Anda di halaman 1dari 4

B.

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT POPULASI RENTAN DI


INDONESIA

Kebijakan pemerintah di Indonesia yang terkait dengan perlindungan populasi


rentan adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 27 dan 28 tentang Hak Asasi Manusia

Pasal 34 tentang perlindungan terhadap fakir miskin dan anak terlantar; sistem
jaminan sosial; dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan mum yang memadai

2. Undang-Undang

U No 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Pasal 4 yang menyatakan bahwa anak yang tidak mempunyat orang tua berhak
memperoleh asuhan oleh Negara atau orang atau badan

Pasal 7 yang menyatakan bahwa anak cacat berhak memperoleh pelayanan khusus
untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan
dan kesanggupan anak yang bersangkutan.

U No 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak:

Pasal 15 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh:

(I) perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik; (2) pelibatan dalam
sengketa bersenjata; (3) pelibatan dalam kerusuhan sosial; (4) pelibatan dalam
peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; (5) pelibatan dalam peperangan; dan
(6) kejahatan seksual

UU No 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat:

Pasal 5 yang menyatakan bahwa penyandang cacat mempunyai hak dan


kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Pasal 6 yang menyatakan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh:

(I) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (2)
pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan,
pendidikan, dan kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk berperan dalam
pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya; (4) aksesbilitas dalam rangka
kemandiriannya; (5) rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial; (6) hak yang sara untuk menumbuh kembangkan bakat,
kemampuan, dan kchidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.

UU No 23 tahum 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga:

Pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam
rumah tanga terhadap orang dalam lingkungan rumah tangganya dengan cara
kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah
tangga.

Pasal 10 yang menyatakan bahwa korban kekerasan dalam rumah tanga berhak
mendapatkan: (I) perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan; (2) pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis; (3) penanganan secara khusus berkaitan
dengan kerahasiaan korban; (4) pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan
hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; (5) pelayanan bimbingan rohani.

UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia:

Pasal 5 menyatakan bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai penghormatan dan penghargaan
kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang
meliputi: (I) pelayanan keagamaan dan mental spiritual; (2) pelayanan keschatan;
(3) pelayanan kesempatan kerja; (4) pelayanan pendidikan dan pelatihan; (5)
kemudahan dalam penggumaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; (6)
kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; (7) perlindungan sosial; (8)
bantuan sosial,

UU No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa:

Pasal 68 menyatakan bahwa Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) berhal: (I)
mendapatkan informasi yang tepat mengenai kesehatan jiwa; (2) mendapatkan
pelayanan Kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan keschatan yang mudah dijangkau;
(3) mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesual dengan standar pelayanan
kesehatan jiwa; (4) mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data
kesehatan jiwanya termasuk tindakan yang telah maupun yang akan diterimanya
dari tenaga keschatan dengan kompetensi di bidang keschatan jiwa; (5)
mendapatkan lingkungan yang kondusif bag perkembangan jiwa; dan (6)
menggunakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan jiwa.

U No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan:

Pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan

Pasal 5 yang menyatakan bahwa: (1) setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; (2) setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan keschatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau; (3) setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan keschatan yang diperlukan bagi dirinya.

Pasal 6 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan


yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

Pasal 7 yang menyakan bahwa setiap orang berhak untuk


mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggun jawab.
UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia:

Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok
masyarakat rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan
dengan kekhususannya.

3. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Pasal 8 ayat 1 yang menyatakan bahwa Peserta bukan Penerima Bantuan Turan
(PBI) Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu
berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan

4. Peraturan Menteri Kesehatan

Permenkes No 28 tahun 2014 tentang, Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan


Kesehatan Nasional Bab IV tentang pelayanan keschatan menyatakan bahwa setiap
peserta mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Permenkes No 90 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di


Fasyankes Terpencil dan Sangat Terpencil

Anda mungkin juga menyukai