Anda di halaman 1dari 2

Bagaimanakah ketentuan busana yang benar menurut syariat Islam ?

Perimbangan :

Zaman memang telah berubah dan menampakkan wajah barunya, namun bukan berarti hukum Allah
subhanahu watta`ala juga harus ikut berubah. Hukum agama memang selalu menyesuaikan dengan
kondisi dan mempertimbangkan mashlahat (kebaikan) bagi umat manusia. Namun, bukan berarti hukum
akan selalu berubah seiring perubahan zaman. Berjilbab atau menutup aurat secara sempurna bukanlah
sekedar budaya bangsa Arab, namun menutup tubuh (baca; aurat) adalah aturan agama yang berlaku
bagi seluruh umat kapanpun dan dimanapun. Sesuai dengan firman Allah dalam al-qur`an surat An-Nur
ayat 31, yang artinya sebagai berikut :

"Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya."

Setidaknya ada 6 (enam) kriteria busana seorang muslim yang sesuai dengan ajaran syara` sebagaimana
dapat dipahami dari penjelasan Imam Ali Ash-Shabuni, yaitu :

Dapat menutupi seluruh aurat.

Dengan bahan yang tebal (tidak transparan), sekira bisa menutupi warna kulit.

Tidak terlalu indah dan menarik perhatian.

Tidak terlalu ketat sampai menampakkan lekukan tubuh.

Tidak diberi wewangian yang dapat menggelitik birahi lawan jenis.

Motif busana tidak menyerupai motif busana lawan jenis.

Secara bahasa aurat adalah aib, kekurangan, cela, atau sesuatu yang menjijikan. Sedangakn menurut
istilah syara` atau istilah, aurat adalah anggota tubuh yang harus dan wajib ditutupi dan haram dilihat
atau diperlihatkan.

Jawaban :
Perincian ketentuan busana yang benar menurut syara` ialah yang mampu menutupi aurat, sedangakn
ketentuan aurat laki-laki dan wanita adalah sebagai berikut :

Pada saat sholat, aurat laki-laki adalah anggota tubuh diantara pusar dan lutut, sedangkan aurat
perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

Ketika dihadapan lawan jenis yang menjadi mahramnya, maka aurat laki-laki dan wanita adalah anggota
tubuh antara pusar dan lutut.

Ketika berada di hadapan lawan jenis yang bukan mahramnya, maka aurat laki-laki dan wanita adalah
seluruh anggota tubuh, kecuali pada waktu-waktu tertentu saat ada kebutuhan lainnya, seperti transaksi
(mu`amalah), lamaran (khitbah), dan lain sebagainya, maka mengecualikan wajah dan telapak tangan.

Itulah sedikit pemaparan tentang bagaimana ketentuan atau aturan berbusana yang benar menurut
syariat Islam. Sedikit catatan, hukum diperbolehkannya saling memandang antara laki-laki dan
perempuan dalam beberapa keadaan seperti lamaran, atau transaksi akan berubah menjadi haram jika
dikhawatirkan terjadi fitnah. Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat dan baca juga
artikel-artikel lainnya di blog ini. Semoga kita semua diberikan jalan dan dibukakan pintu menuju surga-
Nya. Amin Ya Robbal `Alamiin.

Anda mungkin juga menyukai