Anda di halaman 1dari 15

DIABETES MELLITUS ( DM )

Dosen Pengampu : Delfriana Ayu A, SST, M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 4

Tiara Putri Azzahra Tamin (0801231039)

Dinda Mutiara (0801102352)

Aura Naysilla (0801231055)

Nabila Wahyuni (0801232063)

Natasya Balqis (0801231066)

Kelas : IKM – 2 (Semester 1)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Asssalamualaikum wr, wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas raahmat dan hidayah-Nya lah penulis daapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ DIABETES MELLITUS (DM)” dengan tepat waktu.
Makalah Biomedik 1 ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Delfriana Ayu A, SST, M.Kes pada
mata kuliah Biomedik 1 di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini daapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Diabetes Mellitus
(DM). Penulis mengucapkan terimah kasih sebesar – besarnya kepada Ibu Delfriana Ayu A, SST,
M.Kes selaku dosen mata kuliah Biomedik 1. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 13 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM), penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia dan


gangguan metabolisme dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena
kekurangan fungsi insulin atau sekresi. Diabetes Mellitus menunjukkan gejala seperti
poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (haus berlebihan), polifagia (nafsu makan
meningkat), penurunan berat badan, dan sensasi kesemutan. Diabetes Mellitus yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan dehidrasi dan rasa haus yang berlebihan karena peningkatan
output urin.
Manajemen perawatan diri yang efektif dari DM dapat membantu mencegah
komplikasi dan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan
penyakit. Pentingnya mengendalikan factor risiko dan memprioritaskan pencegahan dini
melalui Langkah-langkah perawatan diri untuk manajemen DM yang efektif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus?
2. Apa saja jenis-jenis atau tipe Diabetes Mellitus?
3. Apa yang menyebabkan Diabetes Mellitus?
4. Apa saja gejala Diabetes Mellitus?
5. Bagaimana pola hidup yang baik untuk penderita Diabetes Mellitus?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Diabetes Mellitus
2. Mengetahui jenis-jenis atau tipe Diabetes Mellitus
3. Mengetahui apa yang menyebabkan Diabetes Mellitus
4. Mengetahui apa saja gejala Diabetes Mellitus
5. Mengetahui bagaimana pola hidup yang baik untuk penderita Diabetes Mellitus
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIABETES MELLITUS (DM)

Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti “sypon”
menunjukan pembentukan urine yang berlebihan, dan mellitus berasal dari kata “meli” yang berarti
madu. Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan penyakit menahun yang dapat
diderita seumur hidup. Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh gangguan metabolisme yang
terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan gula darah atau sering disebut
dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari pankreas.
Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik makrovaskuler maupun
mikrovaskuler. Penyakit DM dapat mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang dimana
merupakan penyakit yang terbilang cukup serius jika tidak secepatnya diberikan penanganan
sehingga mampu meningkatkan penyakit hipertensi dan infark jantung.

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut
atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes
Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan berat badan,kesemutan.

B. JENIS ATAU TIPE DIABETES MELLITUS (DM)

Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes melitus tipe 1 yang merupakan hasil dari reaksi
autoimun terhadap protein sel pulau pankreas, kemudian diabetes tipe 2 yangmana disebabkan
oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan gangguan sekresi insulin, resistensi
insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas, makan berlebihan, kurang makan, olahraga dan
stres, serta penuaan.
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat
kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun. kerusakan sel beta pankreas disebabkan
paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital, mumps,
coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan susu sapi).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2


Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non
insulin dependent diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan
gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
(resistensi insulin).

C. Penyebab Dan Gejala Diabetes Mellitus


1. Penyebab Diabetes Mellitus
Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup seseorang.
Selain itu faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan kesehatan juga menimbulkan
penyakit diabetes dan komplikasinya. Diabetes dapat memengaruhi berbagai sistem organ tubuh
manusia dalam jangka waktu tertentu, yang disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat dibagi
menjadi pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk
kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopat).
 Penyebab Diabetes Mellitus Tipe 1
Beberapa teori ilmiah yang menjelaskan penyebab diabetes mellitus tipe 1 sebagai berikut:

 Hipotesis sinar matahari


Teori yang paling terakhir adalah "hipotesis sinar matahari," yang menyatakan
bahwa waktu yang lama dihabiskan dalam ruangan, dimana akan mengurangi paparan
sinar matahari kepada anak-anak, yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin
D. Bukti menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam sensitivitas dan
sekresi insulin (Penckofer, Kouba, Wallis, & Emanuele, 2008). Berkurangnya kadar
vitamin D, dan jarang terpapar dengan sinar matahari, dimana masing-masing telah
dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 1.
 Hipotesis higiene "Hipotesis kebersihan"
Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi pathogen dapat
menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu kehancuran sel beta yang memproduksi
insulin di dalam tubuh oleh leukosit. Dalam penelitian lain, peneliti telah menemukan
bahwa lebih banyak eksposur untuk mikroba dan virus kepada anak-anak, semakin kecil
kemungkinan mereka menderita penyakit reaksi hipersensitif seperti alergi. Penelitian
yang berkelanjutan menunjukkan bahwa "pelatihan" dari sistem kekebalan tubuh
mungkin berlaku untuk pencegahan tipe 1 diabetes (Curry, 2009). Kukrija dan Maclaren
menunjukkan bahwa pencegahan diabetes tipe 1 mungkin yang akan datang melalui
penggunaan imunostimulasi, yakni memaparkankan anak-anak kepada bakteri dan virus
yang ada di dunia, tetapi yang tidak menyebabkan efek samping imunosupresi.

 Hipotesis Susu Sapi


Teori ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu formula pada
6 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan kekacauan pada sistem kekebalan tubuh
dan meningkatkan risiko untuk mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 di kemudian
hari. Dimana protein susu sapi hampir identik dengan protein pada permukaan sel beta
pankreas yang memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka terhadap
susu sapi maka akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan menyerang sel sendiri
yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi dibetes mellitus tipe 1.
Peningkatan pemberian ASI di 1980 tidak menyebabkan penurunan terjadinya diabetes
tipe 1, tetapi terjadi peningkatan dua kali lipat diabetes mellitus tipe 1. Namun, kejadian
diabetes tipe 1 lebih rendah pada bayi yang diberi ASI selama 3 bulan

 Hipotesis POP
Hipotesis ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap polutan organik yang persisten
(POP) meningkatkan risiko kedua jenis diabetes. Publikasi jurnal oleh Institut Nasional
Ilmu Kesehatan Lingkungan menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik
dalam tingkat rawat inap untuk diabetes dari populasi yang berada di tempat Kode ZIP
yang mengandung limbah beracun (Kouznetsova, Huang, Ma, Lessner, & Carpenter,
2007).

 Hipotesis Akselerator
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tipe 1 diabetes merupakan bagian sederhana
dari kontinum yang sama dari tipe 2, tetapi muncul lebih dulu. Hipotesis akselerator
menyatakan bahwa peningkatan berat dan tinggi anak-anak pada abad terakhir ini telah
"dipercepat", sehingga kecenderungan mereka untuk mengembangkan tipe 1 dengan
menyebabkan sel beta di pankreas di bawah tekanan untuk produksi insulin. Beberapa
kelompok mendukung teori ini, tetapi hipotesis ini belum merata diterima oleh
profesional diabetes

 Penyebab Diabetes Mellitus Tipe 2


DM tipe 2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor rentanan genetis dan paparan
terhadap lingkungan. Lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah
perpindahan dari pedesaan ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan
gaya hidup seseorang. Diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan
menyebabkan obesitas. Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang
dewasa, obesitas akan memiliki risiko timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang dengan status gizi normal

Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 adalah


perpindahan dari pedesaan ke perkotaan atau urbanisasi yang kemudian menyebabkan perubahan
gaya hidup seseorang. Diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang akan
menyebabkan obesitas.

Kondisi obesitas tersebut akan memicu timbulnya DM tipe 2. Pada orang dewasa,obesitas
akan memiliki risiko timbulnya DM tipe 2 4 kali lebih besar dibandingkan dengan orangdengan
status gizi normal.

Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas fisik juga merupakan faktor
risiko mayor dalam memicu terjadinya DM.4 Latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek metabolik, termasuk meningkatkan
kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi glukosa. Hasil penelitian di Indian Pima, orang-
orang yang aktivitas fisiknya rendah 2,5 kali lebih berisiko mengalami DM dibandingkan dengan
orangorang yang 3 kali lebih aktif.

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa
faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain.
MenurutAmerican Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun,
etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko
yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT >25 kg/m2 atau lingkar perut >80 cm pada
Wanita dan > 90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipdemi dan diet tidak
sehat.

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic ovary sindrome
(PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau
glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases), konsumsi alkohol, faktor stres,
kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan kafein.

2. Gejala Diabetes Mellitus


Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:

 Poliuri (sering buang air kecil)


Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari (poliuria), hal
ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal (>180mg/dl), sehingga gula
akan dikeluarkan melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan,
tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam
jumlah besar dapat dikeluarkan dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal,
keluaran urine harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak terkontrol,
keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa haus dan ingin minum air
putih sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan
mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh
akan menghasilkan rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum air terutama air
dingin, manis, segar dan air dalam jumlah banyak.

 Polifagi (cepat merasa lapar)


Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga. Insulin menjadi
bermasalah pada penderita DM sehingga pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang
dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita
merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga
berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.

 Berat badan menurun


Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan protein yang ada di dalam
tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM
yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam
(setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala
tambahan yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki
kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang
disertai gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa
sakit (balanitis).

D. Pola Hidup Yang Baik Untuk Penderita Diabetes Mellitus

Perawatan mandiri yang baik dan benar pada pasien diabetes melitus termasuk pengendalian faktor
risikonya, dapat menurunkan angka kesakitan berulang, komplikasi dan kematian yang disebabkan oleh
penyakit tersebut. Sehingga pengendalian DM akan lebih efektif bila diprioritaskan pada pencegahan dini
melalui upaya perawatan mandiri.

beberapa hal penting yang sangat perlu diperhatikan antara lain:

1. Perencanaan pola makan dan diet yang tepat


Diet yang baik untuk para diabetisi adalah diet yang seimbang, jadwal makan yang teratur serta
jenis makanan yang dimakan bervariasi yang kaya nutrisi dan rendah karbohidrat. Diet perlu dilakukan
dengan mengurangi asupan karbohidrat (berbagai jenis gula dan tepung termasuk nasi, kentang, ubi,
singkong dan lain sebagainya), mengurangi makanan berlemak (daging berlemak, kuning telur, keju,
dan susu tinggi lemak) serta memperbanyak makan sayur dan buah sebagai sumber serat,
vitamin dan mineral. Sebagai sumber protein Anda dapat memanfaatkan ikan, ayam (terutama daging
dada), tahu dan tempe.

2. Monitoring kadar gula darah


Kadar gula darah harus dites secara berkala yaitu pada saat sebelum sarapan pagi dan
sebelum makan malam. Nilai yang diharapkan dari pengukuran tersebut adalah berada pada
rentang antara 70 s.d 120 mg/dl.

3. Olahraga dan Latihan


Penderita diabetes disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur dengan cara
bertahap sesuai dengan kemampuan. Olahraga yang ideal adalah yang bersifat aerobik seperti
jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling
tidak dilakukan selama 30-40 menit didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri
pendinginan antara 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali seminggu. Seiring
dengan tingkat kebugaran tubuh yang meningkat, maka durasi latihan dapat dinaikkan
maksimal sampai dengan 3 jam. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan
aktivitas reseptor insulin dalam tubuh penderita. Selain itu juga para diabetisi dapat melakukan
olahraga dengan cara berjalan kaki selama 30 menit. Kegiatan ini membantu untuk
mengontrol kadar gula dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah.

4. Pengobatan yang teratur


Diabetisi harus minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur, dan jangan sampai
terlewatkan. Selain itu, tidak diperkenankan untuk menambah atau mengurangi dosis obat
tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Untuk para diabetisi yang mendapatkan
terapi insulin secara berlanjut, mereka diharapkan dapat melakukan penyuntikan secara
mandiri. Bila tidak dapat melakukannya, dapat minta pertolongan kepada tenaga kesehatan
atau kader kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Pastikan sebelum memberikan
obat terutama jika mendapatkan suntikan insulin, makanan yang akan dimakan oleh diabetisi
sudah siap saji maksimal 30 menit sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah resiko
terjadinya hipoglikemia atau kadar glukosa darah yang tiba-tiba turun. Selain itu, monitoring
dari efek samping obat yang diminum oleh penderita juga harus dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan oleh penderita sendiri dan dibantu oleh anggota keluarga yang tinggal bersamanya.
Jika terdapat tanda dan gejala yang tidak diharapkan, segara menghubungi tenaga medis.

5. Pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol secara teratur


Diabetisi harus melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur guna untuk
mengantisipasi terjadinya komplikasi stroke akibat hipertensi. Begitu pula dengan kadar
kolesterol yang tinggi merupakan resiko tinggi terjadinya atherosklerosis.

6. Menghindari stress yang berlebihan


Stress dapat meningkatkan kadar gula darah dan tekanan darah. Stress ini dapat berasal
dari kondisi fisik, misalnya nyeri, kurang tidur, pekerjaan, pengaruh obatobatan steroids dan
lainnya.

7. Mengurangi resiko
Penderita Diabetes rentan untuk mengalami komplikasi berupa luka atau borok yang
sukar sembuh. Seringnya mereka mendapati luka yang sukar sembuh pada daerah kaki,
dimana untuk itu perawatan kaki yang teratur sangat diperlukan. Jaga kelembaban kulit
dengan menggunakan lotion yang tidak menimbulkan alergi. Potong kuku secara teratur dan
ratakan ujung kuku dengan menggunakan kikir, jangan pernah memotong ujung kuku terlalu
dalam. Pilih alas kaki yang nyaman dan sesuai dengan bentuk serta ukuran kaki. Pilih bahan
sepatu yang lembut dan sol yang tidak keras. Pakai sepatu tertutup jika hendak bepergian
keluar rumah. Waspada jika terdapat luka sekecil apapun, segera obati dengan antiseptik.

Penderita diabetes sebaiknya memiliki alat untuk memeriksa kadar gula darah di rumah,
karena pemantauan kadar gula darah secara rutin adalah cara utama untuk mengontrol
diabetes. Pemeriksaan ini akan memberitahu kadar glukosa darah saat itu juga. Ketika hasil
pemeriksaan ini dibawa ke dokter, penderita akan memiliki gambaran mengenai respons tubuh
untuk rencana perawatan diabetes selanjutnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang mempengaruhi pankreas, menyebabkan peningkatan kadar gula darah
atau kondisi yang disebut hiperglikemia karena kurangnya produksi insulin. DM dapat
menyebabkan komplikasi seperti komplikasi makro dan mikrovaskular. Diabetes tipe 1
disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap protein di pankreas, sedangkan diabetes tipe 2
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, resistensi insulin, dan faktor lingkungan seperti
obesitas, obesiti, pembatasan diet, dan stres.
Diabetes juga dapat disebabkan oleh faktor genetik, perubahan gaya hidup, dan
faktor lingkungan seperti layanan sosial dan perawatan kesehatan. Ini dapat mempengaruhi
berbagai organ organ dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan komplikasi seperti
komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Beberapa teori yang menjelaskan
perkembangan diabetes tipe 1 termasuk hipotiroidisme, yang menunjukkan bahwa
kekurangan vitamin D dalam tubuh dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 1. Teori lain,
hipotiroidisme, menunjukkan bahwa kehadiran patogen dapat menyebabkan resistensi
insulin, kondisi di mana tingkat insulin tubuh berkurang.

B. SARAN
Penting untuk mengontrol faktor risiko seperti diet, olahraga dan kepatuhan
pengobatan untuk mengelola DM secara efektif. Pemantauan rutin kadar glukosa darah dan
mengikuti diet seimbang dapat membantu individu dengan DM mempertahankan kadar
gula darah yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi, patofisiologi,
gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara pencegahan. In Prosiding
Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 237-241).

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes melitus tipe 2. Jurnal Majority, 4(5).

Homenta, H. (2012). Diabetes Melitus Tipe I. Program Pasca Sarjana Ilmu Biomedik, Fakultas
Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

Kurniawaty, E., & Yanita, B. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes
Melitus tipe II. Jurnal Majority, 5(2), 27-31.

Sutandi, A. (2012). Self Management Education (Dsme) sebagai Metode Alternatif dalam
Perawatan Mandiri Pasien Diabetes Melitus di dalam Keluarga. Jurnal Ilmiah Widya,
218710.

Anda mungkin juga menyukai