Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


NEONATAL
TROMBOFLEBITIS

Anggota Kelompok :

1. Selvia Dwi P. (P27824420193)


2. Septin Cesar N.U. (P27824420194)
3. Shafa Risma K. (P27824420195)
4. Shafa Salsabila A. (P27824420196)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
ini dengan tepat waktu guna memenuhi penugasan yang telah diberikan oleh pihak
dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Makalah kelompok ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak guna memperlancar dalam pembuatan
makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Astusti Setiyani, SST., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
2. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes., selaku Ketua Prodi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Evi Pratami, SST, M.Keb. selaku Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Prodi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Seluruh pihak yang bersangkutan dalam penyusunan makalah kelompok
ini.

Surabaya, 1 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Tujuan........................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4

2.1 Pengertian Tromboflebitis..............................................................................4

2.2 Klasifikasi Tromboflebitis..............................................................................4

2.3 Patofisiologi Tromboflebitis...........................................................................5

2.4 Tanda dan Gejala Tromboflebitis...................................................................5

2.5 Klasifikasi dan Penanganan Tromboflebitis...................................................6

2.6 Komplikasi Tromboflebitis............................................................................8

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

3.2 Saran...............................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas merupakan masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya
secara fisiologis, emosional dan sosial. Di negara maju maupun negara
berkembang perhatian utama bagi ibu banyak tertuju pada masa kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sementara keadaan yang meningkatkan risiko kesakitan
dan kematian ibu lebih sering terjadi pada masa nifas. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan layanan
kesehatan, rendahnya deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap
masalah dan penyakit yang timbul pasca persalinan (Kemenkes RI, 2017).
World Health Organization (WHO) Menyatakan bahwa pada tahun 2017
terdapat sekitar 810 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, dengan 94%
kematian tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2019). Berdasarkan
Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota se Jawa Timur tahun 2018 sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dari target
sebesar 101,4 per 100.000 kelahiran hidup, maka kondisi tersebut
menunjukkan keberhasilan Provinsi Jawa Timur dalam menekan kematian ibu.
Jumlah Kematian Maternal di Provinsi Jawa Timur berdasarkan laporan Kematian
ibu kabupaten/kota pada tahun 2018 tercatat sebanyak 598 kasus dengan rincian
152 kematian masa hamil, 163 waktu bersalin dan 283 pada masa nifas. Infeksi
nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam
masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun.
Morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu badan sampai 38◦C atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum, kecuali pada hari pertama
(Elisabeth, 2015).
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum,
vulva, serviks, dan endometrium dan Infeksi yang menyebar ke tempat lain
melalui: pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium (Rustam
Muchtar, 2015).Komplikasi pada masa nifas diantaranya adalah infeksi nifas,

1
masalah payudara, hematoma, perdarahan postpartum lambat, sub involusi,
tromboflebitis, inversion uteri dan masalah psikologis. Komplikasi masa nifas ini
dapat dideteksi secara dini dengan cara bidan memberikan asuhan kebidanan
komprehensif, dan melakukan kunjungan rumah minimal 3 kali selama masa nifas
untuk melakukan pemeriksaan, mendeteksi dan melakukan tindakan yang tepat
sehubungan dengan komplikasi yang dialami (Suherni, 2014).
Tromboflebitis pasca partum lebih umum terjadi pada wanita penderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding
vena dan stasis vena. Tromboflebitis vena profunda ditandai dengan tanda dan
gejala sebagai berikut: kemungkinan peningkatan suhu ringan, takikardia ringan,
awitan tiba-tiba nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan
atau saat berdiri, edema pergelangan kaki, tungkai dan paha, tanda homan positif,
nyeri saat penekanan betis, nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang
terkena dengan pembuluh darah dapat teraba (Varney, 2016).
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh
tromboflebitis seperti pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan terjadi empat jam setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali
memantau tromboflebitis secara ketat, khususnya kejadian saat persalinan
dilakukan. Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis segera
periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang biasa. Kita
harus dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan flebotrombosis
ataupun radang biasa. Oleh karena itu, kita harus tahu sebenarnya gejala dari
keduanya agar dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap dalam
menanganinya,agar jangan sampai ke tahap yang lebih parah.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengerti dan memahami
tentang tromboflebitis pada masa nifas.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui Definisi tromboflebitis

2
2. Untuk mengetahui jenis- jenis tromboflebitis
3. Untuk mengetahui penanganan tromboflebitis sesuai jenisnya
4. Mengetahui tanda dan gejala tromboflebitis

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu diharapkan mahasiswa dapat
lebih mendalami mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal khususnya tentang tromboflebitis pada masa nifas serta memberikan
informasi dan tambahan referensi bagi para pembacanya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tromboflebitis


Tromboflebitis merupakan peradangan akibat sumbatan dari gumpalan
darah, biasanya terjadi di kaki. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki
terasa tegang dan keras. Lebih sering dimulai pada jari-jari kaki dan pergelangan
kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas pada paha bagian atas. Hal tersebut
disebabkan kadar protein dalam darah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan
pembuluh darah atau pembuluh limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi
tungkai terlalu lama tergantung. Biasa terjadi pada vena di permukaan kulit
(tromboflebitis superfisial). Sementara Trombosis vena dalam (DVT) adalah
bekuan darah yang terbentuk di vena dalam (otot), biasanya di kaki bagian bawah
(walaupun bisa terjadi di tempat lain). Risiko DVT paling tinggi pada minggu
pertama setelah melahirkan. Jika bekuan bergerak ke arteri paru-paru, hal itu
dapat menyebabkan emboli paru (PE), yang bisa berakibat fatal. Jika
menghentikan aliran darah dan oksigen ke otak, dapat menyebabkan stroke(Streiff
et al., 2016; Pruthi, 2021).

2.2 Klasifikasi Tromboflebitis.


Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvica dan tromboflebitis
femoralis.Tromboflebitis pelvica yang sering mengalami peradangan adalah pada
vena ovarika, terjadi karena penyebaran melalui aliran darah dari luka bekas
plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat

4
merupakan tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis
sendiri, atau merupakan penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat
parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada
lipat paha karena tertekan ligamentum inguinal dan kadar fibrinogen meningkat
pada masa nifas (Wahyuningsih, 2018)

2.3 Patofisiologi Tromboflebitis.


Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat
dari stasis vena sehingga menyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orang
orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang
tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada
orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian
ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Statis aliran darah vena terjadi ketika
aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang
telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena
perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas
sehingga ekstremitas mengalami edema. Hiperkoagulabilitas darah yang
menyertai trauma, kelahiran dan myocardial intret juga mempermudah terjadinya
pembentukan trombus. Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya
trombosit-trombosit pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang
mengalir menyebabkan makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat
trombosit ini, trombosis dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang
menonjol ke dalam lumen. Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu
trombosis vena adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi.

2.4 Tanda dan Gejala Tromboflebitis


Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di
daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya
kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas.
Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan,
selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada

5
tempattempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi,
sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah
katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat
terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya
dirasakan sebagai malaise.

2.5 Klasifikasi dan Penanganan Tromboflebitis


a. Pelvio Tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-
venadidinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis
pada vena ovarika kiri ialah kevena renalis dan dari vena ovarika kanan kevena
kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi
penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika
daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil
trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini
mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada
paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.
Gejalanya berupa nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut
bagian samping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas,
penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik Menggigil berulang
kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa
jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas. Suhu badan naik turun secara tajam (36°C- 40°C) penyakit dapat
berlangsung selama 1-3 bulan Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-
mana terutama ke paru-paru, gambaran darah terdapat leukositosis untuk
membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulai menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob, pada
pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika.

6
Penanganannya bisa rawat inap. penderita tirah baring untuk pemantauan
gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal. Therapi medik,
pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonal dan terapi Therapi operati peningkatan vena cava
inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai
paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi.

b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena
safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau
embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima
pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena
pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena
pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering
terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat
didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena
dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi.
Gejalanya berupa keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris 7- 10
hari kemudian suhu mendadak baik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali. Pada salah satu kaki yang terkena, akan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut, Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan
rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas. dibandingkan dengan kaki yang
lain. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha. Reflektorik akan
terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, dan nyer dan
Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat
pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas nyeri pada betis. Pada
trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha dan Oedema pada
tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis dan dibandingkan
dengan tungkai sebelah lain yang normal.

7
Penanganannya bisa dengan kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema
lakukan kompres pada kaki, setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut
elastik atau memakai kaos kaki yang panjang elastik selama mungkin, jangan
menyusui bayinya, mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, terapi pemberian
antibiotik dan anti analgesik (Wiknjosastro;2002)

2.6 Komplikasi Tromboflebitis


Komplikasi Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi
adalah sebagai berikut:
a. Tromboflebitis Pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
1. Emboli Paru Septik
Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke paru-
paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru
yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi
aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan
infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen.
2. Septikemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain
untuk septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia
dengan sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang
mengancam jiwa dan cepat memburuk.

b. Tromboflebitis Femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius
adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau
total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya
emboli trombus atau emboli yang lain. Trombus tersebut bisa berasaldari vena di
bagian tubuh yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tromboflebitis adalah inflamasi atau peradangan yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan pada vena (pembuluh darah balik). Kondisi ini
disebabkan karena penggumpalan darah yang terjadi di dalam vena. Inflamasi
umumnya terjadi pada vena di bagian kaki. Meski demikian, tidak menutup
kemungkinan peradangan terjadi pula pada vena di bagian tangan atau leher.
tromboflebitis disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan yang terjadi.
inflamasi Tromboflebitis adalah Tromboflebitis yang terjadi di bawah permukaan
kulit dapat ditangani dengan perawatan rumahan dengan langkah sederhana
seperti mengompres bagian yang terinfeksi dengan air hangat, meletakkan kaki
pada posisi yang lebih tinggi saat tidur atau duduk, menghindari membawa beban
berat atau memberikan tekanan pada bagian yang mengalami tromboflebitis,
mengkonsumsi obat-obatan pereda rasa nyeri.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Penulis

Untuk lebih menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari makalah ini dalam
memberikan asuhan kebidanan pada pasien dengan tromboflebithis.

3.2.2 Bagi Instansi Pendidikan

Agar menjadi tambahan sumber kepustakaan.

3.2.3. Bagi Masyarakat

Agar menambah informasi kepada masyarakat tentang tromboflebithis.

9
Daftar Pustaka

Eris Sabila, 2016. Trombosis Tromboflebithis. Universitas Sriwijaya, Sumatra


Selatan : Program Studi Keperawatan

Tromboflebithis. Fadli, Rizal Halodoc: Rekomendasi 2021.


https://www.halodoc.com/kesehatan/tromboflebitisdiakses pada pukul 10:30
WIB

Diah Widiatun, 2016. Tromboflebithis. Jurnal bidandiah diakses pada link:


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/thrombophlebitis.html pukul
11:20

10

Anda mungkin juga menyukai