Anda di halaman 1dari 13

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hukum Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu : Rojikin S.H.I.,M.H.

Disusun oleh :

1. Ishmatur Rosidah 33020200037


2. Anis Fatimatul Khoiriyah 33020200119
3. Diana Putri 33020200010

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya. Sholawat serta salam akan terus
tercurahkan kepada junjungan besar Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari akhir.

Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, alhamdulillah penyusun


dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan yang
membahasPerjanjian Kerja Waktu Tertentu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan diterima bagi pembaca demi menambah pengetahuan dan wawasan
dari pembaca.

Kami selaku penyusun menyadari kekurangan dari makalah ini. Maka dari
itu, saran dan kritik yang membangun kami nantikan untuk kesempurnaan makalah
yang penyusun buat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga. 3 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDANHULUAN ............................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT).... 3

B. JENIS DAN DASAR HUKUM ................................................................... 4

C. KETENTUAN UMUM PKWT ................................................................... 6

D. KOMPENSASI BERAKHIRNYA PKWT .................................................. 7

BAB III ................................................................................................................... 9

KESIMPULAN...................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 9

B. SARAN ........................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDANHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam hukum ketenagakerjaan kita mengenal perjanjin kerja, dimana


Perjanjian Kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU 13/2003) adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja,
hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja menurut bentuknya ada
perjanjian kerja secara lisan dan tertulis ,perjanjian secara lisan
merupakan perjanjian kerja yang dibuat secara tidak tertulis, namun
perjanjian kerja jenis ini tetap bisa mengikat pekerja dan pengusaha untuk
melaksanakan isi perjanjian kerja tersebut, sedangkan Perjanjian yang
dituangkan dalam bentuk tulisan, dapat dipakai sebagai bukti tertulis
apabila muncul perselisihan hubungan industrial yang memerlukan
adanya bukti-bukti dan dapat dijadikan pegangan terutama bagi pekerja
apabila ada beberapa kesepakatan yang tidak dilaksanakan oleh
pengusaha yang merugikan pekerja. Dalam hal perjanjian kerja dibuat
tertulis, maka dibuat dalam 2 rangkap yang mempunyai kekuatan hukum
yang sama, masing-masing untuk pegangan pekerja dan pengusaha (Pasal
54 ayat (3) UU 13/2003).Namun jenis perjanjian kerja yang akan kit bahas
disini adalah perjanjian kerja berdasarkan waktu berakhirnya yaitu
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)?
2. Apa saja Jenis-jenis dan Dasar Hukum PKWT?
3. Bagaimana Ketentuan Umum PKWT?
4. Bagaimana Kompensasi Berakhirnya PKWT?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).
2. Untuk Mengetahui Apa saja Jenis-jenis dan Dasar Hukum PKWT.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Ketentuan Umum PKWT.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Kompensasi Berakhirnya PKWT.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU


(PKWT)
Secara konsepsi, undang-undang mendefinisikan PKWT sebagai
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.

Dalam kaitan dengan jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya, PKWT
merupakan perjanjian kerja yang diperjanjikan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha (dalam hubungan kerja) guna melaksanakan pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, baik yang diperjanjikan untuk suatu jangka waktu tertentu, maupun
untuk suatu "paket" pekerjaan tertentu.1

Maksud dari pekerjaan tertentu tersebut adalah setiap pekerjaan yang


telah ditentukan yang menurut jenis dan sifat pekerjaan atau kegiatannya yang
-memang- hanya sementara sifatnya (dalam artian PKWT per-pekerjaan).
Dengan kata lain, bukan akumulasi beberapa kali hubungan kerja (PKWT) per-
perusahaan. Bisa saja terjadi seorang tenaga kerja dibuat (diperjanjikan)
beberapa kali hubungan kerja melalui PKWT untuk beberapa
pekerjaan/kegiatan di beberapa proyek pada suatu perusahaan. Sebaliknya bisa
juga diperjanjikan dengan seseorang tenaga kerja melalui beberapa kali PKWT
di beberapa proyek pada perusahaan yang berbeda.

Artinya, jika suatu perusahaan mendapatkan (memenangkan) tender


pekerjaan, seperti misalnya, pekerjaan jembatan, maka ikatan hubungan kerja
bagi tenaga kerja yang di-hire untuk proyek yang dimaksud hanya untuk

1 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Nomor Kep-100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (vide Pasal 1 angka 1 juncto Pasal 59 ayat (1) UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

3
konteks pekerjaan jembatan tersebut Apabila perusahaan mendapatkan tender
jembatan berikutnya di lokasi lain, maka untuk seseorang tenaga kerja yang
sama dan di-hire kembali untuk bekerja, maka dianggap sudah berbeda
hubungan kerja PKWT-nya, meskipun dengan perusahaan yang sama.
Demikian juga untuk tender pekerjaan lainnya: jalan, pengaspalan, atau saluran
irigasi, lalu kemudian tenaga kerja di-hire lagi melalui PKWT oleh perusahaan
yang sama atau (mungkin) oleh perusahaan yang lain guna melaksanakan
pekerjaan jenis lainnya, maka dianggap berbeda PKWT-nya. Dalam arti, PKWT
per-pekerjaan, baik pada perusahaan yang sama, atau perusahaan yang berbeda
sehingga tidak dianggap berlanjut.

B. JENIS DAN DASAR HUKUM


1. Pekerjaan yang sekali selesai, sementara sifatnya dalam arti bukan pekerjaan
yang bersifat tetap. Dijelaskan dalam pasal 59 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003
(kalimat pertama) bahwa ciri-ciri yang dimaksud dengan pekerjaan yang
bersifat tetap adalah:

- pekerjaan yang sifatnya terus-menerus

- tidak terputus-putus

- tidak dibatasi oleh waktu

- bagian dari suatu proses produksi dalam suatu Perusahaan

- pekerjaan yang bukan musiman

2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaianya dalam jangka waktu yang tidak


terlalu lama, dan paling lama 3 tahun.

Jenis perkerjaan yang dimaksud ini adalah pekerjaan yang tenaga kerjanya
diperjanjikann melalui PKWT yang diperjanjikan sampai se selesainya suatu
pekerjaan tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam padal 56 ayat (2) huruf b
UU No. 13 tahun 2003, dalam konteks pekerjaan yang diperkirakan
penyelesaianya dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, dan palinh lama 3
tahun ini dapat juga diterapkan pada pekerjaan konstruksi multy years dengan

4
jangka menengah sepanjang tenaga kerjanya diperjanjikan melalui hubungan
kerja jenis PKWT

3. Pekerjaan yang bersifat musiman,

Yaitu pekerjaan yang tergantung bcuaca, atau pekerjaan yang dibutuhkan


karena adanya suatu kondisi/ keadaan tertentu. Pasal 59 ayat (2) UU No. 13
tahun 2003,bahwa dengan pekerjaan yang bukan musiman nadalah pekerjaan
yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi tertentu. Dijelaskan bahwa
apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus menerus tidak terputus
putus, tidak dibatasi wakti dan merupakan bagian dari suatu proses produksi,
tetapi tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanyta suatu
kondisi tertentu, maka pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan musiman yang
tidak termasuk pekerjaan tetap sehingga dapat menjadi objek perjanjian kerja
waktu tertentu (PKWT).

Dengan demikian, pekerjaan musiman adalah suatu proses produksi tetapi


tergantung cuaca, atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya suatu kondiis
tertentu, maka pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan musiman.

4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan, jenis dan sifat
pekerjaan ini secara garis besar masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. produk baru

Merupakan hasil suatu produk yang belum diketahui pangsa pasarnya dan untuk
memproduksi secara kontinyu masih harus melihat prospek market dan respon
masyarakat konsumen atas produk dimaksud dengan kata lain belum ada
kejelasan kesinambungan produksi sehingga untuk merekrut tenaga kerja yang
terlibat dalam produk tersebut dapat dilakukan hubungan kerja sementara
melalui PKWT

5
b. kegiatan baru

Merupakan aktivitas layanan service yang masih diuji coba dan belum jelas
prospek dan pangsa pasarnya pelaksanaan kegiatan semacam ini ditentukan
jangka waktu kegiatannya sehingga ada kejelasan dan ketegasan berapa lama
karyawan dapat direkrut melalui PKWT.

c. produk tambahan

Penjelasan ini hampir sama dengan penjelasan mengenai produk baru kegiatan
baru tersebut di atas hanya saja makna produk tambahan ini dapat diartikan
sebagai adanya permintaan produknya melampaui kapasitas dan kemampuan
dalam hal ini dapat dicontohkan misalnya terjadinya permintaan tambahan
pesanan produk sepatu yang masih dalam proses launching sehingga
membutuhkan karyawan tambahan untuk proses produksinya guna
menghasilkan dan memasarkan produk tersebut.2

C. KETENTUAN UMUM PKWT


Beberapa ketentuan umum yang dapat diuraikan, yakni:

a. PKWT (harus) dibuat -diperjanjikan- secara tertulis (vormvrij) dan harus


menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. Apabila dibuat atau
diperjanjikan secara lisan (tidak tertulis) dan bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana tersebut di atas, dalam hal ini tidak menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin, maka dianggap sebagai PKWTT.3
b. Dalam hal suatu PKWT dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing,
dan bilamana kemudian terjadi perbedaan penafsiran (dispute) antara para
pihak (employer dengan employee) maka interpretasi yang berlaku dan
mengikat adalah PKWT yang dibuat dalam bahasa Indonesia.4

2 Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Kep-100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan

Pelaksanaan Perjanjian Waktu Tertentu, lihat pasal 5 ayat (2) dan pasal 6 jo pasal 7.

3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 57 ayat (1) dan (2).

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 57 ayat (3).

6
c. Syarat-syarat kerja (hak dan kewajiban) yang diperjanjikan dalam PKWT
tidak boleh lebih rendah dari pada ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku (khusunya mengenai ketenagakerjaan).5
d. PKWT dicatatkan oleh pengusaha ke instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak mempekerjakan pekerja/buruh yang bersangkutan.6

D. KOMPENSASI BERAKHIRNYA PKWT


1. Berdasarkan ketentuan Pasal 61A UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja bahwa pengusaha wajib memberikan uang kompensasi kepada
Pekerja/Buruh apabila perjanjian kerja waktu tertentu berakhir. Ketentuan lebih
lanjut mengenai uang kompensasi tersebut diatur dalam PP Nomor 35 Tahun
2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, waktu Kerja dan
Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja.

2. Dalam hal PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan lebih cepat


penyelesaiannya dari lamanya waktu yang diperjanjikan dalam PKWT maka
uang kompensasi dihitung sampai dengan saat selesainya pekerjaan (Pasal 16
ayat (5) PP Nomor 35 Tahun 2021).

3. Dalam hal salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam PKWT, pengusaha wajib memberikan
uang kompensasiyang besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT
yang telah dilaksanakan oleh Pekerja/Buruh (Pasal 17 PP Nomor 35 Tahun
2021). Namun, apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja, pihak yang
mengakhiri hubungan kerja PWKT diwajibkan membayar ganti rugi kepada
pihak lainnya sebesar upah Pekerja/Buruh sampai batas waktu berakhirnya
jangka waktu perjanjian kerja (Pasal 62 UU Nomor 13 Tahun 2003).

5 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Nomor Kep-100/Men/VI/2004, Pasal 2 ayat (1).

6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 59 ayat (1).

7
4. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila Pengusaha mengakhiri hubungan
kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam PKWT maka
pengusaha wajib memberikan uang kompensasi dan membayar ganti rugi
kepada Pekerja/Buruh.

8
BAB III

KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan isi makalah di atas dapat disimpulkan bahwasanya
PKWT adalah perjanjian kerja yang didasarkan pada jangka waktu atau jenis
pekerjaan yang sifatnya terbatas. Artinya PKWT tidak bisa berlaku pada
pekerjaan yang bersifat tetap atau dikerjakan secara rutin dalam waktu yang
lama. Pekerjaan yang termasuk dalam PKWT adalah pekerjaan yang dapat
selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama, sifatnya musiman atau pekerjaan
yang berhubungan dengan produk dan kegiatan baru yang masih dalam tahap
percobaan.

Adapun masa kerja atau jangka waktu kontrak dalam PKWT diatur
sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak kerjasama antara pekerjaan dan
perusahaan. Akan tetapi, batas maksimalnya tidak bisa lebih dari 5 tahun.
Setelah masa kontrak tersebut habis, maka bisa dilakukan perpanjangan
kontrak, mengakhiri perjanjian, atau dialihkan sebagai status PKWTT.
Sederhananya, pekerja/karyawan yang termasuk dalam PKWT disebut juga
dengan pegawai/karyawan kontrak.Satu hal yang perlu diketahui dalam
perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) adalah tidak diperbolehkannya
pemberlakuan masa percobaan. Jika perusahaan memberikan masa percobaan,
maka masa percobaan tersebut batal secara hukum dan lama masa percobaan
tersebut secara otomatis masuk ke dalam masa kontrak PKWT.

B. SARAN

Kami sebagai pemakalah menyadari betul bahwa dalam penulisan makalah


ini masih banyak kekurangan baik dari segi kepenulisan maupun materi yang
kami sampaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan untuk pengembangan makalah ini menjadi yang
lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI, Nomor Kep-100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (vide Pasal 1 angka 1 juncto
Pasal 59 ayat (1) UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor Kep-100/Men/VI/2004 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Perjanjian Waktu Tertentu, lihat pasal 5 ayat (2) dan pasal 6 jo
pasal 7.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI, Nomor Kep-100/Men/VI/2004, Pasal 2 ayat (1).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, Pasal 57 ayat (1) dan (2).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, Pasal 57 ayat (3).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan, Pasal 59 ayat (1).

10

Anda mungkin juga menyukai