Anda di halaman 1dari 7

66

A. PEMBAHASAN

1. Langkah V Rencana Tindakan Asuhan kebidanan

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan diperlukan

perencanaan secara menyeluruh yang ditentukan oleh langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi

Berdasarkan teori rencana tindakan asuhan yang dilakukan yaitu

persiapkan penjahitan, periksa vagina, serviks dan perineum secara

lengkap, jahit laserasi pada perineum, periksa kembali rectum, cuci

daerah genital dengan sabun dan air desinfeksi tingkat tinggi.

Rencana tindakan asuhan yang diberikan pada Ny “N” dengan

ruptur perineum tingkat II, yaitu periksa daerah perineum yang

mengalami rupture, sampaikan pada ibu bahwa dirinya mengalami

robekan jalan lahir tingkat II dan harus dijahit, anjurkan keluarga untuk

memberikan makan dan minum pada ibu. Pada kala III yaitu fasilitasi

asuhan persalinan kala III dan pada kala IV pastikan uterus

berkontraksi dengan baik, ajarkan ibu cara memasase uterus dan

menilai kontraksi, persiapkan penjahitan robekan perineum tingkat II

dengan melakukan anastesi lidocain 2 cc, lakukan penjahitan perineum

dengan tehnik satu- satu dengan menggunakan zeide, lakukan colok

dubur untuk memastikan dubur tidak ikut terjahit, kompres luka dengan

menggunakan kasa betadin. Dimana apa yang terdapat dalam teori


67

tidak semuanya terdapat dalam kasus . Dengan demikin antara teori

dan kasus terdapat kesamaan dan kesenjangan.

6. Langkah VI Pelaksanaan Tindakan asuhan kebidanan

Pada langkah ini rencana tindakan menyeluruh yang diuraikan

pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman Pada tahap ini

penulis melaksanakan tindakan berdasarkan hal-hal yang telah

direncanakan sebelumnya dengan menyesuaikan kondisi keadaan dan

kebutuhan klien.

Berdasarkan teori pelaksanaan rencana tindakan asuhan

kebidanan yang dilakukan yaitu persiapkan penjahitan, periksa vagina,

serviks dan perineum secara lengkap, jahit laserasi pada perineum,

periksa kembali rectum, cuci daerah genital dengan sabun dan air

desinfeksi tingkat tinggi.

Pada Ny ”N” dengan ruptur perineum tuingkat II telah dilaksanakan

yaitu, yaitu periksa daerah perineum yang mengalami rupture,

sampaikan pada ibu bahwa dirinya mengalami robekan jalan lahir

tingkat II dan harus dijahit, menganjurkan keluarga untuk memberikan

makan dan minum pada ibu. Pada kala III Memfasilitasi asuhan

persalinan kala III dan pada kala IV Memastikan uterus berkontraksi

dengan baik, mengajarkan ibu cara memasase uterus dan menilai

kontraksi, mempersiapkan penjahitan robekan perineum tingkat II,

melakukan anastesi lidocain 2 cc, melakukan penjahitan perineum

dengan tehnik satu- satu dengan menggunakan zeide, melakukan


68

colok dubur untuk memastikan dubur tidak ikut terjahit, mengompres

luka dengan menggunakan kasa betadin. Dengan demikian anatara

teori dan kasus terdapat kesamaan dan kesenjangan.

2. Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah

teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana

asuhan dianggap efektif apabila ada perubahan dan perkembangan

pasien yang lebih baik.

Berdasarkan teori evaluasi yang diperoleh yaitu rupture perineum

telah dihecting dan penjahitan dilakukan dengan tekhnik jelujur dan

subcutis, tidak terjadi perdarahan ditandai dengan kontraksi uterus baik

( teraba keras dan bundar ) dan perdarahan ± 100 cc, tidak terjadi

infeksi pada luka jahitan ditandai dengan tidak ada tanda tanda infeksi

seperti color, dolor, rubor, tumor, dan fungsi laesa.

Adapun evaluasi yang diperoleh , perineum belum dijahit, tidak

terjadi perdarahan ditandai dengan perdarahan ± 200 cc, tidak terjadi

fistula, ditandai dengan tidak ada sekat atau lubang pada vagina, tidak

terjadi hematoma, ditandai dengan tidak ada oedema pada vulva, tidak

ada pembekuan darah yang menggumpal, kontraksi uterus baik

( teraba keras dan bundar ), tidak ada tanda-tanda infeksi seperti

bengkak panas, merah, sakit, dan kehilangan fungsi laesa. Pada kala III

plasenta lahir lengkap selaput dan kotiledonnya dengan cara schulze


69

tanggal 11 Mei 2017 jam 17.40 wita. Pada Kala IV rupture perineum

telah dijahit, namun data yang didapatkan pada kasus tidak semua

terdapat dalam teori dan hanya membahas evaluasi pada kala II.

Dengan demikian antara teori dan kasus terdapat kesenjangan.

3. Pendokumentasian hasil Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian dibuat sebagai laporan pertanggung jawaban

seorang petugas kesehatan (bidan) atas segala tindakan yang

dilakukan pada Ny “N”. Pendokumentasian ini dibuat dalam rekam

medik klien yang telah tersedia di setiap pelayanan kesehatan

termasuk di RSKD IA Siti Fatimah Makassar. Hasil asuhan kebidanan

yang telah di dokumentasikan adalah SOAP.


70

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis membahas dan menggunakan manajemen asuhan

kebidanan intrnanatal pada Ny “N” dengan ruptur perineum TK II di RSKD

IA Siti Fatimah Makassar tanggal 11 mei 2017, maka dalam bab ini

penulis bisa menarik kesimmpulan dan saran membangun sebagai

berikut:

A. Kesimpulan

1. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pengumpulan data dan

analisa data dasar intranatal Ny “N” dengan ruptur perineum TK II

yaitu nyeri daerah genitalia, nyeridirasakan sejak bayinya lhir,

merasa berdarah banyak, mengeluh ada robekan, merasa lemah

nampak robekan pada daerah mukosa, kulit perineum dan otot-otot

perineum nampak perdarahan .

2. Diperolehnya pengalaman nyata dalam menganalisa dan

menginterpretasikan data, untuk menentukan diagnosa / masalah

aktual asuhan intranatal fisiologi pada Ny “N” dengan ruptur

perineum TK II.

3. Diperolehnya pengalaman nyata dalam nyata dalam mengantisipasi

kemungkinan timbulnya diagnosa masalah potensial intranatal

fisiologi pada Ny “D” dengan ruptur perineum TK II. Yaitu diagnosa

potensial yang ditegakkan pada Ny “N” adalah potensial terjadinya


71

perdarahan > 500 cc, fistula, hematoma dan infeksi pada luka

perineum

4. Diperolehnya pengalaman nyata dalam melakukan tindakan segera,

konsultasi, kolaborasi dan rujukan pada Ny “N” dengan ruptur

perineum TK II yaitu pada kasus Ny “N” tidak dilakukan tindakan

segera, kolaborasi, konsultasi dan rujukan.

5. Diperolehnya pengalaman nyata dalam menyusun rencana

tindakan asuhan kebidanan intranatal pada Ny “N” dengan ruptur

perineum TK II.

6. Diperolehnya pengalaman nyata dalam pelaksanaan tindakan

asuhan pada intranatal Ny “N” dengan ruptur perineum TK II.

7. Diperolehnya pengalaman nyata dalam mengevaluasi tindakan

asuhan kebidanan intranatal Ny “N” dengan ruptur perineum TK II

yaitu ruptur perineum TK II telah teratasi dan masalah potensial

tidak terjadi

8. Diperolehnya pengalaman nyata dalam mendokumentasikan

tindakan asuhan kebidanan intranatal pada Ny “N” dengan ruptur

perineum TK II.

B. Saran

a. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan

dan menambah pembendaharaan perpustakaan Akbid

Muhammadiyah Makassar.
72

b. Tempat meneliti

Diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan,

khususnya bidan untuk meningkatkan standar pelayanan

kebidanan yang langsung menangani Manajemen Asuhan

Kebidanan pada rupture perineum di RSKD IA Siti Fatimah

Makassar.

Anda mungkin juga menyukai