SQH Pluralisme 1
SQH Pluralisme 1
ٍت ِلِم ِل ِن ِا ِس ِت ِت ِت ِم ِت
َو ْن ٰاٰي هٖ َخ ْلُق الَّس ٰم ٰو َواَاْلْر ِض َواْخ اَل ُف َاْل َن ُك ْم َوَاْلَوا ُك ْۗم َّن ْيِف ٰذ َك ٰاَلٰي ِّلْلٰع َنْي
1
Agus Salim, “Moderasi Beragama, Islam, Pluralisme, dan Multikulturalisme” dalam
https://kemenag.go.id/, diakses pada 8 November 2023.
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pluralisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V), pluralisme diartikan
sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial
dan politiknya). Di samping itu pluralisme juga berasal dari dua kata yaitu plural,
yang berarti sesuatu yang lebih dari satu atau disebut jamak dan isme yang berarti
sistem keyakinan atau kepercayaan. Maka dalam hal ini pluralisme mencakup
artian, yaitu: pertama, keberadaan sejumlah kelompok orang dalam satu
masyarakat yang berasal dari ras yang berbeda atau keyakinan politik atau agama
kepercayaan yang berbeda-beda (pluralisme politik); kedua, suatu prinsip yang
meyakini bahwa kelompok-kelompok yang berbeda dari ras, budaya, dan agama
ini bisa hidup berdampingan dengan damai dalam satu masyarakat.2
2
pihak lain dan kerja sama yang membangun untuk kebaikan semua. Semua
manusia seharusnya menikmati hak dan kesempatan yang sama, serta
memenuhi kewajiban yang sama sebagai warga negara dan warga dunia.
Setiap kelompok semestinya memiliki hak untuk berhimpun dan
berkembang, memelihara identitas dan kepentingannya, dan menikmati
kesetaraan hak dan kewajiban dalam negara dan dunia.3
3
Webster menjelaskan pluralisme merupakan suatu keadaan sosial
yang hadir di dalam keberagaman agama, ras dan juga etnis yang
mempertahankan tradisi berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.4
5
John Hich, “Religious Pluralism” dalam Mircea Eliade. The Encyclopedia of Religion,
Vol. 11 (New York: Macmillan Library Reference, 1995), h. 331.
6
Budhy Munawar Rachman, Islam Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2001), h. 44-49.
4
“Siapa yang mencari agama selain Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan
diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi”. (Q.S. Ali
`Imrân [3]: 85).
ٰٓيَاُّي ا الَّن ا ِاَّنا َلْق ٰن ُك ِّم َذَك ٍر َّوُا ٰثى ْلٰن ُك ُش ا َّو ۤإِى ِل ا اۚ ِاَّن َاْك ُك ِعْن َد الّٰل ِه
َرَم ْم ْن َوَجَع ْم ُعْوًب َقَب َل َتَع َرُفْو ُس َخ ْم ْن َه
ِا ّٰل ِل ِب
َاْتٰق ىُك ْم ۗ َّن ال َه َع ْيٌم َخ ْيٌر
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
7
Budhy Munawar Rachman, Argumen Islam Untuk Pluralisme, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2010), h. 23-25.
5
antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Q.S. Al-Ḥujurât [49]:13)
ۙ ْخُمَتِلِف َنْي َو َلْو َش ۤاَء َرُّبَك َجَلَعَل الَّناَس ُاَّم ًة َّواِح َد ًة َّواَل َيَزاُلْو َن
“Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang
satu. Namun, mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama)”, (Q.S. Hûd
[11]:118)
Al-Baqarah ayat 256,
ْۢن ّٰل ِد ِا
ٓاَل ْك َراَه ىِف الِّد ْيِۗن َق ْد َّتَبَنَّي الُّرْش ُد ِم َن اْلَغِّي ۚ َفَمْن َّيْك ُف ْر ِبالَّط اُغْو ِت َو ُيْؤ ِم ِبال ِه َفَق اْس َتْم َس َك
ّٰل ِمَس ِل ِف ِب ِة
اْلُعْرَو اْلُوْثٰق ى اَل اْن َص اَم َهَلاۗ َوال ُه ْيٌع َع ْيٌم
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut79) dan
beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-
Baqarah [2]:256).
Dari ayat-ayat di atas maka dapat diketahui pluralisme adalah satu dari
sunatullah yang sudah Allah tetapkan bagi umat manusia di muka bumi. Ayat yang
pertama dan kedua, Allah menciptakan berbagai ragam manusia, mulai dari
perbedaan jenis kelamin ada laki-laki dan perempuan, bangsa, suku dan
sebagainya supaya saling mengenal satu sama lain. istilah lain dari berbagai
keberagaman adalah keniscayaan akan terdapat macam-macam perbedaan, dan
karenanya memungkinkan dari perbedaan antara jenis kelamin, adat-istiadat, suku,
maupun bangsa akan menimbulkan kepentingan, keinginan dan tujuan yang
berbeda sebagai turunan dari keniscayaan itu sendiri. Tentunya Allah memiliki
rahasia dan rencananya sendiri menjadikan manusia seperti demikian. Dan pada
ayat yang ketiga secara tegas mengungkapkan bahwa jikalau Allah menghendaki
menciptakan manusia seluruhnya Muslim maka Allah bisa, tetapi Allah tidak
menginginkannya karena andaikan seluruh manusia dijadikan-Nya orang islam
maka pasti tetap akan ada perbedaan.8
8
Moh. Jazuli, “Pluralisme Dalam Al-Qur`an,” Harmonisasi Keberagaman dan
Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Vol. 1, No. 1, Desember 2019, 85-86.
6
Dalam pluralisme beragama, al-Qur`an sendiri telah memberikan kesadaran
terhadap Pluralisme antar umat manusia beragama di antaranya tampak dalam Al-
Quran sebagai berikut:
1. Mengakui adanya eksistensi agama lain
َو َلْو َش ۤاَء الّٰل ُه َجَلَعَلُك ْم ُاَّم ًة َّو اِح َد ًة َّو ٰلِكْن ُّيِض ُّل َمْن َّيَش ۤاُء َو َيْه ِدْي َمْن َّيَش ۤاُۗء َو َلُتْس َٔـُلَّن َعَّم ا
ُك ْنُتْم َتْع َم ُلْو َن
“Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat
(saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan
memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan
kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan ditanya
tentang apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. An-Naḥl [16]:93).
Menurut Qurais Shihab (2002:710-711) dalam dunia ini memang
banyak kelompok berbeda-beda atau yang bertolak belakang tetapi itu
adalah kehendak sendiri dari Allah. Namun jika Allah menghendaki,
maka menjadi satu sekata, tetapi Ia tidak menghendakinya dan Dia kelak
akan memutuskan perbedaan tersebut kelak di akhirat bukan di dunia ini.
2. Memberinya hak berdampingan saling menghormati pemeluk agama
lain.
Alllah SWT., berfirman dalam Q.S Al-An`âm ayat 108
اَل َت ُّبوا اَّلِذ ْد َن ِم ِن الّٰلِه ُّبوا الّٰل ْد ۢا ِبَغِرْي ِعْلٍۗم َك ٰذ ِلَك َّيَّنا ِلُك ِّل ُاَّم ٍة
َز َفَيُس َه َع ًو ْيَن َي ُعْو ْن ُدْو َو ُس
ِج ِهِّب ِا
َعَم َلُه ْۖم َّمُث ىٰل َر ْم َّم ْر ُعُه ْم َفُيَنِّبُئُه ْم َمِبا َك اُنْو ا َيْع َم ُلْو َن
“Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain
Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan
merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan
kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. Al-An`âm
[6]:108)
Ayat tersebut ditujukan kepada kaum muslimin, Allah melarang
memaki sembahan-sembahan seperti berhala-berhala dan lain
7
sebagainya. Jika kamu memakinya maka akibatnya mereka akan memaki
Allah pula dengan melampaui batas tanpa berpikir dan tanpa
pengetahuan.
Menghindari kekerasan dan memelihara tempat beribadah umat
beragama lain terdapat dalam surah Al-Hajj ayat 40, dalam tafsir Al
Maraghi, Ahmad Musthofa Al Maraghi menyebutkan Allah
menampilkan dua golongan yang berselisih, menentukan objek yang
berselisih, dan menentukan objek yang perselisihannya dan menjelaskan
kesudahan masing-masing dari dua golongan tersebut, berupa kehinaan
dan kemuliaan, `azab dan kenikmatan. 9
Ayat tersebut juga menurut sebagian ulama, seperti Al-Qurthubi
(Qurais sihab: 380), mengatakan ayat tersebut dijadikan argumentasi
suatu keharusan umat Islam memelihara tempat-tempat ibadah umat
beragama lain. Al-Quran sendiri tidak pernah menoleransi perusakan-
perusakan tempat ibadah-ibadah umat lain, karena tindakan demikian
dampaknya akan menimpa umat itu sendiri. Dan menjadikan sarana balas
dendam yang tidak ada habisnya.10
3. Larangan adanya unsur pemaksaan
Di dalam Al-Quran tidak ada membenarkan pemaksaan dalam suatu
kepemelukan agama, karena hal tersebut berkaitan dengan hak-hak
manusia. Al-Quran menyampaikan pesan-pesan tersebut dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 256
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat...”
M. Quraish Shihab menjelaskan, Tidak ada paksaan dalam menganut
agama, Allah tidak memerlukan sesuatu yang dari manusia, jadi tidak
memerlukan paksaan jikalau Allah menghendakinya maka Allah akan
buat satu kaum saja. Tetapi Yang dimaksud adalah, Allah tidak memaksa
9
Ahmad ibn Musthafâ al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, Juz. 17, (Mesir: Maktabah al-Halabî,
1946 M/1365 H), h. 118-120.
10
Alamsyah, “Pluralisme Agama Dalam Pandangan Al-Quran dan Implementasi
pendidikan Islam,” Jurnal Tarbawi, Vol. 2, No. 1, 2017, 74-76.
8
dalam menganut agama dan keyakinan. Yang mempunyai arti jika
seseorang menganut agama Islam berarti dia mempunyai kewajiban
untuk menunaikan perintah-perintahnya dan mendapat sanksi jika
melanggar perintah. 11
sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat! Tidak ada
keutamaan bagi orang Arab atas orang non Arab dan begitu juga bagi orang non
Arab atas orang Arab. Tidak ada keutamaan bagi orang yang berkulit merah atas
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 1, h. 551.
9
orang yang berkulit hitam, dan sebaliknya bagi orang yang berkulit hitam atas
Rasulullah ﷺbersabda, "Hari apakah ini?" Mereka menjawab: Hari yang suci.
Rasulullah ﷺbersabda, "Bulan apakah ini?" Mereka menjawab: Bulan yang
suci. Rasulullah ﷺbersabda, "Tanah apakah ini?" Mereka menjawab: Tanah
yang suci. Rasulullah ﷺbersabda, "Allah mengharamkan darah serta harta
kalian atas kalian -Aku (Abu Nadhrah) Berkata, Aku tidak tahu apakah beliau
bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah ﷺbersabda, "Apa aku sudah
menyebut "kehormatan kalian" atau tidak- seperti haramnya hari kalian ini, di
Dari hadis ini kita Rasulullah mengatakan orang-orang dari Arab maupun
`Ajam (selain Arab) dari segi bangsa sampai warna kulit semuanya sama, tidak
ada perbedaan yang melebihi satu sama lain di mata Tuhan, hanya yang
membedakan adalah ketaatan dalam melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan.
2. HR. Bukhari No. 6257
10
kepada Aisyah untuk tidak bersikap kasar dan mengutuk tamu yang tidak sopan,
karena Allah menyukai kebaikan dan kelembutan. Kelima, oleh karena itu,
cukuplah Nabi menjawab salam orang-orang Yahudi dengan kalimat 'wa'alaikum'
(dan kepadamu). Hadis-hadis yang diriwayatkan melalui Aisyah, Abdullah bin
Umar, dan Anas bin Malik memberikan gambaran sekilas tentang Islam sebagai
agama yang ramah, lemah lembut, dan bersahabat.14
14
Zulfarizal dan Vira Fharadillah, “Pluralisme Dalam Perspektif Hadis,” AL– ISNAD:
Journal of Indonesian Hadist Studies, Vol. 3, No. 2, Desember 2022, 130-132.
11
KESIMPULAN
12
Daftar Pustaka
Ahmad, ibn Hanbal. Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal, Juz. 38, Beirut:
Muassisah al-Risâlah, 2001 M/ 1421, terj. https://hadits.in/ahmad/22391,
diakses pada 11 November 2023.
Alamsyah. “Pluralisme Agama Dalam Pandangan Al-Quran dan Implementasi
pendidikan Islam,” Jurnal Tarbawi, Vol. 2, No. 1, 2017.
Al-Bukhari. Shahîh al-Bukhârî bi Hâsyiyati al-Imâm as-Sindy, Juz. 4, Beirut: Dâr
al-Kutub al-`Ilmiah, 2017 M/1438 H, terj. https://hadits.in/bukhari/6257,
diakses pada 12 November 2023.
al-Marâgî, Ahmad ibn Musthafâ. Tafsîr al-Marâgî, Juz. 17, Mesir: Maktabah al-
Halabî, 1946 M/1365 H.
Hich, John. “Religious Pluralism” dalam Mircea Eliade. The Encyclopedia of
Religion, Vol. 11, New York: Macmillan Library Reference, 1995.
Jazuli, Moh.. “Pluralisme Dalam Al-Qur`an,” Harmonisasi Keberagaman dan
Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Vol. 1, No. 1, Desember 2019.
Osman, Mohamed Fathi. Islam, Pluralisme dan Toleransi Keagamaan, (Jakarta:
Democracy Project Yayasan Abad Demokrasi, 2012.
Rachman, Budhy Munawar. Islam Pluralis, Jakarta: Paramadina, 2001
Rachman, Budhy Munawar. Argumen Islam Untuk Pluralisme, Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010.
Salim, Agus. “Moderasi Beragama, Islam, Pluralisme, dan Multikulturalisme”
dalam https://kemenag.go.id/, diakses pada 8 November 2023.
Sumbulah, Umi. Pluralisme Agama Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan
Antarumat Beragama, Malang: UIN-Maliki Press, 2013.
Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 1.
Umam. “Pengertian Pluralisme: Macam, Bentuk dan Manfaatnya” dalam
https://www.gramedia.com/literasi/pluralisme/, diakses pada 9 November
2023.
13
Zulfarizal dan Vira Fharadillah. “Pluralisme Dalam Perspektif Hadis,” AL–
ISNAD: Journal of Indonesian Hadist Studies, Vol. 3, No. 2, Desember
2022.
14