Anda di halaman 1dari 3

Koneksi Antar Materi - Manusia Indonesia dari Perspektif yang

Beragam

Nama : Agung Priambodo


NIM : 2023230071

Sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik III dengan
Topik I dan Topik II.
Pada Topik 1 kami belajar tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara dimana
pemikiran beliau tenyata adalah awal mula sejarah pendidikan Indonesia dimulai dan dengan
adanya Kurikulum paradigma baru adalah suatu bentuk ingin merealisasikan pemikiran-
pemikiran Ki Hajar Dewantara yang belum dimplementasikan pada kurikulum sebelumnya.
Pada topik 1 kami juga belajar mengenai pendidikan. Indonesia dari zaman kolonial hingga
sekarang dimana disitu kami dapat mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia tidak berdiri
dengan sendiri dan instan, didalamnya terdapat perjuangan-perjuangan luar biasa dari
beberapa pihak terutama Ki Hajar Dewantara schingga kami sebagai manyarakat Indonesia
menjadi lebih menghormati adanya pendidikan Indonesia.
Pada topik 2 kami belajar lebih dalam mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara dengan makna yang lebih dalam daripada apa yang sudah dijealaskan pada Topik
1. Disini kami belajar mengenai buah dari pemikiran Ki Hajar Dewantara berupa: budi
pekerti. penjelasan sistem among. pendidikan keindonesiaan dan kodrat alam & zaman.
 Budi pekerti Jika kita meninjau kembali pendidikan di Indonesia tidak hanya
mengedepankan aspek kecerdasaan peserta didik namun juga aspek karakter dan
social.
 Sistem among Kita lihat dari kata "among"yang berarti menuntun. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa scorang pendidik harus mampu membimbing peserta didik agar
mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia sesuai dengan kodratnya.
 Pendidikan keindonesian Pendidikan di Indonesia tidak hanya berfokus pada daya
intelektualitas peserta didik saja, namun juga nilai budaya. Nilai-nilai pada diri
mereka dan menciptakan sikap profil pelajar Pancasila sesuai dengan filosofi
pendidikan dari Ki Hadjar Dewantara.
 Kodrat alam dan zaman' Implementasi pendidikan di Indonesia sering mengalami
dinamika perubahan yang berkelanjutan. Jadi, scoramh pendidik baiknya memberikan
pengajaran kepada peserta didik disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan dan zamannya.
Pada topik 3 kami mempelajari manusia Indonesia berarti identitas manusia yang
menghayati niali-nilai kemanusian khas Indonesia. Kemanusiaan Indonesia meliputi nilai,
jiwa, hasrat. martabat, sosialitas, relasionalitas, genitas, dialogalitas. tradisi. Tiga hal hakiki
nilai kemanusian khas Indonesia yaitu kebhinekaan, pancasila, dan religiositas. Karakteristik
peserta didik meliputi etnik. kultural, status social. minat perkembangan kognitif.
kemampuan awal. gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial.
perkembangan moral dan spiritual. serta perkembangan motorik. Setelah melihat karakteristik
peserta didik materi pembelajaran juga diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan
usia peserta didik.
Hubungan pada topik 1, 2 dan 3 yaitu pada topik satu membahas tentang perjalanan
pendidikan Indonesia yang mengawali untuk pemikiran Ki Hajar Dewantara terkait
pendidikan. Ki Hajar Dewantara merupakan bapak pendidikan Indonesia yang
mengedepankan sistem among, kodrat alam dan zaman. budi pekerti. Dalam hal ini
mengidentifikasi bahwa kurikulum merdeka mengimplementasi pemikiran Ki Hajar
Dewantara bahwa pembelajaran haruslah student center. Dengan hal itu pendidik haruslah
mengetahui karakteristik peserta didik tiap individu.
Perspektif sosio kultural dalam pendidikan dimaknai sebagai interaksi antar manusia
dalam suatu budaya berkaitan dengan pendidikan. Dalam hal ini, interaksi yang dimaksud
adalah adanya kesesuaian-kesesuaian yang berkesinambungan mengenai sebuah peran, aturan
serta nilai budaya. Kesesuaian ini tidak hanya terbatas pada konteks interaksi saja, namun
mencakup hal lainnya Salah satunya adalah konteks pendidikan. Interaksi sosiokultural dalam
pendidikan menjadi penting karena dapat mencegah disintegrasi bangsa, baik yang
disebabkan oleh cemburu sosial maupun kurangnya rasa toleransi terhadap teman yang
berbeda. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dimana manusia
tertaut dengan tingkah laku, norma dan ajaran budaya. Oleh karena itu pendidikan sendiri
sebenarnya saling terintegrasi dengan kebudayan, pendidikan selalu berubah sesuai
perkembangan kebudayaan. Karena pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan
sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan.

Dalam prespektif pendidikan, bermacam sosio kultural di Indonesia justru dimaknai


sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pengaruh budaya asing dengan menerapkan
pembelajaran sosiokultural untuk menuntun dan membentuk karakter peserta didik. Hal ini
selaras dengan dasar-dasar pendidikan yang dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan dan pengajaran dengan sistem barat tidaklah selalu buruk, sebagai bangsaa kita
boleh mengadopsi sistem negara manapun kemudian kita terapkan untuk Indonesia, namun
jangan lupakan pendidikan kultural dan nasional serta ajarkan nilai-nilai luhur yang menjadi
identitas manusia Indonesia.

Fase-fase belajar peserta didik adalah fase emas, perkembangan tersebut tidak bisa
diulang maupun diputar mundur. Oleh karena itu setiap fase peserta didik dalam setiap proses
pembelajaran menjadi sangat penting. Pada perspektif pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga
telah menyampaikan "Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu
diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya
maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang
berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala
bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti
demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan
yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan"

Identitas manusia Indonesia sebagai manusia pancasila, dimana pancasila sebagai


landasan filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai bangsa,
dan nilainilai hidup berbangsa. Menjadikan manusia Indonesia kaya akan nilai-nilai luhur
yang hidup dalam kebiasaan, menjadi nafas dalam setiap langkah manusia Indonesia. Nilai-
nilai luhur yang bersumber dari pancasila inilah yang dijadikan akar dari pendidikan karakter
sehingga ditanamkan kuat-kuat dalam pendidikan nasional, proses belajar untuk peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai