Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI GULMA

Disusun oleh:

HERI KUSWORO 202141047

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
KUDUS 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat dan waktu yang tidak
dikehendaki, antara lain pada lahan yang akan ditanami tanaman. Kehadiran gulma
sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat mengakibatkan terjadinya
kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok dalam hal penyerapan unsur-unsur
hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup serta dapat mengeluarkan
zat atau cairan yang bersifat toksin (racun). Selain itu gulma bisa sebagai tempat hidup
atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama yang
memungkinkan mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau
sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan biaya-biaya
usaha pertanian dan menurunkan produktivitas.

Gulma mudah tumbuh dimana saja dan dengan kondisi seperti apapun
sehingga pertumbuhannya dapat tersebar di sembarang tempat, penyebarannya pun
sangat mudah, dapat melalui angin, air maupun hewan. Gulma terdiri dari banyak
sekali spesiesyang dapat digolongkan menjadi tiga jenis utama yaitu gulma teki, gulma
daun lebar dan gulma rumput. Ketiga gulma tersebut memiliki bentuk morfologi
yang berbeda namun memiliki banyak persamaan dalam proses pertumbuhan dan
penyebarannya. Dengan banyaknya jenis gulma yang ada, perlu bagi kita untuk
melakukan identifikasi terhadap gulma tersebut agar kita tahu bagaimana cara terbaik
untuk mengendalikannya. Menurut Buchler, et al. (1995) Cara-cara identifikasi gulma
dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara di bawah ini:
1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di
herbarium.
2. Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
4. Membandingkan dengan determinasi yang ada.
5. Membandingkan dengan ilustrasi yang tersedia.
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma,
terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-
sifat generatif yang cenderung tetap. Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran,
bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan
daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung,
beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat
digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga,
bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang
sari, serta bentuk, ukuran, warna, jumlah buah atau biji (Steenis, 1978). Dengan
memahami karakteristik tersebut, dalam melakukan upaya pengendalian gulma akan
lebih mudah. Disamping itu juga kita harus memperhatikan faktor-faktor lain, seperti
misalnya iklim, jenis tanah, biaya yang diperlukan, dan pengaruh-pengaruh negatif
yang ditimbulkannya (Tjitrosoedirjdjo, 1984).

Mengingat betapa pentingnya mengetahui cara identifikasi gulma mulai dari


nama latin, habitat, cara hidup, cara perbanyakan serta cara penyebarannya, maka
praktikum bertujuan untuk memperkenalkan dan mengidentifikasi gulma berdasarkan
ciri-ciri morfologisnya. Manfaat dari praktikum ini antara lain agar mahasiswa dapat
mengetahui dan mengidentifikasi gulma yang ada di sekitar dari cii-ciri morfologis
yang tampak.
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pelaksanaan praktikum identifikasi gulma dilaksanakan pada hari senin, 9


Oktober 2023 di Desa Tondomulyo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati.

2.1. ALAT DAN BAHAN

Bahan yang di gunakan dalam praktikum identifikasi gulma adalah gulma


golongan rumput, teki dan daun lebar dan alat dokumentasi.

2.2. METODE

Mencari 1 gulma dari jenis teki, rumputan dan daun lebar. Melakukan uji
organoleptic berdasarkan kenampakan morfologinya dan mengidentifikasi gulma
tersebut sesusai ciri nya.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum mengenai identifikasi gulma menunjukkan bahwa

terdapat gulma jenis rumputan(rumput balungan) tekian dan daun lebar (Acalypha

indica). Pertumbuhan gulma di lingkungan tanaman budidaya dapat menurunkan

produksi dan mengganggu pertumbuhan karena adanya persaingan penyerapan nutrisi.

Hal ini sesuai dengan Barus (2003) gulma merupakan tumbuhan yang tidak

dikehendaki keberadaannya pada lahan budidaya pertanian dan dapat berkompetisi

dengan tanaman budidaya sehingga berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman

budidaya tersebut. Tanaman budidaya yang tumbuh secara liar di lahan produksi yang

diperuntukkan untuk jenis tanaman lainnya juga digolongkan sebagai gulma.

Kompetisi antara gulma dan tanaman dapat berupa kompetisi antara tajuk dalam

memanfaatkan cahaya matahari dan atau kompetisi antara sistem perakarannya dalam

memanfaatkan air dan unsur hara.

Menurut Yunasfi (2007) sifat-sifat khusus gulma antara lain:

1. Kecepatan berkembangbiak cukup besar, baik melalui cara vegetatif dan generatif.

Gulma jenis rumputan dapat berkembangbiak dengan cepat melalui rhizoma. Sedang

pada gulma berdaun lebar, tejadi pembentukan daun pemanjangan batang yang cepat.

2. Mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri (adaptasi) yang tinggi dan tetap

hidup pada keadaan lingkungan yang tidak mengntungkan.


3. Mempunyai sifat dormansiyang baik, sehingga berkemampuan untuk dapat tumbuh

dan berkembang sangat besar.

4. Mempunyai daya kompetisi yang tinggi.

Menurut Mercado (1979) gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat

lingkungan tumbuhnya maka gulma memiliki beberapa sifat diantaranya:

1. Mampu berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sedikit, biji

tidak mati dan mengalami dorman apabila lingkungan kurang baik untuk

pertumbuhannya

2. Tumbuh dengan cepat dan mempunyai pelipat gandaan yang

relatif singkat apabila kondisi menguntungkan,

3. Dapat mengurangi hasil tanaman budidaya dalam populasi sedikit,

4. Mampu berbunga dan berbiji banyak,

5. Mampu tumbuh dan bermkebang dengan cepat

Menurut Sastroutomo et a1, (1990) jenis gula dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, anatar lain:

1. Golongan Rumput

Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Ciri-

cirinya, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga, daun-daun soliter pada

buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua

bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier),
tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun

dan helaian daun, contohnya:

- Rumput belalang (Digitaria sanguinalis)

- Rumput kakawatan/suket grinting (Cynodon dactylon)

- Jajagoan leutik (Echinochloa colona)

- Kelangan (Eleusine indica)

- Alang-alang (Imperata cylindrica)

2. Golongan Teki

Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batang umumnya

berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Daun

tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula). Ibu tangkai

karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir,

biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka, contohnya:

Teki (Cyperus rotundus) dan Teki (Cyperus byllinga).

3. Golongan Berdaun Lebar

Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta.

Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala, contohnya: Acalypha indica.

3.1. Gulma Rumputan(

3.2. Gulma Teki(

3.3. Gulma Daun Lebar


Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan mengenai identifikasi gulma
menunjukkan bahwa terdapat gulma daun lebar yaitu tumbuhan Kucing-kucingan
(Acalypa indica L.). Kucing-kucingan (Acalypa indica L.) merupakan gulma yang umum
tumbuh secara liar di pinggir jalan, lapangan rumput maupun di lereng bukit. Tanaman ini
ditemukan di berbagai Negara diantaranya Kucing-kucingan (Indonesia), Rumput lislis
dan Tjeka mas (Malaysia), Bugos, Maraotong, dan Taptapingar (Filipina), dan Tamyae
Tuaphuu, Tamyae Maeo, dan Haan Maeo (Thailand). Tanaman kucing-kucingan (Acalypa
indica L.) juga tersebar luas di Negara Indonesia dan memiliki banyak nama diantaranya
Ceka Mas (Melayu), Lelatang atau Kucing-kucingan (Jawa), dan Rumput kekosongan
(Sunda). Tumbuhan Kucing-kucingan memiliki nama spesies Acalypa indica L. Hal ini
sesuai dengan National Park Flora & Fauna (2013) bahwa Klasifikasinya sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatofita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Acalypa
Jenis : Acalypa indica Linn.
Sinonim : A. Spicata Forsk., A. canescens Wall., A. Australis Linn.
Kucing-kucingan (Acalypa indica L.) merupakan tumbuhan herba semusim, tegak,
tinggi, 30-50 cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, berambut halus. Tanaman
ini memiliki daun tunggal, bertangkai panjang, dal letaknya tersebar. Helaian daun
berbentuk bulat telur sampai lanset, tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi,
panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Kucing-kucingan (Acalypa indica
L.) memiliki bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil,
dalam rangkaian berbentuk bulir. Buah dari Kucing-kucingan (Acalypa indica L.)
merupakan buah kotak, bulat, dan hitam. Bijinya bulat panjang, berwarna cokelat. Akar
kucing-kucingan (Acalypa indica L.) tunggang berwarna putih kotor. Biji berbentuk
bulat panjang berwarna coklat dan memiliki akar tunggang. Tanaman Kucing-kucingan
tersebar di beberapa wilayah meliputi Jawa dan Sumatra. Budidaya dari tanaman ini
secara konvensional dengan menggunakan biji (Zuhud et al., 2013).

Kucing-kucingan sering digunakan sebagai antiradang, antibiotik, peluruh


kencing (diuretik), pencahar dan penghenti perdarahan (hemostasis) dalam bentuk 8
segar atau yang telah dikeringkan. Selain itu tanaman ini juga sering digunakan sebagai
pengobatan, seperti:

1. Disentri basiler, disentri amuba, dan diare

2. Anak dengan berat badan rendah (malnutrisi)

3. Gangguan pencernaan makanan

4. Perdarahan, seperti mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis), buang air


besar berdarah (melena), dan kencing berdarah (hematuria)

5. Malaria

6. Susah buang air besar

Berdasarkan hasil penelitian secara kualitatif yang telah dilakukan terhadap


ekstrak tanaman Kucing-kucingan, ditemukan bahwa ekstrak akar tanaman Kucing-
kucingan mengandung zat berkhasiat berupa golongan senyawa fenol, flavonoid,
minyak atsiri, senyawa golongan steroid, triterpenoid, dan alkaloida. Pada akarnya juga
dapat ditemukan saponin dan tannin. Penjelasan mengenai kandungan kimia tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Fenol

Senyawa fenol merupakan aneka ragam senyawa yang berasal dari tanaman, yang
mempunyai ciri sama yakni memiliki cincin aromatic yang mengandung satu atau dua
gugus hidroksil (-OH). Rumus kimia dari fenol adalah C6H5OH. Senyawa ini
cenderung bersifat polar atau larut dalam air. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptic,
bahan pengawet jaringan, dan campuran bahan kosmetik. Kontak kulit dalam waktu
lama dengan fenol dapat menyebabkan 9
dermatitis, inhalasi fenol dapat menyebabkan edema paru. Fenol juga memiliki efek
yang berbahaya bagi sistem saraf pusat, jantung dan ginjal.

2. Flavonoid

Menurut strukturnya, flavonoid merupakan turunan senyawa induk flavon. Flavonoid


dikenal sebagai antioksidan potensial pada berbagai penelitian dan merupakan salah
satu kelas tanaman metabolit sekunder yang memiliki struktur phenylbenzzopyrone
serta terkenal dengan aktivitas antioksidannya. Banyak senyawa dari golongan
flavonoid larut dalam air, oleh karena itu senyawa ini banyak ditemukan dalam ekstrak
tanaman air.

3. Minyak atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, sehingga berbau wangi sesuai dengan bau tanaman aslinya,
dan mempunyai rasa getir. Minyak atsiri biasanya berperan sebagai alat pertahan diri
tanaman agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing
dengan tanaman lain dalam mempertahankan hidupnya. Secara kimiawi, minyak atsiri
tersusun dari campuran yang rumit. Sbagian besar minyak atsiri termasuk dalam
golongan senyawa organik terpena dan terpenoid. Pada minyak yang pada bagian
utamanya terpenoid, biasanya terpenoid ini terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling
uap. Zat inilah yang meneyababkan munculnya bau harum atau bau yang khas pada
banyak tanaman. Minyak atsiri biasa ditemukan di sitoplasma tanaman dan terkadang
di dalam sel kelenjar khusus pada permukaan daun.

4. Steroid dan triterpenoid

Triterpenoid dan steroid adalah senyawa yang tidak menguap yang merupakan salah
satu golongan terpenoid dengan jumlah karbon tiga puluh (C30). Triterpenoid dan
steroid terdapat di dalam sitoplasma sel tanaman. Triterpenoid adalah senyawa
berbentuk kristal, tidak berwarna dan sering kali memiliki titik leleh tinggi dan optik
aktif. Triterpenoid yang paling penting dan paling tersebar luas adalah triterpenoid
pentasiklik. Senyawa ini umum ditemukan pada tanaman berbiji. Senyawa triterpenoid
terutama terdapat dalam lapisan dalam daun dan dalam buah, dan mungkin terdapat
dalam damar, kulit batang, dan getah. Triterpenoid mungkin berfungsi sebagai
pelindung untuk menolak serangga dan serangan mikroba. Dahulu, steroid terutama
dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu, dan
lainnya), tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak steroid yang ditemukan
dalam jaringan tanaman (fitosterol).

5. Alkaloida

Sebagian besar tanaman mengandung alkaloida, hingga saat ini terdapat lebih dari 5500
jenis alkaloida yang diketahui. Banyak sekali manfaat yang dihasilkan dari alkaloida
tetapi ada beberapa jenis yang mengandung racun. Uji sederhana yang dapat dilakukan
untuk mengetahui kandungan alkaloida pada daun atau buah segar adalah timbulnya
rasa pahit di lidah. Misalnya, alkaloida kuinina adalah zat yang dikenal paling pahit.
Tapi uji ini sama sekali tidak sempurna.

6. Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin yang memiliki arti sabun. Dinamakan demikian
karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin merupaka suatu senyawa aktif
bersifat emulgator yang dapat membuat emulsi. Selain itu, saponin juga berperan
sebagai surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan. Jika
dikocok dalam air dapat menimbulkan busa dan pada konsentrasi rendah dapat
menyebabkan hemolysis sel darah merah.

Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada
tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk larutan koloidal dalam air 13
dan membentuk busa yang mantap jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan
asam (Harbone, 1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang
mempunyai massa molekul berat (BM) yang besar. Saponin adalah senyawa aktif
permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Beberapa
saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida
triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal.
Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya
disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis
memakai enzim (Robinson, 1995)

Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian
tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Saponin
dengan berat molekul (BM) tinggi dan sulit untuk dimurnikan serta diidentifikasi,
namun saponin memiliki beberapa sifat lain dintaranya rasa pahit, dalam larutan air
membentuk busa yang stabil. Saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator,
dan antikarsinogenik. Selain itu saponin sangat efektif sebagai agen antimikroba
terhadap bakteri, irus, jamur, dan ragi. Saponin yang terikat pada satu atau lebih rantai
gula memiliki aktivitas fungitoksik atau fungistatik yang lemah. Sedangkan steroid
saponin memiliki efektivitas yang tinggi (Andries, 2009). 14

7. Tanin

Tanin merupakan astringen, polifenol tanaman berasa pahit yang dapat mengikat dan
mengendapkan protein. Tanin mempunyai rasa sepat dan dapat digunakan dalam
menyamak kulit. Tanin terdiri atas berbagai asam fenolat. Beberapa senyawa tanin
mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, dan menghambat
enzim seperti reverse transkiptase dan DNA topoisomerase, antidiare, hemostatik, dan
antihemoroid.
Selain menyebabkan rasa pahit dan sepat, tannin mapu membentuk kompleks kuat
dengan protein sehingga menghambat proses absorpsi protein dalam pencernan, atau
bersifat antinutrisi. Karena itu, kadar tannin dalam produk pangan perlu dikurangi
sampai kadar aman dan baik untuk pencernaan (Deptan et al., 2011) 15
kesimpulan
Buchler, D.B., J.D. Doll, R.T. Proost, and M.R. Visocky. 1995. Integrating mechanical
weeding with reduce herbicide use in conservation tillage corn production
systems. Journal Agron. Vol. 87(2):507-512.

Mercado, B. L. 1979. Introduction to Weed Science. Southeast Asia Regional


Centre for Graduate Study and Research in Agriculture. Los Barlos,
Philippines

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Steenis, C.G.G.J. 1978. Flora. Jaakrta: Pradnya Paramita Jakarta.


Tjitrosoedirdjo, Soekisman dkk. 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta:
Gramedia.

Yunasfi. 2007. Permasalahan Hama, Penyakit dan Gulma Dalam Pembangunan


Hutan Tanaman Industri dan Usaha Pengendaliannya. USU: Medan.

Zuhud, E.A.M., Siswoyo, E. Sandra, A.Hikmat dan E.Adhiyanto, 2013. Buku Acuan
Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VII, Dian Rakyat, Jakarta.

National Park Flora and Fauna, 2013, Singapore


https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/ Special-Pages/plantdetail.aspx?id=1586-acalypha-
hispida acalypha-siamensis.

Anda mungkin juga menyukai