Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERKEMBANGAN STILISTIKA DI BARAT, INDONESIA,

DAN ARAB
Makalah
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Stilistika

Dosen Pengampu :
Dr. Edi Komarudin, M.Ag.

Disusun Oleh :
Kelompok 2 5A
Aisyah Salsabila Arsa [1225020012]
Andri Chandra Nugraha [1215020020]
Azizah Nur Fauziyyah [1215020037]

BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan setiap hambanya kenikmatan sehingga kita masih berada dalam
cahaya keimanan dan mudah-mudahan kita selalu berada dijalan-Nya. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw,
beserta para keluarganya, para shahabatnya, para tabi’in tabi’ut yang insyaallah
sampai kepada kita selaku umatnya. Amiin. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Edi Komarudin, M.Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah
Stilistika yang senantiasa membimbing kami.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta Ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Bahkan kami berharap bahwa ilmu yang didapat dari
makalah ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.

Bandung, 19 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ..ii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................2


A. Latar Belakang Masalah .......................................................................2
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................4


A. Sejarah Perkembangan Stilistika di Barat ............................................4
B. Sejarah Perkembangan Stilistika di Indonesia .....................................8
C. Sejarah Perkembangan Stilistika di Arab...........................................11

BAB III PENUTUP .............................................................................................13


A. Kesimpulan ........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra merupakan suatu kebulatan dalam arti dapat dilihat dari berbagai
sisi. Didalam ilmu bahasa dikenal namanya stilistika, style sebagai sesuatu
yang memiliki banyak definisi yang berbeda dan tidak dapat hanya
diletakan pada sebuah.Stilistika sebagai salah satu cabang ilmu Linguistik
yang relatif baru berkembang di Indonesia. Gaya bahasa juga merupakan
sarana sastra yang turut menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya
sastra, bahkan seringkali nilai seni suatu karya ditentukan oleh gaya
bahsanya ( pradopo, 2000 :263)
Dalam ilmu bahasa dikenal namanya stilistika, style sebagai sebuah hal
yang memiliki banyak definisi yang berbeda dan tidak dapat hanya
diletakan pada sebuah wilayah cakupan tertentu (spesifik) tentu secara
cukup gambling memberikan pemahaman bahwa stilistika (yang terbangun
atasnya)berpotensi sangat besar untuk tidak hanya hadir dalam sebuah
wilayah dan satu define khusus, bahkan ketika ia dimasukan dalam
khasanah sastra yang menggunakn bahasa. Stilistika verbar yang dekat
dengan kebahasaan juga oleh beberapa ahli mendapat definisi khusus
sebagai linguistic stylistics yang dicetuskan pertama kali oleh Firth (1957),
dan kemudian dilanjutkan oleh Holliday (1964)
Oleh karena itu, pemakalah akan membahas tentang bagaimana
perkembangan stilistika d Barat, Indonesia, dan Arab.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan stilistika di dunia Barat?
2. Bagaimana sejarah perkembangan stilistika di Indonesia?
3. Bagaimana sejarah perkembangan stilistika di dunia Arab?

2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan stilistika di dunia Barat.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan stilistika di Indonesia.
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan stilistika di dunia Arab.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Stilistika di Dunia Barat


Sastra menggunakan bahasa sebagai salah satu medianya. Banyak
bentuk sastra yang menggunakan lagu, lukisan dan disebarkan hingga saat
ini adalah sastra bahas dan tulisan. Hasil sebuah karya akan bagus
tergantungsi pengemasnya seniman tersebut. Karya dalam sastra bukan
hanya kumpulan pengungkapan-pengungkapan kata atau tulisan, melainkan
juga hasil pemikiran, media penyampaian perasaan dalam nasionalisme,
seni, tingkah laku dan misi kemanusiaan.
Perkembangan stilistika di Barat dimulai pada zaman Aristotels (384-
322 SM), berlanjut pada zaman Romawi (300-204 SM), Abad pertengahan
(V-XV), dan era Renaissancew (XV-XVIII). Zaman ketiga ini mencakup
penulis pada zaman klasik yaitu pra De Saussures, yaitu zaman stilistika
yang masih belum memiliki aliran modern.
1. Asal Mula Stilistika dizaman Klasik (pra De Sussures)
Sejarah Stilistika di barat dimulai dari zaman yunani kuno yang
dikenal 3 konsep utama yaitu Retorik, Poetic dan Dialektic . Karya yang
diteliti saat itu adalah karya Aristotels (384-322) SM
yaitu Poetics. Perkembangan Stilistika di zaman Yunani d imulai
dengan deskripsi cara-cara membuat pidato dan diakhiri dengan diskusi
mengenai Style (gaya bahasa).
Masa selanjutnya yaitu perkembangan Stilistika pada masa Romawi
(300-204 SM). Perkembangan Stilistika di mulai dengan ( Eluctio/ lexis
atau style : penyebaran atau penyajian gagasan dalam bahasa yang
sesuai . Eluctio banyak diperoleh dalam buku-buku pegangan retorika .
Pada masa ini Caesar dan Cicaro sastrawan Romawi menemukan 2 gaya
yang berbeda sebagai perkembangan awal Stilistika.
Pada awal abad pertengahan retorika, tata bahasa dan logika
membentuk satu trivium (tiga serangkai). Mula-mula retorika

4
memegang peranan yang jauh lebih penting, tetapi 700 tahun berikutnya
tata bahasa dan logika jauh lebih penting . Pada abad pertengahan ini 2
konsep utama yaitu konsep bentuk (bentuk) dan konsep isi (isi) pada
masa romantisme.
Perkembangan selanjutnya yaitu Stilistika pada zaman renaissance
ditandai pula dengan kelahiran retorika humanis. Sastra humaniora,
yaitu sajak-sajak klasik, filsuf, ahli sejarah, ahli pidato yang berbicara
mengenai hidup dan nilai kemanusiaan, dipelajari dengan semangat tak
terbatas, karena orang-orang sudah merasa lelah dengan skolastisisme
dan teologi yang sudah merosot. Style pada saat itu hanya dilekatkan
pada bahasa tertulis dengan istilah Stylos. Abad-abad selanjutnya style
mengalami perkembangan. Istilah Style atau Stylos mulai berubah
menjadi Stylistic atau Stilistka yang dipengaruhi Ferdinand de saussure,
Charles, Bally hingga Jacobson dan para tokoh-tokoh ini masih terpaku
pada bahasa tulisan.
Pemikiran sebeleum De Saussure yaitu bahasa merupakan produk
masyarakat. Individu hanya mewarisi bahasa dari masyarakat sehingga
peran individu terhadap perkembangan bahasa sangat minim. Bahasa,
kaidah-kaidah dan sastranya, adalah karya generasi lalu, sedangkan
individu hanyalah mengungkapkan pola-pola lama.
De Saussure berpendapat bahwa individu memiliki peran palimg b
esar dalam menciptakan bahasanya yang khas. Menurutnya, bahasa
bukan hanya merupakan pola-pola kolektif yang lama, melainkan juga
dalam ukuran tertentu merupakan pencampuran dengan spirit individu.
2. Perkembangan Stilistika Pada Masa Tokoh Aliran Modern.
Teori Stilistika pada perkembangan selanjutnya fokusnya
pada language dan parola menurut De Saussure. Sedangkan Jacobson
memandang Stilistika menjadi 4 elemen yaitu addres, context code,
contac message, addresseez. Dan tahapan demi tahapan Stilistika tidak
lagi mengkaji nilai pesan (estetika) tapi juga kepada penyimpangan
makna kata (deviasi). Deviasi sendiri dapat disebabkan oleh banyak

5
faktor mulai dari faktor manusiannya (penulisnya), budaya dan
lingkungan tempat ia berada.
Teeuw mengatakan Stilistika mengkaji retorika, tapi pada
prinsipnya selalu memperhatikan bahasa yang khas dan istimewa. Juga
ciri khas penutur kepada pendengar, penulis kepada pembaca.
Pemahaman mengenai cakupan istilah Stilistika (Stilistika Verbal)
dianggap sebagian besar dapat diterapkan pada karya ragam puisi
(paling banyak bermain pada diksi dan tata bahasa).
Pada abad ke-19 dan ke-20 kritik sastra mengalami
pemisahan antara kritikus.. Beberapa kritikus menganggap sastra yaitu
hubungan sastrawan dengan karyanya. Mereka menganggap karya
sastraadalah pengekspresian objek atau keseluruhan kehidupannya. De
ngan pemikiran ini muncullah biografi sastrawan. Dan pandangan
kritikus lainnya yaitu sastra dari aspek kejiwaan sasatrawannya.
Dari perspektif ini munculah psikologi sastra. Kritikus
lainnya memandang sastra dari kaitannya dengan msyarakat dan
muncullah sosiologi sastra. Juga macam-macam pandangan
kritikus sastra lainnya, seperti nasionalisme, politik, teologi, filsafat
dan lain-lain.
Kecenderungan kritikus terhadap penilaian di luar sastra tersebut
berakibat pada kurangnya perhatian terhadapa sastra itu
sendiri.Fenomena ini mendorong para kritikus sastra lainnya
untuk merujuk kembali ke kritik sastra yang berfokus pada aspek bahasa
sastra itu sendiri guna menilai suatu sastra. Analisis yang berfokus pada
bahasa karya sastra di dunia Eropa dikenal dengan kritik sastra, analisis
strutural dan Stilitika.
Revolusi oleh Charles Bally (1865-1947) yaitu terhadap paradigma
analisis sastra klasik dengan teori Stilistika deskriptif ekspresifnya. Ia
adalah murid ferdinand de Saussure (1857-1913). De Saussures dikenal
sebagai peletak linguistik modern, sedangkan Bally dikenal sebagai
peletak stilistika modern.

6
Ferdinand De Saussure (1857-1913) membagi bahasa menjadi dua:
languge dan parole. Bagian pertama berfokus pada kaidah-kaidah dasar
kebahasaan, sedangkan yang bagian selanjutnya fokus pada bagaimana
bahasa itu dalam penggunaanya.
Dalam analisis stilistika `Parole dibagi dua bagian : tuturan biasa
dan tuturan sastra atau seni. Tuturan biasa bersifat spontan, rasional.
Jenis ini menggunakan bahasa sesuai dengan kapasitas makna yang
terkandung dalam kamus. Sedangkan Tuturan Sastra bersumber
dari penutur yang mengarahkan tuturannya pada indera perasaan
pendengaranya atau pembacanya. Yaitu menggunakan instrumen dan
makna pilihan yang memerlukan pemahaman secara tidak langsung.
Tuturan biasa bertujuan menyampaikan isi pesan dengan gambaran
yang jelas, berbeda dengan tuturan sastra yang bertujuan mempengaruhi
penutur dengan kata-kata indah.
Terdapat dua aliran dalam Stilistika Deskriptif. Dalam hal-hal yang
bersifat rinci, keduanya banyak perbedaan. Aliran pertama
dinamai structural deskriptif. Dalam aliran ini karya
dipandang sebagai tuturan atau karya sastra sebagai kesatuan dari unsur-
unsurnya yang saling berhubungan tanpa bisa dipisah-pisahkan. Jika ada
unsur yang rusak, rusaklah stuktur karya sastra secara keseluruhan.
Kesatuan unsur-unsur ini bukan terjadi secara kebetulan, tetapi
didasarkan pada analisis dan aturan-aturan.
Yang kedua adalah aliran formalisme. Muncul di Rusia pada tahun
1917, aliran ini dipelopori oleh Roman Jacobson. Diantara pendapatnya,
bahwa studi sastra adalah analisis terhadap faktor-faktor yang
menjadikan karya ini mempunyai nilai sastra.
Dengan kata lain, mereka memfokuskan pada tuturannya saja dan
mengabaikan aspek- aspek lain seperti aspek psikologi dan
sosial kemasyarakatan.
Dengan begitu, perbedaan diantara kedua aliran ini adalah
bahwa structural deskriptif memperluas analisisnya, disamping tuturan

7
ke aspek sosial, filsafat, psikologi, sejarah dan lainnya yang
mempengaruhi dan mewarnai karya sastra. Di lain pihak, aliran
formalisme menjauhi aspek-aspek tersebut dan memfokuskan hanya
pada tuturan yang sudah menjadi karya sastra.
Berdasarkan atas pemikiran De Saussure, Charles Bally
mengembangkan pemikiran stilistika ekspresif. Menurutnya, nilai-nilai
stilistika tidak bisa ditampung dalam “nilai-nilai statis”. Pendapat ini
bersebrangan dengan pendapat para ahli sastra sebelumnya ( pra De
Saussure ), yang mengatakan bahwa nilai-nilai stilistika terletak pada
kerangka nuansa atau rasa bahasa, yang menurut mereka berpusat pada
soal metapora.
Menurut Bally, nilai-nilai stilistika lebih dari itu. Kadang ungkapan-
ungkapan sederhana pun terdapat nilai-nilai keindahan. Dengan kata
lain, ungkapan- ungkapan seperti itu termasuk kedalam kerangka nuansa
atau rasa bahasa. Dengan demikian, ranah analisis stilistika semakin
meluas karena termasuk juga bahasa tuturan yang tidak bisa lepas dari
konteks.
Berdasarkan penjelasan diatas, stilistika deskriptifnya Charles Bally
merangkum dalam tiga prinsip berikut ini :
a. Ranah analisis stilistika deskriptif tidak terbatas pada kaidah-
kaidah sastra tradisional saja.
b. Bahasa tuturan dimasukan kedalam ranah analisis stilistika.
c. Stilistika menggunakan metode deskriptif. Konsep ini merupakan
salah satu fragmen stilistika di dunia barat dari sekian banyak fragmen
yang ada.

B. Sejarah Perkembangan Stilistika di Indonesia


Stilistika di Indonesia juga mempunyai sejarah dan perkembangan.
Slamet Mulyana menerbitkan buku Peristiwa Bahasa dan Peristiwa Budaya
terbitan Ganaco, Bandung 1956. Dalam buku ini memuat serangkaian
pandangan tentang Poesi atau dikenal dengan Puitika. Pandangan puitika

8
tidak dapat dipisahkan dari permasalahan poetika pada hakikatnya
merupakan permasalahan filsafat. Oleh karena itu, peristiwa sastra erat
kaitannya dengan peristiwa bahasa Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
dengan pengajaran bahasa. Guru-guru disekolah tersebut merasa minimnya
penelitian terhadap bahasa dan sastra Indonesia, maka hakikat pembelajaran
bukan lagi memperluas tetapi memperdalam. Bahasa Indonesia merupakan
fenomena yang terkait dengan tradisi masyarakat Indonesia. Slamat
Mulyana mengartikan stilistika sebagai pengertian kata-kata yang
mempunyai jiwa.
Jassin mengembangan istilah stilistika. Ia menjelaskan, ilmu linguistik
yang mempelajari gaya bahasa disebut stilistika atau ilmu gaya. Orang
sering menyebut gaya bahasa ini Stijl dalam bahasa Belanda, sedangkan
dalam bahasa Inggris dan Perancis yaitu Style, kemudian Stil dalam bahasa
Jerman. Lebih lanjut Jassin menyatakan bahwa gaya kata berarti cara bahasa
digunakan, ini mencakup gaya bercerita. Biasanya, Ketika orang berbicara
mengenai stil seorang penulis, mereka tidak hanya berbicara tentang
penggunaan bahasanya tetapi juga cara berceritanya. Seorang stilistikus atau
ahli gaya bahasa menjawab pertanyaan mengapa seorang pembicara atau
penulis mengekpresikan pikiran dan perasaannya dengan cara yang mereka
lakukan dan bukan dalam bentuk lain, atau bagaimana menyeimbangakan
harmonis gabungan isi dan bentuk.
Sudjiman membuat Diktat Mata Kuliah Stilistika, sebuah program
sarjana, di Universitas Indonesia. Lalu ia menerbitkan buku Bunga Rampai
Stilistika. Graffiti, Jakarta 1993. Sejak tahun 1980 istilah stilistika mulai
dikenal dalam dunia perguruan tinggi karena telah menjadi suatu ilmu. Hal
ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Ketika mencoba memahami
karya sastra, kritikus sastra menggunakan pendekatan internal dan
eksternal, bahkan ada yang menggunakan berbagai pendekatan secara
langsung. Semua itu ada kaidahnya, untuk lebih memahami alasan yang
memotivasi penulis umtuk membuat sebuah karya tulis, gagasan yang ingin
disampaikan atau faktor yang mempengaruhi cara penyampaiannya. Semua

9
itu dilakukan untuk menangkap makna yang terkandung dalam karya tulis.
Karena media yang digunakan penulis adalah bahasa. Penelitian para
kritukus sastra ini disebut dengan stilistika. Stilistika membantu mejelaskan
interaksi kompleks antara bentuk dan makna, yang sering kali luput dari
perhatian dan pengamatan para ktitikus sastra.
Natawidjaja menerbitkan buku Apresiasi Stilistika, Intermasa,
Yogyakarta 1986. Buku ini menguraikan penggunaan bahasa dalam karya
sastra melalui aspek kebahasaan, seperti bahasa dalam karya sastra. Buku
ini bermanfaat bagi siswa SMA dan mahasiswa yang ingin meningkatkan
pemahaman stilistika bahasa Indonesia.
Perkembangan stilistika di Indonesia sangat lambat dan hampir tidak
ada kemajuan. Kajian stilistika seringkali terbatas pada sebagian kecil buku
teks atau tesis dan disertasi. Kualitas penelitian ini terbatas pada deskripsi
sederhana tentang penggunaan bahasa pada umumnya. Sebagai gaya
bahasa. Oleh karena itu hingga saat ini, belum ada buku secara khusus
membahas tentang stilistika. Misalnya, untuk menelusuri sejarah
perkembangan stilistik di Indonesia, cobalah menelusuri buku yang
mungkin penting bagi gaya bahasa maupun stiliska itu sendiri.
Adapun buku tentang pembicaraan gaya bahasa dan stilistika
diantaranya,
a. Buku Peristiwa Bahasa dan Peristiwa Sastra 1956 karya Slametmuljana
Buku ini berkaitan dengan gaya bahasa dan mengawali studi stilistika di
Indonesia.Menurut Slametmuljana, pengembangan bahasa yang penuh
perasaan itulah yang kita sebut dengan gaya. Bahasa merupakan alat
untuk mewujudkan pengalaman-pengalaman jiwa, khususnya rasa dan
emosi, dalam rangkaian bentuk kata yang tepat dan otomatis sesuai
dengan maksud pengarangnya.
b. Teeuw, dalam bukunya Tergantung pada kata 1980, menganalisis
sepuluh puisi karya sepuluh penyair terkenal, untuk mampu
mengungkapkan ciri-ciri linguistik yang digunakan dalam setiap puisi
serta kepribadian unik penulisnya. Menurut Teeuw, berkat karya-karya

10
Chairil Anwar terjadi revolusi bahasa secara menyeluruh, dengan cara
mendekonstruksi sistem sastra lama yang didominasi berbagai
perkumpulan, hingga menjadi benar-benar baru.
c. Panuti Sudjiman, dalam bentuinya Bunga Rampai Stilistika 1993, secara
tegas menyebutkan pengertian stilistika, khususnya pertimbangan ciri-
ciri penggunaan bahasa dalam wacana sastra.
Pembahasan ini hanya terfokus pada gaya kebahasaan dan gaya bahasa
dalam bentuk buku terbitan dengan tujuan untuk memahami bagaimana
stilistika menjadi fokus perhatian para kritikus sastra Indonesia, serta untuk
melihat kelemahan industri penerbitan di Indonesia

C. Sejarah Perkembangan Stilistika di Dunia Arab


Stilistika dalam tradisi Arab dikenal dengan nama Ilmu al-uslub. Ilmu
al-uslub dalam tradisi keilmuan Arab bersumber dari ilmu Balaghah.
Bahkan, para ahli menyatakan bahwa “ilmu al - uslub merupakan anak sah
ilmu balaghah”. Karena itu, pada dasarnya sejarah ilmu al-uslub adalah ilmu
balaghah itu sendiri. ilmu al-uslub merupakan ilmu yang sangat penting
dalam tradisi Arab. Ilmu ini menjembatani antara ilmu bahasa dan sastra,
dalam bahasannya terintegrasi dan terinterkoneksi dengan linguistik,
terutama yang mencakup preferensi kata dan struktur kalimat.
Kelahiran stilistika pada tradisi Arab dilatarbelakangi oleh apresiasi
para sastrawan terhadap puisi, pidato dan ayat-ayat al- Qur'an. Al - Qur'an
berpengaruh besar terhadap perkembangan al-balaghah al-fanniyah (seni
retorika Aarab), karena kehadiran Al – Qur’an, cikal bakal al –balaghah al-
fanniyah berkembang pesat menjadi sebuah disiplin ilmu.
Berikut perkembangan Ilmu Al-Uslub di Arab:
a. Masa Pra-Islam
Dalam tradisi Arab, stilistika mengalami perkembangan. Berawal
pada masa pra Islam, banyak penyair yang menunjukkan kemampuan
mereka lewat keindahan bahasa yang mereka untai dan mereka bacakan
di depan khalayak umum, misalnya dalam kegiatan rutin yang mereka

11
sebut sebagai aswaq adabiyyah (pasar sastra) yang dilakukan di pasar
'Ukaz ataupun di sekitar Ka'bah, karya mereka ini dikenal sebagai karya-
karya puisi yang bernilai tinggi.
Pada masa awal Islam, al-balaghah belum begitu berkembang
hingga tataran pembakuan menjadi sebuah disiplin ilmu, apalagi hingga
tataran pembukuan. Saat itu, Balaghah masih terhenti pada orasi yang
adalum dikemas untuk tujuan edukatif.
Hadirnya a l- Qur'an mendorong munculnya banyak analisis atas
bahasa Arab dengan al- Qur'an sebagai objek analisis utamanya. Bahasa
indah yang terhimpun dalam al- Qur'an, turun dengan bahasa lisan yang
banyak menggunakan kata -kata dan gaya/style penuturan yang lebih
mengena dan memudahkan dalam penghafalan, seperti pengulangan
kata atau kalimat, penggunaan lawan kata, keserasian bunyi akhir, dan
sebagainya. Pemilihan kata dan style penuturan yang khas ini banyak
mengejutkan para pujangga Arab saat itu.
Di antara pujangga Arab yang terkagum dengan kekhasan style al-
Qur’an adalah al-Walid bin al-Mugirah.
b. Masa Islam
Pada awal abad ke-2, islam telah tersebar luas, bahasa Arab
merambah ke wilayah wilayah di luar tempat asalnya, dan bahasa Arab
mulai banyak bergaul dengan orang orang non Arab. Masuklah
berbagai suku bangsa untuk memeluk agama Islam, lalu terjadilah
dialog antara budaya dan agama-agama di sekitar mereka dengan ajaran
al-Quran.
Dari dialog ini, pada abad ke-3 muncul beberapa permasalahan,
antara lain apakah firman Allah itu makhluq (diciptakan) atau qadim
(ada sejak dahulu), dan apakah firman Allah itu sifat-Nya atau fi'il-Nya.
Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, para ulama
mencari jawabannya dari al-Qur’an dengan cara dengan cara
menganalisis aspek-aspek kebahasaannya.

12
Aktivitas ini dilakukan terutama oleh para pemikir kalam
(Mu'tazilah dan 'Asy'ariyyah). Salah satu ulama yang kerap
memperhatikan aspek balaghah al-Qur’an ialah al-Jahiz, ia menulis 3
buah buku terkait masalah ini, antara lain: Nazm al-Qur’an, Ay min al-
Qur’an, Masail min al-Qur’an. Ia berfokus pada aspek semantik, I’jaz
dan al-hazf (ellipsis). Al-jahiz beranggapan bahwa al-Qur’an
merupakan teks bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri, tidak hanya
itu ia juga menerapkan hasil temuannya dalam penyusunan teori al-
balaghah, khususnya nazm.
Upaya-upaya itu membuahkan beberapa disiplin ilmu yang sangat
penting sebagai materi pengajaran bahasa Arab, sebagai konsep-konsep
dalam menganalisis sastra dan lain-lain, yang kemudian menjadi
embrio lahirnya ilmu al-uslub.
Dengan demikian, stilistika dalam budaya Arab bermula dari
apresiasi mereka terhadap puisi dan pidato, lalu pembahasan aspek-
aspek kebahasaan dalam al-Qur’an.
Jadi, bisa dikatakan bahwa ditinjau dari aspek kemunculannya,
stilistika lebih dahulu muncul di Arab, meskipun waktu itu masih
berada di bawah payung ilmu balagah.Namun dalam perkembangannya,
justru di dunia Baratlah stilistika ini mendapat lahannya yang lebih
subur.
Awal abad ke-20, analisis stilistika di Barat sangat gencar,
sedangkan analisis balagah masih menjadi warisan produk masa lalu
yang tak terjamah. Karena itu, tak heran ketika banyak ilmuwan Arab
yang kemudian belajar ke Barat. Mengingat bahwa di dunia Arab
sendiri telah memiliki tradisi keilmuan yang hampir mirip dengan
Barat, maka para ilmuwan Arab kemudian bergiat untuk
mengembangkan apa yang telah mereka terima dari leluhur.
Beberapa berasal dari yang mereka pelajari dari stilistika Barat, lalu
mereka cangkokkan pada tradisi keilmuan mereka sendiri. Hasilnya

13
muncullah stilistika Arab yang khas, karena pada dasarnya berakar pada
balagah (ilmu yang muncul dari tradisi keilmuan Arab sendiri).
c. Masa Modern
Modernisasi al-Balaghah yang diserukan oleh Ahmad al-Syayib &
Amin al Khuli pada kerangka konsep al-Uslub (style) adalah titik tolak
kemunculan 'Ilm al Uslub dalam kritik sastra Arab modern.
Tujuan Amin al-Khuli tidak lain adalah untuk memudahkan studi
mata kuliah sastra serta bertujuan untuk melakukan pembaruan ilmu-
ilmu sastra & ilmu-ilmu bahasa Arab sebagai mata kuliah yang dapat
mendorong terciptanya kebangkitan sosial yang peka terhadap rasa
kehormatan, dan sejalan dengan perkembangan ilmu yang terus
berubah.
Pendapat menurut Ahmad al-Syayib ini tidak berjalan lurus, tentu
dipihak lain masih ada sekelompok sastrawan yang bertolak belakang
dengan modernisasi ‘ilm al Uslub dengan langkah-langkah di atas.
Sebagian dari mereka memilih untuk kembali dan bertahan ke khazanah
Arab atau merumuskan teori-teori ‘ilm al-Uslub yang bersumber dari
kreatifitas karya sastra Arab.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah Stilistika di barat dimulai dari zaman yunani kuno yang dikenal
3 konsep utama yaitu Retorik, Poetic dan Dialektic. Masa selanjutnya yai
tu perkembangan Stilistika pada masa Romawi (300-204
SM). Perkembangan Stilistika di mulai dengan ( Eluctio/ lexis atau style.
Perkembangan selanjutnya yaitu Stilistika pada zaman renaissance ditandai
pula dengan kelahiran retorika humanis. Sedangkan Jacobson memandang
Stilistika menjadi 4 elemen yaitu addres, context code, contac message,
addresseez.
Perkembangan stilistika di Indonesia sangat lambat dan hampir tidak
ada kemajuan. Kajian stilistika seringkali terbatas pada sebagian kecil buku
teks atau tesis dan disertasi.
Sejarah perkembangan stilistika di Arab dibagi menjadi 3 periode yaitu
masa pra Islam, masa Islam dan masa modern. Pada masa pra Islam, ilmu
stilistika belum menjadi disiplin ilmu, tetapi sudah dipraktekkan dalam
karya mereka baik berupa syiir maupun natsr. Setelah Islam datang, ilmu
stilistika semakin tumbuh dan berkembang. Pada masa modern, ilmu
stilistika yang dipakai terpadu dari Arab dan Barat. Karena banyak ilmuwan
yang pergi ke Barat untuk terus mengkaji ilmu ini dan mengaplikasikannya
ke dalam stilistika Arab

15
DAFTAR PUSTAKA
Nadhira. (2022, Agustus). Sejarah Stilistika Barat dan Indonesia. Diambil kembali
dari sastra.id: https://www.sastra.or.id/sejarah-stilistika-barat-dan-
indonesia.html?m=1.
Stilistika Arab di Era Pra Islam Sampai Modern. (2016). Diambil kembali dari
studocu: https://www.studocu.com.
Qalyubi, Syihabuddin. (2013). ‘Ilm al-uslub : Stilistika Bahasa dan Sastra Arab.
Yogyakarta: Karya Media.

16

Anda mungkin juga menyukai