Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

TAMBANG TERBUKA
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BIJIH NIKEL

DISUSUN OLEH

NICO PERDANA SAPUTRA SELAMAT (213030504048)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dengan judul
“PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BIJIH NIKEL”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pengampu mata kuliah regulasi pertambangan yang telah memberikan tugas
terhadap kami. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
ikut turut membantu menyumbangkan pikiran serta pendapat dalam mengerjakan makalah
ini. Penulis berharap adanya makalah ini dapat membantu menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca.
Penulis sadar, bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena adanya keterbatasan pengetahuan dan pikiran. Untuk itu , penulis berharap adanya
kritik dan saran yang dapat membangun untuk memperbaiki hasil makalah ini.

Palangka Raya, 13 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………………… i


DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………….. …..ii
DAFTAR GAMBAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………………I-1
1.1. Latar Belakang.…………. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .I-1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………….. I-1
1.3. Tujuan Makalah………….... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I-2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………….. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .II-1
2.1. Konsep Dasar Pengolahan Bahan Galian……………. . . . . . . . . .
II-1
2.2.Preparasi…………………………………… . . . . . . ……………II-1
2.3.Konsentrasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………………....II
.
-4
2.4.Dewatering . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
…………..II-12
BAB 3 PROSES PENGOLAHAN NIKEL . . . . . . . . . . . . . . …………….III-1
3.1. Genesa Pembentukan Bijih Nikel . . . . . . . . . . . . . ……………..III-1
3.2. Penambangan Nikel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………….III-2
3.3. Pengolahan Bijih Nikel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……………..III-3
3.4. Bagan Alir Pengolahan Nikel . . . . . . . . . . . . . . . . . ...………….III-7
BAB 4 PENGANGKUTAN
4.1. Pengankutan……………………………………...……………..IV-1

BAB 5 PEMASARAN

5.1. Bagan Alir Pemasaran…………………………………………..V-1

5.2. Prospek Pemasaran……………………………………………...V-3


BAB 6 KESIMPULAN………………………………………
VI-1
6.1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VI-1

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN
GAMBAR 1 Nickel Process Ilustration............................................. III-3
GAMBAR 2 Pengeringan di Tanur Pengering (driyer)..................... III-4
GAMBAR 3 Peleburan di Tanur Listrik............................................ III-6
GAMBAR 4 Bagan Alir Pengolahan Nikel....................................... III-7
GAMBAR 5 Dump Truck Dan Kapal Tongkang (Tug Boat)……... IV-1
GAMBAR 6 Bagan Alir Pemasaran………………………………. IV-2
GAMBAR 7 Grafik Harga Komoditi Nikel……………………….. IV-5

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral


berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi
tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap
Dewatering.

Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk membebaskan


dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau
mineral pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan galian
dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga.
Metode pengolahan bahan galian yang dipakai bermacam-macam tergantung
dari sifat kimia, sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri.

Salah satu bahan galian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu
Nickel yang merupakan baja nirkarat yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.

Adapun sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak –


perakan, ringan, kuat antin karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas
yang baik. Spesifik gravity nya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik
didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut
dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam
hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat
dan 9,04 untuk kristal tunggal.

II-1
1.2. Rumusan Masalah

2 Bagaimana terjadinya pembentukan bijih nikel?

3 Bagaimana cara penambangan bijih nikel?

4 Bagaimana cara pengolahan bijih nikel?

5 Apa saja bagan alir pengolahan bijih nikel?

6 Bagaimana proses pengangkutan nikel?

7 Apa saja prospek pemasaran Nikel?

II-2
7.1. Tujuan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk dapat memahami proses-
proses pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran yang dilakukan untuk
memperoleh nikel yang ekonomis.

II-3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Pengolahan Bahan Galian

Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral


berharga secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang.
Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi
tiga tahapan proses, yaitu tahap preparasi, tahap pemisahan dan tahap
dewatering.

Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk


Membebaskan mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi),
Memisahkan mineral berharga dari pengotornya, Mengontrol ukuran partikel
agar sesuai dengan proses selanjutnya (reduksi ukuran), Mengontrol agar
bijih mempunyai ukuran yang relatif seragam, Mengontrol agar bijih
mempunyai kadar yang relative seragam, Membebaskan mineral berharga,
Menurunkan kandungan pengotor (menaikkan kadar mineral berharga).
Dengan demikian kita akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa
Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan, Mengurangi ongkos / biaya
peleburan, serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada saat
peleburan.

2.2. Preparasi
Preparasi merupakan proses tahap awal dalam pengolahan bahan galian
yang meliputi:
2.2.1. Sampling
Sampling merupakan pengidentifikasian bahan galian baik sifat
fisik, kimia, kemagnetan, serta kelistrikan dari mineral yang terkandung
dalam bahan galian diantaranya Macam dan komposisi mineral dalam
bahan galian, Kadar masing-masing mineral dalam bahan galian, Besar
ukuran dan distribusi ukuran, Distribusi mineral-mineralnya, Macam
dan tipe ikatan mineral-mineralnya, Derajat liberasi mineral-mineralnya,

II-1
Sifat-sifat fisik mineralnya seperti berat jenis, kemagnetan,
konduktivitas listrik, sifat-sfat permukaan mineralnya dan sebagainya.

2.2.2. Kominusi
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu
bahan galian menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan
atau melepaskan bahan galian tersebut dari mineral pengotor yang
melekat bersamanya. Kominusi bahan galian meliputi kegiatan berikut:
a. Crusher yaitu suatu proses yang bertujuan untuk meliberalisasi
mineral yang diinginkan agar terpisah dengan mineral pengotor
yang lain. Dimana proses ini bertujuan juga untuk reduksi ukuran
dari bahan galian / bijih yang langsung dari tambang (ROM = run
of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100 cm)
menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.

Alat yang digunakan pada Primary Crusher dan Secondery Crusher


yaitu antara lain :
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
b. Grinding Merupakan tahap pengurangan ukuran dalam batas ukuran
halus yang diinginkan. Tujuan Grinding yaitu Mengadakan
liberalisasi mineral berharga, Mendapatkan ukuran yang memenuhi
persyaratan industri, Mendapatkan ukuran yang memenuhi
persyaratan proses selanjutnya. Alat yang digunakan meliputi ball
mill, rod mill, hammer mill, serta impactor.

2.2.3. Sizing
Merupakan proses pemilahan bijih yang telah melalui proses kominusi
sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kegiatan Sizing meliputi Screening
yaitu Salah satu pemisahan berdasarkan ukuran adalah proses
pengayakan (screening). Sizing dibagi menjadi dua antara lain :

II-2
a. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara


mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan
(screening) dipakai dalam skala industri, sedangkan penyaringan
(sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu
antara lain :
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium yaitu
antara lain :
1. Hand sieve
2. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
3. Sieve shaker / rotap
4. Wet and dry sieving
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri yaitu antara
lain :
1. Stationary grizzly
2. Roll grizzly
3. Sieve bend
4. Revolving screen
5. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
6. Shaking screen
7. Rotary shifter
b. Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan
kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air).
Klasifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut classifier.
Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu antara lain:
1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di
bagian atas disebut overflow.

II-3
2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di
bagian bawah (dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara


(concept), yaitu :
1. Partition concept
2. Tapping concept
3. Rein concept

2.3. Kosentrasi

Merupakan proses pengambilan kosentrasi mineral berharga dari


percampuran berbagai mineral dalam suatu bahan galian. Pengambilan
kosentrat tersebut dapat dilakukan dengan berdasarkan tegangan permukaan
(Flotasi), Sifat kelistrikan (HTS), sifat kemagnetan (MS), hand sorting
(Kilap), serta berdasarkan gravitasinya (jigging, tabling, sharking table, sluice
box, DMS, HMS).

Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi


adalah :
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi
dan media berat.
b. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
c. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
d. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.

Proses peningkatan kadar atau pengambilan konsentrat itu ada bermacam-


macam, yaitu antara lain :

1. Pemilahan (Sorting)

Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan


dengan tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga
dipisahkan untuk dibuang.

2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)

II-4
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam
suatu media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan
kecepatan pengendapan mineral-mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi
gerakan fluidanya, yaitu :
a. Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy
medium separation (HMS).
b. Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral
concentration
c. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan
terjadi pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel
banyak gerakannya akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang
terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut :
1. Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya
terhalang.
2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel
yang berat mengendap lebih dahulu.
3. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel
kecil berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai
dengan berat jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu antara lain:
a. Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga
dengan kadar tinggi.
b. Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.

c. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus


dibuang.

Peralatan konsentrasi gravitasi yang banyak dipakai adalah :

1. Jig.

II-5
Jigging adalah suatu proses pemisahan bijih dalam medium
liquid berat yang tergantung daripada kesanggupan penetrasi suatu
bed yang semi stationary yang disebabkan karena perbedaan
Specific Gravity.

Prinsip Kerja Alat ini adalah semakin besar perbedaan Specific


Gravitasi, semakin baik jalan mineral-mineral yang mengalami
proses tersebut. Bila dalam bijih menpunyai Specific Gravity yang
berbeda-beda maka untuk meramalkan pemisahan baik dengan
bantuan CC (Concentration Criteria). CC lebih besar dari 2,s
pemisahan makin baik.

Tiga gaya yang bekerja pada proses jigging adalah :

a. Hindred Setting Classifier, formasi jatuh atau pengendapan dari


material yang Specific Gravitasinya besar dengan ukuran kecil
akan sama dengan material dengan SG kecil tapi ukuranyya
besar.

b. Differential Trickling : Partikel berat atau SG tinggi akan


mempunyai kecepatan jatuh lebih tinggi, maka partikel berat
akan lebih cepat mengendap daripada material ringan.

c. Consolidation Trackling adalahsuatu proses dimana partikel


halus menerobos melalui bed pada waktu akhir portion.

2. Meja goyang (shaking table).

Salah satu metode Konsentrasi Gravitasi adalah Tabling.


Tabling merupakan pemisahan material dengan cara mengalirkan
air yang tipis pada suatu meja bergoyang, denghan menggunakan
media aliran tipis dari air (Flowing Film Concentration). Alat yang
digunakan disebut “Shaking Table” atau “Meja Goyang”.

Prinsip Kerja Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan


berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis.
Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong

II-6
yang sama besar. Sedangkan apabila ssspecific Gravitynya berbeda
maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar daripada
partikel ringan. Karena pengaruh gaya dari aliran, maka partikel
ringan akan terdorong / terbawa lebih cepat dari partikel berat
searah aliran.

Karena gerakan relative Horizontaldari motor maka partikel


berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan
arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk
membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi
kesempatan berada diatas dan partikel berat relative dibawah.

3. Konsentrator spiral (Humprey spiral concentrator).

Prinsip Kerja Alat Humprey Spiral adalah Gaya sentrifugal,


Gaya ini arahnya kebagian luar dari area yang berputar, sehingga
akan memberikan pengaruh kepada mineral-mineral ringan untuk
terlempar keluar dan terkumpul sebagai tailing.

4. sluice box

Sluice box merupakan suatu alat kosentrat mineral bijih


berdasarkan atas perbedaan “specific Gravity” diharapkan dalam
proses ini mineral yang mempunyai SG tinggi akan mengendap
yang nantinya kan diambil sebagai konsentrat, sedang minera yang
ringan akan ikut terbawa aliran air sebagai tailing

prinsip Kerja Sluice Box adalah Pada dasarnya, operasi


mineral-mineral dengan menggunakan sluice box dipegaruhi oleh
factor-faktor sebagi berikut :

a. Kecepatan aliran

Pada dasar aliran, krecepatan nya nol, semakin mendekati


permukaan maka kecepatan aliran akan bertambah. Kecepatan

II-7
maksimum akan terjadi di bawah permukaan aliran, sebab pada
permukaan aliran kecepatannya di pengaruhi oleh gaya gaya
gesek antara fluida dengan udara. Dengan prinsip kecepatan
aliran inilah maka mineral yang mempunayi spesifik gravity
yang berlainan akan di pisahkan

b. Kemiringan dari Lounder

Kemiringan semakin besar, kosentrat yang dihasilkan semakin


bersih

c. Lebar dan panjang Lounder

Semakin sempit Lounder maka konsentrat makin bersih ,


semakin panjang lounder maka recovery makin tinggi tetapi
kadanya akan rendah.

d. Perbedaan Density Mineral

Perbedaan density yang besar, maka operasi pemisahan akan


semakin mudah dan mengakibatykan kadar konsentrat semakin
tinggi

e. Kekentalan

Semakin kental fluida, maka kadar konsentrat yang dihasilkan


semakin renda, tetapi jumlah konsentrat semakin tinggi

f. Tinggi Riffle

Riffle yang rendah akan menghasilkan konsentrat yang berkadar


tinggi

g. Kekasaran butir partikel maupun kekasaran dari deck

II-8
Semakin kasar deck, maka gaya gesek semakin besar, sehingga
partikel berat akan tertahan, untuk feed yang kasar atau
berdiameter besar maka akan digunakan air yang cukup banyak,
kemiringan deck juga cukup besar, bila feednya halus untuk
mengatur tebal aliran harus diperhatikan ukuran besar butirnya
dan harus seragam. .

5. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)

Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk


memisahkan mineral-mineral berharga yang lebih berat dari
pengotornya yang terdiri dari mineral-mineral ringan dengan
menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih besar dari
air (berat jenisnya > 1).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah :
a. Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang
berat.
b. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang
ringan.
Media pemisah yang pernah dipakai antara lain :
a. Air + magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3.
b. Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3.
c. Air + magnetit + ferrosilikon dengan kerapatan 2,20 – 2,90.
d. Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j. = 2,96), bromoform
(b.j. = 2,85) dan methylene jodida (b.j. = 3,32). Tetapi larutan
berat ini harganya mahal, oleh sebab itu hanya dipakai untuk
percobaan-percobaan di laboratorium.
Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy medium
separators yang berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu :
1. Drum separator karena bentuknya silindris.
2. Cone separator karena bentuknya seperti corongan.

6. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

II-9
Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan
sifat konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non-
konduktor (nir konduktor) dari mineral.

Kendala proses konsentrasi ini adalah :


a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang
tidak terlalu besar.
b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu
yang berterbangan.
Produk dari proses konsentrasi ini adalah antara lain :
a. Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.
b. Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).
Peralatan yang biasa dipakai adalah :
a. Electrodynamic separator (high tension separator).
b. Electrostatic separator

7. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)

Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat


kemagnetan (magnetic susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat
kemagnetan bahan galian ada 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat


untuk ditarik oleh medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).
b. Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan
magnet. Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan
pyrhotit (Fe S).

c. Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan


magnet. Misalnya : kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3
O8].

Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini


adalah :

a. Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.

II-10
b. Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).

8. Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)

Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat “senang terhadap


udara” atau “takut terhadap air” (hydrophobic). Pada umumnya mineral-
mineral oksida dan sulfida akan tenggelam bila dicelupkan ke dalam air,
karena permukaan mineral-mineral itu bersifat “suka akan air”
(hydrophilic). Tetapi beberapa mineral sulfida, antara lain kalkopirit (Cu
Fe S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn S) mudah diubah sifat
permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan menambahkan
reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon.

Sejumlah reagen kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi


adalah :

a. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-


gelembung udara. Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC),
minyak pinus, dan terpentin.
b. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan
mineral yang semula suka air menjadi suka udara. Contohnya :
xanthate, thiocarbonilid, asam oleik, dll.
c. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar
mineral pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung.
Misalnya : Zn SO4 untuk menekan Zn S.
d. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur
tingkat keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3,
NH4 OH, dll.
Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut
terapung (mineral-mineral apungan) dengan gelembung-gelembung
udara.
2. Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang
masih mengandung banyak mineral-mineral pengotor.

II-11
3. Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor.

2.4. Dewatering

Dewatering merupakan kegiatan akhir dari pengolahan bahan galian


setelah kosentrat didapatkan. Kegiatan ini meliputi Thickening (Pengkayaan
unsure), Filtering (Pemilihan), Drying (Pengeringan).
Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :
1. Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening)
Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat.
Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan
bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.
Kedua produk itu dikeluarkan secara terus menerus (continuous).
Peralatan yang biasa dipakai adalah :
1. Rake thickener.
2. Deep cone thickener.
3. Free flow thickener.

2. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)

Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka


bagian yang pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai
dengan pengisapan, sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan
demikian akan dapat dipisahkan padatan dari airnya.
Peralatan yang dipakai adalah :
Vacuum (suction) filters yang terdiri dari :
1. intermitten, misalnya Moore leaf filter.
2. Continuous ada beberapa tipe, yaitu antara lain :
a. bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya : Oliver filter,
Dorrco filter.
b. bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya : American filter.
c. bentuk lembaran berputar (revolving leaf type), contohnya : Oliver
filter.
d. bentuk meja (desk type), misalnya : Caldecott sand table filter.

II-12
3. Pengeringan (Drying)
Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan
yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan
(evaporization/evaporation).
Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacam-macam, yaitu antara lain:
a. Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang
dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk
(dibolak-balik).
b. Shaft drier, ada dua macam, yaitu :
1. tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam
saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (80o – 100o).
2. rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder
panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara
panas yang berlawanan arah.

II-13
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Genesa Pembentukan Bijih Nickel

Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam
paduan) antara besi (ferrum) dan nikel.

Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni
Oxides) hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides)
hasil dari proses magmatisme. Sumber batual Ultramafik bisa dari Dunite,
Peridotite, Lherzolite,Serpentinite, dll.

Orebody dengan Ni grade yg tinggi umumnya didapat dari proses


pelapukan batuan (bedrock) yg kaya Olivine karena memang kandungan Ni
di Olivine lebih tinggi dibanding mineral mafik yg lain. Kandungan Ni di
bedrock sebenar nya kecil sekali (<0.7%), kandungan dibedrock didominasi
oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%), proses pengkayaaan Ni terjadi
karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yg mudah larut dan
punya mobilitas tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga
%Ni yg tinggal di profile jadi tinggi (>2%).

Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana


curah hujan tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam.
Morfologi yg "gentle" termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk
"mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu terjal hasil
pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo
terlalu landai seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus.
Struktur geologi yang intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih
efektif.

III-1
Proses leaching membentuk profile Limonite (bagian atas/zona oksidasi)
dan Saprolite (bagian bawah/zona reduksi) dimana pada lapisan limonite
proses pelapukan sudah sangat lanjut sehingga hampir semua Silica dan
magnesia sudah tercuci dan sisa-sisa struktur/tekstur batuan sudah boleh
dikatakan hilang (semua lapisan bedrock sudah jadi tanah), lapisan limonite
mengandung Fe yang sangat tinggi karena memang Fe sangat suka
lingkungan oksidasi. Kalo saprolite boleh dikatakan setengah lapuk dimana
masih ditemukan sisa-sisa batuan dasar. Kandungan Ni tertinggi akan didapat
pada zona saprolite karena Ni lebih stabil di zona reduksi.

3.2. Penambangan Nikel

Endapan nikel laterit terbentuk karena proses pelapukan dari batuan


ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar di dunia
seluas lebih dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya tersebar di
provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara.

Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang


terbuka dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pemboran
pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan
tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di
wilayah tersebut.
2. Pembersihan dan pengupasan
lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang kemudian dibuang di
tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah
purna tambang.
3. Penggalian

III-2
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa
ke tempat pengolahan.

3.3. Pengolahan Bijih Nickel

Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat
(wheel loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya
melakukan proses pengolahan nickel. Dalam proses pengolahan bijih nickel
meliputi beberapa tahapan proses utama (Gambar 3.2.) yaitu :

GAMBAR 1

NICKEL PROCESS ILLUSTRATION

Setelah bahan galian ditambang dan lalu di dangkut dengan alat muat (wheel
loader) menuju ke stockfile. Dan setelah diangkut sebaiknya melakukan

proses pengolahan nickel. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk


melakukan proses pengelolahan nikel melalui beberapa tahap utama yaitu,
crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan
Pengemasan.

III-3
1. Crushing

Dimana proses ini bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar
mineral berharga bisa terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan
pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel ore ini hanya
dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan
crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.

2. Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)

Dari stockpile, hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder.


Di apron feeder ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban
sebelum diangkut dengan belt conveyor menuju dryer atau tanur
pengering. Diruang pembakaran tersebut terdapat alat pembakar
yang menggunakan high sulphur oil atau yang biasa disebut
minyak residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap pengeringan ini
hanya dilakukan penguapan sebagian kandungan air dalam bijih
basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore kemudian dihancurkan dan
kemudian dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore Storage).

GAMBAR 2.

III-4
TANUR PENGERING DAN GUDANG BIJIH KERING

3. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi

Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih,


mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih
kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena
itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air
bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel
logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih dari
gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi
pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan
komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional
tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi
sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur
pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang telah
tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka
ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin
yang bertemperatur sekitar 700oC

4. Peleburan di Tanur Listrik

Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa


lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur reduksi
sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surge bin lalu
kemudian dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan.
Furnace bertujuan untuk melebur kalsin hingga terbentuk fase
lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi dengan batu tahan
api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga.

III-5
Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag
kemudian diangkut kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus.

GAMBAR 3

PELEBURAN DITANUR

LISTRIK

5. Pengkayaan di Tanur Pemurni

Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27


persen menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat jenis
lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni / converter untuk
menjalani tahap pemurnian dan pengayaan. Proses yang terjadi
dalam tanur pemurni adalah peniupan udara dan penambahan
sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan membentuk ikatan
yang memiliki berat jenis lebih rendah dari matte sehingga menjadi
mudah untuk dipisahkan.

6. Granulasi dan Pengemasan

Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-


butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte
III-6
dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus disemprot

III-7
dengan air bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte
yang dingin yang berbentuk butiran-butiran halus. Butiran-butiran
ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap dikemas.

3.4. Bagan Alir Pengolahan Nikel

Dari mekanisme pengolahan nikel di atas dapat dibuat bagan alir pengolahan
nikel seperti pada gambar di bawah ini.

GAMBAR 4

BAGAN ALIR PENGOLAHAN NIKEL

III-8
BAB IV

PENGANGKUTAN

4.1. Pengangkutan

Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi
pengolahan untuk diolah untuk menghasilkan bahan olahan nikel maupun pelabuhan
untuk dikirm menuju pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel maupun bahan
olahan nikel menggunakan kombinasi peralatan dump truck dan kapal tongkang (tug boat)

Gambar 12.1 Dump Truck dan Kapal Tongkang (Tug Boat)

IV-1
BAB V

PEMASARAN

Cadangan bijih nikel di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali memiliki kadar


rata-rata 1.2% untuk limonit, 1.4% untuk transisi dan 1.66% untuk saprolit. Hasil
penambangan ore nikel akan diolah hanya sebatas penyortiran yaitu proses yang dilakukan
untuk pemisahan bijih nikel berdasarkan kadarnya yang telah tercampur aduk di stockpile
sebelumnya. Jika stockpile yang sudah tercampur aduk antara bijih nikel limonit, transisi,
dan saprolit maka hal tersebut akan menjadi masalah untuk pengolahan berikut nya (QC
jenis kadar bijih yang masuk ke pabrik pengolahan). Selain itu, dari sudut pandang
ekonomis, harga bijih nikel limonit berbeda dengan saprolit.
Hasil dari penyortiran bijih nikel akan menghasilkan tumpukan ore berdasarkan
kadarnya yang nantinya akan langsung dipasarkan ke pabrik pengolahan. Pengiriman
diangkut menggunakan dump truck dengan kapasitas ….

5.1. Bagan Alir Pemasaran


Alur pemasaran bijih nikel pada PT. Ironick Company adalah sebagai berikut:

Produk (Nikel Ore)

Penyortiran Kadar

Pengangkutan

Pemasaran

Gambar 13.1 Bagan Alir Pemasaran

Berdasarkn bagan alir diatas maka dapat dijelaskan bahwa metode pemasaran yang
digunakan PT. Ironick Company yaitu dengan memasok produk nikel ore yang telah
disortir berdasarkan kadar pada smelter yang dimiliki oleh pihak perusahan PT. Sulawesi

IV-1
Mining Investment (SMI) Morowali, Sulawesi Tengah. Jumlah pasokan nikel ore oleh PT.
Ironick Company kepada smelter PT. SMI Morowali didasarkan pada kapasitas produksi
smelter/ tahun yaitu sebesar 1.600.000 ton/tahun. Berdasarkan kadar limonit, transisi dan
saprolit masing- masing harga berbeda. Harga nikel ore dapat dihitung dengan cara:
Harga nikel ore di Indonesia per tanggal 29 September 2017 adalah
Rp.675.000/ton untuk kadar 1.66%. (Sumber: FeroAlloyNet.com). Sedangkan untuk kadar
1.2% dan 1.4% harga nikel ore dipatok berdasarkan harga penjualan nikel ore di Negara
China dan Philipina, yaitu sebesar Rp.310.500/ton untuk kadar 1.2% dan Rp.528.060
untuk kadar 1.4%. Sehingga selisih penurunan harga berdasarkan harga kadar yang
terdapat di Indonesia dapat dihitung sebagai berikut:
1. Untuk kadar 1.66%
Harga Indonesia = Rp 675.000/ton
Harga China = Rp 721.005/ton
Harga Philipina = Rp 580.500/ton
Maka selisih harga diantara ketiga Negara dengan perbedaan harga tersebut adalah sebagai
berikut:
Selisih harga Indonesia dengan China:
= Rp 721.005/ton - Rp 675.000/ton
= Rp 46.005

Selisih harga Indonesia dengan Philipina:


= Rp 675.000/ton – Rp 580.500/ton
= Rp 94.500

2. Untuk kadar 1.4%


Harga China = Rp 528.060/ton
Sehingga bedasarkan harga diatas dapat ditentukan harga kadar 1.4% di Indonesia dengan
cara perbandingan harga kadar 1.66% dengan harga kadar 1.4% di China, maka
didapatkan selisih sebagai berikut:
= (Rp 528.060/ton ÷ Rp 721.005/ton) x 100%
= 73%
Sehingga harga untuk kadar 1.4% di Indonesia dapat dihitung dengan cara mengalikan
IV-1
harga kadar 1.66% di Indonesia dengan selisih harga berdasarkan kadar di China. Maka
didapatkan:
= Rp 675.000/ton x 73 %
= Rp 494.366,20/ ton
Jadi harga nikel ore untuk kadar 1.4% di Indonesia yaitu Rp 494.366.20/ ton.

3. Untuk kadar 1.2%


Harga Philipina = Rp 310.500/ ton
Sehingga bedasarkan harga diatas dapat ditentukan harga kadar 1.2% di Indonesia dengan
cara perbandingan harga kadar 1.66% dengan harga kadar 1.2% di Philipina, maka
didapatkan selisih sebagai berikut:
= (Rp 310.500/ton ÷ Rp 580.500/ton) x 100%
= 53%
Sehingga harga untuk kadar 1.2% di Indonesia dapat dihitung dengan cara mengalikan
harga kadar 1.66% di Indonesia dengan selisih harga berdasarkan kadar di Philipina. Maka
didapatkan:
= Rp 675.000/ton x 53 %
= Rp 361.046,51/ ton
Jadi harga nikel ore untuk kadar 1.4% di Indonesia yaitu Rp 361.046,51/ ton.

5.2. Prospek Pemasaran


Indonesia merupakan salah satu produsen utama bijih nikel dunia. Produksi bijih
nikel Indonesia memang mengalami pasang surut menyesuaikan dengan perubahan
regulasi yang ada. Puncak produksi nikel Indonesia terjadi pada tahun 2013, dimana
Indonesia menjadi produsen bijih nikel terbesar nomor 2 (dua) di dunia dengan 440.000
metrik ton nikel, hanya terpaut 6.000 metrik ton dari Filipina yang berada di nomor 1
(satu).
Sumber daya nikel Indonesia diperkirakan mencapai 2.633 juta ton ore dengan
cadangan sebesar 577 juta ton ore yang tersebar di Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan
Papua dengan kandungan unsur nikel rata-rata 1,45%. Sebagian dari potensi sumber daya
tersebut sudah ditambang dan diekspor dalam bentuk nikel matte oleh PT. Vale Indonesia,
ferronickel oleh PT Antam ataupun dalam bentuk bijih nikel tanpa melalui proses

IV-1
pengolahan dan pemurnian yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang banyak
bertumbuhan dalam dasawarsa terakhir. Komoditi nikel dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu bijih nikel, feronikel dan nikel kasar, hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan ekspor (Kajian Supply and Demand, ESDM).
Sebanyak 68% dari nikel yang diproduksi di dunia digunakan sebagai bahan dalam
pembuatan stainless steel (baja tahan karat). Sisanya digunakan untuk pembuatan alloy
(16%), plating (9%), baterei (3%), dll. Stainless steel sendiri banyak digunakan untuk
rangka bangunan, industri otomotif, industri berat dan industri energi. Karena itu, supply
and demand nikel akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dunia. Saat
pertumbuhan ekonomi meningkat, banyak kegiatan konstruksi dan pembangunan,
produksi otomotif meningkat, industri berat berkembang, dan eksploitasi sumber energi
serta pembangunan pembangkit listrik juga bertambah. Ini tentu akan mengakibatkan
kebutuhan stainless steel meningkat dan ujungnya juga akan meningkatkan kebutuhan
nikel.
Grafik harga nikel dunia dilihat mulai tahun 2010 sampai tahun ekarang
menunjukkan penurnan namun pada tahun 2014 harga komoditi nikel mulai merangkak
naik.

(Sumber: Sahamok.com)
Gambar 13.2 Grafik Harga Komoditi Nikel

IV-1
BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini meliputi :

A. Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga


secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang.

B. Berdasarkan tahapan proses, pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi


tiga tahapan proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap
Dewatering.

C. Adapun sifat-sifat nickel merupakan logam berwarna putih keperak –


perakan, ringan, kuat antin karat, mempunyai daya hantar listrik dan panas
yang baik. Spesifik gravity nya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik
didih 27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut
dalam asam nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam
hidrokhlorik dan asam belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam
padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.

D. Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy
(logam paduan) antara besi (ferrum) dan nikel.

E. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan


nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,
peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

IV-1
DAFTAR PUSTAKA

Ardra.2015. Pengolahan Mineral. (online). http://ardra.biz/sain-


teknologi/mineral/pengolahan-mineral/tahap-proses-pengolahan-bijih-nikel-
laterite/. Di akses pada tanggal 18 April 2016

Aryadi. 2010. Makalah Tentang Nikel. (online)


https://aryadie.wordpress.com/2010/03/13/malakah-tentang-nikel/. Di akses
pada tanggal 18 April 2016

Bates, R.L., 1960. Geology of The Industrial Rocks And Minerals, Harper And
Raw Publisher, New York.

Anda mungkin juga menyukai