MAKALAH
ISTISHAB DAN MASLAHAH MURSALAH
Dosen Pengampu :
Dr. Toha Andiko, M.Ag
Oleh :
1. Yoga Trisandi (2223150118)
2. Yoprizon (2223150133)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Semua pujian adalah kepada Allah SWT yang telah memberi kita
kebahagiaan sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa
bantuan-Nya saya tidak akan pernah memiliki pilihan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Shalawat dan alam kita berikan kepada nabi kita yang disayangi Muhammad
SAW yang akan kita menengahi di luar yang besar. Sang Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Allah SWT atas kekayaan berkat-Nya yang sehat, baik
sebagai kesejahteraan dan alasan yang sebenarnya, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Istishab dan Maslahah
Mursalah”.
Penulis memahami bahwa makalah ini cukup cacat dan masih ada banyak
kesalahan dan noda di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengantisipasi analisis
dan ide-ide dari para pembaca untuk makalah ini, dengan tujuan agar tulisan ini
nantinya dapat berubah menjadi makalah yang jauh dan jauh. Kemudian, pada
saat itu, dengan asumsi ada banyak slip-up dalam makalah ini, Penulis meminta
maaf dengan berlimpah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pertemuan,
terutama kepada para dosen yang telah menyutradarai rekaman sebagai hard
copy makalah ini. Selanjutnya, idealnya makalah ini bisa berharga. Terima kasih
banyak kepada Anda.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
PEMBAHASAN
A. Istishab..........................................................................................................3
1. Pengertian Istishab....................................................................................3
2. Kedudukan Istishab...................................................................................4
3. Macam- Macam Istishab...........................................................................4
4. Contoh Istishab..........................................................................................7
B. Mashalah Mursalah.......................................................................................8
1. Pengertian..................................................................................................8
2. Khujjahan (Dalil) dalam Mashalah Mursalah...........................................8
3. Macam-macam Mashalah Mursalah.........................................................8
4. Pertentangan dengan Nassh (Teks Hukum Syariah).................................9
5. Contoh dalam Ekonomi Islam...................................................................9
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hukum Islam terdapat dua ketentuan hukum yaitu hukum yang
disepakati dan hukum yang tidak disepakati. Seperti yang kita ketahui bahwa
hukum yang kita sepakati tersebut yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, Ijma’,
dan Qiyas. Secara umum ada 7 hukum Islam yang tidak disepakati dan salah
satu dia antaranya akan menjadi pokok pembahasan pada makalah ini yaitu
Istishab.
Metode-metode yang digunakan para mujtahid untuk menarik atau
menyimpukan sebuah hukum relatif berjumlah banyak, dan salah satu metode
yang digunakan untuk itu adalah istishab. Oleh karena itu dalam makalah ini
penulis mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan istishab mulai dari
pengertian, syarat-syarat, bentuk-bentuk, kaida-kaidahnya sampai pada
relevansi istishab terhadap hukum positif yang khusunya ada di Indonesia.
Dalam peristilaan ahli ushul, istishab berarti menetapkan hukum menurut
keadaan yang terjadi sebelumnya sampai ada dalil yang mengubahnya. Dalam
ungkapan lain, ia diartikan juga sebagai upaya menjadikan hukum peristiwa
yang ada sejak semula tetap berlaku hingga peristiwa berikutnya, kecuali ada
dalil yang mengubah ketentuan itu.
Islam merupakan agama Rahmatan lil ‘alamin yang dianugrahkan kepada
seluruh umat manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, dalam situasi
dan kondisi yang berubah-ubah tentu akan menimbulkan berbagai pertanyaan
mengenai permasalahan-permasalahan yang timbul di masyarakat, mulai dari
masalah pribadi, keluarga, ekonomi, hukum, dan lain-lain. Disinilah agama
Islam terbukti sebagai agama yang mampu menjawab segala permasalahan
dan sesuai dengan perkembangan zaman. Para ulama mengeluarkan fatwa-
fatwa yang bertujuan untuk menjawab permasalahan-permalahan tersebut,
mewujudkan kemaslahatan dan mencegah atau menolak berbagai kerusakan
bagi umat manusia dengan menyesuaikan pada tujuan syari’at atau disebut
dengan maslahah mursalah.
2
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi batasan pada makalah ini yaitu:
1. Apa Pengertian Istishab dan Maslahah Mursalah ?
2. Bagaimana Kedudukan Istishab ?
3. Apa Saja Macam-Macam Istishab dan Maslahah Mursalah ?
4. Bagaimana Contoh Istishab dan Maslahah Mursalah Dalam Ekonomi
Islam ?
5. Apa saja Khujjahan Maslahah Mursalah ?
6. Bagaimana Pertentangan Maslahah Mursalah terhadap Nash?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pada makalah ini yaitu:
1. Untuk Memahami Pengertian Istishab dan Maslahah Mursalah
2. Untuk Memahami Kedudukan Istishab
3. Untuk Memahami Macam-Macam Istishab dan Maslahah Mursalah
4. Untuk Memahami Contoh Istishab dan Maslahah Mursalah Dalam
Ekonomi Islam
5. Untuk Mengetahui Khujjahan Maslahah Mursalah
6. Untuk Memahami Pertentangan Maslahah Mursalah terhadap Nash
3
PEMBAHASAN
A. Istishab
1. Pengertian Istishab
Secara lughawi (etimologi) istishab itu berasal dari kata is-tash-ha-ba (
) استصحبdalam shigat is-tif’âl ((استفعال, yang berarti: الصحبة استمرار. Kalau
kata الصحبةdiartikan “sahabat” atau “teman”, dan استمرارdiartikan “selalu”
atau “terusmenerus”, maka istishab itu secara lughawi artinya adalah:
“selalu menemani” atau “selalu menyertai”.1
Sedangkan secara istilah (terminologi), terdapat beberapa definisi
yang dikemukakan oleh para ulama, di antaranya ialah:
a. Imam Isnawi
Istishab ialah melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan
yang telah ditetapkan karena suatu dalil sampai ada dalil lain yang
mengubah hukum-hukum tersebut.
b. Ibn al-Qayyim al-Jauziyah
Istishab ialah mengukuhkan menetapkan apa yang pernah
ditetapkan dan meniadakan apa yang sebelumnya tiada.
c. Abdul-Karim Zaidan
Istishab ialah menganggap tetapnya status sesuatu seperti
keadaannya semula selama belum terbukti ada sesuatu yang
mengubahnya.
Istishab juga dapat berarti melanjutkan berlakunya hukum yang telah
tetap di masa lalu, diteruskan sampai yang akan datang selama tidak
terdapat yang mengubahnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa istishab
adalah menetapkan berlakunya suatu hukum yang telah ada sebelum ada
dalil atau bukti yang mengubah hukum tersebut.
Jadi apabila sudah ditetapkan suatu perkara pada sesuatu waktu, maka
ketentuan hukumnya tetap seperti itu, sebelum ada dalil baru yang
mengubahnya, sebaliknya apabila sesuatu perkara telah ditolak pada
sesuatu waktu, makapenolakan tersebut tetap berlaku sampai akhir masa,
sebelum terdapat dalil yang menerima (metsabitkan) perkara itu.
1
Faisal Affandi, Asmuni, and Tuti Anggraini, ‘Relevansi Penggunaan Istihsan Dan Istishab Dalam
Kacamata Ekonomi Syariah’, JIBF MADINA: Journal Islamic Banking and Finance, II.I (2022), 82–99.
4
2. Kedudukan Istishab
Pada umumnya, para ulama ushul fiqh berbeda pendapat tentang
kedudukan istishab sebagai sumber hukum Islam. Pendapat para ulama
tentang kedudukan istishab, yaitu:2
a. Istishab sebagai Pedoman dalam Menentukan Hukum Islam
Menjadikan istishab sebagai pegangan dalam menentukan hukum
suatu peristiwa yang belum ada hukumnya, baik dalam Alquran,
sunnah, maupun ijma.
Ulama yang termasuk kelompok ini adalah Syafi'iyah, Hambaliyah,
Malikiyah, Dhahiriyah, dan sebagian kecil dari ulama Hanafiyah. Dalil
yang mereka jadikan alasan untuk ini, yaitu:
ِإَّن الَّظَّن اَل ُيْغ ِني ِم َن اْلَح ِّق َشْيًئا ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم ِبَم ا َيْفَع ُلْو َن.
Artinya: "Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna
untuk melawan kebenaran. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan." (QS. Yunus: 36)
Berdasarkan kepada dalil di atas, para ulama menetapkan kaidah-
kaidah fikih sebagai berikut:
1) Pada dasarnya yang dijadikan dasar adalah sesuatu yang terjadi
sebelumnya.
2) Apa yang diyakini adanya tidak hilang karena adanya keraguan.
3) Asal hukum sesuatu adalah boleh.
b. Menolak Istishab sebagai Pegangan dalam Menetapkan Hukum Islam
Sebagian ulama lainnya menolak istishab sebagai pegangan dalam
menentukan hukum Islam. Ulama golongan kedua ini kebanyakan
adalah ulama Hanafiyah.
Mereka menyatakan bahwa istishab seperti yang disebutkan di atas
adalah tanpa dasar dan menolaknya untuk menetapkan hukum baru.
2
Panji Adam Agus Putra, ‘Aplikasi Konsep Dan Kaidah Istishab Dalam Hukum Ekonomi Syariah’,
Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial Dan Sains, 10.1 (2021), 109–23
<https://doi.org/10.19109/intelektualita.v10i1.8369>.
5
3
M. Lutfillah Habibi and Ana Toni Roby Candra Yudha, ‘Membangun Integrated Takaful Dan Wakaf
Model Dalam Upaya Meningkatkan Kemanfaatan Pemegang Polis’, Al-Uqud : Journal of Islamic Economics,
1.2 (2017), 139 <https://doi.org/10.26740/jie.v1n2.p139-155>.
6
menegaskan hukum yang telah ada, dan tidak bisa dijadikan hujjah
untuk hukum yang belum ada.
Imam Ghazali menyatakan bahwa istishab hanya bisa dijadikan
hujjah apabila didukung oleh nash atau dalil, dan dalil itu merujukkan
bahwa hukum itu masih tetap berlaku dan tidak ada dalil yan laing yang
membatalkannya.
Sedangkan Ulama Malikiyah menolak istishab sebagai hujjah
dalam beberapa kasus, seperti kasus orang yang ragu terhadap keutuhan
wudhunya. Menurut mereka dalam kasus seperti ini istishab tidak
berlaku, karena apabila sesorang merasa regu atas keutuhan wudhunya
sedangkan sedangkan di dalam keadaan shalat, maka shalatnya batal
dan ia harus berwudhu kembali dan mengulangi shalatnya.
c. Istishab hukum akal sampai adannya hukum syar’i
Maksudnya, umat manusia tidak dikenakan hukum syar’i sebelum
datangnya syara’. Seperti tidak adanya pembebanan hukum dan akibat
hukumnya terhadap umat manusia,sampai datangnya dalil syara’ yang
menentukan hukum. Misalnya seseorang menggugat orang lain bahwa
ia berhutang kepadanya sejumlah uang, maka penggugat berkewajiban
untuk mengemukakan bukti atas tuduhannya, apabila tidak sanggup,
maka tergugat bebas dri tuntutan dan ia dinyatakan tidak pernah
berhutang pada penggugat. Istishab seperti ini diperselisihkan menurut
ulama Hanafiyah, istishab dalambentuk ini hanya bisa menegaskan
hukum yang telah ada, dan tidak bisa menetapkan hukum yang akan
datang.
Sedangkan menurut ulama Malikiyah, Syati’iyah, dan Hanabilah,
istishab seperti ini juga dapat menetapkan hukum syar’i, baik untuk
menegaskan hukum yang telah ada maupun hukum yang akan datang.
7
B. Mashalah Mursalah
1. Pengertian
Mashalah Mursalah adalah salah satu konsep dalam hukum ekonomi
Islam yang merujuk kepada suatu situasi di mana hukum syariah tidak
memberikan petunjuk atau ketentuan yang jelas tentang suatu masalah atau
transaksi ekonomi tertentu. Dalam kasus ini, tidak ada nash (ketentuan
hukum syariah yang spesifik) yang dapat digunakan sebagai referensi
langsung, dan oleh karena itu, para ulama atau pakar hukum Islam harus
menggunakan ijtihad (analogi) atau prinsip-prinsip hukum Islam yang
umum untuk mencari solusi yang sesuai.4
2. Khujjahan (Dalil) dalam Mashalah Mursalah
Mashalah Mursalah mengandalkan pada dalil umum (khujjahan 'amm)
dan prinsip-prinsip hukum Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis.
Para ulama mencoba untuk menafsirkan dan mengaplikasikan prinsip-
prinsip ini sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam ekonomi Islam.
Prinsip-prinsip umum seperti maslahah (kemanfaatan), mafsadah
(kerugian), ijtihad, qiyas (analogi), dan istihsan (preferensi) sering
digunakan untuk mencari solusi dalam situasi mashalah mursalah.5
3. Macam-macam Mashalah Mursalah
Ada beberapa jenis mashalah mursalah dalam ekonomi Islam, di
antaranya:
4
Nur Asiyah and Abdul Ghofur, ‘Kontribusi Metode Maṣlaḥah Mursalah Imam Malik Terhadap
Pengembangan Hukum Ekonomi Syari’Ah Kontemporer’, Al-Ahkam, 27.1 (2017), 59
<https://doi.org/10.21580/ahkam.2017.27.1.1349>.
5
Rizal Fahlevi, ‘Implementasi Maṣlaḥah Dalam Kegiatan Ekonomi Syariah’, JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah), 14.2 (2016), 225 <https://doi.org/10.31958/juris.v14i2.310>.
9
6
Rofikoh Awalih, ‘Tinjauan Maslahah Mursalah Terhadap Peraturan Bank Indonesia Nomor
19/8/Pbi/2017 Tentang Gerbang Pembayaran Nasional (National Payment Gateway)’, Jurnal Al-Hakim:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Studi Syariah, Hukum Dan Filantropi, 2.1 (2020), 40–57
<https://doi.org/10.22515/alhakim.v2i1.2494>.
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Istishab dan Maslahah
Mursalah adalah instrumen hukum yang penting dalam menegakkan nilai-
nilai moral dan etika dalam ekonomi Islam. Mereka memberikan panduan
yang memungkinkan penyesuaian dan adaptasi terhadap situasi-situasi baru
dalam dunia ekonomi. Melalui konsep ini, ekonomi Islam tetap relevan dalam
mengatasi tantangan dan perubahan dalam ekonomi kontemporer, sambil
tetap mempertahankan prinsip-prinsip etika dan keadilan yang mendasarinya.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang istishab dan maslahah
mursalah menjadi kunci dalam menerapkan hukum ekonomi Islam dengan
bijak dan adil dalam lingkungan ekonomi yang beragam dan dinamis.
B. Saran
Demi kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah ini, kami
mohon kepada para pembaca untuk memberikan saran yang membangun.
Karena kami sadar betul bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
banyak kekuarangan dan kesalahannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Faisal, Asmuni, and Tuti Anggraini, ‘Relevansi Penggunaan Istihsan Dan
Istishab Dalam Kacamata Ekonomi Syariah’, JIBF MADINA: Journal
Islamic Banking and Finance, II.I (2022), 82–99
Agus Putra, Panji Adam, ‘Aplikasi Konsep Dan Kaidah Istishab Dalam Hukum
Ekonomi Syariah’, Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial Dan Sains, 10.1
(2021), 109–23 <https://doi.org/10.19109/intelektualita.v10i1.8369>
Asiyah, Nur, and Abdul Ghofur, ‘Kontribusi Metode Maṣlaḥah Mursalah Imam
Malik Terhadap Pengembangan Hukum Ekonomi Syari’Ah Kontemporer’,
Al-Ahkam, 27.1 (2017), 59
<https://doi.org/10.21580/ahkam.2017.27.1.1349>
Habibi, M. Lutfillah, and Ana Toni Roby Candra Yudha, ‘Membangun Integrated
Takaful Dan Wakaf Model Dalam Upaya Meningkatkan Kemanfaatan
Pemegang Polis’, Al-Uqud : Journal of Islamic Economics, 1.2 (2017), 139
<https://doi.org/10.26740/jie.v1n2.p139-155>