagai organisasi sosiologis dan keagamaan


dalam menjawab permasalahan bangsa. Bukan seluruh sejarah negara Indonesia, Nahdlatul
Ulama telah melalui tahap yang berkembang dari akhir abad ke-19 hingga saat ini. Ini adalah
proses pengujian dan antitesis. Pada masa pergerakan kemerdekaan. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman tingkat berikutnya untuk menelusuri dan memahami sejarah NU yang
panjang dan sangat berpengaruh pada perkembangan Negara Indonesia pulau. Berikut ini fase
atau kondisi organisasi Nu dan kaitannya dengan Indonesia dalam sejarah NU:

1. Nahdlatul Ulama Sebelum Kemerdekaan


Sebelum kemerdekaan, Nahdlatul Ulama berkembang sebagai organisasi yang disegani
oleh penjajah. Sangat memungkinkan kekuatan Ulama dan anggota NU untuk menjembatani
kepentingan Islam dan negara Indonesia saat itu yang telah menjadi pilar pengantar lahirnya
negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Nahdlatul Ulama Di masa kemerdekaan

Periode Orde Lama –NU memutuskan menjadi partai politik semata-mata karena
berkonfrontasi dengan Komunis. Kekuatan komunisme sebagai partai politik membutuhkan
pola yang sama. Nahdlatul Ulama akhirnya mampu mempertahankan dasar Pancasila dengan
suara lantang.

Masa Orde Baru –Karena kebijakan pemerintah yang kuat, posisi NU adalah Ulama,
bersama kelompok Islam lainnya, kembali sebagai kelompok sosiologis dan religious,
kemudian sepakat untuk membentuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Secara sosial
merupakan kepedulian Nafatur Utama dan secara politik merupakan partai Nahdlatul Ulama.

Masa Reformasi Pada masa reformasi –Pola politik NU mulai berubah. NU telah
sepakat untuk kembali ke Khittah. Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi yang murni
sosiologis dan religius, menjaga jarak dengan partai politik yang ada. Oleh karena itu,
Nahdlatul Ulama bukan milik siapa pun, melainkan milik potensi negara Indonesia.

Nahdlatul Ulama sebenarnya berdiri dalam sejarahnya sebagai bentuk reaksi eksternal
(gerakan pemurnian). Dan berdirinya organisasi ini tidak terlepas dari peran Kyai, wakil
utama kelompok Islam tradisionalis, dan komunitas Pesantrennya. Nahdlatul Ulama mengacu
pada salah satu Imam Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanabari) dan merupakan organisasi
keagamaan yang melayani negara, negara bagian dan Muslim.

C. SEJARAH DAN GERAKA PERTI

PARTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), yang hampir genap satu abad (100 tahun),
tentunya telah banyak melahirkan rangkaian Karya dan Bakti untuk Bangsa dan Negara
(NKRI). Apalagi PERTI adalah salah-satu Ormas Islam di tanah air (Republik Indonsia) yang
berdiri sejak tanggal 5 Mei 1928. PERTI telah berdiri sebagai Ormas, yang bertempat di
Candung, Kabupaten Agam, Bukittinggi, Minangkabau, Sumatera Barat.

Tiba juga waktunya berkiprah bersama Anak Bangsa yang lain, bahu-membahu dalam
upaya memajukan bangsa dan negara, bahkan tiada pernah henti. Meskipun berbagai kendala
menghadang tetap dihadapi dalam rentang waktu berbakti sebagai Ormas Keagamaan.
Tantangan yang datang, baik secara internal dan eksternal. Tetapi, tekad perjuangan dan visi
kebangsaan dan kenegaraan serta keagamaan tiada pudar. PERTI berdiri dalam keyakinan
tersebut, sehingga eksistensinya selalu mendapat sambutan baik agar berkipirah semakin
nyata di tengah kehidupan nasional.

Sebagai Tokoh Sentral dalam pendirian PERTI ialah Syeikh Sulaiman Arrasuli, dan
sejumlah Ulama Besar lainnya – selaku teman seperjuangan Beliau yang ikhlas mencurahkan
segala potensi keilmuan serta peranannya secara nyata (konkret) bagi kebaikan negeri. Ketika
kini dinamika berlangsung, maka sudah seharusnya menyampaikan rasa syukur kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah serta ridho dan petunjuk, sehingga
PERTI setelah mendekati 100 (seratus) tahun atau satu abad bersama stakeholders Bangsa
Indonesia masih tetap tegak dalam usaha memajukan kemakmuran lahir dan batin di bumi
pertiwi (nusantara tercinta).

PEqsRTI melalui misi Tribakti, yaitu: Dakwah, Pendidikan, dan Amal Sosial telah
menjadi alur yang tegas dalam menentukan arah kiprah sebagai elemen sosial
kemasyarakatan yang cukup strategis. PERTI dapat berperan sebagai medium dalam
merekatkan misi kenegaraan dan kebangsaan serta kemasyarakatan (keumatan).

PERTI, tanpa dipungkiri telah mampu menginspirasi Umat Islam di Minangkabau,


khususnya, bahkan merambat ke berbagai pelosok tanah air, serta dunia Internasional. PERTI
sebagai organisasi kemasyarakatan, sampai dalam kondisi kekinian, tetap konsisten dalam
menyumbangkan aktivisme sosial politik dan kemasyarakatan kepada khalayak (publik), baik
secara terorganisir atau kolektif (organisatoris), maupun perseorangan (individual) yang
sama-sama berkontribusi secara proaktif demi membangun Bangsa dan Negara dengan
paham Ahlussunah Waljama’ah.

Nilai-nilai Perjuangan yang cukup unik, baik, dan berharga, yang telah ditinggalkan
(legacy) oleh para Pendahulu PERTI perlu dilanjutkan sesuai dengan tantangan zaman. Maka
itu, dari serpihan-serpihan pemikiran yang sedikit terkait dengan jejak langkah perjuangan
para Alim Ulama (Pemimpin) yang ikhlas berjuang untuk kebaikan peradaban negeri,
sehingga perlu menjadi pertimbangan untuk secara kolektif memperbaiki potret buram
peradaban negeri.

Pada masa kemerdekaan organisasi ini meningkat menjadi partai politik dengan nama
partai Islam PERTI (PI PERTI). Kemudian tahun 1952 DPT dipindahkan ke Jakarta dan
tahun 1955 seluruh DPP juga pindah ke Jakarta, sehingga Bukittinggi berubah menjadi
cabang. Sebagai upaya melaksanakan program kerja, PERTI telah melakukan berbagai
kegiatan pokok yaitu dalam bidang pendidikan dan pengajaran dari tingkat kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, dalam bidang dakwah dan penyiaran, dalam bidang perjuangan,
serta dalam bidang aksi dan gerakan politik. Kemudian PERTI juga mendirikan organisasi-
organisasi yang bernaung di bawahnya, yaitu Wanita PERTI, Gerakan Buruh Muslimin
Indonesia (GERBUMI), Pemuda Islam Indonesia, Gerakan Tani Muslimin Indonesia, Ikatan
Pelajar Sekolah PERTI, Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan Kepanduan AlAnshaar.

Pada masa demokrasi terpimpin Partai Islam PERTI mengalami masa-masa sulit.
Kemelut intern PERTI yang kurang terbenahi sangat merugikan bagi tujuan semula
organisasi. Sehubungan dengan itu tahun 1969 sesepuh dan pendiri PERTI, Syekh Sulaiman
Ar-Rasuly mendekritkan agar kembali pada khittah semula yaitu status non politik. Dekrit
sesepuh ini hanya diterima oleh sebagian saja yang dipimpin oleh Baharuddin Ar-Rasuly, dan
kemudian dalam menyalurkan aspirasi politiknya bergabung dengan GOLKAR. Adapun
sebagian lagi kelompok Rusli Abdul Wahid tetap sebagai partai politk dan ikut mengambil
bagian dalam pemilu 1971.

DAFTAR PUSTAKA

Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967 (Yogyakarta: LKis Group,
2011), hlm. 53.

Yaitu sikap yang mempertahankan ajaran empat madzhab bersumber pada Al-
Qur’an dan Sunnah. Lihat Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967
(Yogyakarta: LKis Group, 2011), hlm. 27.
Yaitu kebebasan memilih dari berbagai empat madzhab secara berbeda dengan
mencampurkan antara satu madzhab dengan madzhab yang lain. Lihat Greg Fealy,
Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952- 1967 (Yogyakarta: LKis Group, 2011), hlm.
28.

Anda mungkin juga menyukai