Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA TUMBUHAN

ACARA VI

PERHITUNGAN FREKUENSI ALEL, FREKUENSI GENOTIP,


PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUANTITATIF

Semester :
Ganjil 2018

Oleh :
Dian Mussyafa
A1D017090/5
PJ Acara : Fia Arinta & Nada Selfia

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi mendel terdiri dari satu kelompok individu yang berkembang biak

secara seksual dan bersilang atau berpasangan secara acak. Populasi mendel

mewariskan alelnya dari satu generasi ke generasi berikutnya menurut hukum

segregasi atau pemisahan dan pengelompokan bebas dari mendel. Populasi dapat

pula didefinisikan sebagai kumpulan individu yang membentuk suatu lungkang

gen (gene pool).

Lungkang gen adalah total seluruh gen yang ada dalam gamet dari suatu

populasi tertentu. Individu – individu dapat keluar dan masuk tetapi gen genya

tetap ada sepanjang waktu. Gen gen diatur kembali dari generasi ke generasi

karena pemisahan dan pengelompokan bebas dan pindah silang antara kromosom

homolog. Kadang – kadang gen gen dapat berubah karena mutasi. Frekuensi alele

dapat ditentukan berdasarkan jumlah genotip yang berasa pada populasi.

Jika individu individu dalam popuasi mengadakan persilangan secara acak

dan beberapa asumsi dipenuhi, maka frekuensi alele dalam populasi akan tetap

dalam keseimbangan yang stabil.yaitu tidak berubah dari satu genererasi ke

generasi berikutnya. Tiap garmet yang berbeda akan terbentuk sebanding dengan

frekuensi masing-masing alelenya dan frekuensi tiap tiap zygot akan sama dengan

hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya. Keadaan demikian disebut

keseimbangan Hardy-Weinberg. Asumsi-asumsi dalam keseimbangan hardy


weinberg adalah : perkawingan yang secara rambang, tidak ada seleksi, tidak ada

migrasi tidak ada mutasi dan meiosis normal. Kebanyakan sifat tanaman yang

agroekonomis penting dikendalikann oleh poligen, yaitu sejumlah gen yang

terletak pada lokus yang berbeda, pengaruhnya kecil-kecil tetapi serupa dan

kumulatif sifat tanaman demikian peka terhadap lingkungan, akibatnya sulit

membuat klasifikasi yang tegas dari hasil segregasinya, karena variasinya

kontinyu dan ekstrim kecil sampai ekstrim besar, pengamatanya diperlukan

pengukuran-pengukuran.

B. Tujuan

Praktikum Acara VI ini bertujuan agar praktikan mampu untuk :

1. Menghitung frekuensi alel dan frekuensi genotip.

2. Membuktikan hukum Hardy-Weinberg.

3. Mengukur sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif


II. TINJAUAN PUSTAKA

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mengacu pada studi tentang gen.

Genetika seringkali diartikan sebagai materi hereditas meskipun dewasa ini

genetika tidak lagi diartikan demikian. Hal ini karena dalam genetika tidak hanya

mempelajari tentang pewarisan sifat, melainkan segala sesuatu yang berkaitan

dengan pewarisan sifat itu sendiri, seperti materi genetik, tentang strukturnya,

reproduksinya, kerja (ekspresinya), perubahan, keberadaan dalam populasi serta

perekayasaan (Corebima, 2008).

Genetika populasi merupakan salah satu cabang ilmu genetika yang

menguraikan secara matematis besarnya frekuensi gen dalam suatu populasi.

Sebagai contoh dalam suatu populasi manusia di suatu tempat, dapat diketahui

seberapa besar frekuensi penduduk yang memiliki golongan darah A, B, AB

ataupun O dalam kurun waktu tertentu. Nilai frekuensi tersebut dapat ditentukan

kemungkinan penyebaran gen dalam suatu populasi (Wijayanto, 2013).

Studi genetika pada suatu populasi spesies organisme dimaksudkan untuk

memberikan evaluasi mengenai variasi genetik populasi tersebut. Jika

dibandingkan dengan variasi morfologi, data hasil studi variasi genetik relatif

bebas dari pengaruh faktor lingkungan. Studi tentang variasi genetik merupakan

aspek yang sangat penitng dalam pelestarian dan juga pemanfaatan plasma nutfah

(Abulias, 2010).

Tahun 1908, G.H Hardy (seorang ahli matematika dari jerman) secara

terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen


dalam populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis tersebut dikenal

sebagai prinsip ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa

didalam populasi yang ekuilibrium, maka baik frekuensi gen maupun frekuensi

genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi berukutnya. Ini dapat dijumpai

pada populasi yang besar, dimana perkawinan berlangsung secara acak dan tidak

ada pilihan pengaturan atau faktor lain yang dapat merubah frekuensi gen (Suryo,

1996).

Populasi menurut hukum Hardy-Weinberg adalah tetap. Menurut hukum

Hardy-Weinberg jika individu-individu dalam populasi melakukan atau

mengadakan persilangan secara acak dan beberapa asumsi terpenuhi, maka

frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu

tidak berubah dari generasi ke generasi berikutnya. Gamet yang terbentuk akan

sebanding dengan frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot

akan sama dengan hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya (Stanfield, 2008).

Beberapa asumsi yang mendasari perolehan kesimbangan genetik seperti

diekspresikan dalam persamaan Hardy-Weinberg adalah:

1. Populasi itu tidak terbatas besarnya dan melakukan secara acak (panmiktis).

2. Tidak terdapat seleksi, yaitu setiap genotype yang dipersoalkan dapat

bertahan hidup sama seperti yang lain (tidak ada kematian diferensial).

3. Populasi itu tertutup yaitu tidak terjadi perpindahan (migrasi).

4. Tidak ada mutasi dari satu alelik kepada yang lain. Mutasi diperbolehkan jika

laju mutasi maju dan kembali adalah sama atau ekuivalen.


5. Terjadi meiosis normal, sehingga hanya peluang yang menjadi faktor operatif

dalam gametogenesis (Stanfield, 2008).

Hukum Hardy-Weinberg dipelajari untuk memudahkan kita dalam

menentukan apakah asumsi di atas terpenuhi dan apakah suatu populasi berada

dalam keseimbangan yang stabil frekuensi alelnya. Perbandingan frekuensi alel

dalam populasi pada lokasi berbeda, kita dapat menentukan apakah terjadi

penyimpangan dari keseimbangan. Kemudian kita dapat mempelajari gaya-gaya

yang menyebabkan penyimpangan tersebut. Hardy-Weinberg sadar bahwa

keseimbangan alel dalam suatu populasi dapat digambarkan dengan rumus

sederhana, penjabaran binomial (Crowder, 2006).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum teori kemungkinan ini dilaksanakan pada hari jum’at, 16

November 2018. Praktikum dilaksanakan mulai dari pukul 13.30 – 15.30 WIB.

Praktikum ini bertempat di Ruang Komputer.

B. Bahan dan Alat

Praktikum Acara VI ini menggunakan bahan-bahan berupa kancing warna,

kantong plastik berisi kacang tanah dan lembar pengamatan. Sedangkan alat yang

digunakan meliputi neraca (timbangan analitik), kalkulator dan alat tulis.

Praktikum ini menggunakan bahan dan alat demikian untuk menunjang

keberlangsungan praktikum.

C. Prosedur Kerja

Percobaan 1

Populasi sudah dalam keadaan seimbang, tersusun dari individu-individu

dengan warna merah (GG), putih (Gg) dan kuning (gg).

1. Secara acak diambil sebanyak 200 kancing.

2. Warna individu yang dipilih lalu dicatat.


3. Frekuensi genotip dan frekuensi alel G dan alel g dihitung.

Percobaan 2

Dua kantong yang sama ukurannya disiapkan.

1. Kedua kantong diisi sama banyak dengan 2 macam warna kancing baju

dengan perbandingan seperti hasil perhitungan point 1.

2. Secara acak kancing dari setiap kantong diambil dan dicatat warna

keduanya.

3. Pengambilan diulang sebanyak 100x.

4. Frekuensi genotip dan frekuensi alel dihitung.

5. Data dimasukkan dalam tabel yang tersedia.

6. Lakukan analisis dengan X2.

Percobaan 3

Pengamatan karakter kuantitatif dan kualitatif menggunakan kacang tanah.

1. Individu populasi kacang tanah diambil secara acak dan ditimbang.

2. Pekerjaan tersebut diulang sebanyak 100 kali.

3. Bobotnya diamati dan dibuat grafiknya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Percobaan I

(X) = Merah = MM

(Y) = Kuning = Mm

(Z) = Putih = mm

Frekuensi Alele : p2 +2pq + q2 = 1

p+q=1

mm = z

maka, q2 =
z
200
; q=
53
200 √ ; q=√ 0,256 ; q=0,51

p=1 – 0,51

p = 0,49

Frekuensi Genotipe

pp = (p)2 x100% =(0,49)2 x 100% = 0,2401 x 100% = 24,01%

2pq = 2 (p) (q) x 100% = 2 (0,49) x 100% = 0,4998 x 100% = 49,98%

qq = (q)2 x 100% = (0,51)2 x 100% = 0,2601 x 100% = 26,01%


PP% = pp% : 2pq% : qq%

= 24,4% : 49,98% : 26,01%

% = pp : 2pq : qq

= 0,2401 : 0,4948 : 0,2601

Tabel 1.

MM Mm Mm Total
Observasi (O) 52 95 53 200
Expetasi (E) 1 1 1 200
x 200 = 50 x 200 = x 200 = 50
4 2 4
100
2 2
(l E- O l) (|52-50|) = 4 (|95-100|)2 = (|53-50|)2 = 9 38
25
(l E−O l) 4 25 9 0,51
= 0,08 = 0,25 = 0,18
E 50 100 50
2
X 0,08 0,25 0,18 0,51
Kesimpulan = X2 hitung (0,51) < X2 tabel (5,99), maka hasil signifikan
dengan perbandingan 1 : 2 : 1
Percobaan II

(X) Merah x Merah = MM

(Y) Merah x Putih = Mm

(Z) Putih x Putih = mm

Frekuensi alel

p2 +2pq + q2 = 1

p+q=1

jumlah mm = z
34
maka : q2 = , q = √ 0 , 34 , q= 0,58 , p = 1 – q , p = 1 – 0,58 , p = 0,42
200

Frekuensi genotip

pp = (p)2 x100% =(0,42)2 x 100% = 0,18 x 100% = 18%

2pq = 2 (p) (q) x 100% = 2 (0,42) x 100% = 0,48 x 100% = 48%

qq = (q)2 x 100% = (0,58)2 x 100% = 0,34 x 100% = 34%

PP% = pp% : 2pq% : qq%

= 18% : 48% : 34%

% = pp : 2pq : qq

=2:5:3

Tabel 2.

MM Mm Mm Total
Observasi (O) 17 49 34 100
Expetasi (E) 1 1 1 100
x 100 = 25 x 100 = 50 x 100 = 25
4 2 4
(l E- O l)2 (|17-25|)2 = 64 (|49-50|)2 = 1 (|34-25|)2 = 81 146
(l E−O l) 64 1 81 5,82
= 2,56 = 0.02 = 3,24
E 25 50 25
X2 2,56 0,02 3,24 5,82
2 2
Kesimpulan = X hitung (5,82) < X tabel (5,99), maka hasil signifikan dengan
perbandingan 1 : 2 : 1
Percobaan III

Tabel 2.

Bobot 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
( x)
Jumla - 7 16 20 24 23 7 3 -
h
Grafik 1. Bobot kacang tanah

30

25

20

15

10

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

B. Pembahasan

Alel adalah gen yang terletak pada lokus yang sama. Misalnya ada gen A

yang berperan untuk menumbuhkan karakter pigmentasi kulit secara normal, lalu

gen itu mengalami mutasi sehingga tidak mampu untuk mengadakan pigmentasi

secara normal, atau tidak bisa sama sekali. Gen A yang bermutasi diberi simbol a,

karena karakter yang ditumbuhkannya bersifat resesif, artinya dalam gen A

terdapat gen yang sama, akan tertututupi oleh gen itu. Gen A tersebut disebut gen

yang dominan terhadap gen a. Kedua gen A dan a masih terletak pada lokus yang

sama. Gen yang terletak pada lokus yang sama ini disebut alel dan kata sifatnya

sealel. A sealel dengan a, A disebut alel dominan dan a sebagai alel resesif (Suryo,

1996).
Menurut Crowder (2006), genotipe merupakan suatu susunan genetik atau

jumlah total dari semua gen dalam satu individu. Penulisan pada genetika Mendel

(genetika klasik), genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan;

misalnya AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang sama menunjukkan bahwa

individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B1B1), sedangkan

pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot. Sepasang

huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid (2n).

Frekuensi alel adalah proporsi ataupun perbandingan keseluruhan kopi gen

yang terdiri dari suatu varian gen tertentu (alel). Frekuensi alel yang

mengendalikan ekspresi variasi dalam suatu populasi dapat diduga melalui bentuk

morfogenetik pada organisme (Nozawa, 2004). Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai frekuensi alel diantaranya: kawin acak, migrasi, mutasi,

seleksi alam, efek kombinasi dari seleksi dan mutasi, serta hanyutan gen (Hartl,

1997).

Frekuensi genotipe dan frekuensi alel (atau frekuensi gen) merupakan

karakteristik genetik suatu populasi. Menurut Corebima (1997) Frekuensi gen

adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan proporsi dari semua lokus

untuk pasangan gen atau rangkaian alel dalam suatu populasi yang diduduki oleh

satu gen tertentu. Perubahan frekuensi gen dapat disebabkan oleh (1) mutasi, yaitu

perubahan dalam gen atau bagian kromosom menjadi bentuk baru, (2) Genetic

drift, yaitu terjadinya peristiwa yang menyimpang dari frekuensi gen yang ada

yang dapat mengubah frekuensi gen generasi berikutnya. Frekuensi gen

merupakan kuadrat frekuensi alel yang bertanggung jawab terhadap genotipnya.


Frekuensi gen dapat dihitung dari frekuensi alel atau darigen dengan aksi dominan

lengkap, dimana hanya ada dua fenotipe dari tigamacam genotipe. Metode

menghitung nya dengan menggunakan metode akar kuadrat. Untuk mengetahui

frekuensi gen dan genotip dari suatu populasi, digunakan Hukum Hardy-

Weinberg. Frekuensi gen adalah frekuensi suatu alel pada lokus tertentu.

Sedangkan Frekuensi Genotipe adalah nisbah individu bergenotipe tertentu

terhadap keseluruhan individu dalam populasi. Penulisan dengan model diploid,

frekuensi genotipe homozigot dominan dan homozigot resesif serta heterozigot

berturut-turut dapat dilambangkan dengan P, Q, dan H.

Frekuensi gen merupakan suatu perbandingan antara gen yang satu dengan

yang lainnya dalam suatu populasi. Contohnya dalam suatu populasi mempunyai

gen dominan A dan gen resesif a. Kedua gen tersebut sama-sama adaptif. Maka

generasi yang bergenotip AA, Aa maupun aa mempunyai daya fertilitas dan

viabelitas yang sama. Frekuensi gen merupakan pernyataan matematis suatu gena

yang tersebar dalam suatu populasi yang bereproduksi secara seksual. Bagi suatu

lokus genetik yang memiliki produk gena lebih satu bersifat alelik, maka

frekuensi gena disebut juga frekuensi alel dari lokus tersebut. Hal ini perlu

diperhatikan bahwa untuk menghitung frekuensi suatu gena atau frekuensi alel,

perlu diketahui dulu sebaran genotip dalam populasi yang diperiksa (Sofro, 1994).

Saat individu individu dalam popuasi mengadakan persilangan secara acak

dan beberapa asumsi dipenuhi, maka frekuensi alele dalam populasi akan tetap

dalam keseimbangan yang stabil.yaitu tidak berubah dari satu genererasi ke

generasi berikutnya. Tiap garmet yang berbeda akan terbentuk sebanding dengan
frekuensi masing-masing alelenya dan frekuensi tiap tiap zygot akan sama dengan

hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya. Asumsi hukum Hardy-Weinberg hanya

berlaku pada kondisi-kondisi tertentu seperti populasi besar dan perkawinan

terjadi secara acak, hal ini untuk menghindari genetic drift, perubahan frekuensi

genetik dari deviasi kebetulan. Kedua, tidak terlibat dalam seleksi alam. Ketiga,

populasi ditutup, artinya individu tidak melakukan migrasi. Hal ini sangat jarang

terjadi dalam kehidupan nyata. Keempat, tidak adanya mutasi dan terjadinya

meiosis (Willet, 2006).

Asumsi-asumsi kesetimbangan dalam Hardy-Weinberg adalah:

1. Perkawinan secara rambang. Fenotip individu tidak mempengaruhi pilihan

pasangannya di dalam perkawinan rambang. Perkawinan rambang lebih

banyak terjadi di antara tanaman dibanding hewan dan manusia.

2. Tidak terdapat seleksi, yaitu setiap genotype yang dipersoalkan dapat

bertahan hidup sama seperti yang lain (tidak ada kematian diferensial).

3. Populasi itu tertutup yaitu tidak terjadi perpindahan (migrasi).

4. Tidak ada mutasi dari satu alelik kepada yang lain. Mutasi diperbolehkan jika

laju mutasi maju dan kembali adalah sama atau ekuivalen.

5. Terjadi meiosis normal, sehingga hanya peluang yang menjadi faktor operatif

dalam gametogenesis.

6. Tidak ada penghanyutan genetik rambang (random genetic drift).

Penghanyutan terjadi di dalam populasi kecil (Stanfield, 1991).

Hukum Hardy-Weinberg adalah parameter evolusi dalam suatu populasi.

Bila frekuensi gen dan frekuensi alel dalam suatu populasi selalu konstan dari
generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah

satu saja dari syarat tidak terpenuhi maka frekuensi gen dan frekuensi alel

berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Dengan

kata lain asas Hardy-Weinberg berlaku jika frekuensi gen dan frekuensi alel tetap

dan tidak berlaku jika sebaliknya (Irmawati, 2016)

Genetika kuantitatif merupakan suatu cabang genetika yang membahas

pewarisan sifat-sifat terukur (kuantitatif atau metrik), yang tidak bisa dijelaskan

secara langsung melalui hukum mendel. Sifat-sifat tergolong sifat kuantitatif

seperti tinggi, hasil panen, produktifitas. Genetika kuantitatif menerapkan hukum

pewarisan Mendel untuk gen dengan pengaruh yang kecil. Selain itu diasumsikan

pula bahwa tidak sedikit gen yang mengendalikan suatu sifat melainkan banyak

gen. Karena itu, sifat kuantitatif sering disamakan dengan sifat poligenik (

Sifat Kualitatif adalah penentuan dalam karakter dimana individu-individu

dapat di klasifikasikan ke dalam satu dari dua kelompok atau lebih, dan

pengelompokkan ini berbeda jelas satu sama lainnya. Sifat kualitatif ini dapat

didasarkan kenampakan yang tidak dapat diukur. Sifat kualitatif yang dimiliki

oleh individu diantaranya adalah warna,bentuk dan panjang, Berdasarkan

genetisnya sifat kualitatif di tentukan oleh banyak gen (Agus, 2013).

Sifat kuantitatif adalah penentuan dalam karakter di mana individu-individu

dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan seperti perlakuan tatalaksana

pemeliharaan, tetapi bukan oleh genetisnya. Sifat kuantitatif ini dapat di ukur

dengan parameter tertentu dan antara sifat yang baik dan jelek terdapat perbedaan

yang tajam. Sifat kuantitatif diantaranya adalah ukuran tubuh, pertambahan berat
dan lain-lain. Berdasarkan genetisnya sifat kuantitatif di tentukan oleh hanya satu

pasang gen atau satu gen tunggal (Agus, 2013).

Mempelajari frekuensi alel, frekuensi genotip, dan karakter kuantitatif

memiliki banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat suatu ilmu

genetika pada bidang pertanian yaitu dengan penggunaan bibit unggul dan

pemupukan yang sesuai. Penggunaan berbagai genetika, hasil dari rekayasa alel

dan uji silang antar karakter tanaman berhasil diciptakan buah-buahan tanpa biji

(Diah, 2006).

Berdasarkan hasil percobaan pertama yang terdapat pada praktikum kali ini

dengan menggunakan bahan berupa kancing warna merah (MM) dan putih (mm).

Jumlah individu yang diacak sebanyak 200 kali, maka hasil yang didapat pada

masing-masing individu adalah MM sebesar 52, Mm sebesar 95 dan mm sebesar

53 dengan perbandingan genotip 1:2:1. Hasil perhitungan frekuensi alel p sebesar

0,49 sedangkan q sebesar 0,51. Hasil perhitungan frekuensi genotip MM sebesar

24,01%, Mm sebesar 49,98% dan mm sebesar 26,01%. Selanjutnya dilakukan

perhitungan dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square

didapatkan nilai X2 adalah 0,51. Maka X2 hitung (0,51) < X2 tabel (5,99), artinya

percobaan tersebut signifikan/ pengujian sesuai dengan perbandingan 1:2:1.

Berdasarkan hasil percobaan kedua menggunakan bahan individu berupa

kancing warna dengan warna merah merah (MM) dan putih (mm). Jumlah

individu yang diacak sebanyak 100 kali, maka hasil yang didapat pada masing-

masing individu adalah MM sebesar 17, Mm sebesar 49, dan mm sebesar 34

dengan perbandingan genotip 1:2:1. Hasil perhitungan frekuensi alel p sebesar


0,42 sedangkan q sebesar 0,58. Hasil perhitungan frekuensi genotip MM sebesar

18%, Mm sebesar 48% dan mm sebesar 34%. Selanjutnya dilakukan perhitungan

dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square didapatkan nilai X2

adalah 5,82. Maka X2 hitung (5,82) < X2 tabel (5,99), artinya maka hasil

pengujian signifikan atau sesuai dengan perbandingan 1:2:1 Percobaan pertama

dan kedua mendapatkan hasil yang dapat disimpulkan bahwa perobaan tersebut

signifikan/ pengujian sesuai dengan perbandingan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Stricberger (1985), jika X2 tabel lebih besar dari X2 hitung maka hipotesis

diterima dan sebaliknya hipotesis ditolak.

Percobaan ketiga pada praktikum ini menggunakan kacang tanah yang

diambil secara acak dan ditimbang bobot (berat) kacang. Hasil penimbangan

kacang tanah dengan bobot pertama adalah 0,2 gram dengan jumlah kacang 7,

bobot kedua adalah 0,3 gram dengan jumlah kacang 16, bobot ketiga adalah 0,4

gram dengan jumlah kacang 20, bobot keempat adalah 0,5 gram dengan jumlah

kacang 24, bobot kelima 0,6 gram sebanyak 23, bobot keenam adalah 0,7 gram

sebanyak 7 kacang dan bobot ketujuh adalah 0,8 gram dengan jumlah kacang 3.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, frekuensi kacang paling banyak terdapat pada

bobot 0,5 gram yaitu sebanyak 24 butir kacang tanah, sedangkan frekuensi yang

paling sedikit terdapat pada bobot 0,8 dengan jumlah kacang tanah 3 butir. Data

tersebut menggunakan grafik berdistribusi normal agar hasil yang paling banyak

berada ditengah grafik. Menurut Stansfield (1991), bahwa frekuensi paling

banyak ada pada bagian tengah dan simetris, mendekati distribusi (p+q) 2. Menurut

Simanjuntak (2015) bahwa bobot 100 biji kacang tanah berkisar 33,56 gram
sampai 56,46 gram. Menurut Pai (1987), Hukum Hardy-Weinberg yaitu frekuensi

alel dalam suatu populasi dapat distabilkan dan tetap dalam keadaan

kesetimbangan. Percobaan yang dilakukan dihasilkan bahwa perbandingan

dengan percobaan dengan perhitungan X2 didapat bahwa hasil signifikan dengan

asumsi atau perbandingan.


V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penghitungan pada percobaan pertama dan kedua didapatkan

perbandingan dengan nilai X2 hitung < X2 tabel, artinya perbandingan 1:2:1.

2. Prinsip hukum Hardy-Weinberg terbukti pada praktikum, yaitu pada populasi

yang ekuilibrium, maka baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip akan

tetap dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3. Percobaan terhadap sifat kuantitatif pada populasi kacang tanah didapatkan

0,5 sebagai berat yang paling dominan dari total biji kacang tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Abulias, M. Nadjmi, dan D. Bhagawati. 2010. Keragaman Genetika Ikan Betutu


(Oxyleotris sp.) dari Waduk Panglima Besar Soedirman Banjarnegara dan
Waduk Rawa Pening Salatiga. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 10 (1) : 1-6.

Agus, W. D. 2013. Penerapan Model Persamaan Diferensiasi dalam Penentuan


Probabilitas Genotip Keturunan Dengan Sifat Beda. Skripsi. Universitas
Jember.
Corebima. 1997. Genetika Mendel. Unair University Press. Surabaya

________. 2008. Bahan Ajar Genetika. Makalah untuk Kuliah Program S2


Pendidikan Biologi. Malang.
Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Lilik Kusdiarti.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Diah, A., Choirul, M., Syalfinaf, M., dan Endang, W. W. 2004. Biologi SMA 1.
Penerbit Erlangga. Jakarta
Hartl, D. L., dan C. A. G. 1997. Principles of Population Genetics. Sinauer
Associates Inc, Massachusetts.
Irmawati. 2016. Genetika Populasi Ikan. ANDI. Yogyakarta

Nozawa K, et.al. 2004. Morphogenetic traits and gene frequencies of the feral cats
in the Philippines. Rep. Soc. Res. Native Livestock 21: 275-295.
Pai, A. C. 1987. Dasar-Dasar Genetika. Erlangga, Jakarta.

Simanjuntak, W.H., dan G. T. 2015. Pemberian Dolomit dengan Pupuk Fosfat


Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). JOM Faperta. 2 (2)
Stanfield, W.D. 1991. Genetika Teori Dan Soal-Soal. Erlangga, Jakarta.

Stanfield, W. D dan Susan Elrod. 2008. Genetika Edisi Keempat.


Erlangga.Jakarta.
Sofro, A. S. M., 1994. Keanekaragaman Genetik. Andi Offset, Yogyakarta.

Suryo. 1996. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wijayanto, D.A., R., Hidayat, dan M., Hasan. 2013. Penerapan Model Persamaan
Diferensi dalam Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua
Sifat Beda. Jurnal ILMU DASAR. 14 (2) :79-84.
Willet, E. 2006. Genetics Demystified. The McGraw Hill Companies Inc,
Amerika.
LAMPIRAN

Gambar 1. Percobaan 1

Gambar 2. Percobaan 2

Gambar 3. Percobaan 3

Anda mungkin juga menyukai