Anda di halaman 1dari 15

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONSELING SELF

Dosen Pemgampu:

Evi Rahmiyati, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Refina Athira Zahra 2106104030075

Nadiatul Rahmi 2106104030088

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
tim penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini berjudul “KONSEP TEORI KONSELING ELEKTIK” disususn guna


memenuhi tugas pada mata kuliah TTK II. Selain itu, penyusun juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang apa saja pendekatan-pendekatan yang ada
dalam mata kuliah ini.

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu dan Bapak selaku
dosen pengampu mata kuliah ini. Tugas yang telah diberikan ini semoga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang dijelaskan oleh penyusun di dalam makalah ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Banda Aceh, 30 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Konsep Teori Konseling Elektik............................................................................................3

A. Pengertian Konseling Elektik.............................................................................................3

B. Tujuan Konseling Elektik...................................................................................................3

2.2 Dinamika Kepribadian Konseling Elektik.............................................................................4

2.3 Proses Terapeutik Konseling Elektik.....................................................................................5

2.4 Fungsi dan Peran Konselor....................................................................................................6

2.5 Teknik dan Prosedur Konseling Elektik...............................................................................7

2.6 Kelemahan dan Kelebihan Konseling Elektik......................................................................9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11

3.2 Saran....................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

ii
A.

Dalam sesi konseling, konselor pastilah menghadapi keunikan, keragaman, dan


kompleksitas masalah yang dialami konseli. Terkadang untuk terentasnya masalah konseli tidak
dapat dilaksanakan melalui satu pendekatan secara khusus, konselor harus mengkombinasikan
berbagai pendekatan yang ada untuk membantu mengentaskan masalah konseli. Menurut para
pendukung pendekatan ini, menggunakan satu pendekatan konseling saja dalam sesi konseling
akan membatasi ruang gerak konselor, sehingga tidak dapat memberikan bantuan secara
maksimal. Pendekatan konseling ini sering disebut dengan pendekatan konseling eklektik.

Meskipun pendekatan ini tidak dilandasi oleh teori tertentu, teknik konseling eklektik ini
telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam konseling, dan justru termasuk pendekatan
yang paling sering dilakukan oleh konselor dalam praktiknya. Pendekatan eklektik tidak hanya
menggabungkan dua pendekatan yang sering dipakai, yakni pendekatan langsung atau tidak
langsung. Lebih dari itu, pendekatan ini menggabungkan pendekatan-pendekatan lain dalam
psikoterapis, diantaranya psikoanalisis dengan behavioristik, atau terapi-kognitif dengan
pendekatan terpusat pada pribadi (person centered).

Konseling eklektik diperkenalkan pertama kali oleh Frederick Thorne. Teknik ini
merupakan hasil analisis Thorne terhadap sumbangan-sumbangan pemikiran dari berbagai teori
dalam psikologi konseling, dan mencoba mengintegrasikan unsure-unsur positif pada masing-
masing teori konseling tersebut ke dalam sistematika baru yang terpadu, baik secara teoritis
maupun praktis. Konseling eklektik dianggap sesuai untuk diterapkan untuk individu-individu
yang tergolong normal, yaitu individu yang tidak menunjukkan gejala-gejala kelainan dalam
kepribadiannya, atau individu yang tidak mengalami gangguan kesehatan mental yang berat.

Pada pendekatan konseling eklektik, konselor memiliki kebebasan dalam metodologi dan
menggunakan berbagai ketrampilan konseling yang dimiliki. Peran konselor, tahapan, dan teknik
konseling pada pendekatan konseling eklektik dilakukan dengan fleksibel. Konselor dapat
berperan sebagai psikoanalisis, mitra konseli, motivator, pelatih, atau peran-peran lainnya
tergantung pada kombinasi pendekatan konseling yang dipakai. Oleh karenanya, dalam
menerapkan pendekatan konseling ini, diperlukan kejelian dan kecermatan konselor dalam
memilih dan mengkombinasikan pendekatan dan teknik konseling yang dianggap paling tepat.
Konselor dituntut untuk memiliki kecakapan dan kemampuan menggunakan teknik-teknik dan
pendekatan yang dipergunakannya.

Prayitno (Diniaty, 2013) menjelaskan lebih tinggi lagi tingkat keprofesionalan konseling
adalah jika praktik konseling eklektik diberi warna khas oleh nuansa-nuansa positif yang
memancar dari diri pribadi konselor, yang disebut dengan konseling mempribadi. Ciri-cirinya
adalah : (a) konselor menguasai sejumlah teori konseling beserta teknologinya secara mendalam
(b) mampu memilih dan menerapkan secara tepat teori beserta teknologinya untuk menangani
permasalahan klien dan (c) pemberian warna pribadi yang khas sehingga tercipta praktik
konseling yang benar-benar ilmiah, tepat guna, produktif dan unik. Konselor yang telah
mempribadi, telah mampu menerapkan teori dalam konseling yang dikreasikan dan dimodifikasi
sendiri sehingga bisa memunculkan teori baru.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori konseling elektik?


2. Bagaimana dinamika kepribadian teori konseling elektik?
3. Bagaimana proses terapeutik teori konseling elektik?
4. Apa fungsi dan peran konsekor pada teori konseling elektik?
5. Bagaimana penerapan teknik dan prosedur teori konseling elektik?
6. Apa kelemahan dan kelebihan teori konseling elektik?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui konsep teori konseling elektik?


2. Mengetahui dinamika kepribadian teori konseling elektik?
3. Mengetahui proses terapeutik teori konseling elektik?
4. Mengetahui fungsi dan peran konsekor pada teori konseling elektik?
5. Mengetahui penerapan teknik dan prosedur teori konseling elektik?
6. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori konseling elektik?

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Konsep Teori Konseling Elektik

A. Pengertian Konseling Elektik

Di dalam melakukan konseling, terdapat berbagai macam pendekatan konseling yang


dapat digunakan oleh konselor sebagai pedoman pelaksanaan konseling. Salah satu
pendekatan konseling tersebut adalah pendekatan konseling eklektik. Konseling eklektik
mulai dikembangkan sejak tahun 1940-an oleh Frederick Thorne yang merupakan promotor
utama dari corak konseling ini. Selanjutnya, teori ini dikembangkan oleh Robinson. Teori
konseling ini menunjukkan suatu siste matika dalam konseling yang berpegang pada
pandangan teoritis dan pendekatan hasil perpaduan berbagai unsur yang di ambil atau di pilih
dari beberapa konsepsi serta pendekatan.

Kata eklektik berarti menyeleksi, memilih doktrin yang sesuai atau metode dari
berbagai sumber atau sistem. Teori konseling eklektik menunjukkan pada suatu sistematika
dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan, yang merupakan
perpaduan dariberbagai unsur yang di ambil atau di pilih dari beberapa konsepsi serta
pendekatan.

Elektik adalah terminologi dalam konseling dan psikoterapi yang memilih teori yang
baik atau berguna dari macam-macam teori, metode dan pengalaman-pengalaman praktik,
untuk dipergunakan bersama-sama dalam menghadapi klien.

Konseling eklektik adalah pandangan yang berusaha menyelidiki berbagai sistem


metode, teori, atau doktrin, yang di maksudkan untuk memahami dan bagaimana
menerapkannya dalam situasi yang tepat.

B. Tujuan Konseling Elektik

Tujuan konseling eklektik adalah membantu klien mengembangkan integritasnya


pada level tertinggi, yang di tandai oleh adanya aktualisasi diri dan integritas yang
memuaskan. Dan untuk mencapai tujuan yang memuaskan maka klien dibantu untuk
menyadari sepenuhnya situasi masalahnya, mengajari klien untuk melatih pengendalian di
atas masalah tingkah laku. Eklektik secara langsung fokus pada tingkah laku, tujuan,
masalah, dan sebagainya. Dalam konseling eklektik ini konselor berperan secara

3
bervariasi, misalnya; sebagai konselor, psikiater, guru, konsultan, pelatih, mentor.

2.2 Dinamika Kepribadian Konseling Elektik

Dinamika kepribadian dalam konseling eklektik mengacu pada perubahan, perkembangan,


dan interaksi yang terjadi pada individu klien selama proses konseling yang menggunakan
pendekatan eklektik. Dalam konteks ini, dinamika kepribadian menggambarkan bagaimana
konseling eklektik berpengaruh pada pemahaman diri klien, perubahan dalam pemikiran dan
perilaku, serta bagaimana klien berkembang seiring berjalannya sesi konseling. Berikut beberapa
aspek utama dari dinamika kepribadian dalam konseling eklektik:

1. Pemahaman Diri: Konseling eklektik membantu klien dalam mengembangkan


pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri. Melalui berbagai teknik dan
pendekatan, klien dapat menjelajahi aspek-aspek kepribadian mereka, termasuk emosi,
motivasi, dan keyakinan yang mendasari perilaku mereka.
2. Perubahan Perilaku: Dinamika kepribadian mencakup perubahan dalam perilaku klien
sebagai hasil dari proses konseling. Konselor bekerja dengan klien untuk
mengidentifikasi pola perilaku yang tidak sehat atau tidak produktif dan membantu
mereka mengembangkan keterampilan baru atau mengubah pola tersebut.
3. Perkembangan Pribadi: Selama proses konseling, klien mengalami perkembangan pribadi
yang dapat mencakup peningkatan kepercayaan diri, pemahaman yang lebih dalam
tentang nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk mengatasi konflik dan tantangan dalam
kehidupan mereka.
4. Interaksi dengan Konselor: Hubungan antara klien dan konselor adalah bagian penting
dari dinamika kepribadian dalam konseling eklektik. Konselor menciptakan lingkungan
yang aman dan mendukung untuk klien, yang memungkinkan klien untuk membuka diri
dan berinteraksi dengan konselor secara jujur.
5. Keterlibatan Klien: Dinamika kepribadian juga mencerminkan tingkat keterlibatan klien
dalam proses konseling. Klien yang aktif dalam proses, berpartisipasi dalam diskusi, dan
menerapkan saran-saran dari sesi konseling akan mengalami perubahan lebih besar dalam
kepribadian mereka.

4
Dengan demikian, dinamika kepribadian dalam konseling eklektik menggambarkan
bagaimana individu mengalami pertumbuhan dan perubahan dalam berbagai aspek kepribadian
mereka selama proses konseling. Konselor eklektik memiliki peran yang penting dalam
membantu klien meraih pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka dan mencapai
perubahan positif dalam hidup mereka.

2.3 Proses Terpeutik Konseling Elektik

Proses terapeutik dalam konseling eklektik adalah serangkaian langkah dan interaksi
yang terjadi selama sesi konseling dengan tujuan membantu klien mencapai pemahaman yang
lebih baik tentang diri mereka, mengatasi masalah, dan mencapai perubahan positif dalam hidup
mereka. Proses terapeutik dalam konseling eklektik mencakup beberapa elemen kunci:

1. Penetapan Hubungan: Proses dimulai dengan pembentukan hubungan yang kuat antara
konselor dan klien. Ini menciptakan lingkungan yang aman dan terpercaya di mana klien
merasa nyaman untuk berbicara tentang masalah mereka.
2. Penilaian dan Pemahaman: Konselor melakukan penilaian awal untuk memahami
masalah dan kebutuhan klien. Ini melibatkan mendengarkan aktif dan mengajukan
pertanyaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang situasi klien.
3. Pemilihan Pendekatan: Dalam konseling eklektik, konselor memilih dan menggabungkan
pendekatan dan teknik yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Ini dapat mencakup
penggunaan elemen-elemen dari berbagai teori konseling seperti psikoanalisis,
behaviorisme, terapi kognitif, atau terapi terpusat pada pribadi.
4. Intervensi dan Tindakan: Konselor melakukan intervensi dan tindakan yang sesuai
dengan pendekatan yang dipilih. Ini dapat mencakup terapi bicara, latihan atau tugas,
teknik relaksasi, atau metode lain yang mendukung perubahan positif.
5. Evaluasi dan Refleksi: Selama proses, konselor dan klien secara berkala mengevaluasi
kemajuan yang telah dicapai. Ini melibatkan refleksi tentang perubahan dalam pemikiran,
perasaan, atau perilaku klien dan apakah pendekatan yang dipilih masih efektif.
6. Pemantapan dan Akhir: Proses terapeutik berakhir dengan pemantapan, di mana konselor
membantu klien merumuskan rencana untuk menjaga perubahan positif setelah sesi
konseling selesai. Ini juga mencakup penyelesaian dengan rasa perasaan positif.

5
7. Pemeliharaan dan Pengembangan: Setelah sesi konseling selesai, konselor dan klien
dapat merencanakan untuk pemeliharaan perubahan positif dan pengembangan lebih
lanjut.

Proses terapeutik dalam konseling eklektik didasarkan pada prinsip fleksibilitas dan
adaptabilitas, di mana konselor menggabungkan berbagai elemen dan teknik untuk memberikan
bantuan yang paling efektif kepada klien sesuai dengan kebutuhan unik mereka. Proses ini
bertujuan untuk membantu klien mencapai pemahaman, pertumbuhan, dan perubahan yang
positif dalam hidup mereka.

2.4 Fungsi dan Peran Terapis

Fungsi dan peran seorang konselor dalam konseling eklektik sangat penting untuk membantu
klien mencapai perubahan positif dan pemahaman diri yang lebih baik. Berikut adalah beberapa
fungsi dan peran konselor dalam konteks konseling eklektik:

1. Penilaian dan Evaluasi: Konselor memiliki peran untuk melakukan penilaian awal
terhadap klien. Mereka harus mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan tujuan klien
dalam sesi konseling. Evaluasi ini membantu dalam merencanakan pendekatan terbaik
untuk membantu klien.
2. Hubungan Terapeutik: Salah satu fungsi utama konselor adalah membangun hubungan
terapeutik yang kuat dengan klien. Hubungan ini harus didasarkan pada rasa percaya,
empati, dan penghormatan. Ini menciptakan lingkungan yang aman di mana klien
merasa nyaman untuk berbicara.
3. Pemilihan Pendekatan: Konselor harus memilih dan menggabungkan pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan klien. Mereka perlu memahami berbagai teori konseling dan
teknik yang dapat diterapkan dalam konteks eklektik.
4. Intervensi: Konselor bertanggung jawab untuk memberikan intervensi yang tepat
sesuai dengan pendekatan yang dipilih. Ini bisa berupa terapi bicara, memberikan
saran, memberikan tugas, atau menggunakan teknik khusus sesuai kebutuhan.
5. Pendampingan dan Dukungan: Konselor adalah pendamping klien selama proses
konseling. Mereka memberikan dukungan emosional, membantu klien mengatasi
kesulitan, dan merayakan perubahan positif.

6
6. Evaluasi Kemajuan: Konselor dan klien secara bersama-sama mengevaluasi kemajuan
yang telah dicapai dalam sesi-sesi konseling. Ini membantu dalam menentukan apakah
pendekatan yang digunakan masih efektif atau perlu disesuaikan.
7. Pemantapan dan Perencanaan Pemeliharaan: Konselor membantu klien dalam
merencanakan cara untuk mempertahankan perubahan positif setelah sesi konseling
selesai. Mereka juga dapat membantu klien merencanakan perkembangan pribadi
lebih lanjut.
8. Etika dan Profesionalisme: Konselor harus mengikuti kode etik dan standar
profesional dalam praktik konseling mereka. Mereka harus menjaga kerahasiaan,
menghormati hak klien, dan berperilaku secara etis.

Jadi, fungsi dan peran konselor dalam konseling eklektik adalah membimbing,
mendukung, dan membantu klien dalam mengatasi masalah mereka dengan menggunakan
berbagai pendekatan dan teknik yang sesuai. Konselor adalah fasilitator perubahan positif dalam
kehidupan klien mereka.

2.5 Teknik dan Prosedur Konseling Terapeutik

1. Teknik

Teknik konseling eklektik melibatkan penggunaan berbagai pendekatan dan teknik dari
berbagai teori konseling yang berbeda sesuai dengan kebutuhan individu klien. Berikut adalah
beberapa teknik yang sering digunakan dalam konseling eklektik:

1. Terapi Bicara: Ini adalah teknik dasar yang melibatkan dialog antara konselor dan klien.
Tujuannya adalah untuk membantu klien berbicara tentang masalah mereka,
merenungkan pemikiran mereka, dan mencari solusi atau pemahaman.
2. Terapi Kognitif: Fokusnya adalah pada pemikiran klien. Konselor membantu klien
mengidentifikasi pola pikir negatif atau tidak sehat yang mungkin memengaruhi perasaan
dan perilaku mereka. Kemudian, mereka bekerja bersama untuk mengubah pola pikir
tersebut.
3. Terapi Perilaku: Teknik ini fokus pada perubahan perilaku yang tidak diinginkan atau
negatif. Konselor membantu klien mengidentifikasi perilaku tersebut dan merancang
rencana tindakan untuk mengubahnya.

7
4. Terapi Keluarga: Jika masalah klien melibatkan hubungan keluarga, konselor dapat
menggunakan teknik terapi keluarga untuk membantu anggota keluarga berkomunikasi
dengan lebih baik, memecahkan konflik, atau meningkatkan hubungan.
5. Psikoedukasi: Konselor memberikan informasi kepada klien tentang masalah tertentu,
teknik pengelolaan stres, atau strategi koping yang dapat membantu mereka mengatasi
masalah.
6. Relaksasi dan Mindfulness: Teknik-teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan dalam
atau meditasi, dapat membantu klien mengatasi stres dan meningkatkan kesejahteraan
mental.
7. Terapi Seni: Terapi seni menggunakan ekspresi kreatif, seperti seni visual atau musik,
untuk membantu klien mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang non-verbal.
8. Pemantapan Kemajuan: Konselor dan klien secara bersama-sama mengevaluasi kemajuan
yang telah dicapai dalam sesi-sesi konseling dan menyesuaikan pendekatan jika
diperlukan.
9. Tugas dan Latihan: Konselor dapat memberikan tugas atau latihan kepada klien di luar
sesi konseling untuk membantu mereka menerapkan perubahan yang telah dibahas.
10. Terapi Pendekatan Ganda: Ini melibatkan penggabungan dua atau lebih pendekatan
konseling yang berbeda untuk mencapai hasil terbaik bagi klien.

Penting untuk diingat bahwa dalam konseling eklektik, teknik-teknik ini dapat digunakan
secara bersamaan atau dalam urutan yang berbeda tergantung pada kebutuhan klien. Pendekatan
yang digunakan dapat disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien dan preferensi
individu mereka. Konselor eklektik memiliki fleksibilitas untuk memilih teknik yang paling
sesuai untuk membantu klien mencapai perubahan positif.

2. Prosedur

Prosedur dalam konseling eklektik merujuk pada langkah-langkah dan urutan tindakan yang
harus diikuti oleh seorang konselor selama proses konseling. Berikut adalah prosedur umum
yang dapat diikuti dalam konseling eklektik:

8
1. Penilaian Awal: Proses dimulai dengan penilaian awal, di mana konselor mengumpulkan
informasi tentang klien, termasuk latar belakang, masalah yang dihadapi, dan tujuan
klien. Ini membantu konselor memahami konteks klien.
2. Pemilihan Pendekatan: Berdasarkan penilaian awal, konselor memilih pendekatan atau
kombinasi pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan klien. Pendekatan ini dapat
mencakup berbagai teknik dari berbagai teori konseling.
3. Hubungan Terapeutik: Konselor membangun hubungan terapeutik yang kuat dengan
klien. Ini menciptakan lingkungan yang aman di mana klien merasa nyaman berbicara
tentang masalah mereka.
4. Intervensi dan Terapi: Konselor melakukan intervensi dan terapi sesuai dengan
pendekatan yang dipilih. Ini melibatkan berbagai teknik seperti terapi bicara, terapi
kognitif, terapi perilaku, atau teknik lainnya yang relevan.
5. Evaluasi Kemajuan: Konselor dan klien secara berkala mengevaluasi kemajuan yang
telah dicapai. Mereka melihat apakah klien mengalami perubahan dalam pemikiran,
perasaan, atau perilaku mereka.
6. Pemantapan dan Pemeliharaan: Terakhir, prosedur melibatkan pemantapan dan
pemeliharaan perubahan positif. Konselor dan klien merencanakan bagaimana cara
menjaga perubahan tersebut dan menerapkan strategi untuk masa depan.
7. Pengakhiran: Proses konseling berakhir dengan sesi terakhir di mana konselor dan klien
menutup hubungan konseling dengan cara yang positif. Hal ini juga mencakup
pemantapan dan perencanaan untuk masa depan.

Penting untuk diingat bahwa prosedur dalam konseling eklektik bersifat fleksibel. Konselor
memiliki kebebasan untuk menyesuaikan langkah-langkah ini sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan klien. Selain itu, prosedur ini didasarkan pada prinsip fleksibilitas dan
adaptabilitas untuk membantu klien mencapai perubahan positif sesuai dengan keunikan mereka.

2.6 Kelemahan dan Kelebihan

1. Kelemahan
a. Pendeatan konseling elektik adalah teori konseling yang tidak memiliki teori atau
prinsip khusus tentang kepribadian.

9
b. Dibutuhkan konselor yang benar-benar profesional karena menjadi mahirdalam
penerapan satu pendekatan konseling tertentu sudah cukup sulit bagi seorang
konselor, apalagi mengembangkan suatu pendekatan konseling yang memadukan
unsur-unsur dari berbagai pendekatan konseling.
c. Konseli dapat merasa bingung bila konselor mengubah-ubah siasatnya sesuai
dengan keadaan konseli pada fase-fase tertentu dalam proses konseling.
d. Masih diragukan apakah konselor mampu menentukan siasat yang paling sesuai
hanya berdasarkan reaksi dan tanggapan konseli pada saat-saat tertentu selama
proses konseling berlangsung.

2. Kelebihan

a. Dapat menciptakan suatu sistematika dalam memberikan layanan konseling.


b. Menghindari posisi dogmatik dan kaku dengan berpegang pada satu kerangka
teoretis dan pendekatan praktis saja.
c. Proses konseling bersifat efektif karena menetapkan/memadukan berbagai
pendekatan dengan menggunakan berbagai variasi prosedur dan teknik, sehingga
dapat melayani klien sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas
masalah yang dihadapi.
d. Konselor dianggap lebih fleksibel karena dapat berada dalam continue dari
direktif dan nondirektif.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konseling eklektik adalah pendekatan yang sangat fleksibel dalam dunia konseling, di mana
konselor menggabungkan berbagai pendekatan, teknik, dan teori konseling yang berbeda untuk
membantu klien mencapai perubahan positif. Pendekatan ini diarahkan pada pemahaman bahwa
setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, dan tidak ada pendekatan tunggal yang cocok
untuk semua masalah. Dengan menggunakan teknik-teknik dari berbagai aliran konseling,
konselor eklektik dapat merancang pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien
mereka. Ini menciptakan kesempatan bagi klien untuk menjalani proses konseling yang lebih
personal dan efektif, dengan penekanan pada hubungan terapeutik yang kuat antara konselor dan
klien.

Selain fleksibilitasnya, konseling eklektik mengakui bahwa perkembangan individu adalah


dinamis, dan perubahan dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku dapat dicapai melalui berbagai
cara. Oleh karena itu, konselor eklektik memiliki tanggung jawab yang besar dalam memilih dan
menggabungkan pendekatan yang sesuai dengan masalah klien, memberikan dukungan dan
pemahaman, serta membantu klien dalam menjalani perubahan positif dalam hidup mereka.
Dengan pendekatan ini, konseling eklektik memungkinkan klien untuk meraih pemahaman diri
yang lebih baik, mengatasi masalah, dan mengembangkan strategi koping yang efektif untuk
masa depan.

3.2 Saran

Kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu dan teman-teman atas penulisan
makalah ini. Karena kritik dan saran dari dosen pengampu dan teman-teman akan sangat
membantu dan memberi kami motivasi dalam penulisan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alia, Nurhalizah, Fadhila, Jurnal Bimbingan Konseling Islam: Penerapan Teori Konseling

Elektik Pada Siswa Tingkat Dasar. (2022), Volume 4, No.1

Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah

Malang, 2015) h.164

Silvia Gustina, Konseling Elektik, 2018

Singgih D Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Libri, 2011)

12

Anda mungkin juga menyukai