Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

HISTORICAL AND ANTHROPOLOGICAL JURISPRUDENCE

PAPER FILSAFAT HUKUM

HAEKAL ABDALLA JOUF

2306296126

HAM & GG

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM MAGISTER

JAKARTA

2023
Legal Positivism Movement

Gerakan Positivisme Hukum / Aliran positivisme hukum adalah gerakan yang


muncul sebagai reaksi terhadap pemikiran hukum alam pada abad ke-18. Aliran ini
menganggap bahwa hukum harus dilihat sebagai suatu fenomena sosial yang terpisah
dari moralitas atau nilai-nilai yang bersifat subjektif. Dalam pandangan positivisme
hukum, hukum hanya dapat dipahami melalui pengamatan terhadap praktik-praktik
hukum yang ada di masyarakat, dan bukan melalui spekulasi atau teori-teori filosofis.

Tokoh-tokoh penting dalam gerakan positivisme hukum antara lain Jeremy


Bentham dan John Austin. Bentham mengembangkan konsep "utilitarianism" yang
menekankan pada prinsip kebahagiaan sebagai tujuan utama dari tindakan manusia.
Sementara itu, Austin mengembangkan konsep "command theory" yang menyatakan
bahwa hukum adalah perintah yang dikeluarkan oleh penguasa dan harus dipatuhi oleh
rakyat.

Dalam pandangan positivisme hukum, gerakan positivism hukum yang menilai bahwa:
● Hukum harus didasarkan pada peraturan yang jelas dan tegas
● Hukum harus berdasarkan pada fakta dan bukan pada nilai atau prinsip moral

Romantic Movement

Gerakan Romantis adalah gerakan intelektual dan seni yang muncul pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19 sebagai reaksi terhadap pemikiran klasik dan
rasionalistik pada masa Pencerahan. Gerakan ini menekankan pada nilai-nilai seperti
perasaan, imajinasi, dan keunikan budaya dan bangsa. Gerakan Romantis
mempengaruhi berbagai bidang, termasuk sastra, seni, musik, dan filsafat, dan juga
mempengaruhi perkembangan pemikiran hukum.

Salah satu tokoh penting dalam gerakan Romantis adalah Johann Gottfried
Herder, seorang filsuf dan sejarawan Jerman. Herder menolak kecenderungan
universalisasi pemikiran klasik dan rasionalistik, dan menekankan pada karakter unik
setiap periode sejarah, peradaban, dan bangsa. Menurut Herder, setiap bangsa
mempunyai karakter dan kualitas masing-masing dan tidak ada yang secara intrinsik
lebih unggul dari bangsa lain. Herder juga mengembangkan konsep "Volksgeist" atau
semangat nasional, yang menekankan pada pentingnya keunikan budaya dan bangsa
dalam membentuk identitas nasional.

Dalam pandangan Gerakan Romantis ada dua point penting yaitu:


 Menentang pandangan positivisme hukum dan menekankan pentingnya
perasaan dan imajinasi dalam hukum
 Menekankan pentingnya kebebasan individu dan kesetaraan dalam masyarakat

Namun, gerakan Romantis juga memiliki kritik terhadap hukum positif yang
dianggap terlalu kaku dan terlalu terikat pada aturan-aturan formal. Gerakan ini
menekankan pada pentingnya keadilan dan moralitas dalam hukum, dan menolak
pandangan bahwa hukum hanya dapat dipahami melalui pengamatan terhadap praktik-
praktik hukum yang ada di masyarakat.

Tokoh-Tokoh Romantic Movement

 Jean – Jacques Rousseau


Jean-Jacques Rousseau adalah seorang filsuf dan penulis Prancis yang hidup pada
abad ke-18. Rousseau dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam gerakan
Romantis, dan karyanya mempengaruhi berbagai bidang, termasuk sastra, seni, musik,
dan filsafat. Rousseau juga mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan
pemikiran hukum.

Dalam pemikirannya, Rousseau menekankan pada pentingnya kebebasan dan


kesetaraan dalam masyarakat. Ia menolak pandangan bahwa manusia secara alami
egois dan individualis, dan mengembangkan konsep "kebaikan alami" manusia yang
sebenarnya. Menurut Rousseau, manusia sebenarnya baik dan murni, tetapi terkotori
oleh masyarakat yang korup dan tidak adil. Oleh karena itu, tugas utama masyarakat
adalah untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan manusia untuk hidup sesuai
dengan kebaikan alaminya.

Pemikiran Rousseau juga mempengaruhi perkembangan pemikiran hukum. Ia


menolak pandangan bahwa hukum hanya dapat dipahami melalui pengamatan
terhadap praktik-praktik hukum yang ada di masyarakat, dan mengembangkan konsep
"kontrak sosial" yang menyatakan bahwa hukum harus didasarkan pada kesepakatan
bersama antara individu-individu dalam masyarakat. Menurut Rousseau, hukum harus
mencerminkan kehendak umum atau "volonte generale" yang merupakan kehendak
yang paling baik untuk masyarakat secara keseluruhan.

Namun, Rousseau juga memiliki kritik terhadap hukum positif yang dianggap terlalu
kaku dan terlalu terikat pada aturan-aturan formal. Ia menekankan pada pentingnya
keadilan dan moralitas dalam hukum, dan menolak pandangan bahwa hukum hanya
dapat dipahami melalui pengamatan terhadap praktik-praktik hukum yang ada di
masyarakat. Pemikiran Rousseau mempengaruhi berbagai tokoh penting dalam
perkembangan pemikiran Rousseau sangat berpengaruh dalam perkembangan filsafat
politik dan hukum modern. Konsepnya kontrak sosial dan kebebasan individu masih
menjadi dasar bagi banyak negara dan sistem hukum di seluruh dunia.

 Edmund Burke
Edmund Burke adalah seorang filsuf dan politikus Inggris yang hidup pada abad ke-
18. Burke dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam gerakan Romantis, dan
karyanya mempengaruhi berbagai bidang, termasuk sastra, seni, musik, dan filsafat.
Burke juga mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan pemikiran hukum.

Burke juga memperkenalkan konsep "organik" dalam masyarakat. Menurutnya,


masyarakat harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan saling terkait.
Setiap bagian dari masyarakat memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda, namun
semuanya saling terkait dan membentuk suatu kesatuan yang utuh.

Dalam pemikirannya, Burke menekankan pada pentingnya keberlanjutan dan


stabilitas dalam masyarakat. Ia menolak pandangan bahwa masyarakat dapat diubah
secara drastis melalui revolusi atau reformasi yang radikal. Menurut Burke, perubahan
yang terlalu cepat dan terlalu drastis dapat mengancam stabilitas dan keberlanjutan
masyarakat. Oleh karena itu, tugas utama masyarakat adalah untuk mempertahankan
tradisi dan nilai-nilai yang telah ada, dan melakukan perubahan secara bertahap dan
hati-hati.

Pemikiran Burke juga mempengaruhi perkembangan pemikiran hukum. Ia


menekankan pada pentingnya landasan nasional dari kekuatan-kekuatan misterius
yang menggerakkan masyarakat, dan memberikan pendekatan organik hubungannya
dengan nasionalisme yang menjadi ciri yang begitu menonjol pada abad kesembilan
belas. Menurut Burke, hukum harus mencerminkan nilai-nilai dan tradisi yang telah ada
dalam masyarakat, dan tidak dapat dipisahkan dari konteks sejarah dan budaya.

Namun, Burke juga memiliki kritik terhadap hukum positif yang dianggap terlalu kaku
dan terlalu terikat pada aturan-aturan formal. Ia menekankan pada pentingnya keadilan
dan moralitas dalam hukum, dan menolak pandangan bahwa hukum hanya dapat
dipahami melalui pengamatan terhadap praktik-praktik hukum yang ada di masyarakat.
Pemikiran Burke mempengaruhi berbagai tokoh penting dalam perkembangan
pemikiran hukum, dan menjadi salah satu dasar dari pemikiran konservatif dalam politik
dan hukum.

Konsep & Pendekatan Organik

Konsep organik ini menekankan pentingnya kerja sama dan saling ketergantungan
antara individu-individu dalam masyarakat. Burke juga menekankan pentingnya negara
dalam menjaga dan memelihara kesatuan masyarakat. Menurutnya, negara harus
bertanggung jawab untuk melindungi nilai-nilai dan tradisi yang telah diwariskan dari
generasi ke generasi. Pemikiran Burke sangat berpengaruh dalam perkembangan
filsafat politik dan hukum modern. Konsep organik dan pentingnya tradisi dan warisan
masih menjadi dasar bagi banyak negara dan sistem hukum di seluruh dunia.

Pendekatan organik dalam sosiologi dan filsafat politik menganggap masyarakat


sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan saling terkait. Pendekatan ini menekankan
bahwa masyarakat tidak dapat dipahami hanya dari perspektif individu-individu yang
terlibat, melainkan harus dipahami sebagai suatu kesatuan yang utuh. Pendekatan
organik ini menekankan pentingnya tradisi, kebudayaan, dan bahasa dalam membentuk
identitas masyarakat.

Menurut pendekatan ini, masyarakat memiliki nilai-nilai, norma, dan tradisi yang
telah diwariskan dari generasi ke generasi. Nilai-nilai dan tradisi ini membentuk identitas
masyarakat dan membedakan satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Pendekatan organik juga menekankan pentingnya kerja sama dan saling
ketergantungan antara individu-individu dalam masyarakat.

Setiap bagian dari masyarakat memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda,
namun semuanya saling terkait dan membentuk suatu kesatuan yang utuh. Pendekatan
organik ini sangat berpengaruh dalam perkembangan sosiologi dan filsafat politik
modern. Konsep organik dan pentingnya tradisi, kebudayaan, dan bahasa masih
menjadi dasar bagi banyak negara dan sistem hukum di seluruh dunia.

1. Pendekatan Organik terhadap Masyarakat adalah suatu pendekatan yang


memandang masyarakat sebagai suatu kesatuan organik yang terdiri dari
berbagai elemen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Pendekatan ini menekankan bahwa masyarakat tidak dapat dipahami secara
terpisah dari elemen-elemennya, melainkan harus dipahami sebagai suatu
kesatuan yang utuh.

2. Perbedaan antara Pendekatan Organik dan Mekanistik terletak pada cara


pandang terhadap masyarakat. Pendekatan mekanistik memandang masyarakat
sebagai suatu mesin yang terdiri dari berbagai bagian yang dapat dipisahkan
dan dianalisis secara terpisah. Sedangkan pendekatan organik memandang
masyarakat sebagai suatu kesatuan organik yang tidak dapat dipisahkan dan
dianalisis secara terpisah.

3. Pengaruh Pendekatan Organik pada Filsafat Hukum memiliki pengaruh yang


besar pada filsafat hukum. Pendekatan ini menekankan bahwa hukum harus
dipahami sebagai suatu fenomena sosial yang kompleks dan tidak dapat
dipisahkan dari masyarakatnya. Dalam pandangan ini, hukum bukanlah suatu
entitas yang terpisah dari masyarakat, melainkan merupakan bagian dari
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, hukum harus mempertimbangkan
keragaman nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, serta harus dapat
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Pendekatan organik juga menekankan pentingnya memahami konteks sosial dan
budaya dalam memahami hukum, sehingga hukum dapat diterapkan secara
tepat dan efektif dalam masyarakat.

Hukum Alam

Pemikiran hukum alam muncul pada abad ke-17 sebagai reaksi terhadap
pandangan bahwa hukum berasal dari kekuasaan raja atau penguasa. Pemikiran
ini menekankan bahwa hukum memiliki dasar yang lebih tinggi, yaitu alam atau
Tuhan. Pemikiran hukum alam menjadi sangat populer pada abad ke-18 dan
mempengaruhi perkembangan hukum dan filsafat hukum di Eropa.
Reaksi terhadap pemikiran hukum alam muncul pada abad ke-19 sebagai
kritik terhadap pandangan bahwa hukum memiliki dasar yang lebih tinggi dari
manusia. Beberapa alasan munculnya reaksi ini antara lain:

 Pemikiran hukum alam dianggap terlalu abstrak dan tidak memperhatikan


konteks sosial dan sejarah dalam pembentukan hukum.
 Pemikiran hukum alam dianggap terlalu universal dan tidak memperhatikan
keragaman nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.

 Pemikiran hukum alam dianggap terlalu idealis dan tidak memperhatikan realitas
sosial dan politik dalam pembentukan hukum.
Pengaruh Reaksi terhadap Pemikiran Hukum Alam pada Filsafat Hukum Reaksi
terhadap pemikiran hukum alam memiliki pengaruh yang besar pada filsafat hukum.

 Friedrich Karl Von Savigny

Friedrich Karl von Savigny adalah seorang ahli hukum dan sejarawan
hukum Jerman yang hidup pada abad ke-18 dan ke-19. Ia dikenal sebagai salah
satu pendiri aliran Filsafat Hukum Sejarah atau Historical School of
Jurisprudence.

Savigny memandang hukum sebagai suatu fenomena sosial yang


berkembang dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipahami secara terpisah dari
konteks sejarah dan budaya masyarakatnya. Ia menekankan pentingnya
memahami sejarah hukum dalam memahami hukum secara keseluruhan.

Savigny juga dikenal karena teorinya tentang Volksgeist atau semangat


rakyat. Menurut Savigny, hukum harus mencerminkan semangat rakyat atau
karakteristik khas dari suatu masyarakat. Ia menolak pandangan bahwa hukum
dapat diimpor dari luar tanpa memperhatikan karakteristik khas dari masyarakat
yang bersangkutan.

 Volkgeist

Volkgeist merupakan konsep yang terkait erat dengan pemikiran filosofis


hukum yang dikembangkan oleh Friedrich Carl von Savigny, seorang tokoh
dalam sejarah hukum. Savigny juga mengemukakan bahwa hukum harus
mengakar dalam karakteristik khas dan semangat rakyat suatu masyarakat, tidak
dapat diterapkan begitu saja dari luar. Volkgeist adalah semangat rakyat atau
karakteristik khas dari suatu masyarakat. Menurut savigny Hukum harus
mencerminkan Volkgeist atau semangat rakyat dari masyarakat yang
bersangkutan. Setiap masyarakat memiliki Volkgeist yang unik dan berbeda dari
masyarakat lainnya. Savigny berpendapat bahwa Hukum tidak dapat diimpor dari
luar tanpa memperhatikan karakteristik khas dari masyarakat yang
bersangkutan.

Volkgeist sendiri terkait dengan warisan biologis suatu masyarakat dan


merupakan faktor penting dalam pembentukan hukum. Volkgeist juga terkait
dengan bahasa, adat istiadat, dan tradisi suatu masyarakat. Volkgeist dapat
berubah seiring waktu dan perkembangan masyarakat. Volkgeist juga terkait
dengan identitas nasional suatu masyarakat. Volkgeist menjelaskan bagaimana
hukum dapat berubah seiring waktu sejalan dengan perubahan semangat rakyat
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Volkgeist menjadi dasar bagi teori
hukum sejarah atau Historical School of Jurisprudence. Volkgeist mempengaruhi
perkembangan hukum di Jerman maupun di Eropa.

Historical School of Jurisprudence yang dikembangkan oleh Friedrich Carl


von Savigny adalah sebuah pendekatan dalam sejarah hukum yang berfokus
pada pemahaman perkembangan hukum dalam konteks sejarah suatu
masyarakat. Berikut adalah ringkasan poin-poin utama dari teori Mashab /
Historical School of Jurisprudence nya Savigny:

1. Savigny berpendapat bahwa hukum tidak dapat dipahami atau


diinterpretasikan tanpa memperhatikan asal usul sejarahnya.
Hukum adalah produk dari perkembangan organik yang terjadi
dalam masyarakat seiring waktu.

2. Savigny menekankan pentingnya Volkgeist, atau semangat rakyat,


dalam membentuk hukum. Setiap masyarakat memiliki karakteristik
khas yang mempengaruhi hukumnya, dan hukum harus
mencerminkan karakteristik unik ini.

3. Savigny menganggap hukum sebagai hasil dari evolusi yang alami


dan organik dalam masyarakat. Ia menolak ide bahwa hukum
dapat diciptakan atau diubah secara sembrono dan harus tumbuh
dari dalam masyarakat.

4. Bahasa, adat istiadat, dan tradisi masyarakat memainkan peran


penting dalam pembentukan hukum. Savigny percaya bahwa
hukum tercermin dalam bahasa dan dipengaruhi oleh cara-cara
tradisional masyarakat berinteraksi.

5. Savigny menentang ide hukum universal yang dapat diterapkan


secara seragam di berbagai masyarakat. Ia lebih menekankan
keunikan dan karakteristik khusus dari hukum dalam setiap
masyarakat.

6. Savigny mendorong para ahli hukum untuk memahami sejarah


hukum suatu negara atau masyarakat sebagai dasar untuk
menginterpretasikan hukum yang berlaku saat ini. Ia melihat
sejarah hukum sebagai sumber pengetahuan yang kaya.

 The System of Modern Roman Law

Savigny juga mempelajari sejarah hukum Romawi dan memandangnya


sebagai dasar dari hukum sipil Eropa. Ia menekankan pentingnya memahami
sejarah hukum Romawi dalam memahami hukum sipil Eropa secara
keseluruhan.

1. Hukum Romawi adalah dasar dari hukum sipil Eropa.

2. Hukum Romawi berkembang dari waktu ke waktu dan mencerminkan


karakteristik khas dari masyarakat Romawi.

3. Hukum Romawi memiliki pengaruh yang besar pada hukum Eropa dan
hukum sipil modern.

4. Penting untuk memahami sejarah hukum Romawi dalam memahami hukum


sipil Eropa secara keseluruhan.

5. Hukum sipil modern harus dipahami sebagai suatu fenomena sosial yang
berkembang dari waktu ke waktu dan tidak dapat dipahami secara terpisah
dari konteks sejarah dan budaya masyarakatnya.

6. Hukum sipil modern juga terkait dengan perkembangan sosial dan politik
masyarakat.

7. Hukum sipil modern harus mencerminkan karakteristik khas dari masyarakat


yang bersangkutan.
8. Hukum sipil modern juga terkait dengan perkembangan bahasa, adat istiadat,
dan tradisi suatu masyarakat.

9. Hukum sipil modern harus mencerminkan Volkgeist atau semangat rakyat


dari masyarakat yang bersangkutan.

10. Hukum sipil modern juga terkait dengan identitas nasional suatu masyarakat
dan mempengaruhi perkembangan hukum di Jerman dan Eropa.

Dalam konteks pemikiran hukum, F.K. von Savigny adalah salah satu tokoh
penting dalam gerakan Romantic Reaction pada abad ke-19. Menurut Savigny,
hukum Romawi adalah dasar dari hukum sipil Eropa dan berkembang dari waktu
ke waktu sesuai dengan karakteristik khas masyarakat Romawi. Oleh karena itu,
penting untuk memahami sejarah hukum Romawi dalam memahami hukum sipil
Eropa secara keseluruhan.

Savigny menekankan bahwa hukum sipil modern harus dipahami sebagai


suatu fenomena sosial yang berkembang dari waktu ke waktu dan tidak dapat
dipahami secara terpisah dari konteks sejarah dan budaya masyarakatnya.
Hukum sipil modern juga terkait dengan perkembangan sosial dan politik
masyarakat serta mencerminkan karakteristik khas dari masyarakat yang
bersangkutan.

Menurut Savigny, hukum sipil modern harus mencerminkan Volkgeist atau


semangat rakyat dari masyarakat yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa
hukum sipil modern juga terkait dengan identitas nasional suatu masyarakat dan
mempengaruhi perkembangan hukum di Jerman dan Eropa.

Oleh karena itu, Savigny menolak upaya untuk mengadopsi kode hukum
Prancis dan mempertahankan hukum Romawi yang disesuaikan dengan kondisi
Jerman. Savigny juga menekankan bahwa hukum sipil modern terkait dengan
perkembangan bahasa, adat istiadat, dan tradisi suatu masyarakat. Oleh karena
itu, hukum sipil modern harus mencerminkan karakteristik khas dari masyarakat
yang bersangkutan.

Savigny juga menekankan bahwa hukum sipil modern harus


mencerminkan perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu dan tidak dapat
dipahami secara terpisah dari konteks sejarah dan budaya masyarakatnya.
Secara keseluruhan, pemikiran Savigny tentang hukum sipil modern
menekankan pentingnya memahami sejarah dan budaya masyarakat dalam
memahami hukum.
Franz Karl von Savigny adalah seorang ahli hukum Jerman yang dikenal
karena kontribusinya dalam mengembangkan pemahaman tentang sistem
hukum Romawi. Dia mengembangkan konsep "system of Roman law" yang
menjadi dasar bagi pemahaman modern tentang sistem hukum Romawi. Berikut
rangkuman dan penjelasan mengenai konsep sistem hukum Romawi menurut F.
K. Von Savigny:

Savigny menganggap hukum Romawi sebagai hasil dari perkembangan


sejarah yang panjang. Ia percaya bahwa untuk memahami sistem hukum
Romawi, kita harus memahami perkembangan sejarah dan budaya yang
melingkupinya. Ini adalah pendekatan historis yang menghargai konteks sejarah.

Menurut Savigny, sistem hukum Romawi adalah entitas yang hidup dan
organik. Hukumnya tumbuh dan berubah seiring waktu sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Ia menekankan bahwa hukum bukanlah sesuatu yang bersifat
statis, tetapi dinamis dan terus berkembang.

Savigny mengemukakan bahwa hukum Romawi berkembang melalui


proses organik, dan elemen-elemen baru diserap ke dalamnya seiring
berjalannya waktu. Ini berarti bahwa hukum Romawi tidak dibuat dengan cara
terencana atau legislatif, tetapi berkembang secara alami melalui praktik dan
kebiasaan.

Anthropological Jurisprudence

Tokoh – Tokoh & Pandangannya


Antropologi yuridis adalah bidang yang memadukan ilmu hukum dengan pendekatan
antropologi untuk memahami peran budaya, masyarakat, dan hukum dalam hubungan
yang kompleks. Beberapa tokoh dan pandangan terkemuka dalam antropologi yuridis
termasuk:

Bronisław Malinowski: Malinowski adalah seorang antropolog Polandia yang sangat


berpengaruh dalam perkembangan antropologi yuridis. Ia terkenal karena penelitian
etnografisnya di Kepulauan Trobriand di Papua Nugini, di mana ia memahami
bagaimana norma-norma sosial dan sistem hukum adat memengaruhi kehidupan
sehari-hari masyarakat Trobriand.
E. Adamson Hoebel: Hoebel adalah seorang antropolog Amerika yang memainkan
peran penting dalam pengembangan antropologi yuridis di Amerika Serikat. Ia
menekankan pentingnya memahami hukum sebagai produk budaya dan bahwa hukum
adalah alat sosial yang membentuk dan diubah oleh masyarakat.

Max Gluckman: Max Gluckman adalah seorang antropolog Inggris yang memiliki
kontribusi besar dalam pengembangan antropologi hukum. Ia menyoroti pentingnya
konflik dalam masyarakat sebagai fokus analisis hukum. Pandangan ini mengarah pada
pemahaman hukum sebagai respons terhadap konflik sosial.

Clifford Geertz: Geertz adalah seorang antropolog Amerika terkemuka yang


mengembangkan gagasan "teater hukum" (legal theater) yang menggambarkan hukum
sebagai pertunjukan budaya yang dapat diinterpretasikan oleh pengamat. Ia
menekankan pentingnya memahami tindakan simbolis dalam praktik hukum.

Laura Nader: Laura Nader adalah antropolog Amerika yang dikenal karena
pandangannya tentang "studying up," yaitu melibatkan antropolog dalam memahami
lembaga-lembaga yang memiliki kekuasaan dalam masyarakat, seperti perusahaan
multinasional. Ia mendorong pengkajian hukum dari perspektif kritis.

Sally Falk Moore: Moore adalah seorang antropolog Amerika yang berfokus pada
hubungan antara hukum dan perkembangan sosial. Ia mengembangkan teori "hukum
sebagai sistem sosial" yang menekankan kompleksitas sistem hukum dalam konteks
budaya.

Victor Turner: Turner adalah seorang antropolog sosial yang mengembangkan konsep
"krisis struktural" untuk memahami perubahan hukum dalam masyarakat. Ia
memandang hukum sebagai mekanisme untuk menyelesaikan konflik yang muncul
selama krisis struktural.

Pandangan-pandangan tokoh di atas menciptakan kerangka kerja untuk memahami


hukum sebagai fenomena sosial yang terkait erat dengan budaya, masyarakat, dan
perubahan sosial. Antropologi yuridis terus berkembang dan menghasilkan berbagai
teori dan metode penelitian yang berguna untuk analisis hukum dalam konteks
antropologis.

Anda mungkin juga menyukai