Anda di halaman 1dari 15

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Studi Qur`an dan Hadis Prof. Dr. Abdullah Karim, M.Ag

KONSEP PLUALISME DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN


DAN HADIS
Oleh:
Fatih 230103020196
Nazar Muzadi 230103050203
M. Zaini 230103020191
Muhammad Zaini 230103020081
Yuliana 230103020103
Salma 230102030181
Maulidina 'Aqilah Afifah 230103020073
Yusria Amalia 230103020104
Rofivah muthmainah 230103020095
Aghna Azkiyah 230103020048
Elviana Rizka Amelia 230103020010
Siti Rahmah 230103020099

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN
Pluralisme adalah suatu sistem ukur atau pandangan yang menerima
keberagaman di dalam suatu negeri. Keberagaman atau perbedaan dalam suatu
negeri itu harusnya tidak dipandang negatif akan tetapi harus dipandang dengan
positif dan optimis sebagai keberadaan yang nyata oleh semua lapisan masyarakat
dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Inti dari arti pluralisme
tidak terbatas diartikan dengan sebuah pengakuan terhadap keberagaman di suatu
negeri saja, akan tetapi juga memiliki keterkaitan dengan politis, sosial, dan
ekonomi.

Dalam pandangan Islam pluralisme merupakan sunatullah yang pasti ada


dalam kehidupan manusia. Allah SWT., berfirman dalam al-Quran surah al-Rûm
ayat 22:

‫ٍت ِلِم‬ ‫ِل‬ ‫ِن ِا‬ ‫ِس ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِم ِت‬
‫َو ْن ٰاٰي هٖ َخ ْلُق الَّس ٰم ٰو َواَاْلْر ِض َواْخ اَل ُف َاْل َن ُك ْم َوَاْلَوا ُك ْۗم َّن ْيِف ٰذ َك ٰاَلٰي ِّلْلٰع َنْي‬

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi,


perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berilmu”. (Q.S. Ar-Rûm [30]:22)
Dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa perbedaan tidak dapat dihindari karena
itu sudah menjadi sunatullah yang Allah buat untuk menunjukkan kebesarannya.
Perbedaan tersebut dapat kita rasakan sebagai warga negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan Indonesia negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang menyebabkan terjadinya
perbedaan agama, kepercayaan, suku, budaya, dan adat yang berbeda-beda.1

Lalu bagaimanakah pluralisme dalam perspektif alquran dan hadis yang


keduanya adalah rujukan atau sumber utama dalam Islam?.

1
Agus Salim, “Moderasi Beragama, Islam, Pluralisme, dan Multikulturalisme” dalam
https://kemenag.go.id/, diakses pada 8 November 2023.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pluralisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V), pluralisme diartikan
sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial
dan politiknya). Di samping itu pluralisme juga berasal dari dua kata yaitu plural,
yang berarti sesuatu yang lebih dari satu atau disebut jamak dan isme yang berarti
sistem keyakinan atau kepercayaan. Maka dalam hal ini pluralisme mencakup
artian, yaitu: pertama, keberadaan sejumlah kelompok orang dalam satu
masyarakat yang berasal dari ras yang berbeda atau keyakinan politik atau agama
kepercayaan yang berbeda-beda (pluralisme politik); kedua, suatu prinsip yang
meyakini bahwa kelompok-kelompok yang berbeda dari ras, budaya, dan agama
ini bisa hidup berdampingan dengan damai dalam satu masyarakat.2

Secara umum pluralisme merupakan suatu pemahaman untuk menghargai dan


menerima adanya perbedaan di antara kehidupan masyarakat sekaligus
mengizinkan suatu kelompok yang berbeda untuk memelihara budaya mereka
sebagai bentuk dari ciri khas masing-masing. Pluralisme bisa juga diartikan
sebagai sikap bersedia menerima perbedaan untuk hidup toleran dalam tatanan
masyarakat yang banyak memiliki beragam perbedaan. Seperti suku, adat-istiadat,
golongan, kelompok, agama, dan hingga pandangan hidup. Dalam hal ini
Mohamed Fathi Osman dalam bukunya yang berjudul Islam, Pluralisme dan
Toleransi Keagamaan mengatakan:
Pluralisme adalah bentuk kelembagaan di mana penerimaan terhadap
kemajemukan terjadi dalam suatu masyarakat tertentu atau di dunia secara
keseluruhan. Maknanya lebih dari sekadar toleransi moral atau keberadaan
bersama (koeksistensi) yang pasif. Toleransi adalah soal perasaan dan
perilaku individual, sementara koeksistensi semata-mata merupakan
penerimaan terhadap pihak lain, sekadar dalam batas tidak terjadinya
konflik. Sementara itu, pluralisme mensyaratkan langkah-langkah
kelembagaan dan hukum yang melindungi dan mensahkan kesetaraan dan
mengembangkan rasa persaudaraan di antara seluruh umat manusia sebagai
individu atau kelompok, baik bersifat bawaan ataupun perolehan. Begitu
pula, pluralisme menuntut suatu pendekatan yang serius dalam memahami
2
Umi Sumbulah, Pluralisme Agama Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan Antarumat
Beragama, (Malang: UIN-Maliki Press, 2013), h. 32.

2
pihak lain dan kerja sama yang membangun untuk kebaikan semua. Semua
manusia seharusnya menikmati hak dan kesempatan yang sama, serta
memenuhi kewajiban yang sama sebagai warga negara dan warga dunia.
Setiap kelompok semestinya memiliki hak untuk berhimpun dan
berkembang, memelihara identitas dan kepentingannya, dan menikmati
kesetaraan hak dan kewajiban dalam negara dan dunia.3

Adapun secara khusus ada beberapa ahli mengartikan pluralisme sebagai


berikut:

1. Geralrd O’Collins & Edward G. Farrugia.


Ia menjelaskan pluralisme merupakan cara pandang fisiologis yang
tidak menggambarkan semua prinsip maupun keyakinan pribadi.
Namun ketersediaan untuk bisa menerima berbagai macam perbedaan
atau keberagaman yang ada. Ruang lingkup dari pluralisme menurut
Geralrd O’Collins & Edward G. Farrugia adalah politik, budaya dan
agama.
2. Anton M. Moeliono
Anton M. Moeliono menjelaskan pluralisme merupakan sesuatu yang
bisa memberikan makna jamak atau ganda dari segi kebudayaan yang
berbeda di dalam masyarakat. Dasar bisa terciptanya pluralisme
adalah rasa hormat terhadap nilai kebudayaan lain dan sikap untuk
saling menghargai.
3. Syamsul Ma`ârif
Syamsul Maa’arif menjelaskan pluralisme merupakan suatu sikap
untuk saling memahami dan menghormati dari adanya perbedaan
untuk bisa mencapai kerukunan antar umat beragama.
4. Santrock
Santrock menjelaskan pluralisme merupakan suatu tindakan
penerimaan setiap individu yang berpendapat bahwa perbedaan
budaya harus tetap dipertahankan dan dihargai keberadaanya.
5. Webster
3
Mohamed Fathi Osman, Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan, (Jakarta:
Democracy Project Yayasan Abad Demokrasi, 2012), h. 2-3

3
Webster menjelaskan pluralisme merupakan suatu keadaan sosial
yang hadir di dalam keberagaman agama, ras dan juga etnis yang
mempertahankan tradisi berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.4

Berkenaan dengan agama, menurut pandangan fenomenologi (filsafat), arti


pluralisme agama menurut terminologi secara sederhana yaitu bahwa kenyataan
sejarah agama-agama memberikan petunjuk ke berbagai tradisi serta
kemajemukan yang muncul dari cabang masing-masing agama. Dari sudut
pandang filsafat, istilah ini menyoroti sebuah teori khusus tentang hubungan antar
tradisi dengan berbagai klaim dan lawan mereka. Istilah ini memiliki artian bahwa
agama-agama besar dunia adalah pembentuk keanekaragaman tanggapan yang
berlainan tentang satu puncak hakikat yang misterius.5

Untuk lebih lanjut memahami definisi pluralisme dalam hubungannya dengan


agama, perlu dihubungkan dengan tiga sikap keberagamaan manusia, yaitu sikap
eksklusivisme (eksklusif), inklusivisme (inklusif), dan sikap paralelisme (plural). 6
Pertama, sikap eksklusif adalah sikap yang menganggap bahwa dirinya adalah
yang benar secara absolut, sekaligus tidak menerima kepada kenyataan adanya
kemajemukan yang bersifat subjektif. Seperti dalam Islam menganggap bahwa
Islam adalah kebenaran secara mutlak atau satu-satunya jalan yang membawa
kepada keselamatan dan kebenaran dengan di dasari ayat-ayat al-Qur`an, seperti:

... ۗ‫ِاَّن الِّد ْيَن ِعْنَد الّٰلِه اِاْل ْس اَل ُم‬


“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam”. (Q.S. Ali `Imrân
[3]: 19),

‫ىِف ِخ ِة ِم ِس‬ ‫ِم ُۚه‬ ‫ِاْل ِم ِد‬


‫َو َمْن َّيْبَتِغ َغْيَر ا ْس اَل ْيًنا َفَلْن ُّيْق َبَل ْن َو ُه َو اٰاْل َر َن اٰخْل ِر ْيَن‬
4
Umam, “Pengertian Pluralisme: Macam, Bentuk dan Manfaatnya” dalam
https://www.gramedia.com/literasi/pluralisme/, diakses pada 9 November 2023.

5
John Hich, “Religious Pluralism” dalam Mircea Eliade. The Encyclopedia of Religion,
Vol. 11 (New York: Macmillan Library Reference, 1995), h. 331.
6
Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 44-49.

4
“Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan
diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi”. (Q.S. Ali
`Imrân [3]: 85).

Kedua, sikap inklusif yaitu sikap keagamaan yang membedakan antara


keberadaan penyelamatan dan aktivitas Tuhan dalam ajaran-ajaran agama lain,
dengan penyelamatan dan aktivitas tuhan hanya ada pada satu agama. Maka
dalam Islam sikap inklusif menganggap bahwa Islam mengisi dan
menyempurnakan berbagai jalan yang lain. Ketiga, sikap plural atau paralelisme
merupakan sikap yang beranggapan atau percaya bahwa setiap agama memiliki
jalannya masing-masing untuk mencapai sesuatu yang disebut keselamatan. Maka
karena ini sikap Islam yang mengaku adalah satu-satunya jalan kebenaran dan
keselamatan (sikap eksklusif) atau menyempurnakan dan mengisi jalan lain (sikap
inklusif), harus tidak diterima.7
B. Pluralisme Dalam Perspektif Al-Qur`an
Jika kita cermati, maka kita akan menemukan banyak di antara ayat-ayat al-
Qur`an dan hadis yang menyinggung tentang pluralisme seperti:
Firman Allah dalam surah al-Rûm ayat 22,
‫ٍت ِلِم‬ ‫ِل‬ ‫ِن ِا‬ ‫ِس ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِت‬ ‫ِم ِت‬
‫َو ْن ٰاٰي هٖ َخ ْلُق الَّس ٰم ٰو َواَاْلْر ِض َواْخ اَل ُف َاْل َن ُك ْم َوَاْلَوا ُك ْۗم َّن ْيِف ٰذ َك ٰاَلٰي ِّلْلٰع َنْي‬
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi,
perbedaan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berilmu”. (Q.S. Ar-Rûm [30]:22).
Surah al-Hujarât ayat 13,

‫ٰٓيَاُّي ا الَّن ا ِاَّنا َلْق ٰن ُك ِّم َذَك ٍر َّوُا ٰثى ْلٰن ُك ُش ا َّو ۤإِى ِل ا اۚ ِاَّن َاْك ُك ِعْن َد الّٰل ِه‬
‫َرَم ْم‬ ‫ْن َوَجَع ْم ُعْوًب َقَب َل َتَع َرُفْو‬ ‫ُس َخ ْم ْن‬ ‫َه‬
‫ِا ّٰل ِل ِب‬
‫َاْتٰق ىُك ْم ۗ َّن ال َه َع ْيٌم َخ ْيٌر‬
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di

7
Budhy Munawar Rachman, Argumen Islam Untuk Pluralisme, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010), h. 23-25.

5
antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Q.S. Al-Ḥujurât [49]:13)

Surah Hûd ayat 118,

ۙ ‫ْخُمَتِلِف َنْي‬ ‫َو َلْو َش ۤاَء َرُّبَك َجَلَعَل الَّناَس ُاَّم ًة َّواِح َد ًة َّواَل َيَزاُلْو َن‬
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang
satu. Namun, mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama)”, (Q.S. Hûd
[11]:118)
Al-Baqarah ayat 256,
‫ْۢن ّٰل ِد‬ ‫ِا‬
‫ٓاَل ْك َراَه ىِف الِّد ْيِۗن َق ْد َّتَبَنَّي الُّرْش ُد ِم َن اْلَغِّي ۚ َفَمْن َّيْك ُف ْر ِبالَّط اُغْو ِت َو ُيْؤ ِم ِبال ِه َفَق اْس َتْم َس َك‬
‫ّٰل ِمَس ِل‬ ‫ِف‬ ‫ِب ِة‬
‫اْلُعْرَو اْلُوْثٰق ى اَل اْن َص اَم َهَلاۗ َوال ُه ْيٌع َع ْيٌم‬
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut79) dan
beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-
Baqarah [2]:256).
Dari ayat-ayat di atas maka dapat diketahui pluralisme adalah satu dari
sunatullah yang sudah Allah tetapkan bagi umat manusia di muka bumi. Ayat yang
pertama dan kedua, Allah menciptakan berbagai ragam manusia, mulai dari
perbedaan jenis kelamin ada laki-laki dan perempuan, bangsa, suku dan
sebagainya supaya saling mengenal satu sama lain. istilah lain dari berbagai
keberagaman adalah keniscayaan akan terdapat macam-macam perbedaan, dan
karenanya memungkinkan dari perbedaan antara jenis kelamin, adat-istiadat, suku,
maupun bangsa akan menimbulkan kepentingan, keinginan dan tujuan yang
berbeda sebagai turunan dari keniscayaan itu sendiri. Tentunya Allah memiliki
rahasia dan rencananya sendiri menjadikan manusia seperti demikian. Dan pada
ayat yang ketiga secara tegas mengungkapkan bahwa jikalau Allah menghendaki
menciptakan manusia seluruhnya Muslim maka Allah bisa, tetapi Allah tidak
menginginkannya karena andaikan seluruh manusia dijadikan-Nya orang islam
maka pasti tetap akan ada perbedaan.8

8
Moh. Jazuli, “Pluralisme Dalam Al-Qur`an,” Harmonisasi Keberagaman dan
Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Vol. 1, No. 1, Desember 2019, 85-86.

6
Dalam pluralisme beragama, al-Qur`an sendiri telah memberikan kesadaran
terhadap Pluralisme antar umat manusia beragama di antaranya tampak dalam Al-
Quran sebagai berikut:
1. Mengakui adanya eksistensi agama lain

Dalam Q.S. An Nahl ayat 93 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫َو َلْو َش ۤاَء الّٰل ُه َجَلَعَلُك ْم ُاَّم ًة َّو اِح َد ًة َّو ٰلِكْن ُّيِض ُّل َمْن َّيَش ۤاُء َو َيْه ِدْي َمْن َّيَش ۤاُۗء َو َلُتْس َٔـُلَّن َعَّم ا‬
‫ُك ْنُتْم َتْع َم ُلْو َن‬
“Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat
(saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan
kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan ditanya
tentang apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. An-Naḥl [16]:93).
Menurut Qurais Shihab (2002:710-711) dalam dunia ini memang
banyak kelompok berbeda-beda atau yang bertolak belakang tetapi itu
adalah kehendak sendiri dari Allah. Namun jika Allah menghendaki,
maka menjadi satu sekata, tetapi Ia tidak menghendakinya dan Dia kelak
akan memutuskan perbedaan tersebut kelak di akhirat bukan di dunia ini.
2. Memberinya hak berdampingan saling menghormati pemeluk agama
lain.
Alllah SWT., berfirman dalam Q.S Al-An`âm ayat 108

‫اَل َت ُّبوا اَّلِذ ْد َن ِم ِن الّٰلِه ُّبوا الّٰل ْد ۢا ِبَغِرْي ِعْلٍۗم َك ٰذ ِلَك َّيَّنا ِلُك ِّل ُاَّم ٍة‬
‫َز‬ ‫َفَيُس َه َع ًو‬ ‫ْيَن َي ُعْو ْن ُدْو‬ ‫َو ُس‬
‫ِج‬ ‫ِهِّب‬ ‫ِا‬
‫َعَم َلُه ْۖم َّمُث ىٰل َر ْم َّم ْر ُعُه ْم َفُيَنِّبُئُه ْم َمِبا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن‬
“Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain
Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan
kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. Al-An`âm
[6]:108)
Ayat tersebut ditujukan kepada kaum muslimin, Allah melarang
memaki sembahan-sembahan seperti berhala-berhala dan lain

7
sebagainya. Jika kamu memakinya maka akibatnya mereka akan memaki
Allah pula dengan melampaui batas tanpa berpikir dan tanpa
pengetahuan.
Menghindari kekerasan dan memelihara tempat beribadah umat
beragama lain terdapat dalam surah Al-Hajj ayat 40, dalam tafsir Al
Maraghi, Ahmad Musthofa Al Maraghi menyebutkan Allah
menampilkan dua golongan yang berselisih, menentukan objek yang
berselisih, dan menentukan objek yang perselisihannya dan menjelaskan
kesudahan masing-masing dari dua golongan tersebut, berupa kehinaan
dan kemuliaan, `azab dan kenikmatan. 9
Ayat tersebut juga menurut sebagian ulama, seperti Al-Qurthubi
(Qurais sihab: 380), mengatakan ayat tersebut dijadikan argumentasi
suatu keharusan umat Islam memelihara tempat-tempat ibadah umat
beragama lain. Al-Quran sendiri tidak pernah menoleransi perusakan-
perusakan tempat ibadah-ibadah umat lain, karena tindakan demikian
dampaknya akan menimpa umat itu sendiri. Dan menjadikan sarana balas
dendam yang tidak ada habisnya.10
3. Larangan adanya unsur pemaksaan
Di dalam Al-Quran tidak ada membenarkan pemaksaan dalam suatu
kepemelukan agama, karena hal tersebut berkaitan dengan hak-hak
manusia. Al-Quran menyampaikan pesan-pesan tersebut dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 256
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat...”
M. Quraish Shihab menjelaskan, Tidak ada paksaan dalam menganut
agama, Allah tidak memerlukan sesuatu yang dari manusia, jadi tidak
memerlukan paksaan jikalau Allah menghendakinya maka Allah akan
buat satu kaum saja. Tetapi Yang dimaksud adalah, Allah tidak memaksa

9
Ahmad ibn Musthafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, Juz. 17, (Mesir: Maktabah al-Halabî,
1946 M/1365 H), h. 118-120.
10
Alamsyah, “Pluralisme Agama Dalam Pandangan Al-Quran dan Implementasi
pendidikan Islam,” Jurnal Tarbawi, Vol. 2, No. 1, 2017, 74-76.

8
dalam menganut agama dan keyakinan. Yang mempunyai arti jika
seseorang menganut agama Islam berarti dia mempunyai kewajiban
untuk menunaikan perintah-perintahnya dan mendapat sanksi jika
melanggar perintah. 11

C. Pluralisme Dalam Perspektif Hadis


Dari ayat-ayat al-Qur`an yang telah disebutkan menggambarkan bahwa Allah
SWT., menciptakan manusia dalam keberagaman sebagai rahmat dan hikmah.
Tujuan dari keberagaman ini adalah untuk saling mengenal, mengakui, dan
memahami, bukan untuk saling bermusuhan dan menghina satu sama lain.
Kriteria atau tolak ukur yang digunakan Allah SWT dalam menilai manusia bukan
berdasarkan ras, suku, kebangsaan, atau agama, melainkan berdasarkan
ketakwaan, yaitu berdasarkan kesadaran dan ketaatan kepada Allah SWT dalam
segala aspek kehidupan.
Selain ayat al-Qur`an, ada juga beberapa hadis yang mengandung nilai-nilai
dan pengaplikasian pluralisme, seperti:
1. HR. Ahmad No. 22391
‫ِل ِهلل‬ ‫ِمَس‬ ‫ِع‬ ‫ِع‬
‫ َح َّد َثيِن َمْن َع ُخ ْطَب َة َر ُس و ا َص َّلى اُهلل‬،‫ َعْن َأيِب َنْض َر َة‬، ‫ َح َّد َثَنا َس يٌد اُجْلَر ْيِر ُّي‬،‫َح َّد َثَنا ِإَمْسا يُل‬
، ‫ َو ِإَّن َأَباُك ْم َو اِح ٌد‬، ‫ َأاَل ِإَّن َر َّبُك ْم َو اِح ٌد‬، ‫ " َيا َأُّيَه ا الَّناُس‬: ‫َعَلْيِه َو َس َّلَم يِف َو َس ِط َأَّياِم الَّتْش ِر يِق َفَق اَل‬
‫ َو اَل َأْس َو َد َعَلى‬،‫ َو اَل َأَمْحَر َعَلى َأْس َو َد‬،‫ َو اَل ِلَعَج ِم ٍّي َعَلى َع َر ٍّيِب‬، ‫َأاَل ‌اَل ‌َفْض َل‌ِلَع َر ٍّيِب َعَلى َعَج ِم ٍّي‬
،‫ َيْو ٌم َح َر اٌم‬:‫ َقاُلوا‬،" ‫ " َأُّي َيْو ٍم َه َذ ا؟‬: ‫ َّمُث َقاَل‬،‫ َبَّلَغ َرُس وُل اِهلل‬:‫ َقاُلوا‬،" ‫ ِإاَّل ِبالَّتْق َو ى َأَبَّلْغُت‬، ‫َأَمْحَر‬
،‫ َقاُلوا َبَل ٌد َح َر اٌم‬،" ‫ " َأُّي َبَل ٍد َه َذ ا؟‬: ‫ َّمُث َقاَل‬: ‫ َقاَل‬،‫ َش ْه ٌر َح َر اٌم‬:‫ َقاُلوا‬،" ‫ " َأُّي َش ْه ٍر َه َذ ا؟‬: ‫َّمُث َقاَل‬
‫ َأْم اَل ـ‬، ‫ َأْو َأْع َر اَض ُك ْم‬: ‫ َو اَل َأْد ِر ي َق اَل‬: ‫ " َف ِإَّن اَهلل َقْد َح َّر َم َبْيَنُك ْم ِد َم اَءُك ْم َو َأْم َو اَلُك ْم " ـ َق اَل‬: ‫َق اَل‬
" : ‫ َق اَل‬،‫ َبَّل َغ َر ُس وُل اِهلل‬:‫ َق اُلوا‬،" ‫ يِف َبَل ِد ُك ْم َه َذ ا َأَبَّلْغُت‬،‫ يِف َش ْه ِر ُك ْم َه َذ ا‬،‫َك ُحْر َم ِة َيْو ِم ُك ْم َه َذ ا‬
‫ رواه امحد‬." ‫ِلُيَبِّلِغ الَّشاِه ُد اْلَغاِئَب‬

khotbah Rasulullah ‫ ﷺ‬di tengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda, "Wahai


"dari Abu Nadhrah, telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar

sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada
keutamaan bagi orang Arab atas orang non Arab dan begitu juga bagi orang non
Arab atas orang Arab. Tidak ada keutamaan bagi orang yang berkulit merah atas

11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 1, h. 551.

9
orang yang berkulit hitam, dan sebaliknya bagi orang yang berkulit hitam atas

menyampaikan?" Mereka menjawab: Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menyampaikan.


orang yang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku sudah

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Hari apakah ini?" Mereka menjawab: Hari yang suci.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Bulan apakah ini?" Mereka menjawab: Bulan yang
suci. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Tanah apakah ini?" Mereka menjawab: Tanah
yang suci. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Allah mengharamkan darah serta harta
kalian atas kalian -Aku (Abu Nadhrah) Berkata, Aku tidak tahu apakah beliau

bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Apa aku sudah
menyebut "kehormatan kalian" atau tidak- seperti haramnya hari kalian ini, di

menyampaikan?" Mereka menjawab: Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menyampaikan.


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang
tidak hadir."(HR. Ahmad).12

Dari hadis ini kita Rasulullah mengatakan orang-orang dari Arab maupun
`Ajam (selain Arab) dari segi bangsa sampai warna kulit semuanya sama, tidak
ada perbedaan yang melebihi satu sama lain di mata Tuhan, hanya yang
membedakan adalah ketaatan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan.
2. HR. Bukhari No. 6257

‫ِإ َّل‬ ‫ِد‬


‫ (‌ َذا‌َس َم ‌َعَلْيُك ُم‬:‫ أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم قال‬:‫َعْن َعْب اهلل بن عمر رضي اهلل عنهما‬
)‫ وعليك‬:‫ فقل‬،‫ السام عليك‬: ‫ َفِإَمَّنا َيُق وُل َأَح ُد ُه‬،‫اْلَيُه وُد‬
‫ُم‬
“Dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
Apabila orang-orang Yahudi menyalami kalian, bahwa salah seorang dari
mereka mengatakan, "Assaamu 'alaika” (kebinasaan keatasmu), maka jawablah,
"Wa'alaika” (dan keatasmu juga)”.13

Dalam pendekatan kontekstual hadis di atas, terdapat penjelasan sebagai


berikut: Pertama, sapaan yang diucapkan orang Yahudi merupakan sapaan tidak
sopan, yaitu 'assamu'alaikum'. Kedua, orang Yahudilah yang mengawali salam,
bukan Nabi. Ketiga, sikap orang-orang Yahudi terhadap Nabi adalah kebencian
dan permusuhan, bukan perdamaian dan persahabatan. Keempat, Nabi berpesan
12
Al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, Juz. 38, (Beirut:
Muassisah al-Risâlah, 2001 M/ 1421 H), h. 474, terj. https://hadits.in/ahmad/22391, diakses pada
11 November 2023.
13
Al-Imam Bukhari, Shahîh al-Bukhârî bi Hâsyiyati al-Imâm as-Sindy, Juz. 4, (Beirut:
Dâr al-Kutub al-`Ilmiah, 2017 M/1438 H), h. 174, terj. https://hadits.in/bukhari/6257, diakses pada
12 November 2023.

10
kepada Aisyah untuk tidak bersikap kasar dan mengutuk tamu yang tidak sopan,
karena Allah menyukai kebaikan dan kelembutan. Kelima, oleh karena itu,
cukuplah Nabi menjawab salam orang-orang Yahudi dengan kalimat 'wa'alaikum'
(dan kepadamu). Hadis-hadis yang diriwayatkan melalui Aisyah, Abdullah bin
Umar, dan Anas bin Malik memberikan gambaran sekilas tentang Islam sebagai
agama yang ramah, lemah lembut, dan bersahabat.14

14
Zulfarizal dan Vira Fharadillah, “Pluralisme Dalam Perspektif Hadis,” AL– ISNAD:
Journal of Indonesian Hadist Studies, Vol. 3, No. 2, Desember 2022, 130-132.

11
KESIMPULAN

Pluralisme adalah suatu sistem ukur atau pandangan yang menerima


keberagaman di dalam suatu negeri. Keberagaman atau perbedaan dalam suatu
negeri itu harusnya tidak dipandang negatif akan tetapi harus dipandang dengan
positif dan optimis sebagai keberadaan yang nyata oleh semua lapisan masyarakat
dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Inti dari arti pluralisme
tidak terbatas diartikan dengan sebuah pengakuan terhadap keberagaman di suatu
negeri saja, akan tetapi juga memiliki keterkaitan dengan politis, sosial, dan
ekonomi. Dan secara umum pluralisme merupakan suatu pemahaman untuk
menghargai dan menerima adanya perbedaan di antara kehidupan masyarakat
sekaligus mengizinkan suatu kelompok yang berbeda untuk memelihara budaya
mereka sebagai bentuk dari ciri khas masing-masing. Pluralisme bisa juga
diartikan sebagai sikap bersedia menerima perbedaan untuk hidup toleran dalam
tatanan masyarakat yang banyak memiliki beragam perbedaan. Seperti suku, adat-
istiadat, golongan, kelompok, agama, dan hingga pandangan hidup. Dari ayat-ayat
al-Qur`an dan hadist yang telah disebutkan menggambarkan bahwa Allah SWT.,
menciptakan manusia dalam keberagaman sebagai rahmat dan hikmah. Tujuan
dari keberagaman ini adalah untuk saling mengenal, mengakui, dan memahami,
bukan untuk saling bermusuhan dan menghina satu sama lain. Kriteria atau tolak
ukur yang digunakan Allah SWT dalam menilai manusia bukan berdasarkan ras,
suku, kebangsaan, atau agama, melainkan berdasarkan ketakwaan, yaitu
berdasarkan kesadaran dan ketaatan kepada Allah SWT dalam segala aspek
kehidupan.

12
Daftar Pustaka
Ahmad, ibn Hanbal. Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, Juz. 38, Beirut:
Muassisah al-Risâlah, 2001 M/ 1421, terj. https://hadits.in/ahmad/22391,
diakses pada 11 November 2023.
Alamsyah. “Pluralisme Agama Dalam Pandangan Al-Quran dan Implementasi
pendidikan Islam,” Jurnal Tarbawi, Vol. 2, No. 1, 2017.
Al-Bukhari. Shahîh al-Bukhârî bi Hâsyiyati al-Imâm as-Sindy, Juz. 4, Beirut: Dâr
al-Kutub al-`Ilmiah, 2017 M/1438 H, terj. https://hadits.in/bukhari/6257,
diakses pada 12 November 2023.
al-Marâgî, Ahmad ibn Musthafâ. Tafsîr al-Marâgî, Juz. 17, Mesir: Maktabah al-
Halabî, 1946 M/1365 H.
Hich, John. “Religious Pluralism” dalam Mircea Eliade. The Encyclopedia of
Religion, Vol. 11, New York: Macmillan Library Reference, 1995.
Jazuli, Moh.. “Pluralisme Dalam Al-Qur`an,” Harmonisasi Keberagaman dan
Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Vol. 1, No. 1, Desember 2019.
Osman, Mohamed Fathi. Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan, (Jakarta:
Democracy Project Yayasan Abad Demokrasi, 2012.
Rachman, Budhy Munawar. Islam Pluralis, Jakarta: Paramadina, 2001
Rachman, Budhy Munawar. Argumen Islam Untuk Pluralisme, Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.
Salim, Agus. “Moderasi Beragama, Islam, Pluralisme, dan Multikulturalisme”
dalam https://kemenag.go.id/, diakses pada 8 November 2023.
Sumbulah, Umi. Pluralisme Agama Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan
Antarumat Beragama, Malang: UIN-Maliki Press, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 1.
Umam. “Pengertian Pluralisme: Macam, Bentuk dan Manfaatnya” dalam
https://www.gramedia.com/literasi/pluralisme/, diakses pada 9 November
2023.

13
Zulfarizal dan Vira Fharadillah. “Pluralisme Dalam Perspektif Hadis,” AL–
ISNAD: Journal of Indonesian Hadist Studies, Vol. 3, No. 2, Desember
2022.

14

Anda mungkin juga menyukai