Alfa Rohmatin
1
Santoso dkk, “Ekonomi Politik (Dalam Perspektif Manajemen)”, (Purwokerto : CV. Pena Persada, 2022).
Cet.1, h.18.
2
Sumadji dkk, “Kamus Ekonomi”, (Jakarta: Wacana Intelektual,2006), h.532.
3
Fransisca Anggun, “Proteksionisme AS terhadap Komoditas Aluminium dan Baja Indonesia Pada Masa
Perang Dagang AS-China”, Jurnal Pena Wimaya, Volume 2, No. 1 Desember 2021, h.25.
4
Muhammad Dinar dan Muhammad Hasan, “Pengantar Ekonomi Teori dan Aplikasi”, (Makasar : CV.
Nur Lina, 2018), cet.1, h.168.
5
Aam Slamet Rusydiana,”Perdagangan Internasional: Komparasi Teori Ekonomi Modern dengan
Perspektif Islam”, (Bogor : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Sekolah Tinggi Ekonomi
Islam (STEI) Tazkia, 2006), h.8.
B. Tujuan Proteksionisme
Terdapat beberapa alasan bagi suatu negara untuk perlu melakukan proteksionisme dalam
perdagangan luar negerinya antara lain adalah, pertahanan nasional (national defence), untuk
meningkatkan perdagangan (improvements in terms of trade), perkembangan ekonomi (economic
developments), peningkatan kekuatan tawar-menawar dalam perdagangan internasional
(enchancement of external bargaining power), meningkatkan tenaga kerja, dan beberapa alasan
yang muncul adalah sebagai upaya pencegahan adanya dumping.6 Dumping adalah penjualan
suatu komuditi di suatu pasar luar negeri pada tingkat harga yang lebih rendah dari nilai yang
wajar, biasanya dianggap sebagai tingkat harga yang lebih rendah dari pada tingkat harga di pasar
domestiknya, atau negara ketiga.7
C. Cara Melaksanakan Ekonomi Politik Proteksionisme
Cara melaksanakan politik proteksi :8
a. Melarang ekspor barang/bahan yang diperlukan sendiri oleh industri dalam negeri.
b. Melarang/membatasi barang impor yang sudah dapat dihasilkan dalam negeri ataupun dapat
menyaingi produk dalm negeri.
c. Memberikan rangsangan produk dalam negeri untuk meningkatkn ekspor dan mampu bersaing
dengan luar negeri.
d. Mempermudah/memperlancar dan memperpendek proses dan jalur ekspor impor.
D. Sejarah Perkembangan Ekonomi Politik Proteksionisme
Tokoh yang dapat dikatakan paling berpengaruh dalam mencanangkan ide proteksionisme
adalah Alexander Hamilton (1755-1804), seorang ekonom dan anggota kongres di
AS.9Proteksionisme lahir dari pemikiran merkantilisme, yang sudah dipraktikkan sejak berabad-
abad lalu. Kebijakan ini merupakan turunan dari merkantilisme yang berasumsi bahwa perlu
adanya peran pemerintah untuk menerapkan regulasi dan kontrol terhadap perdagangan dalam
upaya mencapai kekayaan dan kekuasaan.10Menteri Keuangan Amerika Serikat yang pertama,
dalam Reports of of Manufactures (1791) mengungkapkan bahwa infant industry belum memiliki
kapabilitas dan stabilitas ekonomi maupun ketrampilan manufaktur seperti industri-industri yang
lebih besar sehingga apabila tidak ada perlindungan dari pemerintah maka akan memperkecil
kesempatan bersaing di pasar global.11
Kebijakan proteksionis ini pada awalnya bergeser seiring dengan kemunculan liberalisasi
pasar yang memperkenalkan konsep free trade, namun di tahun 1970an, kebijakan ini kembali
muncul dengan istilah baru yaitu new protectionism. Kembalinya proteksionisme ini mengacu
pada kebangkitan merkantilisme yang mana, negara-negara khususnya negara industri berusaha
6
Fransisca Anggun, Op.Cit.,h.25.
7
Ida Bagus Wyasa Putra, “Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis
Internasional”, (Refika Adiatma, Bandung, 1997), h. 14.
8
Muhammad Dinar dan Muhammad Hasan,Op.Cit, h.168.
9
Ade Priangani,”Andemi Covid 19 Dan Menguatnya Proteksionisme”, Senaspolhi 3 FISIP UNWAHAS,
Vol. 1 No 1 Tahun 2021, h.4.
10
Ni Putu Ayu dkk, “Proteksionisme Uni Eropa Terhadap Impor Panel Surya Tiongkok Tahun 2013”,(
Bali : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, 2021), h.3.
11
Ha-Joon Chang, “Kicking Away The Ladder: The Real History of Free Trade.
Washington, DC: Foreign Policy In Focus”, diambil dari linkweb
http://www.fpif.org/reports/kicking_away_the_ladder_the_real_history_of_free_trade Desember 2003,
diakses pada Desember 2022, 12.09 WIB
untuk memecahkan atau mengurangi masalah pengangguran mereka hingga ketertinggalan
pertumbuhan dengan memberlakukan pembatasan impor dan mensubsidi ekspor.12
E. Kategori Ekonomi Politik Proteksionisme
Pertama, intentional protectionism. Ini merupakan bentuk proteksionisme yang paling
transparan dengan rumusan kebijakan yang secara eksplisit berpihak kepada industri domestik
daripada impor asing. Instrumen kebijakan yang dipakai adalah instrumen yang dikenal dengan
umum berupa penerapan tarif impor, subsidi ekspor, dan kuota. Walaupun sudah mengalami
pengurangan yang sangat drastis sejak menguatnya liberalisasi perdagangan di tingkat global,
jenis proteksionisme ini masih lazim diterapkan di negara-negara berkembang untuk komoditas
manufaktur dan hampir di semua negara untuk produk pertanian.13
Kedua yaitu Incidental protectionism Kategori proteksi ini bekerja secara tidak langsung
dan kurang transparan. Terdapat beberapa kebijakan diantaranya, sebuah negara menerapkan
regulasi mengenai mainan harus bebas dari cat yang mengandung timbal, sebab dapat
membahayakan kesehatan terutama anak-anak. Kebijakan ini memungkinkan untuk mengenakan
tarif demi mengimbangi penjualan barang dengan nilai kurang dari batas wajar. 14
Instrumental protectionism Proteksi dalam kategori ini digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan terutama untuk mendukung tujuan kebijakan luar negeri. Misalnya saja ketika
negara menentang kebijakan ataupun tindakan dari negara lain, pilihan selain memakai kekuatan
militer adalah dengan sanksi perdagangan15
F. Argumen Ekonomi Politik Proteksionis
Corden dalam Protectionism and World Welfare menjabarkan beberapa argumen mengenai
proteksionisme yaitu diantaranya:16
Argumen ketenagakerjaan (Employment Argument) Proteksi terhadap suatu industri dapat
berkontribusi dalam menjaga pekerjaan di industri tersebut. Walau penurunan pekerjaan di
industri tertentu utamanya tidak disebabkan oleh peningkatan impor, namun jika persaingan
impor signifikan dan volumenya besar, maka disarankan untuk memberikan proteksi yang cukup
agar dapat mengimbangi dampak ketenagakerjaan yang dirugikan akibat faktor tersebut.
Argumen ini umumnya berfokus pada tingkatan tertentu saja, misal karena umumnya proteksi
ditujukan untuk produsen (ekspor), maka perlindungan lebih berfokus pada produsen yang
bergerak di ekspor, sedangkan industri yang bergantung pada impor cukup sulit untuk
menjalankan bisnis mereka.
Argumen keadilan (Fairness Argument) Bagi para industrialis yang dihadapkan pada
persaingan impor yang diproduksi dalam kondisi yang lebih menguntungkan daripada di dalam
negeri, maka persaingan semacam itu akan tampak tidak adil. Misalnya saja, suatu negara
memberikan subsidi terhadap industri tertentu atau ekspor produk tertentu. Mereka mungkin
memberikan subsidi tidak langsung baik untuk menyelamatkan industri tersebut dari kerugian
atau memompa dana untuk penelitian dan pengembangan, sistem pendidikan, sektor pertanian
12
Ni Putu Ayu dkk, Op.Cit., h.3.
13
Kathleen Mintarja dkk,” Polemik Pembatasan dan Larangan Ekspor Global di Masa Pandemi COVID-19”,
(Bandung : Universitas Katolik Parahyanga, 2017), h.143.
14
Ni Putu Ayu dkk, Op.Cit., h.3.
15
Ibid., h.3
16
Ibid., h.3-4.
atau menghidupkan industri bajanya.Biasanya negara lain sebagai mitra dagang akan mencoba
untuk mengintervensi negara tersebut untuk mengubah kebijakannya ke arah yang lebih
menguntungkannya.
Dumping Anti-dumping merupakan salah satu instrumen proteksi yang umum digunakan
terutama di tahun 1980-an. Dumping memiliki pengertian bahwa suatu negara mengekspor
produknya dengan harga yang lebih rendah daripada harga penjualan di dalam negeri. Industri-
industri pesaing akan berusaha membuat negara yang menerapkan dumping untuk menaikkan
harga ekspor atau membujuk pemerintah sendiri untuk menerapkan countervailing duties (bea
balasan).
KESIMPULAN
Di tengah perdagangan dunia yang saat ini berkembang ke arah liberalisasi pun proteksionisme
masih muncul sebagai pilihan kebijakan perdaganga. Tindakan proteksionisme sebagai tindakan yang
perlu dilakukan oleh suatu negara dalam rangka melindungi maupun meningkatkan sistem ekonomi
dengan jalan melakukan optimalisasi terhadap produk maupun usaha dalam negeri. Tindakan proteksi
merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap eksistensi dan optimalisasi kualitas maupun kuantitas
produk domestik. Karena dengan dukungan pemerintah, produk domestik dapat memiliki kesempatan
bersaing yang seimbang dengan produk asing. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk domestik ini
kemudian mengarah pada peningkatan pada sektor erekonomi.
DAFTAR PUSTAKA