Anda di halaman 1dari 20

Tugas Mata Kuliah :

Filsafat Pendidikan

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT

Oleh Kelompok 3 :

1. Lola Natali Barusu A42122153


2. Agustin Fanda Yani A42122146
3. Moh. Ibnu Lail Algifari A42122038
4. Marwal Hidayat A42122195
5. Moh. Al Qifari.R A42212134
6. Rynaldi Fauzal A42122068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN


REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji dan

syukur bagi Allah swt yang dengan rido-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini

dengna baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan

kita nabi besar Muhammad saw yang dengan do'a dan bimbingannya makalah ini

dapat terselesaikan dengan lancar.

Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan tentang sejarah perkembangan

filsafat dalam mata kuliah filsafat ilmu. Makalah ini diharapkan bisa menambah

wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Berbagai teknik dan intrik

kami kemas dalam makalah ini, dan juga kami berharap bisa dimafaatkan

semaksimal mugkin.

Sebagai mahasiswa saya mengharapkan bimbingan, bantuan, saran dan

dukungan dari Bapak Ibu dosen serta pihak lain agar makalah ini bisa berhasil dan

berguna bagi kita semua. Amin.


COVER........................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................
2.1 Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Yunani Kuno...........................
2.2 Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Abad Pertengahan....................
2.3 Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern (Eropa)............
2.4 Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporer...................
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Secara umum, filsafat biasanya di pahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin
ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin
ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan okyek
khusus yaitu ilmu pengetahuan dan sudah memiliki sifat dan karakter hamper sama
dengan filsafat pada umumnya. Sementara sebagai landasan filosofis bagiproses
keilmuan dan merupakan krangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.[1] Artinya
filsafat itu mecakup makna yang mengarahkan kepada penelaahan secara ilmiah
sebagai smber pengetahuan dan ilmu.

Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah


berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif.
Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus
melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.

Setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas


tertentu. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan
filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.

Dewasa ini kajian filsafat sudah menjadi bahan ajar bagi tiap-tiap universitas,
berbagai kajian mengenai hakikat kehidupan. Bagaimanakah kehidupan ini? Dan
untuk apa kehidupan ini?, manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa
membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk. Orang lain yang mampu
memberikan penilaian secara objektif dan tuntas serta pihak lain yang melakukan
penilaian sekaligus memberikan arti, itu adalah pengetahuan yang disebut filsafat.
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok.Pada permulaan sejarah filsafat
di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain.

Mengetahui perkembangan filsafat sangatlah penting peranannya terhadap


perkembangan pemikiran manusia untuk kedepannya. Sebab, pembahasan tentang
filsafat akan menyelidiki, menggali, dan menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas
mungkin semua tentang hakikat hidup dan aspek di dalamnya. Dalam hal ini, kita
bisa mendapatkan gambaran bahwa filsafat merupakan akar dari semua ilmu dan
pengetahuan yang berkembang di muka bumi ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Dari Uraian di atas maka penulis memberikan rumusan masalah pada
makalah ini sebagai berikut:
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Yunani Kuno
3. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Filsafatat Pada Abad Pertengahan
4. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Modern
5. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporen

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun Tujuan Dari Pembuatan Makalah Ini Adalah Antara Lain:
1. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Yunani Kuno
2. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafatat Pada Abad Pertengahan
3. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Modern
4. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Kontemporen
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Yunani Kuno

Untuk mempelajari filsafat kita tidak bisa terlepas dari belajar atau mengkaji
sejarah filsafat. Hal ini sangat penting mengingat dalam mempelajari sejarah kita
juga akan mempelari ruang lingkup dimensi yang ada dalam ruang dan waktu yang
melandasi suatu fenomena.

Dengan fenomena yang ada kita bisa mengetahui sebab dan akibat yang
saling terkait. Oleh karena itu dalam kajian filsafat belajar sejarah filsafat
merupakan metode bahkan merupakan subject matter sebagaimana,yang dijelaskan
Wiramhardja: “sejarah filsafat merupakan metode yang terkenal dan banyak
digunakan orang dalam mempelajari filsafat bahkan merupakan metode yang
sangat penting dalam belajar berfilsafat. Sejarah filsafat pun merupakan subject
matter itu sendiri”.

Mempelajari sejarah filsafat berarti kita mempejari dengan dasar kategori


waktu mengenai pemikira secara kronologis, yang di dalamnya antara lain, tempat
kejadian, lingkungan sosial, kebudayaan yang melingkupiya. Dengan mempelajari
berbagai latar belakang yang merupakan bagian dari kronologi maka kita akan
mengetahui watak dari pemikiran berdasarkan pereode sejarah tertentu.

Disamping itu seringkali persoalan-persoalan hanya dapat dipahami jika


dilihat dari perkembangan sejarahnya. Pemikiran para filosof besar seperti
Aristoteles, Thomas Aquino, Imanuel Kant hanya dapat dimengerti dari aliran
aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya tesis dan yang lainnya
merupakan sintesis, atau bisa jadi merupakan reaksi dari pemikiran yang lain pada
masa yang berbeda. Dan dari seluruh perjalanan pemikiran filsafat itu menjadi
sangat terlihat juga persoalan-persoalan manakah yang selalu tampil kembali bagi
setiap kurun waktu

Maka untuk mengetahui watak dan karakter masing – masing pereode waktu
atau dalam sejarah filsafat maka penulis membagi sejarah filsafat menjadi, pertama
zaman Yunani Kuno atau Filsafat Alam (600 SM – 200 SM). Kedua Zaman
Keemasan (470 SM – 300 SM). Kemudian yang ketiga dilanjutkan pada masa Abad
Pertengahan pada masa Filsafat Islam (Arab) (awal abad VIII M – abad XII
M). pereode Kristen (abad IX – XII M). Kemudian masuk pada zaman modern
(1600 – 1800 M), diteruskan Zaman Baru (1800 – 1950 M). Dan terakhir adalah
Postmodernism atau Kontemporer (1950-M).

1) Pra Socrates
Pada masa awal ini sering di sebut dengan filsafat alam. Penyebutan
tersebut didasarkan pada munculnya banyak pemikir/filosof yang
memfokuskan pemikirannya pada apa yang diamati di sekitarnya, yakni
alam semesta. Mereka memikirkan alam- mencari unsur induk yang
dianggap asal dari segala sesuatu. Pandangan para filosof ini melahirkan
monisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan
fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau
sebutansi lainnya yang tidak dapat di ketahui.

Pada zaman masa ini para filosof mulai berfikir ulang dan tidak
mempercayai sepenuhnya pengetahuan yang didasarkan pada mitos-mitos,
legenda, kepercayaan yang sedang menjadi meanstream di masyarakat
waktu itu. Mereka mempercayai bahwa pengetahuan bisa didapatkan
melalui proses pemikiran dan mengamati.

Salah satu pemikir pertama pada masa ini adalah Thales (624 – 545 SM)
berfikiran bahwa zat utama yang menjadi dasar semua kehidupan adalah air.
Anaximander (610 – 546 SM) adalah murid dari Thales, tetapi walaupun
begitu Thales berbeda pendapat dengan gurunya. Thales berfikiran bahwa
permulaan yang pertama tidak bisa ditemukan (apeiron) karena tidak
memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Ia mengatakan bahwa segala hal
berasal dari satu subtansi azali yang abadi, tanpa terbatas yang melingkupi
seluruh alam.

2) Zaman Keemasan
Jika pada masa Pra Socrates para pemikir masih berkutat pada wilayah
kemenjadian, maka pada masa keemasan sudah masuk pada pemikiran dan
keutamaan moral. Pada masa keemasan kajian sudah mengarah kepada
manusia sebagai objek pemikiran. Pada masa ini juga sudah mulai
berkembang dialektis- kritis untuk menunjukkan kebenaran.

Socrates (470 – 399 SM) merupakan generasi pertama dari tiga filsafat besar
dari Yunani. Pemikiran Socrates sangat dipengaruhi oleh kondisi kaum
“sophis” cerdik cendekia yang dalam mengajarkan pengetahuannya meminta
imbalan. Dan pada masa hidupnya kekuasaan politik di Athena sedang dikuasai
oleh para “sophis” yang jahat dan sombong pada masa sebelumnya.

Socrates adalah seorang yang meyakini bahwa menegakkan moral


merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam
pengetahuan. Menurut Socrates ada kebenaran objektif yang tidak tergantung pada
saya atau kita. Setiap orang bisa berpendapat benar dan salah tergantung pada
pengujian rasionya.

Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, manusia


pada dasarnya adalah jujur, dan kejahatan merupakan upaya akibat salah
pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Ia menjelaskan gagasan sistematis
bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alam dan lingkungan yang kemudian
akan mengarah pada perkembangan method ilmu pengetahuan. Socrates
berpendapat bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang
bijak, dan dipersiapkan dengan baik dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk
masyarakat.
Socrates memiliki pandangan atau gagasan tunggal dan transenden yang ada
di balik pergerakan ini. Sampai dia di suruh bunuh diri meminum racun karena
pandangannya dianggap meracuni kepercayaan umum yang saat itu masyarakat
mempercayai kuil dan dewa-dewa.

Berikutnya adalah Plato (427 – 347 SM) adalah murid Socrates.


Menurutnya dunia yang tampak ini sebuah bayangan atau refleksi dari dunia yang
ideal. Bahkan kebenaran dan definisi lahir bukan dari hasil dialog melainkan hasil
bayangan dari dunia ide. Menurutnya dunia ide adalah realitas yang
sebenarnya. Untuk menjelaskan tentang pemikiran filosofisnya Plato membagi
realitas menjadi dua yakni pertama dunia ide. Kedua dunia baying-bayang dan
dunia yang tampak ini adalah di dalamnya.

Aristoteles (384 – 322 SM) adalah filosof yang sangat berpengaruh sama
sebagaimana Plato, namun Aristoteles sangat empiris dan mulai memperlihatkan
kecenderungan berfikir yang saintific. Menururnya tidak ada sesuatu pun di dalam
kesadaran yang belum pernah dialami oleh indra. Seluruh pemikiran dan gagasan
yang masuk ke dalam kesadaran kita melaui apa yang pernah kita lihat dan dengar
sebelumnya.
Manusia memiliki akal pembawaan untuk mengorganisasikan seluruh kesan
inderawi ke dalam kategori-kategori atau kelompok-kelompok. Aristoteles juga
mulai membagi benda dengan melaui “bentuk” dan “substansi” nya. Selain
pemikiran yang empiris ini, Aristoteles juga mengembangkan logika, bahkan
Aristoteles terkenal dengan bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional,
sebab nanti berkembang logika modern.

2.2 Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Abad Pertengahan

Filsafat abad pertengahan sering disebut filsafat scholastic, karena sekolah-


sekolah yang ada sudah mengajarkan hasil dari pemikiran filsafat. Pada abad ini
perkembangan filsafat sangat di pengaruhi oleh agama, sehingga pokus kajiannya
lebih banyak membahas dan membicarakan Theocentris (Tuhan).
Secara histori peradaban yang dibangun oleh Yunani mengalami masa
kejayaan sudah sangat berkembang pesat dan besar, sehingga mempengaruhi
pemikiran di Eropa. Karena pada saat di Eropa muncul peradaban Kristen. Namun
pada pereode selanjutnya dominasi gereja semakin berlanjut, sampai pada titik
belenggu kehidupan pemikiran manusia.

Gereja memberlakukan aturan yang sangat ketat terhadap pemikiran


manusia, termasuk pemikiran tentang teologi. Hanya pihak gereja yang berhak
mengadakan penyelidikan terhadap agama. Kendati demikian ada saja pihak-phak
pemikir yang melanggar peraturan tersebut, dan mereka dianggap orang
yang murtad, dan kemudian diadakan pengejaran. Pengejaran terhadap orang-orang
yang murtad ini mencapai puncaknya pada akhir abad XII dan yang paling berhasil
di Spanyol.

Pada abad IV Agustinus (354-430) adalah pemikir besar yang berpengaruh


terhadap pemikiran yang berkembang. Pada Agustinus pemikirannya merupakan
integrasikan dari teologi Kristen dan pemikiran filsafatinya. Ia sendiri tidak
sepaham dengan pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu otonom atau lepas
dari iman kristiani.

Pada pemikiran masa ini ada beberapa hal yang penting dan
sebagai maenstream yaitu rasio insani hanya dapat abadi jika medapatkan
penerangan dari rasio Ilahi. Tuhan adalah guru yang tinggal dalam batin kita dan
menerangi roh manusia. Abad pertengahan yang memasuki masa keemasan filsafat
masih dipelajari dalam hubugannya dengan teologi. Namun wacana filsafat masih
hidup dan dipelajari walaupun tidak secara terbuka dan mandiri.

Pada zaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500). Filsafat pada
abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani
ini adalah Patristik (Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik sendiri dibagi atas
Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat).
Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria
(150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-
379). Tokohtokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius
(339-397), Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari
para Bapa Gereja ini adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin
memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari
manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat
dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi diabdikan untuk dogma agama.

Zaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih oleh
Aristoteles. Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam karya
beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 980-
1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh
Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai Sang Filsuf
sedangkan Averroes yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai
Sang Komentator. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman

Kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang
lahir pada masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan dan Fransiskan.
Filsafatnya disebut Skolastik karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam
sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang
baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan
antara iman dengan akal budi.

Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat
sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama dengan Filsafat)
bukan yang satu mengabdi terhadap yang lain atau sebaliknya. Sampai dengan di
penghujung Abad Pertengahan sebagai abad yang kurang kondusif terhadap
perkembangan ilmu, dapatlah diingat dengan nasib seorang astronom
berkebangsaan Polandia N. Copernicus yang dihukum kurungan seumur hidup oleh
otoritas Gereja, ketika mengemukakan temuannya tentang pusat peredaran benda-
benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme).
Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja sebagai bertentangan dengan
teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang
dikemukakan oleh Ptolomeus semenjak zaman Yunani yang justru telah mendapat
mandat dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap menjatuhkan kewibawaan
Gereja, itu sebabnya. opernicus di hokum oleh kerajaan atas perintah gereja.

2.3 Sejarah Perkembangan Filsafat pada Zaman Modern (Eropa)

Istilah modern itu sendiri tidak jelas apa maksudnya. Lazimnya, istilah
modern menampilkan kesombongan dan arogan, bahkan menampik buah pikiran
yang telah lahir sebelumya disebut juga sebagai suatu pemberontakan yang sedikit
dilebih-lebihkan. Sehingga pemikiran filsafat modern lebih cendrung
membicarakan hal-hal antroposentris artinya mebicarakan apa yang ada dalam
dirinya.

Adapun filsafat modern memiliki ciri khas dan karakter dalam mendapatkan
kebenaran, cirinya adalah kesangsian terhadap kebenaran itu sendiri. Maka dalam
mendapatkan kebenaran yang sejati adalah dengan kesangsian dan keraguan. Sama
halnya dengan kaum pasca-modernisme yang memberontak terhadap pemikiran
modern yang terlalu menghargai rasio.

Mengenai siapa “founding fathers” Zaman Modern ini, beberapa ahli


berpendapat adalah Rene Descartes dengan pikiran rasionalitas, John Locke dengan
pemikiran empirisnya, Immanuel Kant dengan kritis melihat ketidak sempurnaan.
Baik pada Descartes, Locke maupun Kant mengatakan bahwa, “pengamatan tanpa
konsep adalah buta, sedangkan tanggapan tanpa penglihatan adalah hampa.” Ia
berpendapat, bahwa pengetahuan itu dasarnya adalah pengamatan dan pemikiran.

Untuk melihat lebih mudah, maka filsafat modern dibagi menjadi


beberapa kelompok, yaitu:
1) rasionalisme,empirisme,dan kritisisme.
2) dialektika idealisme dan dialektika materialisme
3) fenomenologi dan eksistensialime, serta
4) filsafat kontemporer dan pasca-modernisme.

Para pemikir rasional menuntut kenyataan sejati yang berdasar pada


pemikiran, sehingga hukum pengetahuan sangat jelas. Hal ini bisa berlaku jika
hanya pengetahuan bersifat apriori. Dasar pengetahuan adalah sensasi yang berasal
dari rangsangan-rangsangan yang berdasar pada pengalaman. Menurut kaum
kritisisme (Kant) ilmu pengetahan harus memiliki kepastian sehingga rasionalisme
adalah benar. Ilmu pengetahuan harus mau dan berkembang didasari oleh
kenyataan-kenyataan yang berkembang pula.

Dialektika idealism merupakan hasil dari pemikiran Georg Wilhelm


Friedrich Hegel (1770 – 1831) yang sangat berorientasi pada ilmu sejarah, alam,
dan hukum. Hegel menyatakan bahwa segenap realitas bersifat rasional, dan yang
rasional bersifat nyata. Ia sangat mementingkan rasio, tetapi bukan hanya rasio pada
perseorangan,melainkan rasio pada subjek absolute. Kemudian dealektika Hegel
adalah pemikiran yang berusaha mendamaikan, mengkromomikan daua pandangan
atau lebih atau keadaan yag bertentangan menjadi satu keatuan. Hegel berpendpat
bahwa pertentangan adalah “bapak”segala hal.

Ada tiga hal dalam fase dielektika, pertama tesis menampilkan lawannya
antithesis sebagai fase kedua. Kemudian, timbullah fase ketiga yang mendamaikan
kedua fase itu, yaitu: “aufgehoben” artinya bermacam-macam di cabut, ditiadakan,
dan tidak berlaku lagi. Hal ini disebut sintesis. Dalam sintesis terdapat tesis dan
antithesis, keduanya diangkat pada satu taraf yang baru. Jadi tesis dan antithesis
tetap ada, hanya lebih sempurna.

Mengenai materilisme yang muncul “berlawanan” dengan idealisme dapat


dikemuakakan sebagai berikut. Berdasarkan dialektika materialime bahwa seluruh
kenyataan sejati adalah materi, sehingga apapun dapat dijelaskan dalam proses
material. Materialisme terbagi menjadi dua, pertama materialisme yang
meneruskan masa “aufklaerung” yang banyak digunakan dalam meneruskan tradisi
ilmu pengetahuan alam atau disebut materialisme ilmiah. Kedua materialisme
filsafat yang merupakan reaksi atas idealism.

Filsafat materialism adalah “Hegelian kiri” yang memberikan kritik tajam


atas pemikiran Hegel yang dipandangnya sebagai puncak rasionaisme modern.
Pengikut pertama hegelan kiri adalah Ludwig Feuerbach (1804 – 1872).
Menurutnya dalam rasionalisme selalu ada suasana religious sehingga pengenalan
inderawi kurang mendapat penghargaan yang semestinya.

2.4 Sejarah Perkembangan Filsafat pada Masa Kontemporer

Pada masa ini pembicaraan filsafat lebih banyak mebahas dan membicrakan
maslah logocentris (kata/kalimat), inipun terjadi pada filosof-filosuf eropa, lain
halnya dengan di Amerika lebih bersifat Pragmatis, artinya mereka akan
mengambilnya jika filsafat itu menguntungkan bagi mereka.

Perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-


aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan
wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan
abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak
bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih
tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari
corak spekulasi filsafati dan otonom.

Aliran-aliran tersebut antara lain: positivisme ialah Paradigma ilmu


pengetahuanyang paling awal muncul dalam dunia ilmu
pengetahuan, fenomenologi yakni hanyalah suatu gaya berfikir, bukan suatu
mazhab filsafat. Pendapat lain fenomenologi merupakan suatu metode dalam
mengamati, memahami, mengartikan dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian
atau suatu aliran filsafat.
Aliran lainnya ada namanya marxisme, eksistensialisme, pragmatisme,
neokantianisme, neo-tomisme, sedangkan dalam aliran filsafat pendidikan ada
namanya Progresivisme (fleksibel artinya lentur tidak kaku, toleran, terbuka
maksudnya ingin mengetahuai dan menyelidiki demi pengembangan
ilmu), esensialisme yakni kembali ke kebudayaan lama karena banyak melakukan
kebaikan bagi manusia, perennialisme memiliki arti kekal tiada akhir, dan
konstruksionalisme yakni berusaha membina suatu consensus untuk tujuan utama
dan tertinggi dalam kehidupan manusia.

Menurut A. Comte (1798-1857),[20] pemikiran manusia dapat dibagi


kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-
ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan
menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar
secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran
yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian
Comte menolak spekulasi metafisik, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas
olehnya ketika itu dinamakan Fisika Sosial sebelum dikenal sekarang
sebagai Sosiologi.

Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences)
sudah lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode
ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang
berkembang sesudahnya. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran
sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya
Strukturalisme dan Postmodernisme. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya
misalnyaC.Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme
antara lain. J. Habermas, J. Derida.

Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan)


dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih
sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1) Perkembangan filsafat pada masa yunani kuno lebih focus pembahasannya


mengenai kosmosentris artinya yang difikirkan oleh orang-orang terdahulu
ialah alam semesta, entah bumi maupun matahari menjadi pusat edar.

2) Perkembangan filsafat pada masa pertengahan lebih banyak membicarah


tentang theocentris yaitu dimana yang menjadi topic pembicaraannya pada
masa itu ialah tentang keTuhanan.
3) Sedangkan perkembangan filsafat pada masa modern atau bias juga disebut
masa eropa, lebih banyak kajiannya tentang antroposentris yakni membicara
pada diri manusia itu sendiri.
4) Dan terakhir masa perkemkembangan filsafat pada masa kontemporer atau
sekarang, dimana yang menjadi pokok pembahasannya saat ini
ialah logosentris artinya membicarakan kata/kalimat tapi itu di Eropa,
sedangkan di Amerika lebih pragmatis yakni mereka akan mengambilnya jika
menguntungkan diri mereka dan membuangnya jika tidak berguna bagi mereka
walaupun berguna bagi orang lain.

3.2 Saran

Telah kita ketahui bahwa filsafat merupakan induk dari semua disiplin ilmu,
namun perlahan lahan disiplin ilmu mulai memisahkan diri dari filsafat. Mula mula
matematika dan dan fisika dan terakhir psikologi mulai memisahkan diri walaupun
masih ada yang menyatu, namun dalam jumlah kecil. Artinya, cakupan filsafat
menyentuh semua aspek disiplin ilmu maka marilah kita dalami, pelajari dengan
ikhtiar dan sungguh-sungguh agar apabila kita menguasai filsafat maka pemikiran
kita semakin luas dan dapat menguasai ilmu pengetahuan secara ilmiah. Oleh
karena itu berusahalah kita agar menjadi filosof yang terkenal seperti mereka para
ahli-ahli filsafat tersebut, InsyaAllah amin.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Djumransjah, H. M. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia, 2006.

Hakim, Atang Abdullah dan Saebanu, Bani Ahmad. Filsafat Umum.Bandung:


Pustaka Setia, 2008.

Muslim, Mohammad. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Belukar, 2006.

Jostein Gaarder, Dunia Sophie, (Terj.) Rahmani Astuti Bandung: Mizan, Cet X,
2013.

Suterdjo A. Wiramihardja Pengantar Filsafat, Bandung: Refika Aditama, 2007.

Burhanudin, Salam. pengantar Filsafat, Jogyakarta: Bumi Aksara 2009.

Ali Maksum, Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga post modernism, Ar-
Ruzz Media: 2008

Muslim, Mohammad. Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2006)

Suterdjo A. Wiramihardjo. Pengantar Filsafat. (Bandung: Refika Aditama 2007)

Burhanudin Salam. pengantar Filsafat (Jogyakarta: Bumi Aksara 2009)

Suterdjo A. Wiramihardjo. Pengantar Filsafat. (Bandung: Refika Aditama 2007)


Burhanudin Salam. pengantar Filsafat (Jogyakarta: Bumi Aksara 2009)

Ali Maksum Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme (Ar-
Ruzz Media:2008)

Ali Maksum Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme (Ar-
Ruzz Media:2008)

Ali Maksum Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme (Ar-
Ruzz Media:2008)

Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Terj.) Rahmani Astuti (Bandung: Mizan. Cet X.
2013)

Ali Maksum Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme (Ar-
Ruzz Media:2008)
Suterdjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafa,t (Bandung: Refika Aditama 2007)
Suterdjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafa,t (Bandung: Refika Aditama 2007),
hlm 53
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 19
Hakim, Atang Abdullah dan Saebanu, Bani Ahmad. 2008. Filsafat
Umum. (Bandung: Pustaka Setia,2008)

Suterdjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafa,t (Bandung: Refika Aditama 2007)

.
Muslim, Mohammad. Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Belukar, 2006)

Hakim, Atang Abdullah dan Saebanu, Bani Ahmad. 2008. Filsafat


Umum. (Bandung: Pustaka Setia, 2008)

Djumransjah, H. M. Filsafat Pendidikan. (Malang: Bayumedia, 2006)

Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

Anda mungkin juga menyukai