Anda di halaman 1dari 4

RESUME CERAMAH 3 TINGKATAN & FUNGSI PUASA

Resume ini Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan

Dosen Pengampu : Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.

Disusun Oleh :

Siti Zahra Hapidah (11220820000034)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2023
TUGAS UTS ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Resume Video Ceramah Bapak Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. Tentang 3 Tingkatan & Fungsi
Puasa

Puasa adalah praktik ibadah atau disiplin diri yang melibatkan penahanan dari makanan,
minuman, dan perilaku tertentu dalam jangka waktu tertentu, biasanya sebagai ekspresi spiritual
atau agama. Praktik puasa dapat berbeda-beda dalam konteks agama dan budaya. Dalam Islam,
misalnya, puasa selama bulan Ramadan adalah salah satu dari lima rukun Islam dan melibatkan
penahanan dari makanan, minuman, dan perilaku tertentu dari terbit fajar hingga terbenam
matahari. Dalam agama-agama lain dan budaya, puasa dapat memiliki tujuan spiritual,
pembersihan diri, atau berbagai alasan lainnya.

Secara istilah syara’ puasa adalah :

‫ْاِإل ْمَس اُك َع ِن ْاَألْك ِل َو الُّش ْر ِب َو َغَش َياِن الِّنَس اِء ِم َن اْلَفْج ِر ِإَلى اْلَم ْغ ِر ِب ِإْح ِتَس ابًا ِهَّلِل َوِإْع َداًدا ِللَّنْفِس َو َتِهـِيـْيئًة َلهَا ِلَتْقَو ى ِهللا بِاْلُمَر اَقَبِة‬
‫َو تْر ِبَيِة ْاِإل َر اَد ِة‬

“Menahan diri dari makan, minum dan bersenggama, mulai terbit fajar sampai terbenam
matahari (Maghrib), karena mengharap keridhaan Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa
kepada Allah dengan jalan muraqabah (merasa selalu diperhatikan Allah) disertai mendidik
kehendak dan keinginan,” (Rasyid Ridha, al-Manar, 1373 hal. 143).

Adapun 3 tingkatan dan fungsi puasa yaitu sebagai berikut :

1. Taqwa

Menurut beberapa ulama seperti Al Ghazali sebagaimana diterangkan Farid Ahmad dalam
bukunya Quantum Takwa, takwa dapat didefinisikan sebagai upaya membersihkan diri dari dosa
yang sebelumnya belum pernah dilakukan, sehingga lahir motivasi dalam diri untuk
meninggalkannya. Dengan kata lain, takwa menjadi upaya untuk menjaga diri dari berbagai
kemaksiatan.

Taqwa adalah konsep penting dalam Islam yang mengacu pada kesadaran, ketakutan, dan takwa
kepada Allah. Ini melibatkan perilaku yang bermoral, menjauhi dosa, dan mendekati kebaikan
sesuai dengan ajaran Islam. Taqwa juga melibatkan kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui
dan Maha Melihat, sehingga seseorang selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran agama
dan menjauhi tindakan yang dilarang. Taqwa adalah salah satu aspek penting dalam mencapai
keberhasilan dalam hidup dunia dan akhirat dalam Islam.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Baqarah ayat 183 :


‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬
Artinya: “Kepada orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah [2]
: 183).

2. Berpengetahuan

Dalam Islam, memiliki pengetahuan atau ilmu disebut dengan istilah "ilmu" atau "pengetahuan"
(‫)علم‬. Ilmu atau pengetahuan memiliki peran penting dalam ajaran Islam. Ini mencakup
pemahaman tentang ajaran agama, ilmu pengetahuan umum, dan berbagai aspek kehidupan.Ilmu
atau pengetahuan dalam Islam dilihat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah,
memahami ajaran-Nya, dan mewujudkan akhlak yang baik. Rasulullah Muhammad juga
mengajarkan pentingnya mencari ilmu, dan pengetahuan dianggap sebagai salah satu jalan
menuju kesempurnaan iman.

Dengan demikian, dalam Islam, memiliki pengetahuan atau berilmu mengacu pada pemahaman
yang mendalam tentang agama dan pengetahuan yang dapat digunakan untuk meningkatkan diri
serta memberikan manfaat bagi masyarakat.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Baqarah ayat 184 :

‫َأَّياًم ا َّم ْعُدوَٰد ٍتۚ َفَم ن َك اَن ِم نُك م َّم ِريًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۚ َو َع َلى ٱَّلِذ يَن ُيِط يُقوَن ۥُه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكيٍن ۖ َفَم ن َتَطَّوَع َخْيًرا‬
‫َفُهَو َخْيٌر َّلُهۥۚ َو َأن َتُصوُم و۟ا َخْيٌر َّلُك ْم ۖ ِإن ُك نُتْم َتْع َلُم وَن‬

Artinya: “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah
yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al-
Baqarah [2] : 184).

3. Bersyukur

Syukur artinya rasa terima kasih kepada Allah. Secara bahasa, syukur berasal dari kata "syakara-
yasykuru-syukran" yang bermakna kata "pujian karena mendapatkan sesuatu". Ada banyak cara
bersyukur dalam Islam, seperti berdoa, berdzikir, dan selalu berpikir positif pada Allah SWT.
Arti kata syukur secara umum adalah berterima kasih kepada yang telah memberikan sesuatu
kepada kita. Arti bersyukur juga bisa diketahui menurut istilah syara’, di mana syukur adalah
pengakuan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dengan disertai ketundukan kepada-
Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah.

Seorang muslim harus senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai
kenikmatan seperti nikmat hidup, nikmat iman, sehat, dan lain sebagainya sehingga bisa
menjalankan aktivitas dengan berbagai kemudahan apalagi seperti sekarang ini. Bahkan, nikmat
yang diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya tidak dapat dihitung, sehingga arti
bersyukur sebenarnya adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Baqarah ayat 185 :

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ْٓي ُاْنِز َل ِفْيِه اْلُقْر ٰا ُن ُهًدى ِّللَّناِس َو َبِّيٰن ٍت ِّم َن اْلُهٰد ى َو اْلُفْر َقاِۚن َفَم ْن َش ِهَد ِم ْنُك ُم الَّشْهَر َفْلَيُص ْم ُهۗ َو َم ْن َك اَن َم ِرْيًضا َاْو‬
‫َع ٰل ى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِّم ْن َاَّياٍم ُاَخ َر ۗ ُيِرْيُد ُهّٰللا ِبُك ُم اْلُيْس َر َو اَل ُيِر ْيُد ِبُك ُم اْلُعْس َر ۖ َو ِلُتْك ِم ُلوا اْلِع َّدَة َو ِلُتَك ِّبُروا َهّٰللا َع ٰل ى َم ا َهٰد ىُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرْو َن‬

Artinya : “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka
berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah [2] : 185).

Anda mungkin juga menyukai