Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” P30003 4 Hari POST PARTUM

DENGAN TROMBOFLEBITIS
DI BPS AZZAHRA

Asuhan Kebidanan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Gadar Kebidanan

Disusun Oleh :

Disusun oleh :
RANDA DWI MARETHA SARI
14613802

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK (D IV)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Asuhan
Kebidanan Pada Pada Ny. ”S” P30003 4 Hari Post Partum dengan tromboflebitis di
BPS Azzahra . Asuhan Kebidanan ini disusun untuk memenuhi tugas Gadar
Kebidanan. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada : Ibu Siti
Khotidjah, S.ST.,M.Kes.
Penulis menyadari dalam pembuatan Asuhan Kebidanan Komprehensif ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Maka saya mohon
maaf dan saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar saya dapat
membuat Asuhan Kebidanan Komprehensif yang baik lagi untuk selanjutnya.

Kediri, November 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi.
Karena itulah penting sekali untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah
setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan, khususnya pada saat setelah
persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska persalinan di ruangan maupun
pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus
masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu
tidak akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap
berada di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama
beberapa jam pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi
tertentu. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras juga
diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan harus diawasi. Tidak dianjurkan
menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca persalinan atau
hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu
sedikit naik antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim
dan mulainya laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah
normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh
sebab apapun. Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C
atau lebih selama 2 hari.
Dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4x
sehari secara oral (dari mulut).
Beberapa faktor predisposisi:
1. Kurang gizi atau nutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah:
a.Partus lama atau macet
b.Korioamnionitis
c.Persalinan traumatic
d.Kurang baiknya pencegahan infeksi
e.Manipulasi yang berlebihan
f.Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti
eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari
dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri):
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia coli
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum,
vulva, serviks, dan endometrium dan Infeksi yang menyebar ketempat lain
melaui: pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium (Rustam
Muchtar, 1998).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang  disebabkan oleh tromboflebitis
seperti pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska persalinan
terjadi empat jam setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali memantau
tromboflebitis secara ketat, khusunya kejadian saat persalinan dilakukan.Jika
sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis segera periksa apakah
memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang biasa.
            Kita harus dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan
flebotrombosis ataupun radang biasa.Oleh karena itu, kita harus  tahu sebenarnya
gejala dari keduanya agar dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap
dalam menanganinya,agar  jangan sampai ke tahap yang lebih parah.
Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah,risiko tromboflebitis vena kaki
atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi.
 Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1dalam 600 pasien-pasien antepartum
dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum.Insiden tromboflebitis profunda
berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum.
            Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena(tromboflebitis) antar
lain, stasis (perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah (iritasi
lokal dan infeksi),dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

B.            Rumusan Masalah


1.      Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?
2.      Apa saja klasifikasi dari tromboflebitis?
3.      Apa saja manifestasi dari tromboflebitis?
4.      Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis?
5.      Apa saja komplikasi dari tromboflebitis?

C.           Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu trombroflebitis
2.      Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari tromboflebitis
3.      Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari tromboflebitis
4.      Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis
5.      Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari tromboflebitis

A. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, tekhnik penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Membahas tentang konsep nifas, perdarahan post partum dan
penyebab perdarahan post partum serta penanganan.

BAB III : TINJAUAN KASUS


Membahas tentang pengkajian data, identifikasi diagnosa/
masalah dan antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi
BAB IV : PEMBAHASAN
Berisikan tentang pembahasan adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus dan praktek di lapangan
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.           Pengertian
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.
Definisi Tromboflebitis secara umum
         Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena
sekunder akibat inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena
sebagian.
Definisi Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007
         Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah.
Definisi Tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
2002
         Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya
Jadi, Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan
pembentukan trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh
darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi
pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat
akibat peningkatan fibrinogen .

B.            Klasifikasi
1.     Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis.
Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan
karena adanya perubahan atau kerusakan pada intim pembuluh darah,
perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh
infeksi atau venaseksi.
2.      Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena
adalah vena ovarika dektra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta
terletak di bagian atas uterus. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra
ialah ke vena renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah
ke vena kava inferior.Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka
komunis.
Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus
anaerob dan bakteriodes
C.           Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a.       perluasan infeksi endometrium
b.      mempunyai varises pada vena
c.       obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis
1. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
2. Episode tromboflebitis sebelumnya
3.Pembedahan obstetric
4.Kelahiran
5.Obesitas
6.Imobilisasi
7.Trauma vaskula
8. Varises
9. Multiparietas
10 Supresi laktasi dengan esterogen
11.Infeksi nifas

D.           Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
a.       Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas
darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami
oleh orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur
dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis
vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan
lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor  maupun wanita
hamil.
b.      Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA
juga mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah
dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1)       Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a.       pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis
tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat,
antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins,
diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b.     Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna
selama pencampuran.
c.      Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah)
sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L.
Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada
pasien usia lanjut
d.      Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi
dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus,
lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki
kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.

(2)       Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama
kanulasi. (Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering
menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan
ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3)       Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a.    Teknik pencucian tangan yang buruk
b.    Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c.    Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d.   Teknik aseptik tidak baik
e.    Teknik pemasangan kanula yang buruk
f.     Kanula dipasang terlalu lama
g.    Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c.     Gangguan aliran darah

E.            Manifestasi klinis


Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah
vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan
(timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga
dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan,
selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-
tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda
adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup.
Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi
pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.
1.        Pelvio tromboflebitis
a.         Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

b.         Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai


berikut:
1)      Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40
menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3
hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
2)      Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada
endometritis).
3)      Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c.         Abses pada pelvis
d.        Gambaran darah
1)      Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke
sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
2)      Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
bakterinya adalah anaerob.
e.        Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan
dalam.
f.       Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.
2.        Tromboflebitis femoralis
a.       Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian
suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan
menggigil dan nyeri sekali.
b.     Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:
1)      Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
2)      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras
pada paha bagian atas.
3)      Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4)      Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
5)      Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai
dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke
atas.
6)      Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau
dengan meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).

F.     Penatalaksanaan
1.      Pelvio tromboflebitis
a.       Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan
menggunakan teknik aseptik yang baik
b.      Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum
c.       Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum
d.      Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang
dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
2.      Tromboflebitis femoralis
a.       Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b.      Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi
risiko kerusakan lebih lanjut.
c.       Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan
Pasien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih
dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna
mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
d.      Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki
varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah
kondisi stasis.
e.       Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum
bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya.
f.       Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g.      Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
h.      Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
i.        Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan
kaki Pasien sehingga aliran darah tidak terhambat.
j.        Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k.      Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
l.        Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal
untuk mengkaji pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
m.    Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada
gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
n.      Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o.      Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
p.      Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan
melalui terapi sub kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan
selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi
untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.
Pola Pengobatan Tromboflebitis
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk
mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin,
ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi
(obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian
pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam
dan terlepas. Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan
pembedahan darurat guna mengikat vena permukaan. Untuk rekomendasi lebih
spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan dapat mencakup
sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer
darah untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk
melarutkan bekuan yang sudah ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS),
seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, antibiotik (jika
infeksi hadir).
G.           Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap
kemampuan katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena
yang mengalami pervorasi
2. Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
3. Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
4. Biakan darah
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu.
Organisme yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus
aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan
Bakteriodes
5. Pemindai ultrasuond dupleks
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang
tidak kompeten
6.      Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis.

H.           Dianogsa Banding


1.      Tromboflebitis pelvica
Diagnosa banding dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
a)         apendiktis akut
b)        kista ovarium yang terpuntir
c)         hematoma
d)        ligamentum lantum
e)         abses pelvis
f)         Infeksi traktus urinarius
g)        infeksi luka.
2.      Tromboflebitis femoralis
Diagnosa banding dari tromboflebitis femoralis antara lain adalah:
a)         Selulitis
b)        vena varikosa
c)         trauma dengan hematoma subfasial
d)        limfangitis
e)         artritis

I.       Komplikasi
1.     Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
a) emboli paru septik
b) septikemia
c) emfisema
2.     Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah
emboli paru.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA


Ny. “S” P3003 4 HARI POST PARTUM DENGAN TROMBOFLEBITIS
DI BPS AZZAHRA

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 5 Maret 2014
Jam : 17.00 WIB
Tempat : BPS AZZAHRA

A. IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Dahlia No.4 16C Temanggung

Penanggung Jawab
Nama Suami : Tn. T
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Dahlia No.4 16C Temanggung
I.             DATA SUBJEKTIF
1.      ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya setelah 4 hari melahirkan.
2.      KELUHAN UTAMA
Ibu melahirkan 4 hari yang lalu (1 Maret 2014) mengeluh badannya terasa panas,
nyeri pada betis, kaki kiri bengkak dan kemerahan.
3.      RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti ginjal,
jantung, penyakit menurun seperti, darah tinggi, kencing manis. Tidak
pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria.
b. Riwayat Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti
jantung, kencing manis serta kanker, maupun penyakit menurun
seperti tekanan darah,kencing manis dan asma, dan tidak pernah
menderita penyakit menular seperti penyakit kuning, paru, malaria
HIV/AIDS.
c. Riwayat Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
kronis seperti jantung, kencing manis serta kanker. maupun penyakit
menurun seperti tekanan darah tinggi, kencing manis dan asma, dan
tidak pernah menderita penyakit menular seperti penyakit kuning,
paru, malaria HIV/AIDS. Serta tidak ada riwayat kehambilan kembar.
4.      RIWAYAT OBSTETRI
a.       Riwayat Haid
Menarche :13 tahun Nyeri Haid : Tidak ada
Siklus :28 hari,teratur Lama : 7 hari
Warna Darah : merah tua Leukorea : 1 minggu
sebelum menstruasi
Banyaknya : Hari 1 - 3, ganti pembalut 3x/hari, ¾ penuh
Hari 4 - 5, ganti pembalut 2x/hari, ½ penuh
Hari 6 – 7, ganti pembalut 1x/hari, bercak-bercak
b.      Riwayat Kehamilan, Persalinan, & Nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Hidu
N Su Ham Peno Pen Meny Ket
BB p
a UK Lon Cara y JK hari u
o
mi il ke- g ulit L umu sui
r
1 1 1 9bl Bida Norm - ♀ 290 6 th 40 A
n n al 0 SI

-
2 1 2 9bl Bida Norm ♂ 285 4 th 40 ASI
n n al 0
ASI
3. 9 bida Norm - ♂ 300 4 4
bul n al 0 hari hari
an
c.       Riwayat Kehamilan Sekarang
G ke 1 hamil 39 minggu 2 hari
HPHT : 27-05-2013
HPL : 06-03-2014
Gerakan Janin : Terasa pada usia 5 bulan
TT :2x
Minum jamu/obat selain vitamin : Tidak ada
ANC : :9x
Riwayat ANC :
-          TM I 1x ANC
PP test (+)
Keluhan : mual, pusing
Suplementasi : asam folat (1x1), B6 (1x1)
Nasehat : nutrisi ibu hamil
-          TM II 3x ANC
Keluhan : tidak ada
Suplementasi : Fe (1x1), Kalk (1x1), Vit. C 25mg (1x1)
Imunisasi : TT
Nasehat : tanda bahaya kehamilan, caara menghitung gerak janin
-          TM III 5x ANC
Keluhan : tidak ada
Suplementasi : Fe (1x1), Kalk (1x1), Vit. C 25mg (1x1)
Nasehat : perawatan payudara, tanda persalinan, persiapan persalinan
d.      Riwayat Persalinan sekarang
Ibu partus pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 19.00 WIB ditolong oleh Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Melahirkan Bayi Ke :3
Jenis kelamin : laki -laki

Kala I : Lamanya 7 jam 40 menit, jumlah perdarahan 0 cc Blood Slym keluar


saat pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan, air ketuban jernih.
Kala II : Lamanya 30 menit persalinan spontan pervaginam, bayi lahir normal
APGAR SCORE 8/9 , jenis kelamian laki-laki, BB 3000 gram, PB 51
cm, tidak ada lilitan tali pusat, tidak ada robekan jalan lahir, jumlah
perdarahan +/- 100 cc.
Kala III :Lamanya 15 menit, plasenta lahir spontan, kotiledon 18 buah, tebal 2,5
cm, diameter 18 cm, panjang 45 cm, insersio sentralis dan selaput
lengkap berat plasenta 500gr, kontraksi uterus baik, jumlah perdarahan
+/- 100 cc.
Kala IV : Berlagsung normal, kont raksi uterus baik, jumlah perdarahan +/-
200cc, keadaan umum ibu tampak letih, TD 110/70 mmHg, RR 20x/
menit, TEMP 37,5 °C, Nadi 80x/menit.
e.       Riwayat Nifas Sekarang
Keadaan ibu : Lochea sanguinolenta, ibu sudah bisa menyusui bayinya,
ASI sudah keluar lancar.
Keadaan Bayi : bayi sudah bisa minum ASI, BAB 1x/hari, bayi sudah
mendapat imunisasi Hb0.
5.      RIWAYAT PERKAWINAN
Ibu mengatakan perkawinan dengan suaminya adalah sah, menikah satu kali lama
pernikahan 7 tahun, usia ibu saat menikah 23 tahun dan suami 29 tahun, Ibu
mengatakan hubungan dengan suami baik.

6.      RIWAYAT KB
Ibu mengatakan bahwa sebelum hamil ibu menggunakan alat kontrsaepsi jenis
suntik 3 bulanan, dan setelah persalinan nanti ibu berencana akan menggunakan
alat kontrasepsi jenis suntik.
7.      POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a.       Pola Nutrisi
Sebelum melahirkan :Ibu makan 3x sehari, dengan porsi satu piring nasi, sayur,
tempe/ikan, buah. Ibu minum 8-12 gelas / hari dan minum
susu.2 gelas / hari
Sesudah melahirkan :Ibu mengtakan tidak begitu nafsu makan, dua kali sehari
dengan porsi 1 piring nasi, sayur, tempe, ikan, telur, buah. Ibu
telah banyak minum 12-14 gelas / hari. Dan minum susu 2
gelas/hari
b.      Pola Eliminasi
Sebelum melahirkan : BAB; 1x sehari konsistensi lunak. BAK; 3-4x sehari
Sesudah melahirkan : BAB; Ibu mengatakan sudah BAB 1x/hari. BAK : 4x/hari
tidak ada keluhan.
c.       Pola Istirahat
Sebelum melahirkan :Ibu mengatakan biasa tidur 7-8 jam / hari, 1 jam tidur siang.
Sesudah melahirkan :Ibu mengatakan sulit tidur karena nyeri pada betisnya,
sehingga hanya tidur 5-6 jam / hari, tidur siang ½ jam.
d.      Pola Aktifitas
Sebelum melahirkan :Ibu mengatakan melakukan tugas rumah tangga sendiri,
melakukan kegiatan sehari-hari sendiri tanpa bantuan.
Sesudah melahirkan :Ibu belum melakukan banyak aktifitas, namun sudah bisa ke
kamar mandi sendiri.
e.       Personal Hygiene
Sebelum melahirkan :Baik, Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, cuci
rambut 2 hari sekali, cuci tangan sesudah BAK dan BAB, cuci
tangan sebelum dan sesudah makan.
Sesudah melahirkan :Baik, Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, cuci
rambut 2 hari sekali, ganti pembalut 3x sehari, cuci tangan
sesudah BAK dan BAB, cuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
f.       Pola Sexual
Setelah Bersalin : Ibu belum pernah melakukan hubungan seksual karena masih
dalam masa nifas.
g.      Pola Hidup Sehat
Ibu mengatakan bahwa tidak mempunyai kebiasaan yang merugikan seperti merokok,
minum-minuman beralkohol serta konsumsi narkotika.
8.      DATA PSIKOSOSIAL
a.       Keadan Psikologis
Ibu mengatakan saat ini merasa bahagia dengan kelahiran bayinya karena sudah lama
menantikannya dan jenis kelaminnya sesuai dengan yang diinginkannya. Suami dan
keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya. Ibu takut bergerak karena terasa
nyeri, Ibu menyusui bayinya dan ibu ingin KB setelah melahirkan karena ibu sudah
merasa cukup mempunyai 3 orang anak.
b.      Data Sosial
Hubungan ibu, suami dan masyarakat baik. Mekanisme koping ( cara pemecahan
masalah adalah dengan berdiskusi bersama-sama dengan suami kemudian keluarga.
Pengambil keputusan pertama dalam keluarga adalah suami, namun dalam keadaan
darurat ibu dapat mengambil keputusan sendiri. Ibu tinggal bersama suaminya.
c.       Data Ekonomi
Penghasilan utama dalam keluarga adalah suami yaitu berkisar 1 – 2 juta/ bulan. Ibu
mengatakan penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
juga biaya persalinan nanti.
B.          DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1.      Pemeriksaan Umum
a.       Keadaan Umum : Ibu tampak letih
Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil : 56 Kg
BB selama hamil : 64 Kg
BB setelah melahirkan : 58 Kg
TB : 157 Cm
LILA : 24cm
b.      Tanda-tanda vital
TD : 110/70 nnHg
Nadi : 80x / menit
Temperatur : 37,5 oC
Pernafasan : 22x / menit
2.      Status Present
a.       Kepala : Tidak ada benjolan, rambut bersih, tidak ada
ketombe, tidak mudah rontok; muka simetris,
tidak ada oedema
b.      Mata : Fungsi penglihatan baik, konjungtiva pucat,
sklera tidak iklerik simetris kanan dan kiri
c.       Hidung : Fungsi penciuman baik, kebersihan baik,
mukosa berwana merah muda tidak ada
peradangan, polip tidak ada.
d.      Telinga : Fungsi pendengaran baik, kebersihan baik,
tidak ada pengeluaran serum, daun telinga ada.
e.       Mulut dan gigi : Fungsi pengecap baik kebersihan cukup, gigi
lengkap tidak ada stomatitis dan tidak ada
caries
f.       Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembengkakan vena jugularis
g.      Dada : Simetris kanan-kiri gerakan dada saat inspirasi dan
ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi, tidak
terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik,
jantung tidak ada mur-mur.
h.      Payudara : Terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris
kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada
nyeri, abses, dan pembengkakan, kolostrum sudah
keluar lancar.
i.        Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, strie albikans ada,
linea nigra ada, kandung kemih kosong,
konsistensi keras, kontraksi uterus baik.
j.        Genitalia : Tidak terdapat luka perineum, tidak ada varises
pada vagina, pengeluaran darah pervaginam
normal, tidak ada oedema, kotor oleh
lendir dan bekas darah serta air ketuban.
k.      Bokong : Kotor oleh lendir dan bekas darah serta air
ketuban.
l.        Anus : Tidak terdapat hemoroid
m.    Ekstrimitas atas : Jari-jari lengkap pergerakan baik tidak ada
oedema, kuku bersih, simetris kanan-kiri
n.      Ekstrimitas bawah : Ada oedema, kaki kiri bengkak dan kemerahan,
nyeri pada betis, jari-jari lengkap, kaki kiri sulit
digerakkan, simetris kanan-kiri
II. IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA
Dx :Ny. S usia 30 tahun P3A0 4 hari postpartum dengan Tromboflebitis femoralis.
Ds : Ibu mengatakan bahwa pada tanggal 1 maret 2014 jam 17.00 WIB telah
melahirkan bayi secara normal di Puskesmas ditolong oleh Bidan.4 hari setelah
melahirkan ibu mengatakan badannya terasa panas, nyeri pada betis, kaki kiri
bengkak dan kemerahan.
DO : -Keadaan Umum : ibu tampak letih
- Kesadaran : Composmetis
- Tanda – tanda vital :
 T.D : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 Suhu : 37,5 °C
 RR : 22 x / mnt
- Inspeksi
 Genetalia : Tidak terdapat luka perineum, tidak ada varises
pada vagina, peneluaran darah pervaginam
normal, tidak ada oedema, kotor oleh
lendir dan bekas darah serta air ketuban.
- Palpasi
 Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, strie albikans ada,linea
nigra ada, kandung kemih kosong, konsistensi
keras, kontraksi uterus baik.
 Ekstrimitas bawah :Ada oedema, kaki kiri bengkak dan kemerahan,
nyeri pada betis, jari-jari lengkap, kaki kiri sulit
digerakkan, simetris kanan-kiri
Masalah : cemas
DS : 4 hari setelah melahirkan ibu mengatakan badannya terasa panas, nyeri pada
betis, kaki kiri bengkak dan kemerahan.
DO : -Keadaan Umum : Lemas
- Tanda – tanda vital:
 T.D : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 Suhu : 37,5°C
 RR : 22 x/mnt
- Kontraksi : baik
- Kandung kemih : kosong
- Genetalia : Tidak terdapat luka perineum, tidak ada
varises pada vagina, peneluaran darah
pervaginam normal, tidak ada oedema,
kotor oleh lendir dan bekas darah serta air
ketuban
- Ekstrimitas bawah :Ada oedema, kaki kiri bengkak dan
kemerahan, nyeri pada betis, jari-jari lengkap,
kaki kiri sulit digerakkan, simetris kanan-kiri

I. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Dx potensial : infeksi Tromboflebitis
Antisipasi : Pemberian asuhan kebidanan tentang infeksi tromflebitis
Mx Potensial : Terjadinya emboli Pulmonum
Antisipasi : Pemberian asuhan kebidanan tentang tanda tanda bahaya ibu nifas
pada infeksi tromboflebitis
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter bila diperlukan
V. INTERVENSI
DX : Ny.”S” P3003 4 hari post partum dengan Tromboflebitis femoralis.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak ada odem
pada kaki dan nyeri pada betis
Kriteria Hasil : -Tanda-tanda Vital :
 Tekanan Darah : Normal (110/70 – 130/90)mmHg
 Nadi : Normal (60 – 100 x/mnt)
 Pernafasan : Normal (16 – 24 x/mnt)
 Suhu : Normal (36,5 – 37,5°C)
- Kontraksi uterus : Baik
- Pengeluaran ASI : Lancar
- Involusi berjalan : Normal
- Kontraksi : Baik
- Lochea sanguinolenta: Selama 4 hari post partum warnanya
merah kuning berisi darah dan lendir
- TFU : Normal : 2 jari dibawah pusat.
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu
R/ Untuk mengetahui kondisi dirinya secara pasti agar ibu tidak merasa
cemas.
2. Beri dukungan psikologis pada ibu
R/ agar ibu merasa tenang setelah mendapat dukungan psikososial
3. Jelaskan pada ibu untuk melakukan ambulasi dini agar dapat meningkatkan
sirkulasi pada ekstremitas bawah
R/ Ibu mengerti tetang penjelasan yang telah disampaikan dan bersedia untuk
melakukannya.
4. Jelaskan pada ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak
menggantung kaki lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki guna
mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.
R/ Ibu mengerti tentang penjelasan yang telah disampaikan dan bersedia untuk
mempraktekkan anjuran yang telah disampaikan.
5. Jelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara mengurangi nyeri
R/ Ibu mengerti tentang cara mengurangi nyeri dan mau melakukannya
6. Anjurkan keluarga untuk mendukung dan melibatkan diri dalam kegiatan ibu
untuk mengatasi tromboflebis
R/ Keluarga bersedia untuk mendukung untuk proses penyembuhan ibu
dengan mendampingi ibu, terutama dari pihak suami.
7. Berikan terapi antipiretik parasetamol 3x1mg
R/ Ibu mengatakan akan minum obat yang telah diberikan
8. Anjurkan ibu untuk memeriksakan ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan selanjutnya.
R/ Ny. S bersedia untuk dilakukan perujukan ke rumah sakit.
9. Rujuk ibu secepat mungkin dan mendampingi ibu saat merujuk dengan
BAKSOKUDA (Bidan, Alat (infuse set, cairan infus, kassa), Keluarga, Surat
(dokumentasi), Obat ( Kendaraan, Uang, Donor darah).
R/ Ibu sudah dirujuk.
10.   Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
R/ Tindakan telah didokumentasikan.

Masalah : Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan tidak ada odem
pada kaki dan nyeri pada betis
KriteriaHasil : - Keadaan Umum : Baik
- Tanda – tanda vital :
 Nadi : 60 – 100 x/mnt
 T.D : 110/70 – 130/90 mmHg
 Suhu : 36,5 – 37,5°C
 RR : 16 – 24 x/mnt
Rasa cemas teratasi
Intervensi :
1. Anjurkan ibu istirahat cukup
R/ untuk memulihkan stamina ibu.
2. Anjurkan ibu untuk relaksasi
R/ relaksasi bisa menurunkan rasa cemas
3. Anjurkan dan ajarkan mobilitas secara bertahap.
R/ aspek penting fungsi fisiologis dan kemandirian ibu
4. Berikan asupan diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
R/ meningkatkan daya tahan tubuh dan untuk laktasi.
5. Anjurkan pasien menjaga personal higiene dan vulva higiene.
R/ memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 5 Maret 2014
Jam : 17.15 WIB
Dx : Ny. “S” P30003 4 hari Post Partum Dengan tromboflebitis
1.      Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saaat ini yaitu mengalami
tromboflebitis femoralis sehingga kaki ibu bengkak dan tegang dan terasa nyeri,
suhu tubuh 37,5 °C
2.      Memberi Ibu dukungan psikologis
3.      Menjelaskan pada ibu untuk melakukan ambulasi dini agar dapat meningkatkan
sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan
bekuan darah, misalnya: jika ibu sudah merasa tidak lelah anjurkan untuk
kekamar mandi namun tetap ditemani.
4.      Menjelaskan pada ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak
menggantung kaki lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki guna
mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.
5.      Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara mengurangi nyeri yaitu:
a.       tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena
b.      menyediakan stoking pendukung untuk meningkatkan sirkulasi vena dan
membantu mencegah kondisi statis
c.       memakai stoking pendukung sebelum bangun pagi dan melepasnya 2x
sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya
d.      kaki dikompres dengan air hangat
6.      Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan melibatakan diri dalam kegiatan
ibu untuk mengatasi tromboflebis misalnya membantu ibu unutuk melakukan
ambulasi dini dengan cara menemani ibu kekamar mandi, jalan-jalan disekitar
tempat tidur, mengingatkan ibu untuk tidak menggantung kaki lebih dari 1 jam,
membantu ibu melakukan kompres pada kaki yang nyeri dan membantu ibu
dalam memakaikan stoking
7.      Memberikan terapi antipiretik parasetamol 3x1mg untuk mengatasi demam
8.      Menganjurkan ibu untuk memeriksakan ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan selanjutnya.
9.      Merujuk ibu secepat mungkin dan mendampingi ibu saat merujuk dengan
BAKSOKUDA (Bidan, Alat (infuse set, cairan infus, kassa), Keluarga, Surat
(dokumentasi), Obat ( Kendaraan, Uang, Donor darah).
10.  Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

VII. EVALUASI
Tanggal : 05 januari 2014 Pukul :17.35 WIB
Dx : Ny. “S” P30003 4 hari Post Partum Dengan tromboflebitis
S :
Ibu mengatakan nyeri kaki dan betis agak berkurang, demam berkurang, dan bisa
melakukan ambulasi dini
O :
     Keadaan umum baik
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 37oC
    TFU 3 jari atas sympisis
Lokhea sanguelenta 10cc, luka heating tidak ada
      Asi sudah keluar
      Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari
      Kaki dan betis tidak tegang lagi
      Bengkak pada kaki berkurang
A : Ny. “S” P30003 4 hari Post Partum Dengan tromboflebitis
P :
1.      Mengobservasi keadaan umum
2.      Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi
untuk ibu nifas
3.      Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan anjuran-anjuran yang diberikan:
a.       Melakukan ambulasi dini
b.      Mengangkat / meninggikan bagian kaki yang terkena
c.       Melakukan kompres pada kaki
d.      Memakai stocking
4.      Melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan ibu
5.      Memberi terapi amoksilin 500 mg 3x1
vitamin C 15 mg 3x1
B Comp 10 mg 3x1
Parasetamol 500 mg (bila demam)
BAB IV
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber berkaitan dengan kondisi klien ( Hani, dkk, 2010 : 86 )
IDENTITAS PASIEN
1.      Nama
Nama dikaji untuk mengenal/memanggil klien agar tidak keliru dengan pasien
lain dan untuk membina hubungan antara bidan dan pasien agar lebih akrab.
(Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus diketahui nama klien Ny. S sehingga bidan dapat mengenal klien,
saat memanggil klien tidak keliru dengan klien lain dan saat memberi asuhan
tidak keliru dengan klien lain.
2.      Umur
Umur dikaji untuk mengetahui adanya resiko tinggi atau tidak (Manuaba, 2001).
Reproduksi sehat dikenal usia 20-30 tahun karena kematian maternal wanita
hamil dan melahirkan usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5% lebih tinggi dari
kematian maternal usia 20-29 tahun. (Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus, ibu berumur 30 tahun yang menunjukkan bahwa ibu termasuk risiko
tinggi. Dari usia itu pula dapat dilihat bahwa salah satu penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah keadaan “empat terlalu”, salah satunya yaitu keadaan terlalu
tua.
3.      Pendidikan
Pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu. Semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin baik pula tingkat pengetahuan dan semakin mudah
menerima informasi. (Pusdiknakes, 2003).
Dalam kasus pendidikan Ny. S adalah SMA sehingga dapat diketahui tingkat
pendidikan Ny. S baik sehingga dalam memberikan asuhan bidan bisa lebih
mudah saat memberikan konseling kepada ibu dan ibu bisa lebih mudah untuk
meneria informasi yang di berikan bidan.
4.      Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup sosial dan masalah ekonomi. Kemungkinan
pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien yitu pemulihan ibu
setelah melahirkan dan perawatan dirumah.(Ibrahim, 1996)
Dalam kasus, Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat diketahui
bahwa Ny.S tidak memiliki pendapatan pribadi melainkan suami yang bekerja dan
mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu juga tidak bekerja dengan berat dan tidak
berisiko sehingga dimungkinkan pekerjaan tidak mempengaruhi proses nifas Ny.
S.
5.      Agama
Agama dikaji untuk mengetahui agama yang dianut sehingga berguna dalam
pemberian support mental, memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam
melakukan asuhan kebidanan dan untuk mengetahui adanya penyulit terhadap
kebiasaan yang dijalankan yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu. (Manuaba,
2001).
Dalam kasus, Ny. S beragama Islam dan bidan juga beragama islam sehingga
pemberian support dapat dengan pendekatan islamiah yang memudahkan bidan
untuk asuhan kebidanan. Dari praktik agama Ny. S tidak ada yang
membahayakan dalam masa nifasnya.
6.      Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan bagi
ibu nifas. (Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus, suku Ny.S adalah Jawa dalam suku/bangsa ibu tidak ada kebiasaan
yang dapat merugikan selama nifas.
7.      Alamat
Alamat dikaji untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan sesuai syarat
rumah sehat, mempermudah kunjungan, mengetahui geografis rumah berupa
pegunungan atau daerah terpencil sehingga diketahui keterjangkauan terhadap
tenaga kesehatan, menghasilkan waktu lama merujuk ke fasilitas kesehatan.
(Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus dapat diketahui alamat Ny. S yaitu Jl. Dahlia No.4 16C
Temanggung . Dari alamat tersebut dapat diketahui keadaan tempat tinggal Ny. S
sesuai dengan syarat rumah sehat diketahui dari hasil pengkajian bahwa rumah
Ny. S memiliki ventilasi, terdapat air bersih dan terkena sinar matahari. Ny. S
juga tidak tinggal di daerah terpencil sehingga dapat menjangkau ke fasilitas
kesehatan dengan mudah.

I.     DATA SUBYEKTIF


1.      Alasan Datang
-   Tinjauan Teori
Alasan datang dikaji untuk mengetahui alasan yang mendasari pasien
datang melakukan pemeriksaan. (Wiknjosastro, 2002)
-   Kasus
Ny. S mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya setelah 4 hari
melahirkan.Pembahasan
-  Pembahasan
Alasan yang dikatakan Ny. S memang akan dijadikan sebagai acuan oleh
bidan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.      Keluhan Utama
-   Tinjauan Teori
Keluhan utama merupakan yang melatarbelakangi ibu datang ke bidan /
nakes ( Cuninham, 2001 )
-   Kasus
Ny.S mengeluh badannya terasa panas, nyeri pada betis, kaki kiri bengkak
dan kemerahan setelah melahirkan 4 hari yang lalu (1 Maret 2014).
-  Pembahasan
Pada kasus , Ny. S didiagnosa mengalami tromboflebitis femoralis,
dimana salah satu gejala dari tromboflebitis femoralis yaitu kaki lebih
panas dibandingkan dengan kaki yang lain, nyeri pada betis, bengkak
sehingga keluhan yang dirasakan oleh Ny. S sesuai dengan diagnosanya.
3.    Riwayat Kesehatan
-   Tinjauan Teori
Digunakan sebagai penanda akan adanya penyulit masa nifas yang yang akan
mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
-  Kasus
Ibu tidak pernah ataupun tidak sedang menderita penyakit-penyakit tersebut.
-  Pembahasan
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang membahayakan terhadap nifas
sehingga tidak ada gangguan yang dapat mempengaruhi pemulihan ibu
selama masa nifas.
4.      Riwayat Obstetri
a.       Riwayat haid
Yang perlu dikaji adalah umur menarche, siklus, lamanya, banyaknya, sifat,
warna, nyeri haid, leukhore. Hal ini dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi
ibu dan untuk mengetahui apakah riwayat obstetric ibu termasuk kondisi
fisiologis/patologis.
-          Kasus
Ibu menarche 13 tahun, siklus 28 hari , teratur, lama 7 hari, banyaknya hari 1-3
ganti 3x ( ¾ penuh ), hari 4-5 ganti 2x ( ½ penuh ), hari 6-7 ganti ( bercak ) ,
warna darah : merah tua, nyeri haid : tidak ada, leukhore : 1 minggu sebelum
menstruasi.
-          Pembahasan
Dari kasus didapatkan bahwa riwayat haid Ny.S tidak ada gangguan
b.      Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
-          Dikaji untuk mengetahui adanya masalah pada kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu karena masalah tersebut dapat terjadi kembali pada nifas ini.
-          Kasus
-          Pembahasan :
Dari kasus tersebut diketahui riwayat kmehamilan, bersalin dan nifas yang lalu
dirawat oleh dukun dan selama masa tersebut ibu tidak mengalami penyulit.
c.       Riwayat kehamilan sekarang
-          Tinjauan Teori
Untuk mengetahui bagaimana keadaan saat kehamilan ibu karena dapat
mempengaruhi keadaan selama masa nifas ( Farrer. 2001 ).
-          Kasus
Hamil ke 3, UK 39 minggu 2 hari, HPHT 27-Mei-2013, HPL 06-Maret-2014,
Gerakan Janin terasa pada usia 5 bulan, TT 2 x, Minum jamu/obat selain
vitamin tidak pernah, ANC 9x.
-          Pembahasan
Dari data diketahui perkiraan umur kehamilan ibu melalui HPHT yaitu 39
minggu 2 hari merupakan usia kehamilan yang sudah aterm, dan selama hamil
ibu juga rutin memeriksakan kehamilannya, sehingga kesehatan ibu bisa
terpantau oleh bidan. Ibu juga tidak pernah minum jamu/obat saat hamil yang
dapat mempengaruhi kehamilannya.
d.      Riwayat persalinan
-          Tinjauan Teori
-          Kasus
Ibu partus pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 19.00 WIB ditolong oleh Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Melahirkan Bayi Ke :3
Plasenta : Lengkap, selaput dan jumlah kotiledon lengkap18 buah, tebal 2,5
cm, diameter 18 cm, panjang 45 cm, insersio sentralis dan selaput lengkap
berat plasenta 500gr,
-          Pembahasan :
Dari kasus diketahui proses persalinan ibu tidak ada penyulit dan berjalan
normal.
e.       Riwayat Nifas Sekarang
-          Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui nifas yang ke berapa, sudah mendapat apa, keluhan
yang dirasakan sejak kapan, mengapa dan bagaimana, keadaan ibu apakah
kolostrum sudah keluar, pengeluaran cairan dari jalan lahir (warna,jumlah, bau,
konsistensi), keadaan bayi mengenai rawat gabung dan menyusui.
-          Kasus :
Keadaan ibu : Lochea sanguinolenta, ibu sudah bisa menyusui bayinya, ASI
sudah keluar lancar.
Keadaan Bayi : bayi sudah bisa minum ASI, BAB 1x/hari, bayi sudah
mendapat imunisasi Hb0.
-          Pembahasan :
Dari kasus tersebut pada pada masa nifas ibu tidak ditemui masalah, bayi sudah
bisa menyusu dan ibu sudah bisa menyususi bayinya dengan lancar.
5.      Riwayat Perkawinan
-          Tinjauan Teori
Untuk mengkaji pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan yang
dialami, mengetahui lamanya pernikahan, jumlah pernikahan dan jumlah anak
yang dapat mempengaruhi masa nifas (Saifudin, 2002 )
-          Kasus
Status perkawinan ibu sah, menikah 1 kali, lamanya kurang lebih 13 tahun,
umur ibu saat menikah 23 tahun dan suami 29 tahun.
-          Pembahasan
Riwayat perkawinan ibu tidak ada masalah sehingga kemungkinan tidak ada
gangguan nifas karena factor psikologis.
6.      Riwayat KB
-          Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui kontrasepsi yang dipakai sebelumnya adakah keluhan,
kesadaran dalam perencanaan reproduksi. (Hartanto, 2002).
-          Kasus
Sebelum hamil Ny.S pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik dan
setelah persalinan nanti Ny.S berencana akan menggunakan alat kontrasepsi
jenis suntik lagi.
-          Pembahasan
Ibu sudah mengetahui KB apayang akan digunakan setelah bersalin nanti.
7.      Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a.       Pola nutrisi
-          Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui pola makan minum yang dikonsumsi oleh ibu sebelum
hamil dan selama hamil karena status gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan janin (Saefudin,2000).
-          Kasus
Ny.S makan : Ibu mengtakan tidak begitu nafsu makan, dua kali sehari dengan
porsi 1 piring nasi, sayur, tempe, ikan, telur, buah. Ibu telah banyak minum 12-
14 gelas / hari. Dan minum susu 2 gelas/hari
-          Pembahasan
Selama nifas ibu membutuhkan banyak nutrisi dan sumber energy
pembangunan dan pengatur karena saat nifas membutuhkan banyak nutrisi
untuk pemulihan sel-sel kembali. Hal ini belum terlaksana pada pola nutrisi
Ny.S, variasi makanan dan porsi makan Ny. S menurun sehingga pemenuhan
kebutuhan nutrisinya belum terpenuhi dengan maksimal.
b.      Pola eliminasi
-          Tinjauan Teori
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah gangguan dalam defekasi dan miksi pada
pasien selama nifas. Miksi harus dilakukan segera mungkin setelah melahirkan
(6 jam postpartum), sedangkan defekasi harus dilakukan 3-4 hari postpartum.
Ibu terkadang merasa sulit untuk buang air kecil karena pengaruh oedema
kandung kemih yang terjadi selama bersalin dan ibu juga sulit untuk buang air
besar karena perasaan takut ibu untuk buang air besar. (Yanti, 2010).
-          Kasus
BAB; Ibu mengatakan sudah BAB 1x/hari. BAK : 4x/hari tidak ada keluhan.
-          Pembahasan
Ny.S tidak terjadi konstipasi, dan BAK sudah normal dan tidak ada keluhan.
c.       Pola aktivitas
-          Tinjauan Teori
Perlu dikaji apakah ibu melakukan pekerjaan berat yang menyebabkan ibu
kelelahan sehingga tidak mempunyai tenaga dan untuk menyesuaikan asupan
nutrisi yang harus diterima. Bidan memberitahukan pada ibu untuk melakukan
mobilisasi dini agar pengeluaran lokhea lancar dan membantu mempercepat
pemulihan dari fungsi alat genetalia dan urinaria. (Manuaba, 2001)
-          Kasus
Setelah melahirkan : Ibu belum melakukan banyak aktifitas, namun sudah bisa
ke kamar mandi sendiri dan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
-          Pembahasan
Ny.S aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tidak mengganggumasa
nifasnya.
d.      Pola istirahat
-          Tinjauan Teori
Dikaji karena istirahat diperlukan bagi ibu untuk memperoleh kesegaran dan
dapat menyusun tenaga baru. Ibu yang kurang istirahat akan mempengaruhi
produksi ASI, memperlambat involusi uteri, kelelahan, dan depresi postpartum
(Saifudin, 2002 )
-          Kasus
Sesudah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur karena nyeri pada
betisnya, sehingga hanya tidur 5-6 jam / hari, tidur siang ½ jam.
-          Pembahasan
Ny.S istrahat malam nya terganggu karena rasa nyeri pada betisnya sehingga
istirahatnya tidak maksimal untuk pemulihan kesehatan ibunya.
e.       Pola personal hygiene
-          Tinjauan Teori
Dikaji karena diperlukan kebersihan untuk mencegah penyebaran infeksi. Bila
ada darah,lendir atau air ketuban segera dibersihkan dan juga menginformasikan
kepada ibu nifas untuk mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari karena
lebih dari 6 jam mikroorganisme akan berkembang biak dan mudah
menyebabkan infeksi pada ibu nifas (Saifudin, 2002 )
-          Kasus
Sesudah melahirkan : Baik, Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari,
cuci rambut 2 hari sekali, ganti pembalut 3x sehari, cuci tangan sesudah BAK
dan BAB, cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
-          Pembahasan
Ny.S menjaga pola hyigenenya dengan baik sehingga tidak ada masalah.
8.      Data Psokososial dan Spiritual
-          Tinjauan Teori
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi yang
sekarang. Dan juga untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu (Saifudin,
2002). Dikaji tentang agama pasien dan suami sehubungan dengan tindakan
yang akan dilakukan selama masa nifas apakah ada hal-hal yang dilakukan
bertentangan dengan agama yang dianut ibu dan keluarga (Saifudin, 2002)
-          Kasus :
Keadan Psikologis
Ibu mengatakan saat ini merasa bahagia dengan kelahiran bayinya karena sudah
lama menantikannya dan jenis kelaminnya sesuai dengan yang diinginkannya.
Suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya. Ibu takut bergerak
karena terasa nyeri, Ibu menyusui bayinya
Data Sosial
Hubungan ibu, suami dan masyarakat baik. Mekanisme koping ( cara
pemecahan masalah adalah dengan berdiskusi bersama-sama dengan suami
kemudian keluarga. Pengambil keputusan pertama dalam keluarga adalah suami,
namun dalam keadaan darurat ibu dapat mengambil keputusan sendiri. Ibu
tinggal bersama suaminya.

-          Pembahasan
Dari sisi psikologis, ( ibu, suami, dan keluarga ) tidak ada masalah,. Dalam hal
keagamaan juga tidak ada aktivitas yang membahaykan masa nifasnya. Riwayat
psikososial dan spiritual ibu tidak ada masalah sehingga kemungkinan besar
tidak ada gangguan kehamilan karena factor psikologis dan spiritual.
9.      Data Pengetahuan
-          Tinjauan Teori
Ditanyakan pengetahuan ibu yang berkaitan dengan masa nifas karena dengan
adanya pengetahuan pasien maka akan lebih mudah diajak memecahkan
masalah yang mungkin akan terjadi, seperti pengetahuan ibu tentang perawatan
nifas dan perawatan payudara selama ibu menyusui sehingga bidan mempunyai
sasaran yang tepat saat memberikan konseling. (Saifudin, 2002).
-       Kasus
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda infeksi saat masa nifas
-       Pembahasan
Bidan dapat melakukan konseling mengenai tanda bahaya pada nifas, terutama
tanda-tanda infeksi.

I.       DATA OBYEKTIF


1.    Pemeriksaan Fisik
a.    Pemeriksaan umum
-  Tinjauan Teori
Menurut Pusdiknakes (2003 : 63) jika tekanan darah >140/90 mmHg dicurigai
gejala pre-eklampsi postpartum. Suhu meningkat 0,5oC dari normal, tetapi suhu
yang mencapai > 38oC setelah 12 jam postpartum mengarah pada tanda-tanda
infeksi (Wiknjosastro,1999 ). Nadi berkisar antara 60-80 x/menit dan cenderung
lebih labil bila dibandingkan dengan suhu tubuh. (Varney,2001) Untuk
mengetahui frekuensi pernafasan klien, apakah stabil karena saat bersalin nafas
ibu cenderung meningkat frekuensinya (Varney,2001). Rata-rata berat badan ibu
akan kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 6 minggu. (Pillitery, 1999 )

-          Kasus
Dalam kasus Ny.S
Keadaan Umum : Ibu tampak letih
Kesadaran : Composmentis
BB selama hamil : 64 Kg
BB setelah melahirkan : 58 Kg
TB : 157 Cm
LILA : 24 cm
TD : 110/70 nnHg
Nadi : 80x / menit
Temperatur : 37,5 oC
Pernafasan : 22x / menit
-             Pembahasan
Dalam kasus, tekanan darah Ny.S 110/70 mmHg sehingga tidak berpotensi
terjadi pre-eklampsi yang dapat mengganggu proses nifasnya. Selain itu suhu
tubuh Ny.S 37,5˚C dan termasuk suhu tubuh tidak normal yang menandakan ibu
mengalami infeksi. Nadi Ny.S 80x/menit termasuk normal. Frekuensi
pernapasan Ny.S 22x/menit menunjukkan keadaan yang tidak normal karena ibu
merasakan nyeri pada kakinya. Sedangkan LILA 24 cm sehingga tidak
mengalami kekurangan energy kronik/KEK, BB 58 kg juga termasuk dalam
keadaan yang normal.
b.    Status Present
-          Tinjauan Teori
Dalam tinjauan teori disebutkan bahwa pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
rambut rontok, oedema pada muka, tidak ada anemia, mata tidak ikterik, tidak
ada polip, tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan tiroid.
-          Kasus
Dalam kasus Ny.S terdapat kelainan pada ekstrimitas bawah yaitu ada
oedema, kaki kiri bengkak dan kemerahan, nyeri pada betis, jari-jari lengkap,
kaki kiri sulit digerakkan, simetris kanan-kiri
-          Pembahasan
Berdasarkan data diketahui bahwa keadaan fisik ibu ditemukan tanda patologis,
yaitu tromboflebitis femoralis.
c.       Status obstetric
-          Tinjauan Teori
  Yang perlu dikaji adalah papilla menonjol, kelenjar Montgomery makin tampak
serta abdomen baik inspeksi maupun palpasi dan ekstremitas
Untuk mengetahui ada tidaknya tanda hommans, oedema maupun varises.
Adanya human menunjukkan infeksi thrombflebitis pada ibu nifas.
-          Kasus
Ny.S tidak ada cloasma gravidarum, kelenjar Montgomery dan papilla
menonjolhiperpigmentasi areola, TFU pertengahan pusat dan simpisis, pada
ekstremitas terdapat tanda homan
-          Pembahasan
Ny.S terdapat tanda-tanda tromboflebitis femoralis.
d.      Pemeriksaan penunjang
-          Tinjauan Teori
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui ibu mengalami anemia/tidak,
yaitu apabila kadar Hb < 11 gram % (Varney, 2007).
-          Kasus
Dalam kasus Hb Ny.S tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
II.    ASSESMENT
-   Tinjauan Teori
Assesment merupakan pendokumentasian hasil ananlisis dan
interpretasi/kesimpulan dari data subyektif-obyektif.
-   Kasus
Ny. S usia 30 tahun P3A0 4 hari postpartum dengan Tromboflebitis femoralis.
Diagnosa dan masalah potensial : terjadinya emboli Pulmonum

III.      PELAKSANAAN
Menurut teori, dalam pelaksanaan terkandung planning ( perencanaan,
implementasi dan evaluasi ). Planing adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan ini disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi
data. Pelaksanaan / implementasi sesuai rencana yang telah disusun dan disesuaikan
dengan keadaan dan dalam rangka mengatasii masalah pasien. Sedangkan evaluasi yaitu
tafsiran dan efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil
pelaksanaan tidakan.
Dalam kasus pelaksanaan yang dilakukan yaitu yang pertama memberitahu ibu
dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan dengan hasil ibu dan keluarga sudah
mengetahui kondisi ibu saat ini bahwa ibu mengalami tromboflebitis femoralis. Selain
itu, memberi ibu dukungan psikologis hasilnya yaitu ibu merasa lebih tenang setelah
mendapat dukungan psikologis. Selanjutnya menganjurkan ibu untuk melakukan
ambulasi dini agar dapat meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan bekuan darah, misalnya: jika ibu sudah merasa
tidak lelah anjurkan untuk kekamar mandi namun tetap ditemani.
Kemudian menganjurkan ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak
menggantung kaki lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki guna mencegah
adanya tekanan yang kuat pada betis. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang
cara mengurangi nyeri. Memberikan terapi antipiretik parasetamol 3x1mg untuk
mengatasi demam
Selanjutnya segera merujuk ibu secepat mungkin dan mendampingi ibu saat
merujuk dengan membawa BAKSOKUDA (Bidan, Alat (infuse set, cairan infus, kassa),
Keluarga, Surat (dokumentasi), Obat ( Kendaraan, Uang, Donor darah) dengan hasil
ibu sudah dirujuk. Pelaksanaan yang terakhir yaitu mendokumentasikan tindakan yang
telah dilakukan dan hasilnya semua tindakan telah di dokumentasikan.
Semua pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori.
BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
1.      Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan
trombus. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen .
2.      Klasifikasi
a.       Tromboflebitis Femoralis
b.      Tromboflebitis Pelvik
3.        Manifestasi klinis :
Pelvio tromboflebitis
a.       Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b.      Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1)      Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada
waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
2)      Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3)      Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c.       Abses pada pelvis
d.        Gambaran darah
1)      Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).
2)      Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya
adalah anaerob.
3)      Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan
dalam.
4)      Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses,
pneumonia), pada ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada
persedian.
Tromboflebitis femoralis
a.       Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.
b.      Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
1)      Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
2)      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas.
3)      Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4)      Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
5)      Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
6)      Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif).
4.      Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi
nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk
mempercepat penyembuhan, bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan
pengangkatan trombus dan kemudian pemakaian perban kompresi selama beberapa
hari.
5.      Komplikasi
a.       Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
1)      emboli paru septik
2)      septikemia
3)      emfisema
b.      Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah
emboli paru.

B.            Saran
1.      Kepada klien agar lebih mengetahui tentang tromboflebitis baik pengertian maupun
gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala tromboflebitis tersebut maka
klien segera ke tempat pelayanan kesehatan.
2.      Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara
bila menemui kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang
berlanjut.
3.      Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan yang
dapat dilakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum
kuratif.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Buku


Acuan Nasioanl Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta : YBP –
SP.
Bari, Saifuddin Abdul dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatol. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirotarjo.
______. 2002. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawiroharjo.
Hanifa, Prawirodiharjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono.
Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi dan KB, Jakarta : EGC.

Mochtar, rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, obstetri


Patologi. Jakarta : EGC.

Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.

Straight,Barbara R.2004.Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.Jakarta:EGC

Taber, Ben – Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :


EGC.

Varney, H., Kriebs J.M, Carolyn, L.G. 2007. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi
bahasa Indonesia. Editor : Esty Wahyuningsih, et.al. Edisi 4. Jakarta : EGC.
WHO. 2002. Safe Motherhood, Modul Sepsis Puerperalis : Materi Pendidikan Untuk
Kebidanan. Jakarta : EGC
 

Anda mungkin juga menyukai