Anda di halaman 1dari 62

PERSPEKTIF

INOVATIF II
PELATIHAN PISK BIDANG JALAN DAN JEMBATAN TAHUN 2023
Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah VIII Makassar

PUSAT PENGEMBANGAN KOMPETENSI JALAN, PERUMAHAN, DAN PIW


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan
Rahmat dan Karunia-Nya kita dapat menjalankan pengembangan Sumber
Daya Manusia.
Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja (PISK) Bidang Jalan dan Jembatan
merupakan Pelatihan yang ditempuh oleh para Aparatur Sipil Negara bidang
jalan dan jembatan, untuk memenuhi kompetensi teknis, sesuai amanah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat Nomor 7 tahun
2020 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara Bidang
Teknik Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pelatihan PISK merupakan salah satu pelatihan yang mewajibkan peserta
untuk menyusun sebuah rancangan gagasan/ide/inovasi atau yang disebut
dengan Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK).

Hal yang mendasari PKSK diperlukan adalah (1) Kebutuhan akan pemimpin
satuan kerja yang visioner, inovatif, adaptif dan transformative; (2) Visioner:
Mampu berpikir jauh kedepan (Outcome dan Pelayanan Publik); (3)
Inovatif: Mampu melakukan perbaikan berdasakan perubahan lingkungan,
Teknologi dan tuntutan pelayanan publik; (4) Adaptif: Mampu menganalisa
gejolak lingkungan kerja, mencari masalah dan tantangan dan mencari
solusi untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan;
(5) Transformatif: Mampu mengawal dan mengelola peningkatan kinerja,
termasuk kemampuan mempengaruhi, kemampuan kolaborasi dengan
Pemangku Kepentingan dan koordinasi serta kemampuan membangun Team
Work; dan (6) Pelatihan PISK pola baru ini dapat membekali
kemampuan PISK yang visoner, inovatif dan adaptif terhadap perubahan dan
kemampuan kepemimpinan transformatif yaitu kemampuan manajerial dan
teknis melaksanakan peningkatan kinerja.

Jakarta, Oktober 2023


Kepala Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kementerian PUPR

Dr. Ir. Khalawi, M.Sc., M.M.


NIP. 196312221990031004

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun Perspektif Inovatif
Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK) pada pelatihan PISK
Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2023 yang dilaksanakan di Balai
Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah VIII Makassar.
Salah satu rangkaian kegiatan yang penting pada pelatihan PISK Bidang
Jalan dan Jembatan adalah para peserta pelatihan diwajibkan untuk
menyusun dan memaparkan hasil PKSK dalam seminar. Tujuan dari PKSK ini
adalah sebagai wahana bagi peserta pelatihan untuk membuktikan
kompetensi kepemimpinannya dalam membuat inovasi dan mengelola proses
peningkatan kinerja satuan kerja.
Pembelajaran PKSK melibatkan beberapa pihak yang masing-masing
mempunyai peranan dan tugas yaitu: para peserta diklat; coach yang
ditugaskan oleh penyelenggara dan mentor yang ditunjuk oleh instansi
peserta.

Buku Perspektif Inovatif ini terdiri dari 10 laporan peserta PKSK terbaik
pada pelatihan PISK Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2023, diharapkan
dapat memberikan informasi dan sharing knowlegde bagi pihak- pihak yang
terkait terutama bagi pelaksana di unit satuan kerja.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan


kerja sama dalam penyusunan buku ini.

Jakarta, Oktober 2023


Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi
Jalan, Perumahan, dan PIW

Ir. Rezeki Peranginangin, M.Sc., MM


NIP. 196310171990031002

3
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................3
AKURASI TENGGAT WAKTU DENGAN MENERAPKAN MANAJEMEN RISIKO
................................5
UPAYA PENINGKATAN SISTEM PENGENDALIAN UNTUK PENINGKATAN HASIL KERJA
PERENCANAAN .............................................................................................................................................. 12
PENYUSUNAN SISTEM PERHITUNGAN PADAT KARYA DI SUBKOR PRESERVASI JALAN II
BIDANG PRESERVASI II DALAM RANGKA PERENCANAAN KEGIATAN PADAT KARYA YANG
OPTIMAL .......................................................................................................................................................... 14
DIGITALISASI PELAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM RANGKA
PENGENDALIAN PROYEK PADA PAKET PEMBANGUNAN FLYOVER ARTERI (MADUKORO) ........ 20
SISTEM MONITORING KERUSAKAN JALAN AKIBAT KETERLAMBATAN PENANGANAN DENGAN
FORMULIR DAN DATABASE DIGITAL PADA PAKET PEKERJAAN PRESERVASI JALAN DAN
JEMBATAN ...................................................................................................................................................... 26
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SITE INSTRUKSI DALAM MEWUJUDKAN PELAKSANAAN
PENGAWASAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (DENGAN ALAT BANTU HANDPHONE) ....................... 34
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIGITAL (GOOGLE DRIVE) MENUJU AKUNTABILITAS
ADMINISTRASI TEKNIK ................................................................................................................................. 39
PENYUSUNAN BUKU PEDOMAN PRAKTIS PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN RIGID PAVEMENT
DALAM RANGKA MENGURANGI TEMUAN BERULANG PADA PAKET PRESERVASI JALAN
SIMPANG NIAM – LUBUK KAMBING .......................................................................................................... 44
PENGENDALIAN KUALITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS DAUR ULANG (HMRA, HOT MIX
RECYCLING ASPHALT) DI RUAS JALAN CIREBON - CIAMIS ............................................................... 49
PENINGKATAN PENGENDALIAN TRUK OVER-DIMENSION OVER-LOADING PADA RUAS JALAN
MAYON-SP. KAPIRAYA ................................................................................................................................. 54

4
AKURASI TENGGAT WAKTU DENGAN
MENERAPKAN MANAJEMEN RISIKO
Ahmad, S.T., M.T (Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Papua Barat)
Ir. Wijaya Seta, MT (Coach)

A. Latar Belakang
Layanan Perencanaan Teknis pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan
Nasional (P2JN) merupakan kegiatan yang menghasilkan DED (Detailed Engineering Design)
lengkap dengan hasil perhitungan kuantitas dan estimasi biaya proyek. Produk dari kegiatan
ini merupakan sebuah aset yang harus diserahkan kepada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan
Nasional (PJN) dan menjadi persyaratan wajib (Readiness Criteria) sebelum dilaksanakan
tender pekerjaan konstruksi. Sementara itu, penyiapan DED wajib melewati proses verifikasi
yang berjenjang tiap produk dan merupakan dokumen yang disetuji oleh banyak
pihak sebelum izin tender diterbitkan. Oleh karena pembahasan yang berjenjang dan
proses pelaksanaan yang dibatasi waktu, maka perlu ditetapkan tenggat waktu
setiap tahapannya. Tenggat waktu yang akurat tentunya mempertimbangkan
kompleksitas pekerjaan.
Penyiapan DED sebagai sebuah kegiatan yang kompleks dan penuh dengan dinamika, pasti
melekat risiko dalam setiap tahapannya. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka
mengidentifikasi, mengelola, dan mengendalikan risiko tersebut disebut dengan manajemen
risiko. Manajemen risiko berarti mengidentifikasi dan mengambil peluang untuk
meningkatkan kinerja serta tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan
agar kegiatan sesuai dengan rencana. Manajemen risiko melibatkan peramalan dan
persiapan terhadap apa yang mungkin terjadi. ISO 31000 menyebutkan bahwa manajemen
risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan suatu bagian integral dalam
proses normal organisasi seperti juga merupakan bagian dari seluruh proses proyek dan
manajemen perubahan.
Salah satu Layanan Perencanaan Teknis yang diselenggarakan oleh P2JN Provinsi Papua
Barat TA 2023 adalah Perencanaan Teknis Penanganan Longsoran Papua Barat 2. Kegiatan
ini berlokasi di Alih Trase Gunung Pasir Ruas Snopy - Kebar – Arfu dan Ruas Mameh – Windesi
yang merupakan Trans Papua. Lokasi proyek berada pada kondisi topografi dan geologi
kompleks. Proyek saat ini mengalami keterlambatan > 10%, sementara diperlukan
pembahasan desain tingkat Direktorat Kompetensi dan Balai Teknik. Selain itu, gambar desain
sudah diperlukan oleh PPK Pelaksanaan/ Fisik karena akan dipergunakan untuk melakukan
penanganan permenen pada salah satu bagian jalan yang putus akibat longsor. Manajer
proyek telah menetapkan tenggat waktu untuk dapat dilakukan pembahasan hasil survei detail

5
pada Bulan Juni dan pengajuan pembahasan konsep desain pada Balai Teknik di Bulan Juli.
Namun hal ini belum bisa dilaksanakan karena pada saat ini masih berlangsung penyelidikan
tanah di lapangan. Berbagai permasalahan muncul pada tahap pendahuluan dan survei detail.
Permasalahan yang muncul tentunya merupakan bagian dari risiko proyek. Apabila risiko
dapat diidentifikasi lebih awal dan direncanakan mitigasinya, maka tenggat waktu yang telah
disusun melalui jadwal pelaksanaan dapat dipastikan akurat. Dokumen Manajemen Mutu
sebagaimana yang dipersyaratkan pada Permen PUPR Nomor 10 Tahun 2021 belum efektif
untuk mengendalikan proyek. Oleh karena itu, perlu untuk diterapkan manajemen risiko yang
tepat. Identifikasi risiko dan rencana mitigasinya pada proyek yang sedang berjalan diperlukan
agar akurat dalam menentukan tenggat waktu untuk tahapan berikutnya dan deviasi negatif
pada kurva jadwal pelaksanaan dapat diminimalisir secara signifikan.

Berikut ini disajikan profil proyek Perencanaan Teknis Penanganan Longsoran Papua Barat
2.
Nama Proyek : Perencanaan Teknis Penanganan Longsoran Papua Barat 2
Lokasi Proyek : 1. Gunung Pasir – Arfu, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat.
2. Ruas Mameh – Windesi, Provinsi Papua Barat.

Ruang Lingkup Proyek: Ruang lingkup proyek mencakup:

1. Pengumpulan data sekunder;


2. Survei pendahuluan;
3. Survei topografi;
4. Survei hidrologi;
5. Survei geologi;
6. Survei geoteknik;
7. Penyelidikan laboratorium;
8. Analisis data dan perencanaan teknis;
9. Konsep/draft laporan akhir;
10. Laporan akhir yang telah disempurnakan, detail engineering design (DED), engineer’s
estimate (EE), spesifikasi teknis.
Konsultan : PT. Disiplan Consult KSO PT. Cakra Buana
Total mandiri Konsultan & PT. Duta Dwi Cipta Konsultan
Durasi Kontrak : 7 Bulan (210 Hari Kalender)
Sumber Dana : APBN TA 2023

6
B. Isu Permasalahan

Permasalahan yang disajikan pada uraian merupakan hasil identifikasi yang dialami oleh unit
kerja, terutama terkait layanan perencanaan teknis. Permasalahan ini kemudian dianalisis
penulis menggunakan sistem pembobotan dengan metode Urgency - Seriousness - Growth
(USG). Metode USG memiliki rentang penilaian 1 – 5. Urgency yang dimaksud adalah
seberapa penting dan mendesak permasalahan tersebut, Seriousness yang dimaksud adalah
seberapa serius permasalahan tersebut, dan Growth berarti seberapa besar kemungkinan
masalah ini tumbuh dan menimbulkan masalah baru atau mempengaruhi hal-hal lainnya.
Setiap uraian masalah dilakukan identifikasi terhadap aspek yang dipengaruhi yang meliputi
biaya, mutu, waktu, dan akuntabilitas.
Uraian masalah dan hasil penapisan menggunakan metode USG ditunjukkan pada berikut.

Tabel Penilaian Masalah dengan Metode Urgency – Seriousness – Growth

No Permasalahan Aspek U S G Total Rank

1 Penetapan Tenggat Waktu, 5 4 4 13 1


Waktu Yang Tidak Akurat. Akuntabilitas, Mutu, Biaya

2 Desain Tidak Sesuai Akuntabilitas, Mutu, Biaya 5 4 3 12 2


DenganKondisi Lapangan.

3 Volume Pekerjaan Akuntabilitas, Biaya 4 4 3 11 3


Berbeda Secara Signifikan.

4 Metode Pelaksanaan Tidak Bisa Mutu, Waktu, Biaya 4 3 3 10 4


Diterapkan di Lapangan.

Berdasarkan hasil penapisan masalah, bobot tertinggi adalah permasalahan nomor 1,


penetapan tenggat waktu yang tidak akurat.

C. Gagasan Inovasi
Sebagai upaya penyelesaian masalah yang komprehensif, dipandang perlu untuk melakukan
analisis permasalahan, dimana saat ini metode PDM dipercaya sebagai metode yang paling
efektif dan mudah dilakukan. Langkah awal dimulai dengan analisis akar masalah untuk
menemukan solusi yang tepat dengan menyusun problem tree (pohon masalah). Penyusunan
problem tree dimulai dengan menentukan permasalahan inti dan efek langsung yang
dirasakan dari permasalahan. Berdasarkan permasalahan inti, dilakukan uraian kemungkinan-
kemungkinan penyebab masalah hingga ke level yang paling rinci dan detail. Pohon
masalah memiliki ciri berupa kalimat negatif. Berdasarkan pohon masalah, disusun
lah alternative tree dan target tree. Alternative tree memilki ciri berupa kalimat
positif, sedangkan target tree memiliki ciri dengan kalimat yang disusun oleh kata kerja dengan
7
alur yang dimulai dari penyebab masalah level paling bawah hingga core problem dan direct
effect tercapai. Metode dan hasil penyelesaian masalah diperlihatkan Pada Gambar 1, Gambar
2, Gambar 3, dan Tabel 2 secara berurutan.

Gambar 1. Bagan Problem Tree

Gambar 2. Bagan Alternative Tree

8
Gambar 3. Bagan Target Tree
Tabel 2 Analisis PDM

Ringkasan Narasi Indikator yang Dapat Sarana Verifikasi Asumsi Penting


Diverifikasi Secara
Objektif

Tujuan Keseluruhan 100% Produk Serah Terima Komitmen Teguh


Tender Proyek Fisik di Perencaaan Teknis Dokumen dari P2JN Pimpinan Untuk
Laksanakan Tepat Waktu. Yang Telah Disahkan ke PJN. Mengimplementasikan A
Diterima Tepat Waktu. turan Yang Berlaku.

Tujuan proyek Produk DED Deviasi 0% Pada Dibutuhkan Konsistensi


Tenggat Waktu Pada Terpenuhi Tepat Jadwal Proyek Untuk Evaluasi
Proyek Perencanaan Teknis Waktu Dengan Risiko Efektivitas
Menjadi Akurat. Dengan Risiko Yang Yang Berhasil Manajemen Risiko.
Berhasil Dimitigasi. Dimitigasi.

Keluaran Jadwal Pekerjaan Revisi Jadwal Penyedia Jasa


1. Tersusunnya yang Integral Pekerjaan Yang Konsultansi Belum
Jadwal Pelaksanaan Yang dengan Memuat Terbiasa
Lengkap dengan Daftar Identifikasi Dan Identifikasi Dan Menyusun Dokumen
Risiko. Mitigasi Risiko Pada Mitigasi Risiko Risiko Kegiatan
2. Penyedia Jasa Menyusun Program Mutu Yang Pada Dokumen Perencanaan.
Rencana Mitigasi Risiko. Disetujui. Program Mutu.

Aktivitas 1. Jadwal pelaksanaan. Komitmen Penyediaan


Monitoring Jadwal Pelaksanaan. 2. Pengendalian Personil. DED Tepat Waktu
Monitoring Risiko Yang Terjadi 3. Pengendalian Alat dan Bahan Dengan
Setiap Aktivitas Proyek. Survei. Melakukan Identifikasi
4. Identifikasi Risiko. Dan Mitigasi Risiko.
5. Mitigasi Risiko

D. Output Implementasi PKSK


Uraian keluaran dan hambatan selama pelaksanaan PKSK di unit kerja dideskripsikan pada
tabel berikut:

9
No Uraian Keluaran Hambatan
Pelaksanaan

1 Persiapan. 1. Didapatkan informasi dan tambahan Belum ditemukan


pengetahuan terkait dengan referensi spesifik terkait integrasi
manajemen risiko. manajemen risiko dan
2. Rangkuman hasil pencatatan teori penjadwalan proyek.
manajemen risiko.

2 Koordinasi 1. Terbentuk Tim PKSK yang solid. Konsultasi dengan pakar hanya
Stakeholder, 2. Diperoleh pengetahuan implementasi melalui Pesan Text dan Telephone.
Mentor, Coach, dan manajemen risiko pada Instansi dan
Pakar. Unit Kerja.

3 Identifikasi Rincian identifikasi risiko yang mungkin Tidak ada hambatan.


Risiko Proyek terjadi pada setiap tahapan perencanaan.
Perencanaan
Teknis

4 Rencana 1. Diperoleh rincian rencana mitigasi Tidak ada hambatan.


Mitigasi Risiko terhadap risiko yang mungkin terjadi
Proyek Perencanaan. pada setiap tahapan perencanaan.
2. Tercipta instrumentasi pengendalian
risiko yang komprehensif atas
produk perencanaan.

5 Dokumen Tersusun Dokumen Risiko yang integral Belum ditemukan aplikasi perangkat
Manajemen dengan Jadwal Pelaksanaan (Lampiran). lunak pengolah data penjadwalan
Risiko. proyek yang integral dengan risiko
pekerjaan.

6 Evaluasi dan 1. Hasil evaluasi terhadap capaian/ Diperlukan tambahan waktu.


Pelaporan. realisasi pelaksanaan
dibandingkan tenggat waktu yang
telah ditetapkan/ rencana.
2. Tersusunnya laporan PKSK.
Tabel Keluaran dan Hambatan PKSK

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan Kegiatan PKSK dengan judul “Akurasi Tenggat Waktu Dengan
Menerapkan Manajemen Risiko” pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan
Jalan Nasional Provinsi Papua Barat pada Tanggal 16 Juni 2023 s.d. 28 Juli 2023,
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Ditemukan 4 (empat) permasalahan utama di Unit Kerja terkait dengan kegiatan
Perencanaan Teknis.
b. Permasalahan yang terpilih setelah dilakukan analisis dengan metode USG adalah
“Penetapan Tenggat Waktu Yang Tidak Akurat”.

10
c. Hasil pelaksanaan PKSK dan aktualisasi yaitu tercapainya akurasi tenggat waktu
pada kegiatan perencanaan teknis setelah menerapkan manajemen risiko. Hasil
kegiatan PKSK dan aktualisasi memberikan intervensi kepada unit kerja untuk
diterapannya Manajemen Risiko pada kegiatan perencanaan teknis lainnya.
Tercapainya akurasi tenggat waktu akan memberikan dampak positif secara
langsung terhadap unit kerja lainnya. Dengan demikian, hasil pelaksanaan
aktualisasi memberikan kontribusi bagi tercapainya visi, misi, dan tujuan organisasi
sekaligus memberikan penguatan terhadap nilai-nilai organisasi (BERAKHLAK &
IPROVE).
2. Saran
Saran yang dapat diajukan terkait dengan Kegiatan PKSK dengan judul “Akurasi
Tenggat Waktu Dengan Menerapkan Manajemen Risiko” pada Satuan Kerja
Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Papua Barat yang dilaksanakan
pada Tanggal 16 Juni 2023 s.d. 28 Juli 2023 adalah “Dokumen Manajemen Risiko yang
integral dengan jadwal pelaksanaan perlu diolah dengan perangkat lunak berbasis
manajemen proyek dan ditidaklanjuti menjadi karya ilmiah untuk dipublikasikan”.

11
UPAYA PENINGKATAN SISTEM
PENGENDALIAN UNTUK PENINGKATAN
HASIL KERJA PERENCANAAN
Amalia, S.T., M.Sc (BBPJN Sulawesi Selatan, Ditjen Bina Marga)

A. Latar Belakang
Core Team dan konsultan perencana adalah layanan jasa konsultansi untuk membantu Satker
P2JN Provinsi Sulawesi Selatan dalam penyelenggaraan pekerjaan perencanaan teknis jalan
dan jembatan.
Layanan jasa konsultansi ini bertujuan agar pekerjaan perencanaan teknis jalan, jembatan dan
longsoran dengan menggunakan standar dan prosedur yang berlaku serta untuk tercapainya
pekerjaan perencanaan teknis yang dapat diimplementasikan di lapangan.

B. Isu Permasalahan
Permasalahan yang terjadi adalah dari aspek akuntabilitas, dimana hal ini berhubungan
dengan pertanggungjawaban kinerja yang membutuhkan penyempurnaan dan optimalisasi
dalam hal pelaporan kegiatan perencanaan.
Pelaporan hasil kerja konsultan perencanaan kerap kali tidak tepat waktu serta tidak memiliki
standar sehingga menghambat pekerjaan terutama untuk pekerjaan administrasi teknis.

C. Gagasan Inovasi
Pemilihan masalah ini didasari agar meningkatnya akuntabilitas terhadap hasil perencanaan.
Pelaporan hasil kerja yang terlambat. Pelaporan yang belum menjelaskan kinerja konsultan
perencanaan dengan lengkap.

D. Output Implementasi PKSK


1. Peningkatan kualitas pekerjaan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan perencanaan yang
dilakukan Core Team dan konsultan perencana di Satker P2JN Sulawesi Selatan;
2. Tersedianya laporan dan desain yang tepat waktu, tepat mutu, tepat sasaran;
3. Mengurangi kemungkinan keterlambatan pekerjaan untuk tahap selanjutnya dan tercapai
target program yang telah ditetapkan.

12
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
• Optimalisasi KAK perencanaan telah dilaksanakan berdasarkan Pedoman terbaru
02/P/BM/2023 melalui pembuatan draft KAK yang sesuai dengan pedoman tersebut.
• SOP pelaporan dan standar pelaporan konsultan perencana telah dilaksanakan
sehingga laporan konsultan lebih tertib dan sesuai dengan yang diharapkan.
• Dengan dilaksanakannya kegiatan aktualisasi gagasan peningkatan kinerja satuan
kerja ini, diperoleh KAK yang optimal dan SOP pelaporan hasil perencanaan yang
lebih tertib dan lengkap serta tepat waktu.
• Kegiatan optimalisasi KAK dan pembuatan SOP pelaporan hasil perencanaan ini
dilaksanakan atas dukungan dari stakeholder terutama PPK Perencanaan.
2. Saran
Perlu upaya kontinuitas dan evaluasi periodik penerapan draft SOP pelaporan lingkup
pekerjaan perencanaan dan optimalisasi KAK ini sehingga diperoleh manfaat yang lebih
baik bagi diawali dari PPK Perencanaan Satker P2JN Provinsi Sulawesi Selatan.

13
PENYUSUNAN SISTEM PERHITUNGAN PADAT
KARYA DI SUBKOR PRESERVASI JALAN II BIDANG
PRESERVASI II DALAM RANGKA PERENCANAAN
KEGIATAN PADAT KARYA YANG OPTIMAL
Anas Ramdani, S.T (BBPJN DKI Jakarta-Jawa Barat, Ditjen Bina Marga)
Ir. Djoko Murjanto, M.Sc (Coach)
.

A. Latar Belakang
Dalam upaya pemulihan akibat Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) yang
menyebabkan berbagai sektor mengalami keterpurukan, daya beli masyarakat terdampak
dan pengangguran meningkat cukup tajam, pemerintah salah satunya melalui Kementerian
PUPR melaksanakan kegiatan Padat Karya yang bertujuan untuk mengurangi angka
pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan serta mempertahankan daya beli bagi
masyarakat berpenghasilan rendah sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN). Program Padat Karya di Kementerian PUPR dilaksanakan melalui
pembangunan infrastruktur yang melibatkan masyarakat setempat sebagai pelaku
pembangunan, khususnya infrastruktur berskala kecil atau pekerjaan sederhana yang tidak
membutuhkan teknologi, sehingga dana dapat terdistribusi hingga ke desa/pelosok.

Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga, padat karya diselenggarakan pada seluruh
pekerjaan di ruas jalan nasional yang tidak memerlukan keterampilan khusus dan peralatan
mekanis dapat digunakan jika pekerjaan sulit dikerjakan oleh tenaga manusia, contohnya
pemeliharaan rutin jalan dan jembatan, seperti pembersihan saluran, pemotongan rumput di
bahu dan median, pengecatan kerb dan sebagainya.
Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta - Jawa Barat dalam hal ini terdapat
kegiatan swakelola secara padat karya sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN). Sehubungan saya bekerja dibidang Preservasi II BBPJN OKI Jakarta - Jawa
Barat yang memonitoring kegiatan di Satker PJN II Prov Jabar, Satker PJN Ill Prov. Jabar
dan SKPD-TP Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat, saya akan mengambil contoh sample
data dari beberapa PPK yaitu : PPK 2.4 Provinsi Jawa Barat, PPK 3.1 Provinsi Jawa Barat dan
PPK TP 03, yang dimana kegiatan padat karya ini dimulai dari Tahun Anggaran 2020 pada saat
Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) mulai ada di Indonesia. Adapun terdapat
beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan padat karya yang tidak maksimal yaitu:
1. Perencanaan yang kurang baik perihal kebutuhan Ideal Tenaga Kerja, HOK dan Anggaran
Padat Karya Pada tahapan ini sehubungan waktu yang terbatas dalam perencanaan,
sehingga tidak dilakukannya perhitungan yang optimal sesuai kondisi lapangan untuk

14
perhitungan anggaran, akan tetapi didasarkan harga satuan per km untuk kegiatan rutin
dan di rata -- ratakan yang akhirnya dicantumkan dalam DIPA.
2. Keterlambatan Progres Fisik Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja, HOK dan Anggaran
Padat Karya Pelaksanaan kegiatan padat karya kadangkala tidak sesuai antara
progress fisik pekerjaan dengan progress realisasi penyerapan HOKnya, sehingga
progress realisasi fisik pekerjaannya terbaca terlambat daripada realisasi
penyerapan HOKnya (data terlihat sesuai E-Monitoring PUPR status 04 Mei
2023) sebagai sample saya sampaikan data dari beberapa PPK sebagai berikut:

PPK 2.4 Provinsi Jawa Barat


- Padat Karya Rutin Jalan Progres Realisasi Fisik 27,99%, dengan Penyerapan 4.074
HOK (49, 79 %) dari target 8.182 HOK dan;
- Padat Karya Rutin Jembatan Progres Realisasi Fisik 2,57%, dengan Penyerapan 132
HOK (100%) dari target 132 HOK. b. PPK 3.1 Provinsi Jawa Barat
- Padat Karya Rutin Jalan Progres Realisasi Fisik 28,40%, dengan Penyerapan
6.258 HOK (58, 11%) dari target 10.769 HOK dan;
- Padat Karya Rutin Jembatan Progres Realisasi Fisik 13,05%, dengan Penyerapan 1.820
HOK (42,89 %) dari target 4.243 HOK. c. PPK TP 03
- Padat Karya Rutin Jalan Progres Realisasi Fisik 35,21%, dengan Penyerapan 1.404
HOK (40,00 %) dari target 3.510 HOK dan;
- Padat Karya Rutin Jembatan Progres Realisasi Fisik 27,10%, dengan Penyerapan 200
HOK (47,62%) dari target 420 HOK.
Dari sample ke-3 PPK tersebut sesuai Monitoring dalam Aplikasi E-Monitoring PUPR bahwa
adanya keseragaman masalah yang sama antar PPK dalam pelaporan E-Monitoring
tersebut, sehingga terdapat ketidaksesuaian dan/ keterlambatan antara Persentase
Realisasi Pekerjaan Fisik terhadap Persentase Realisasi Penyerapan HOK nya.

3. Anggaran Padat Karya sudah habis sebelum Akhir Tahun Anggaran.


Pada Pelaksanaan Kegiatan padat karya untuk anggarannya ternyata kebutuhan untuk
pekerjaan diserap lebih banyak di awal s/d pertengahan tahun, sehingga Anggaran Padat
Karya sudah habis sebelum Akhir Tahun Anggaran, sebagai contoh melihat data E-
Monitong TA. 2022 di salah 1 (satu) Satker untuk beberapa PPK Fisiknya terdapat
Anggaran Swakelola yang sudah habis di akhir bulan September 2022 sehingga untuk
kegiatan Swakelola Padat Karya di Triwulan IV Tahun tersebut kegiatannya dialihkan
menggunakan skema kontraktual dengan melakukan addendum kontrak pada paket
pekerjaan di masing-masing PPK tersebut.

15
B. Isu Permasalahan
Dengan kondisi kegiatan eksisting yang telah dijelaskan sebelumnya pada poin A. Profil
kegiatan penulis mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul yang dapat merugikan
keberlangsungan pelaksanaan pekerjaan kegiatan tersebut. Dari banyak masalah yang telah
diidentifikasi, penulis mengkerucutkan menjadi 3 (tiga) permasalahan utama yang dihadapi
oleh kegiatan padat karya rutin jalan dan jembatan yang penjelasannya sudah saya
sampaikan di latar belakang. Adapaun permasalahan tersebut sebagai berikut:
1. Perencanaan yang kurang baik perihal kebutuhan ideal tenaga kerja, HOK dan anggaran
padat karya (Aspek Akuntabilitas).
2. Keterlambatan progres fisik terhadap penyerapan tenaga kerja, HOK dan anggaran padat
karya (Aspek Waktu).
3. Anggaran padat karya sudah habis sebelum akhir tahun anggaran (Aspek biaya)
Pada tabel penulis mencoba menapiskan permasalahan dengan metode USG (Urgency,
Seriousness, and Growth) dengan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang,
2=kecil, 1=sangat kecil).

Tabel 1.1 Prioritisasi Masalah menggunakan Metoda USG

No Masalah U S G Total Rank


1 Perencanaan yang 5 5 4 14 I
kurang baik perihal
kebutuhan ideal tenaga
kerja, HOK dan Anggaran
Padat Karya
2 Keterlambatan Progres 4 4 4 12 III
Fisik Terhadap
Penyerapan Tenaga
Kerja, HOK dan
Anggaran Padat Karya
3 Anggaran Padat Karya 4 5 4 13 II
sudah habis sebelum Akhir
Tahun Anggaran

Berdasarkan table tersebut diatas dapat diketahui bahwa masalah utama yang akan
dihadapi oleh PPK dalam kegiatan Padat Karya Rutin Jalan dan Jembatan adalah
Perencanaan yang kurang baik perihal kebutuhan Ideal Tenaga Kerja, HOK dan
Anggaran Padat Karya.

C. Gagasan Inovasi
Terdapat kegiatan utama untuk Gagasan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja yang penulis
ajukan untuk menyelesaikan masalah agar didapatkan perencanaan yang baik perihal

16
kebutuhan Ideal Tenaga Kerja, HOK dan Anggaran Padat Karya supaya tercapainya
Perencanaan Kegiatan Padat Karya yang Optimal sebagai berikut:

Adapun kegiatan utama tersebut meliputi:


1. Sebelum dilaksanakannya kegiatan padat karya, pada tahun sebelumnya agar Tim
Persiapan mengumpulkan data – data volume pekerjaan rutin yang akan dilaksanakan
secara berulang (seperti: pengendalian tanaman dan pembersihan drainase) bisa dibuat
dalam strip map dan table volume pekerjaan, serta AHSP yang digunakan dalam kegiatan
padat karya.
2. Membuat perhitungan Kebutuhan Ideal secara cepat untuk mendapatkan Tenaga Kerja,
HOK dan Anggaran Padat Karya sesuai kondisi lapangan dengan data – data yang telah
disiapkan.
3. Melakukan Sosialisasi kepada Tim Persiapan perihal kebutuhan Ideal Kondisi Lapangan.
Gagasan PKSK ini diharapkan dapat bermanfaat nantinya dan memberikan masukan bagi
pelaksanaan kegiatan Padat Karya baik pihak PPK di Lingkungan BBPJN DKI Jakarta – Jawa
Barat maupun PPK di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.
Selanjutnya, PKSK ini diharapkan dapat memberikan masukan terkait Rencana Awal Kegiatan
Padat Karya untuk dapat diimplementasikan dalam pelaksanaan pekerjaan padat karya
kedepannya.

17
Konsep Gagasan PKSK

D. Output Implementasi PKSK


1. Output
Produk akhir yang dihasilkan dari impelemtasi PKSK adalah Terbitnya Sistem
Perhitungan Padat Karya dan Prosedur Tata Cara Perhitungan Padat Karya yang
nantinya digunakan para PPK mengetahui kebutuhan Ideal Tenaga Kerja, HOK dan
Anggaran Padat Karya yang digunakan sebagai perencanaan kedepannya, sehingga
apabila Anggaran Padat Karya telah ditetapkan walaupun tidak ideal bisa merencanakan
kebutuhan Tenaga Kerja dan HOK sesuai Anggaran yang telah Ditetapkan.
2. Outcame
Dampak/manfaat dari hasil implementasi PKSK dalam waktu Panjang ke depan terhadap
penerapan hasil implementasi PKSK tersebut yaitu:
• Jangka Pendek
Perhitungan Padat Karya ini bisa digunakan untuk perbaikan perencanaan di Tahun
Anggaran 2023 seperti Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja dan HOK sesuai
Anggaran yang tersedia yang tercantum dalam E-Monitoring Kementerian PUPR
untuk para PPK di Lingkungan BBPJN DKI Jakarta – Jawa Barat
• Jangka Menengah
Perhitungan Padat Karya ini bisa digunakan sebagai Perhitungan Cepat Kebutuhan
Ideal Tenaga Kerja, HOK dan Anggaran untuk Kebutuhan Tahun Anggaran 2024 di
Lingkungan BBPJN DKI Jakarta – Jawa Barat
• Jangka Panjang
Perhitungan Padat Karya ini diusulkan supaya kedepannya bisa digunakan oleh para
PPK di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.

18
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan
Gagasan peningkatan kinerja satuan kerja (PKSK) ini berupa perhitungan cepat kebutuan
ideal tengas kerja, HOK dan anggaran kegiatan padat karya diharapkan dapat
bermanfaat dalam penyusunan kebutuhan tenaga kerja, HOK dan anggaran di tahun
berikutnya untuk kegiatan padat karya, sehingga tidak ada lagi kesalahan atau kekeliruan
dalam pelaksanaan kegiatan padat karya agar tercapainya tepat mutu, biaya dan
akuntabel.
2. Rekomendasi
Gagasan peningkatan kinerja satuan kerja (PKSK) ini masih dalam proses
pengembangan seperti harus berkonsultasi dengan Direkotrat Bintek perihal AHS yang
digunakan serta item pekerjaan lain seperti pekerjaan Patching dan Revitalisasi Drainase
baik dikerjakan secara kontraktual maupun swakelola diharapkan apabila sudah
diperbaiki bisa diterapkan di BBPJN DKI Jakarta – Jawa Barat dan mimpi kedepannya
selanjutnya bisa diterapkan di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.

19
DIGITALISASI PELAPORAN KEMAJUAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM RANGKA
PENGENDALIAN PROYEK PADA PAKET
PEMBANGUNAN FLYOVER ARTERI (MADUKORO)
Dian Rusmanawati, S.T., M.Eng (BBPJN Jawa Tengah-DI Yogyakarta, Ditjen Bina Marga)
Ir. Djoko Murjanto, M.Sc (Coach)

A. Latar Belakang
Simpang Madukoro terletak di Ruas Jalan Arteri Utara Semarang STA 2+700 dan merupakan
persimpangan sebidang yang sangat strategis, yaitu antara jalan nasional Jl. Arteri Utara
(Martadinata, Fly Over, Yos Sudarso Semarang) dan jalan daerah Jalan Madukoro Raya. Jl.
Arteri Utara (Martadinata, Fly Over, Yos Sudarso Semarang) merupakan jalan nasional sebagai
akses utama kendaraan logistik yang menuju Pelabuhan Tanjung Mas. Di samping itu,
pemindahan pintu masuk bandara Internasional Ahmad Yani Semarang menjadikan Simpang
Madukoro sebagai jalur utama dan pintu gerbang internasional Provinsi Jawa Tengah. Kondisi
umum ruas jalan tersebut sangat padat dengan lalu lintas tinggi. Pada saat jam sibuk, di
simpang ini terjadi kemacetan dan hentian kendaraan yang cukup panjang. Hal ini
menimbulkan ketidaknyamanan pengguna jalan. Arus lalu lintas yang semakin tinggi di ruas
Jalan Arteri Utara Semarang serta dengan pengembangan terminal baru Bandara Jenderal
Ahmad Yani Semarang sebagai bagian dalam pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, maka diperlukan pembenahan lalu lintas dan
infrastruktur di perempatan tersebut, agar pengguna jalan lebih aman dan nyaman saat
melintas di lokasi tersebut. Pembangunan flyover ini bertujuan untuk mengurai kemacetan,
memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas, pembangunan ekonomi,
kemudahan, keamanan dan kenyamanan mobilitas manusia, barang, dan jasa yang muaranya

meningkatkan perekonomian nasional khususnya dalam mendukung sektor pariwisata KSPN


Borobudur-Yogyakarta-Prambanan. Panjang pembangunan flyover adalah 221,40 meter
dengan nilai kontrak Rp180.905.922.000,00 (seratus delapan puluh miliar sembilan ratus lima
juta sembilan ratus dua puluh dua ribu rupiah) bersumber dana dari LOAN ITDP tahun
anggaran 2023-2024. Lokasi pekerjaan Pembangunan Flyover Arteri (Madukoro) dapat dilihat
pada Gambar 1.1.

20
Gambar 1.1 Peta lokasi pekerjaan

Kedudukan PPK selaku manajer ruas dengan Penyedia Jasa dan Konsultan Supervisi adalah
segitiga. Struktur organisasi proyek paket Pembangunan Flyover Arteri (Madukoro) dapat
dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Proyek

B. Isu Permasalahan
Percepatan pembangunan infrastruktur jalan yang terus didorong oleh pemerintah diharapkan
akan memberikan solusi nyata terhadap perbaikan perekonomian terutama dalam menyerap
tenaga kerja dan meningkatkan pemerataan pendapatan yang akan mampu menekan angka
kemiskinan. Pembangunan infrastruktur jalan dilaksanakan tepat mutu, waktu, dan biaya agar
kemantapan jalan dan keselamatan pengguna jalan meningkat serta umur layanan jalan dapat
bertahan sesuai umur rencana. Beberapa permasalahan pada Pembangunan Flyover Arteri
(Madukoro), sebagai berikut:
a. Kemacetan lalu lintas pada simpang.

21
Salah satu tantangan utama dalam pembangunan flyover adalah kemacetan lalu lintas di
sekitar lokasi proyek. Pembangunan flyover seringkali melibatkan pekerjaan di simpang
atau persimpangan jalan yang padat, sehingga lalu lintas menjadi terganggu. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan waktu perjalanan, polusi udara, dan ketidaknyamanan bagi
pengguna jalan.
b. Banjir rob yang terjadi di lokasi pekerjaan.
Simpang Madukoro berada di daerah rawan banjir rob atau pasang surut. Banjir rob ini
menghambat pekerjaan konstruksi dan mengganggu kemajuan pekerjaan.
c. Mutu material tidak sesuai spesifikasi.
Kualitas bahan material yang digunakan dalam pembangunan flyover harus sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan. Jika material yang digunakan tidak memenuhi standar yang
ditentukan, flyover dapat menjadi kurang kuat dan berisiko mengalami kerusakan lebih
cepat.
d. Keterlambatan pekerjaan di lapangan.
Dari ketiga isu tersebut, dilakukan penapisan isu kemudian dipilih satu core issue yang
akan diberikan gagasn pemecahaanya dalam laporan ini. Salah satu metode untuk
menganalisis kualitas masing-masing isu dalam penapisan/penentuan core issue adalah
metode analisis USG (Urgency, Seriousness dan Growth). Metode USG menerpkan
urutan prioritas masalah fengan cara memberikan penilaian 1-5 pada setiap isu. Nilai 1
menggambarkan bahwa nilai tersebut rendah sedangan nilai 5 menggambarkan bahwa
nilai tersebut tinggi. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness dan growth
dapat diuraikan sebagai berikut:
- Urgency, yaitu seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
- Seriousness, seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalha yang menimulkan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecehkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
- Growth, seberapa kemungkinan-kemungkinananya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan amsalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode
teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperahtikan urgensi dari
masalah, keseriusan maslaha yang dihadapi, serta kemungkinan berkembangnya masalah

22
tersebut semakin besar. Skala penilaian yang digunakan dalam penilaian prioritas adalah skala
1 sampai dengan 5, dengan nilai terbesar menunjukkan masalah dnegan urgensi tertinggi,
tingkat keseriusan paling tinggi dan kemungkinan terbesar masalah akan memburuk jika
dibiarkan. Prioritasi masalah dapat dilihat pada Tabel berikut

Prioritasi masalah dengan metode USG

Keterangan:
U= urgency; S=seriousness; G=growth
Skala 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil
Berdasarkan hasil inventarisasi permasalahan pada Tabel 1 maka diperoleh prioritas masalha
pada kegiatan ini yaitu keterlambatan pekerjaan di lapangan.

C. Gagasan Inovasi
Berdasarkan hasil inventarisasi permasalahan utama yang telah dilakukan pada subbab 1.2,
dilakukan identifikasi dan analisis akar masalah. Identifikasi dan analisis akar masalah
dilakukan dengan metode problem tree seperti terlihat pada Gambar 1.3. Penyebab langsung
adanya keterlambatan pekerjaan di lapangan ada 3 (tiga) penyebab yaitu:
1. Terdapat perubahan desain sehingga diperlukan penyesuaian mata pembayaran;
2. Keterlambatan penyusunan laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
3. Terdapat utilitas yang belum direlokasi sehingga menghambat pekerjaan.
Berdasarkan analisa pohon masalah, penyebab langsung pertama permasalahan
keterlambatan pekerjaan di lapangan adalah keterlambatan penyusunan laporan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan. Kemudian dilakukan analisis dan didapatkan penyebab langsung
kedua yaitu:
1. Penyusunan laporan belum sesuai dengan format dari Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR);
2. Opname pekerjaan masih dilakukan manual, belum ada digitalisasi pelaporan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan;

23
3. Waktu pemeriksaan/koreksi dari Konsultan Supervisi cukup lama.

Berdasarkan penyebab permasalahan, akar permasalahan adalah opname pekerjaan masih


dilakukan manual, belum ada digitalisasi pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

Berdasarkan analisis akar masalah, disusun solusi penyelesaian masalah yang ditunjukkan
pada alternative tree.

Berdasarkan analisis akar masalah dengan problem tree dan solusi penyelesaian masalah
dengan alternative tree, diperlukan digitalisasi pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
dengan membangun aplikasi berbasis android. Beberapa pertimbangan pemilihan
pembangunan aplikasi berbasi android, sebagai berikut:

1. Dapat diakses dan digunakan secara gratis;


2. Dapat diakses dimana saja dan kapan saja;
3. Dapat menampilkan data dalam bentuk yang mudah dimengerti dan mudah digunakan.

24
D. Output Impelentasi PKSK
1. Output
Implementasi PKSK ini yaitu tersedianya aplikasi digitalisasi pelaporan kemajuan
pekerjaan berbasis android.
2. Outcome
Implementasi PKSK ini yaitu pengendalian progres pekerjaan efisien, efektif, akuntabel,
dan transparan.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan Peningkatanan Kinerja satuan Kerja (PKSK) dapat disimpulkan beberapa
hal, antara lain:
- Dari hasil analisa masalah, menunjukkan bahwa “Pengendalian pelaksanaan
pekerjaan belum dilakukan secara maksimal” disebabkan oleh “belum ada digitalisasi
pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan”. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka diperlukan adanya pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan di Paket
Pembangunan Flyover Arteri (Madukoro) berbasis digital.
- Aplikasi pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan berbasis digital ini meningkatkan
kinerja PPK 1.6 Provinsi Jawa Tengah yang memenuhi terhadap:
• Aspek Waktu yaitu pelaporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dapat
dilaksanakan tepat waktu.
• Aspek Mutu yaitu mendukung pelaksanaan pekerjaan tepat mutu.
• Aspek Biaya yaitu memudahkan dalam melaksanakan pembayaran tagihan
sehingga pekerjaan dilaksanakan tepat biaya.
• Aspek Akuntabilitas yaitu pengendalian progres pekerjaan efisien, efektif,
akuntabel, dan transparan.
2. Rekomendasi
Rekomendasi yang diperlukan untuk peningkatan layanan dari sistem informasi ini adalah:
- Aplikasi harus selalu di-update agar bugs yang terjadi dapat diselesaikan dan dapat
selalu disesuaikan dengan kebutuhan pengguna;
- Aplikasi digitalisasi pelaporan pelaksanaan kemajuan pekerjaan ini dapat menjadi role
model dan diterapkan pada paket pekerjaan dalam lingkup Direktorat Jenderal Bina
Marga khususnya di BBPJN Jawa Tengah-DI Yogyakarta;
- Aplikasi digitalisasi pelaporan pelaksanaan kemajuan pekerjaan ini dapat
dikembangkan sehingga ke depan dapat terintegrasi dengan e-Monitoring dan BIM.

25
SISTEM MONITORING KERUSAKAN JALAN AKIBAT
KETERLAMBATAN PENANGANAN DENGAN
FORMULIR DAN DATABASE DIGITAL PADA PAKET
PEKERJAAN PRESERVASI JALAN DAN JEMBATAN
Ichsan Sanjaya Perkasa (Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wil II, Ditjen Bina Marga)

A. Latar Belakang
Pada Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II, khususnya pada Subdit
perencanaan teknis preservasi II memiliki salah satu tugas monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pekerjaan paket – paket preservasi jalan dan jembatan. Tugas ini bertujuan agar
kualitas, keluaran pekerjaan yang dihasilkan oleh para PPK/Satker di wilayah kerja Direktorat
Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II dapat tepat sasaran, tepat waktu, tepat mutu serta
tepat biaya.

Lingkup wilayah kerja Direktorat Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II mencakup wilayah
Indonesia bagian timur yang terdiri dari Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara,
Kepualauan Maluku dan Pulau Papua.

Gambar 1. 1 Wilayah Kerja Dit. Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II

Laporan dari pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini akan dijadikan sebagai bahan Informasi
Pimpinan di Direktorat ini yang disajikan sebanya 2x dalam satu minggu. Dalam pelaksanaan
monitoring dan evaluasi ini Subdit Preservasi Jalan Wilayah II dibantu oleh tim Bantek dengan

26
nama Proyek Dukungan Teknis Pembinaan Dan Evaluasi Kinerja Preservasi Jalan Dan
Jembatan Wilayah II.

B. Isu Permasalahan

1. Kondisi proyek eksisting pada proyek Dukungan Teknis Pembinaan Dan Evaluasi Kinerja
Preservasi Jalan Dan Jembatan Wilayah II yang dilaksanakan oleh PT. Laras Sembada
KSO PT. Winsolusi Konsultan masih dominan terhadap moitoring progres fisik dan
keuangan melalui aplikasi E-Monitoring Online;
• Belum ada cara monitoring untuk mendeteksi kerusakan – kerusakan dini akibat
keterlambatan penanganan yang ada di lapangan.
Contoh:
Badan Jalan
• Retak halus/buaya pada badan jalan yang tidak segera ditangani akan berpotensi
menjadi lubang kecil akibat terkelupasnya lapisan atas aspal dan juga pada saat hujan
air dapat masuk ke bagian base badan jalan sehingga apabila terkena beban cukup
berat akan mengakibatkan lubang yang cukup besar. Contoh gambar berikut:

Lubang pada badan jalan


Bahu Jalan
• Tanaman pada bahu jalan yang lebih dari 10 cm akan mengakibatkan akar yang ada
pada rumput tersebut semakin kuat dan air dapat menggenangi bahu jalan saat hujan,
sehingga terjadi genangan air dan akan berpotensi membuat kerusakan tepi badan
jalan.

27
Tanaman pada bahu jalan > 10 cm

Sisa potongan rumput tidak dibuang, hal ini dapat mengakibatkan penumpukan
material pada bahu jalan dan bahu jalan menjadi lebih tinggi dan air dapat
menggenangi bahu jalan saat hujan, sehingga terjadi genangan air dan akan
berpotensi membuat kerusakan tepi badan jalan atau bahkan air akan membuat
saluran secara alami di tepi badan jalan.

28
Bahu jalan lebih tinggi dari badan jalan
2. Sudah terdapat dalam Spesifikasi Umum 2018 Revisi 2 terkait indikator kinerja (Divisi 10.
Pekerjaan Pemeliharaan) namun masih belum dilaksanakan dengan baik dilapangan
(masih ada yang belum melaksanakan Indikator Kinerja tersebut);
3. Dengan tidak terpantaunya kondisi kerusakan di awal sehingga mengakibatkan kerusakan
yang makin berat sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar, waktu yang lebih lama
dan akuntabilitas dari setiap stakeholder berperan besar dalam hal ini.
Dari keempat masalah tersebut selanjutnya kami buatkan metode analisis USG (urgency,
seriousness, growth) sebagai berikut:

Tabel 1.1.Metoda USG

KRITERIA
NO MASALAH TOTAL RANK
U S G
Pemantauan di Jakarta masih terfokus pada E-
1 2 2 2 6 IV
Monitoring online
Belum ada cara monitoring untuk mendeteksi
2 kerusakan – kerusakan dini akibat keterlambatan 3 3 3 9 III
penanganan yang ada di lapangan
Tidak terpantaunya kondisi kerusakan di awal
(kerusakan dini) sehingga mengakibatkan kerusakan
3 4 4 4 12 II
yang makin berat sehingga membutuhkan biaya yang
lebih besar
IKA dalam Spek Umum 2018 Rev 2 blm dilaksanakan
4 5 5 5 15 I
dengan baik

29
Masalah – masalah pada penjelasan diatas selanjutnya kami coba mencari akar
permasalahannya dengan metoda Problem Tree. Sehingga didapat akar permasalahannya
yaitu karena data kerusakan yang dilaporkan oleh penilik jalan kurang terdata dengan baik
sehingga PPK/Satker tidak mengetahui secara rinci ada berapa titik lubang, berapa titik area
dengan kondisi tanaman di bahu jalan > 10 cm dan lokasi bahu jalan yang lebih tinggi dari
badan jalan.
Problem tree tersebut kami uraikan sebagai berikut:

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

30
Problem tree, alternatif tree dan target tree

C. Gagasan Inovasi
Agar terpantaunya kerusakan sedini mungkin pada badan jalan dan bahu jalan sebelum
kerusakan menjadi lebih parah, maka dibuatlah Form Online (google form) untuk melakukan
pendataan secara realtime.
User akan menginputkan data sesuai dengan lokasi dan jenis kerusakannna dan disertai
dengan foto visual, selanjutnya data inputan tersebut akan masuk kedalam database untuk
selanjutnya dipisah berdasarkan jenis kerusakan apakah di badan jalan atau bahu jalan. Data
kerusakan jalan yang telah tersimpan akan terlihat sudah berapa lama belum tertangani dan
akan muncul sebuah peringatan.

Laporan atau data ini ditampilkan di dalam control room ruangan Kasubdit Perencanaan Teknis
Preservasi II dapat juga di tampilkan di ruang PPK/Satker atau pihak yang memerlukan
pemantauan realtime ini.

D. Output Impelentasi PKSK


Output dari Sistem Monitoring Kerusakan Jalan Akibat Keterlambatan Penanganan dengan
Formulir dan Database Digital pada Paket Pekerjaan Preservasi Jalan dan Jembatan yaitu
berupa formulir online yang dapat dipergunakan oleh tim yang melaksanakan survei kerusakan
Jalan dan Jembatan maupun tim penilik pada PPK/Satker terkait untuk dapat melakukan
monitoring dan selanjutnya masuk ke dalam pengolahan database lalu ditampilkan ke dalam
informasi pimpinan dalam TV atau Komputer Pimpinan seperti contoh dibawah ini.

31
Formulir isian Online Kerusakan Jalan

Tampilan Dashboard monitoring kerusakan Jalan di Ruangan Pimpinan

Pada Dashboard monitoring kerusakan Jalan di Ruangan Pimpinan akan terlihat Provinsi, ruas
jalan, STA/KM, Lokasi, tanggal kerusakan awal, foto dan jumlah hari kerusakan tersebut belum
tertangani. Sehingga memudahkan pimpinan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
pemeliharaan jalan tersebut.
Outcome atau manfaat dari hasil implementasi PKSK dalam waktu Panjang kedepan yaitu PPK
dilapangan menjadi semakin peduli terhadap kerusakan – kerusakan yang ada pada ruasnya
sehingga kerusakan kerusakan yang ada tersebut dapat segera tertangani dan tidak menjadi
semakin parah kerusakan yang ada. Hal ini juga akan berdampak terhadap penggunaan
anggaran yang lebih hemat.

32
E. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan
Secara garis besar proyek Monitoring Kerusakan Jalan Akibat Keterlambatan Penanganan
Secara Real Time Melalui Database Kerusakan Jalan pada Paket Pekerjaan Preservasi
Jalan Dan Jembatan di Lingkungan Direktorat Preservasi Jalan Dan Jembatan Wilayah II
di buat untuk memudahkan PPK/Satker/Direktorat untuk memantau kerusakan – kerusakan
sedini mungkin dengan cara membuat formular online agar memudahkan para tim monev
maupun penilik jalan untuk menginputkan data dan PPK terkait dapat memantau secara
realtime kondisi kerusakan pada ruas jalan nya yang belum tertangani. Dan juga untuk
Subdit Direktorat terkati dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraaan jalan di wilayah kerja terkait.
2. Rekomendasi
Aplikasi ini dapat dikembangkan tidak hanya menginputkan foto saja namun bisa juga Vidio
dan di kembangkan lagi kedepannya menjadi lebih user friendly dan lebih mudah
digunakan.

33
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SITE INSTRUKSI
DALAM MEWUJUDKAN PELAKSANAAN
PENGAWASAN PEKERJAAN KONSTRUKSI (DENGAN
ALAT BANTU HANDPHONE)
Linda Ali (BPJN Merauke, Ditjen Bina Marga)
Ir. Sugiyartanto, M.T (Coach)

A. Latar Belakang
Proyek yang diangkat dalam gagasan peningkatan kinerja satuan kerja (PKSK) ini adalah
proyek non fisik (jasa konsultansi) yaitu pengawasan terhadap pekerjaan fisik, terkontrak pada
Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Merauke dan mengawasi paket
pekerjaan fisik yang terkontrak pada Satker Pelaksanaan Jalan
Nasional (PJN) Wilayah III Tanah Merah, dengan informasi proyek sebagai berikut:
1. Nama Proyek : Pengawasan Teknis Preservasi Jalan Getentiri – BTS.
Kab. Merauke / Kab. Boven Digoel
2. Lokasi Proyek : Kab. Boven Digoel – Tanah Merah
3. Ruang Lingkup Proyek : - Pelaksanaan Penjaminan Mutu (Quality Assurance)
- Bantuan teknis dan manajemen kepada PPK terkait
Penjaminan Mutu

Struktur Organisasi

Kondisi proyek eksisting saat ini Pekerjaan sedang dalam masa pelaksanaan, personil telah
dimobilisasi sesuai kontrak, tertib administrasi site instruksi dan teguran masih kurang
34
sehingga fungsi dari konsultan pengawas sebagai quality assurance belum maksimal. Adapun
dasar hukum yang mengatur Tanggung jawab, dan tugas dari konsultan pengawas telah diatur
dalam Surat Edaran Nomor 16/SE/M/2022 Tentang Susunan Tenaga Ahli Penyedia Jasa
Konsultansi Pengawasan Konstruksi di Kementeria Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
sedangkan penjaminan mutu terhadap pelaksanaan proses kegiatan dan hasil kegiatan
konsultan pengawas diatur dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruki (SMKK). Supervision Engineer.

B. Isu Permasalahan
Latar belakang pemilihan/ penetapan area perbaikan yang dipilih sebagai gagasan PKS adalah
sebagai berikut:
a. Paket yang dipilih dalam rancangan PKSK ini adalah paket jasa konsultansi supervisi yang
terkontrak pada satker kami yaitu P2JN oleh sebab itu sudah seharusnya paket ini
diangkat agar Satker sebagai pembina mengetahui kekurangan pada paket terkontrak
tersebut.
b. Jenis tanah sepanjang ruas merupakan endapan rawa dan endapan sungai yang
memerlukan stabilisasi sebelum digunakan sebagai lapis fondasi dengan
pemanfaatan sumber daya setempat yaitu material alam lokal (matlok) yang diatur dalam
Spesifikasi Khusus SKh 1.5.12. (Spesifikasi Khusus Interim Lapis Fondasi Semen dengan
Material Alam Lokal). Pekerjaan stabilisasi ini digunakan di beberapa tempat sesuai
kondisi geologi daerah sehingga tidak semua konsultan pengawas pernah mengawasi
pekerjaan tersebut, ada konsultan pengawas yang baru mengetahui adanya stabilisasi
dengan material alam lokal, sehingga penting bagi kami untuk memastikan bahwa
konsultan pengawas yang kami mobilisasi kompeten/ mampu mengawasi pekerjaan
tersebut sesuai daftar Simak dan spesifikasi yang berlaku.
c. Adanya kerusakan pada ruas jalan yang di stabilisasi, kerusakan ini mengganggu
pengguna jalan dan sering di viralkan di media sosial sehingga sebagai pihak yang
mengawasi perlu mengetahui akar masalahnya
d. Sebagai pihak satker perlu memastikan fungsi konsultan pengawas sebagai
penjaminan mutu dan bantuan teknis pada paket tersebut apakah berjalan sesuai
aturan spesifikasi serta tupoksi nya sesuai SE yang berlaku.
Berdasarkan hasil Identifikasi dan analisis akar masalah pada area yang dipilih dijumpai 2
permasalahan yang saling terkait yaitu permasalahan teknis dan administrasi.
a. Permasalahan Teknis: Kondisi eksisting yang telah distabilisasi mengalami kerusakan
karena ketidaksesuaian dalam Pelaksanaan Pengawasan Pekerjaan sesuai spesifikasi

35
Teknis dan SKh, yaitu ketidaksesuaian Rencana Kerja, Pengaturan Lalu Lintas, Perawatan/
Curing, Panjang Penghamparan & Cuaca, serta Alat Pencampur.
Berdasarkan hasil Why analisis hal tersebut disebabkan karena Daftar Simak
Pengawasan yang kurang lengkap (Belum mengakomodir semua syarat dalam
SKh).
b. Permasalahan Administrasi, terdiri dari:
- Konsultan Pengawas telah memberikan site instruksi namun tidak efektif karena tindak
lanjut dari penyedia jasa lambat, dan konsultan pengawas dianggap melakukan
pembiaran
Berdasarkan hasil Why analisis hal tersebut disebabkan karena:
• Tidak adanya standar (SOP) yang mengatur Site Instruksi konsultan pengawas
• Tidak dilibatkannya semua Stakeholder dalam persuratan konsultan pengawas
- Metode penyampaian Site Instruksi dan surat teguran tidak efisien karena secara
manual memerlukan waktu lama untuk diterima.
Berdasarkan hasil Why analisis hal tersebut disebabkan karena konsultan
pengawas dan stakeholder belum memaksimalkan Handphone
Dari permasalahan diatas kemudian dilakukan analisis USG dimana masalah yang terkait
dengan mutu, waktu, biaya dan akuntablitas sebagai berikut:
1. Ketidaksesuaian dalam pelaksanaan pengawasan pekerjaan berkaitan dengan isu mutu
dan akuntabitas;
2. Site Instruksi dan Teguran Tidak efektif dan efisien berkaitan dengan isi Mutu,
Akuntabilitas, Waktu, Biaya;
3. Pelaksanaan Pengawasan belum mengakomodir Spesifikasi Teknis dan SKh 1.5.12.
berkaitan dengan isu Mutu & Akuntabilitas;
4. Belum ada SOP Site Instruksi dan Keterlibatan Stakeholder berikaitan dengan isu
Akuntabilitas;
5. Belum ada Daftar Simak sesuai Spek dan SKh berikaitan dengan isu Mutu & Akuntabilitas;
6. SDM (Konsultan Pengawas) kurang memahami Spesifikasi, SKH dan Tugasnya
dalam SE 16/SE/M/2022 berkaitan dengan isu Mutu & Akuntabilitas.

C. Gagasan Inovasi
1. Membuat SOP Site Instruksi yang efektif dan segera ditindaklanjuti karena melibatkan
Stakeholder terkait serta efisiensi waktu distribusi site instruksi menggunakan alat bantu
handphone.

36
2. Membuat daftar simak pengawasan Material Alam lokal yang mengakomodir syarat dalam
SKh dan Spesifikasi Teknis untuk mewujudkan pelaksanaan pengawasan pekerjaan
konstruksi sesuai spesifikasi yang berlaku.
3. Mengadakan pelatihan Spesifikasi Teknsi, SKh dan Sosialisasi Surat Edaran Menteri PUPR
Nomor 16/SE/M/2022 di lingkungan BPJN Merauke dalam mewujudkan pelaksanaan
pengawasan pekerjaan konstruksi sesuai aturan yang berlaku.

D. Output Implementasi PKSK


Outcome dari aktualisasi PKSK adalah:
1. SOP Site Instruksi:
- Dalam jangka pendek Standar (SOP) Site Instruksi gagasan PKSK ini dapat
diterapkan di paket pengawasan yang diangkat dalam rancangan PKSK
- Dalam jangka panjang secara berjenjang Standar (SOP) Site Instruksi gagasan PKSK
ini dapat diterapkan di semua paket pengawasan di lingkungan direktorat jenderal
Bina Marga
- Secara bertahap distribusi surat menggunakan cara manual dapat diubah
menggunakan teknologi dan menghemat kebutuhan kertas.
2. Daftar Simak Pengawasan:
- Dalam jangka pendek Daftar Simak Pengawasan Pekerjaan Stabilisasi Lapis Fondasi
Semen dengan material alam lokal ini dapat diterapkan untuk trial mix dan actual
lapangan di paket pengawasan yang diangkat dalam PKSK
- Dalam jangka panjang Daftar Simak Pengawasan Pekerjaan Stabilisasi Lapis Fondasi
Semen dengan material alam lokal dapat diterapkan di semua paket pengawasan
yang ada item pekerjaan tersebut.
3. Pelatihan Spesifikasi Teknis, SKh, dan sosialisasi SE Menteri PUPR 16/SE/M/2022 Dalam
jangka panjang dapat diadakan oleh Balai setiap tahunnya guna meningkatkan
pemahaman terhadap spesifikasi dan aturan up date terbaru yang terus menerus
mengalami perkembangan.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
- Penerapan Pelaksanaan kerja sesuai dengan tuntunan Spesifikasi Teknis dan SKh
akan sangat menentukan tingkat keberhasilan pekerjaan.
- Pengawas harus melaksanakan kewajiban tugasnya dalam perannya sebagai Quality
Assurance, dalam hal penerapan SE Nomor 16/SE/M/2022 dan Permen 10 Tahun
2021 tentang SMKK secara konsisten.

37
- Hasil penerapan SOP Site Instruksi dan distribusi Site Instruksi menggunakan
Handphone kepada Stakeholder menunjukkan Proses distribusi Site instruksi lebih
efisien, serta teguran lebih efektif karena langsung ditindaklajuti tidak lama setelah
diterima
2. Saran
- Diharapkan gagasan PKSK ini akan diusulkan untuk dapat diterapkan pada semua
paket pengawasan secara berjenjang
- Guna mencapai efektivitas dan efisiensi site instruksi agar tersampaikan ke penyedia
jasa sebagai bentuk kewajiban konsultan maka semua personal stakeholder agar
memiliki alat komunikasi /handphone milik pribadi, guna kelancaran tugasnya. Serta
untuk menjaga kerahasiaan dokumen yang didistribusikan menggunakan Handphone
maka dokumen harus di beri password (encryption) yang hanya dapat diakses oleh
stakeholder terkait.
- Gagasan PKSK diharapkan dapat mengefektifkan site instruksi, mengefisienkan waktu
tindak lanjut dan distribusi surat menggunakan teknologi handphone serta
mewujudkan pelaksanaan pengawasan pekerjaan konstruksi sesuai Daftar Simak
Pengawasan, Spesifikasi Teknis dan Spesifikasi Khusus (SKh) yang berlaku.

38
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIGITAL (GOOGLE
DRIVE) MENUJU AKUNTABILITAS ADMINISTRASI
TEKNIK
Roy Chandra (BPJN Wamena, Ditjen Bina Marga)
Ir. Sugiyartanto, M.T (Coach)

A. Latar Belakang
Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah V Provinsi Papua (Puncak Jaya)
yang selanjutnya disingkat Satker PJN Wil.V Prov. Papua (Puncak Jaya) adaalah salah
satu Satuan Kerja yang ada pada lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN)
Wamena yang bertugas untuk melaksanakan Pembangunan dan Preservasi Jalan
Nasional. Dalam pelaksanaan tersebut Satker PJN Wil.V Prov. Papua (Puncak Jaya)
bekerjasama dengan Penyedia Jasa melalui Dokumen Kontrak Kerja. Dalam
pelaksanaan kontrak pekerjaan tersebut, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah
pengadministrasian pekerjaan yang baik dalam rangka mewujudkan pelaksanaan
pekerjaan tepat mutu, biaya, waktu dan akuntable. Dalam pelaksanaan pekerjaan,
sering terjadi tidak tertib administrasi teknik/administrasi Teknik belum optimal, seperti
kurang lengkapnya dokumen-dokumen pendukung dalam pencairan/tagihan dana.
Administrasi teknik ini sangat penting sebagai backup data dalam pelaksanaan
kegiatan pekerjaan konstruksi yang dikerjakan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
peningkatan tertib administrasi di Satker PJN Wil.V Prov. Papua (Puncak Jaya) dengan
cara pembuatan Petunjuk Teknis (Juknis) pencairan dana dengan memanfatkan
teknologi digital Google Drive.

B. Isu Permasalahan
Pada proses pengadministrasian teknik terdapat beberapa masalah yang terjadi,
diantaranya:
1. Administrasi teknik yang tidak tertib/kurang lengkap yang disebabkan oleh belum
optimalnya kontrol dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);
2. Masih ada pencairan dana yang dilakukan dengan dokumen administrasi teknink
yang kurang lengkap (sementara proses pembuatan/pengerjaan), dengan
pertimbangan mengejar progres keuangan;
3. Masih ada Pengecekan dan pembuatan dokumen administrasi teknik yang
dilakukan/dikerjakan saat melakukan Provesional Hand Over (PHO);
39
4. Adanya kesulitan mencari arsip dokumen teknik yang sudah cukup lama
tersimpan jika dibutuhkan.

C. Gagasan Inovasi
Konsep gagasan PKSK ini diambil dari akar permasalahan yang didapat dari Problem
Tree dan diambil penyelesaiaan dengan menggunakan metode Alternative Tree dan
Target Tree.

40
Dari Target Tree maka didapat dua konsep gagasan PKSK. Pertama adalah membuat
petunjuk teknis pencairan dana, yang didalamnya ada pembuatan penyimpanan
dokumen administrasi melalui Google Drive, pembuatan flowchart
pencairan/penagihan dana. Penyedia Jasa akan mengupload dokumen administrasi
teknik yang telah diperiksa oleh Konsultan supervisi, disetujui oleh PPK dan sudah
ditandatangani oleh setiap pihak.

Dokumen yang akan diupload pada Google Drive seperti laporan harian, mingguuan,
bulanan, backup data kualitas dan kuantitas dan dokumen administrasi teknik lainnya
yang ada dan terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan proyek. Kelengkapan semua jenis
dokumen teknik yang diupload akan dicek oleh petugas administrasi teknik yang ada
di PPK. Untuk konsep gagasan yang kedua adalah membuat surat dari Kasatker ke
PPK perihal penyampaian dan pelaksanaan Petunjuk teknis Pencairan dana.

41
D. Output Impelentasi PKSK
Tujuan dari Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan kerja (PKSK) ini adalah untuk
mewujudkan tertib administrasi teknik yang akuntable di lingkungan Satker PJN Wil. V
Prov. Papau Puncak Jaya.
Manfaat dari Rancangan Peningkatan Kinerja Satuan kerja (PKSK) ini adalah untuk
memudahkan penyimpanan/pengarsipan dokumen dan memiliki kelengkapan
administrasi teknik di lingkungan Satker PJN Wil. V Prov. Papau Puncak Jaya.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan kegiatan Peningkatan Kinerja
Satuan Kerja ini adalah:
- Petunjuk Teknis Pengajuan Pembayaran Prestasi Kerja Pekerjaan Kontraktual
Di Lingkungan Satuan Kerja Pelakasanaan Jalan Nasional Wilayah V Provinsi
Papua (Puncak Jaya) dengan Nomor: 01/JUKNIS/SPJN.V-PJ/2023 telah
disahkan dan ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja pada tanggal 28 Juli
2023 dan disampaikaan kepada seluruh PPK pada tanggal 28 Juli 2023;
- Telah dibuat Link Google Drive untuk penyimpanan Administrasi Teknik Di
Lingkungan Satuan Kerja Pelakasanaan Jalan Nasional Wilayah V Provinsi
Papua (Puncak Jaya);
- Pada saat proses pelakasanaan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja paket
Preservasi Jalan Ruas Usilimo – Karubaga dan Penanganan Longsoran Ruas
Usilimo – Karubaga mengajukan pencairan dana untuk Bulan 01 s.d 03 dengan
dokumen administras Teknik Lengkap.
- Pengelolaan google drive dilakukan secara berjenjang, dimulai dari Admin
Satker, PKK dan Penyedia Jasa, sehingga setiap admin hanya dapat
mengakses sesuai kewenangannya.
2. Saran yang dapat diberikan setelah melakukan kegiatan Peningkatan Kinerja
Satuan Kerja ini adalah:
- Penggunaan dan pelaksanaan Petunjuk Teknis ini harus dikontrol agar dapat
berjalan dengan baik dan berkesinambungan di Lingkungan Satuan Kerja
Pelakasanaan Jalan Nasional Wilayah V Provinsi Papua (Puncak Jaya);
- Untuk Petunjuk Teknis ini jika berjalan dengan baik dan akuntable di
Lingkungan Satuan Kerja Pelakasanaan Jalan Nasional Wilayah V Provinsi

42
Papua (Puncak Jaya), maka akan disarankan untuk digunakan di seluruh
Lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Wamena secara berjenjang.

43
PENYUSUNAN BUKU PEDOMAN PRAKTIS
PENGAWASAN MUTU PEKERJAAN RIGID
PAVEMENT DALAM RANGKA MENGURANGI
TEMUAN BERULANG PADA PAKET PRESERVASI
JALAN SIMPANG NIAM – LUBUK KAMBING
Septiaji Pratama, S.T (BPJN Jambi, Ditjen Bina Marga)
Dr. Ir. Jawali Marbun, M.Sc (Coach)

A. Latar Belakang
Ruas Jalan Nasional Simpang Niam – Lubuk Kambing adalah salah satu jalan nasional yang
merupakan lintas penghubung antara lintas tengah sumatera dengan lintas timur sumatera di
Provinsi Jambi yang menghubungkan Kabupaten Muara Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Di sepanjang ruas ini banyak terdapat perkebunan kelapa sawit, perkampungan
penduduk dan pertambangan gas alam dan batu bara. Ruas jalan ini merupakan ruas jalan
kabupaten yang kemudian masuk menjadi jalan nasional sesuai SK Jalan Nasional Tahun
2015. Perkerasan jalan yang ada Sebagian besar adalah perkerasan berbutir tanpa penutup
aspal, ruas ini juga tergolong berbukit. Terdapat segmentasi dengan grade lebih dari 10%.
Ruas ini melayani lalu lintas dengan kendaraan berat cukup tinggi. Pada saat musim penghujan
tiba jalanan menjadi licin akibatnya sering terjadi gagal menanjak pada kendaraan berat. Hal
ini sangat mempengaruhi aktivitas mobilItas arus lalu lintas yang melintas pada ruas jalan ini.
Untuk itu diperlukan penanganan Peningkatan Struktur Jalan yang akan dilaksanakan dengan
Panjang Penanganan Effektif berupa Rekonstruksi Jalan sepanjang 25.36 Km. PT. Abun Sendi
selaku penyedia jasa konstruksi memenangkan tender paket Preservasi Jalan Simpang Niam-
Lubuk Kambing dengan nilai penawaran Rp.155.915.264.000 (72,60%) dari nilai pagu
pengadaan sebesar Rp.214.737.889.000.
Berdasarkan Temuan Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) RI atas kerugian Negara sesuai
dengan yang tertuang dalam LHP BPK RI tahun 2020 sampai dengan 2022 adanya temuan
berulang salah satunya ketidaksesuaian spesifikasi diantaranya pada pekerjaan perkerasan
beton semen.

B. Isu Permasalahan
Adapun uraian permasalahan yang terdapat pada Paket Preservasi Jalan Simpang Niam –
Lubuk Kambing adalah sebagai berikut.
1. Terganggunya lalu lintas proyek akibat lokasi kegiatan dilewati oleh truk pengangkut batu
bara dan parkir disepanjang jalan pada segmentase tertentu.

44
Lokasi kegiatan yang berada dekat dengan pertambangan batu bara selalu dilewati oleh
truk pengangkut batu bara dan parkir di sepanjang jalan di segmentasi tertentu setiap
pukul 9.00 - 19.00 WIB. Sehingga mengganggu kelancaran pelaksanaan kegiatan
pekerjaan.
2. Terganggunya pekerjaan galian dan timbunan (cut and fill) akibat adanya kegiatan rutin
penyiraman badan jalan yang dilakukan oleh perusahaan batu bara lokal.
Perusahaan batu bara lokal yang bersinggungan dengan ruas jalan Simpang Niam –
Lubuk Kambing secara rutin melakukan penyiraman badan jalan sebagai Upaya
pemeliharaan agar jalan nasional yang mereka lalui tetap fungsional, sementara
penyiraman dengan kandungan air yang berlebihan ini mengganggu pekerjaan galian dan
timbunan, sehingga pekerjaan timbunan yang dikerjakan mengalami hambatan untuk
mendapatkan kepadatan kering lapangan.
3. Adanya temuan berulang mutu pekerjaan yang tidak sesuai dengan Spesifikasi
Berdasarkan LHP BPK RI tahun 2020 sampai dengan 2022 terjadi temuan berulang salah
satunya ketidaksesuaian spesifikasi diantaranya pada pekerjaan perkerasan beton semen.
PT. Abun Sendi selaku penyedia jasa konstruksi memenangkan tender paket Preservasi
Jalan Simpang Niam – Lubuk Kambing dengan nilai penawaran Rp.155.915.264.000
(72,60%) dari nilai pagu pengadaan sebesar Rp.214.737.889.000, dimana peralatan utama
yang dipersyaratkan yakni concrete paver sampai dengan saat ini belum didatangkan,
dimana pada pelaksanaannya di lapangan memerlukan pengawasan ekstra dan hal ini
secara langsung dapat berakibat kepada kualitas akhir hasil pekerjaan.
Selanjutnya dilakukan penapisan masalah dengan menggunakan analisis USG (Urgency,
Seriousness, Growth).

Keterangan Skala Nilai:


5 (Sangat Penting); 4 (Penting) ; 3 (Cukup Penting) ; 2 (Kurang Penting) ; 1 (Tidak Penting)

45
Keterangan notasi:
- U – Urgency = Untuk menilai seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas,
dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan
waktu.
- S – Seriousness = Seberapa serius isu yang diangkat dibahas yang dikaitkan dengan
akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu.
- G – Growth = Kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dan dikaitkan
dengan kemungkinan masalah penyebab isu akan semakin memburuk
jika dibiarkan.

Sehingga permasalahan “Adanya temuan berulang mutu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan Spesifikasi” menjadi permasalahan utama yang harus diselesaikan pada paket
Preservasi Jalan Simpang Niam – Lubuk Kambing.

C. Gagasan Inovasi
Konsep gagasan PKSK disusun berdasarkan analisis akar masalah yang sudah dianalisis
melalui metode analisis Problem Tree, yang diharapkan dapat menyelesaikan core problem
yang ada berdasarkan rincian kondisi semula dan kondisi yang diharapkan sebagai berikut.
3. Kondisi semula:
Adanya temuan berulang mengenai mutu pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi
sehingga menyebabkan kinerja PPK / Kasatker kurang baik.
4. Kondisi yang diharapkan:
Tidak terjadi temuan berulang terkait mutu pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi
sehingga kinerja PPK / Kasatker Baik.
Sehingga diusulkan gagasan utama peningkatan kinerja satuan kerja melalui “Penyusunan
Buku Pedoman Praktis Pengawasan Mutu Pekerjaan Rigid Pavement Dalam Rangka
Mengurangi Temuan Berulang pada Paket Preservasi Jalan Simpang Niam – Lubuk Kambing”.

D. Output Implementasi PKSK


Adapun output yang dihasilkan kegiatan ini berupa:
1. Daftar Standar dan Rujukan (terlampir), meliputi Sub Kegiatan kegiatan:
a. Mengumpulkan literatur Spesifikasi, ASTM, SNI dan referensi lainnya, dengan output
berupa: Daftar Standar dan Rujukan (terlampir)
b. Konsultasi dengan mentor, dengan output berupa: Rekomendasi mentor, yakni

46
5. Memberikan saran output hasil keluaran dari kegiatan 1: Pengumpulan literatur
berupa Daftar Standar dan Rujukan;
6. Memberikan saran pada kegiatan 2 ditambahkan sub kegiatan Penyusunan Kuisioner
sebagai rekaman masukan tertulis pada saat pengumpulan feed back.

2. Penyusunan Konsep Buku Praktis


Adapun output yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa: Draft Buku Pedoman Praktis
(terlampir), meliputi Sub Kegiatan kegiatan:
a. Menyusun draft buku pedoman praktis pengawasan pekerjaan rigid pavement, dengan
output berupa: Draft Buku Pedoman Praktis (terlampir).
b. Menyusun Kuisioner, dengan output berupa: Kuesioner dalam bentuk Google Form
(terlampir).
c. Konsultasi dengan mentor dengan output berupa: Rekomendasi mentor, yakni
- Memberikan masukan butir pertanyaan yang disusun dalam kuisioner
- Menyampaikan surat kepada stakeholder perihal permohonan pengisian kuisioner

3. Diseminasi dan Penerbitan Buku Pedoman Praktis (Final)


Adapun output yang dihasilkan kegiatan ini berupa: Buku Pedoman Praktis Pengawasan
Mutu Pekerjaan Rigid Pavement (Final) (terlampir), meliputi Sub Kegiatan kegiatan:
a. Mempresentasekan / FGD draft buku pedoman praktis pengawasan pekerjaan rigid
pavement di lingkungan Satuan Kerja, dengan output berupa: Saran dan masukan
perbaikan.
b. Mengumpulkan feedback berupa masukan dan usulan perbaikan, dengan output
berupa: Hasil Isian Kuisioner dengan Google Form (Terlampir).
c. Melakukan koreksi dan perbaikan berdasarkan masukan dan usulan perbaikan,
dengan output berupa: Draft Buku Pedoman Praktis Hasil Perbaikan (Terlampir).
d. Menerbitkan / merilis buku pedoman praktis (Final), dengan output berupa: Buku
Pedoman Praktis Pengawasan Mutu Pekerjaan Rigid Pavement (Final) (terlampir).

47
Dalam pelaksanaan masing – masing kegiatan dan sub kegiatan di atas terdapat kendala
yang ditemui beserta strategi penanganannya antara lain:

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
- “Buku Pedoman Praktis Pengawasan Mutu Pekerjaan Rigid Pavement” disusun
sebagai petunjuk praktis bagi pelaksana, pengawas, praktisi di lapangan khususnya
dalam pengawasan mutu pekerjaan rigid pavement, sehingga tidak terjadi temuan
berulang terkait mutu pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
- Dengan adanya buku ini diharapkan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang
mengakibatkan atau mempengaruhi hasil akhir mutu pekerjaan sehingga tidak
menurunkan kinerja dan akuntabilitas PPK dan Kasatker di mata Auditor.
2. Saran
- Dalam upaya peningkatan hasil akhir dari produk “Buku Pedoman Praktis Pengawasan
Mutu Pekerjaan Rigid Pavement” dapat dilakukan perbaikan baik secara substansi
maupun editorial di kemudian hari.
- Kedepannya perlu disusun Petunjuk Pedoman Praktis Dalam Pekerjaan Perkerasan
Lentur (Flexibel Pavement).
- Dalam rangka menjaga tingkat kompetensi Personil Direksi Teknis dan Direksi
Lapangan perlu dilaksanakan refreshing dan upgrading kompetensi secara berkala /
periodik dalam rapat berkala baik rapat mingguan maupun rapat bulanan.

48
PENGENDALIAN KUALITAS CAMPURAN BERASPAL
PANAS DAUR ULANG (HMRA, HOT MIX RECYCLING
ASPHALT) DI RUAS JALAN CIREBON - CIAMIS
Tedi Santo Sofyan, S.T, M.T (BBPJN DKI Jakarta – Jawa Barat, Ditjen Bina Marga)
Ir. Tasripin Sartiyono, M.T (Coach)

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan pencapaian renstra 2020-2024 dan pencapaian visium
Kementerian PUPR 2030 bidang Bina Marga yaitu jalan 99% mantap yang terintegrasi antar
moda yang memanfaatkan sebanyak-banyaknya material lokal dan menggunakan teknologi
daur ulang serta Indonesia maju 2045, maka Kementerian PUPR telah melakukan beberapa
upaya antara lain menggunakan teknologi recycling untuk perkerasan jalan.

Perkembangan teknologi recycling untuk perkerasan jalan dimulai sekitar tahun 2010 yang
pemanfaatannya hanya untuk lapis pondasi yaitu teknologi CTRB (Cement Treated Recycling
Base) dan CMRFB (Cold Mix Recycling Foam Bitument). Kedua teknologi tersebut
memanfaatkan hasil kupasan material perkerasan beraspal yang umum dikenal dengan RAP
(Reclaimed Asphalt Pavement) sebagai pengganti agregat saja tanpa memperhitungkan
kandungan aspal eksistingnya sebagai bahan pengikat.
Setelah teknologi recycling perkerasan jalan untuk lapis pondasi, pada tahun 2019 Direktorat
Jenderal Bina Marga mengeluarkan Spesifikasi Khusus Interim Campuran Beraspal Panas
Daur Ulang Pencampuran di Unit Produksi Campuran Aspal (Skh-16.27). Teknologi ini dapat
menyerap RAP hingga 40% dimana agregat dan aspal lama diperhitungkan untuk
mensubstitusi agregat dan aspal baru. Teknologi ini digunakan sebagai lapisan beraspal mulai
dari lapis pondasi, lapis antara sampai lapis aus.
Kekuatan struktur dari lapisan menggunakan campuran recycling ini dapat lebih tinggi dari
campuran beraspal konvensional yang menggunakan 100% agregat baru dan aspal baru.
Dengan digunakannya metoda recycling harga satuan produksi juga dapat lebih murah dan
yang tidak kalah penting adalah keuntungan yang diperoleh dari penurunan efek buruk
terhadap lingkungan.
Berdasarkan keuntungan yang dapat diperoleh dari Campuran Beraspal Panas Daur Ulang
yang telah diuraikan sebelumnya, Direktorat Jenderal Bina Marga terus mendorong
penggunaan teknologi ini yaitu dengan mengeluarkan Surat Direktur Jenderal Bina Marga
perihal penugasan teknologi kepada Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Penugasan
umtuk teknologi ini dimulai pada TA 2022 dan sampai TA 2023 ini masih berlangsung.
Rekapitulasi penugasan teknologi HMRA di Bina Marga dan di BBPJN DKI Jakarta Jawa Barat,

49
sesuai dengan Surat Direktur Jenderal Bina Marga No. BM 08-Db/1174 tahun 2021 dan No.
BM 0303-Db/1459 disajikan pada Tabel berikut.

Tabel: Rekapitulasi Penugasan Teknologi HMRA

Volume penggunaan teknologi ini masih cukup kecil terbatas pada paket pekerjaan yang
memperoleh penugasan padahal potensi dan keuntungannya sangat besar. Beberapa faktor
yang menjadi kendala penerapan teknologi campuran beraspal panas daur ulang adalah
disebabkan karena teknologi ini masih relatif baru dimana populasi AMP yang dapat
memproduksi teknologi ini masih sedikit (dalam produksinya dibutuhkan AMP khusus
recycling) sehingga hanya dapat diterapkan di lokasi tertentu yang masih dapat dijangkau AMP
khusus recycling. Kendala lain yang mungkin ditemui saat pelaksanaan proyek ini adalah waktu
pelaksanaan yang hanya ± 6 bulan.
Metoda perancangan campuran dan metoda produksi campuran antara campuran beraspal
konvensional dan campuran beraspal panas daur ulang sangat berbeda dan hal ini harus
diketahui oleh para pihak yang terlibat agar saat pelaksanaanya tidak ada
masalah.

B. Isu Permasalahan
Dalam penerapan teknologi yang masih relatif baru ini penulis mengidentifikasi beberapa
masalah yang mungkin timbul pada saat pelaksanaannya di ruas PPK 3.4 Jawa Barat yang
dapat menyebabkan tidak ter-delivery-nya pekerjaan ini dengan tepat mutu, tepat biaya, tepat
waktu. Permasalahan dikerucutkan menjadi 3 masalah utama sebagai berikut:
1. Kesulitan mencari Kontraktor yang mempunyai AMP khusus recycling.
2. Kontraktor pelaksana, Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis belum memahami metoda
pelaksanaan dan quality control dari teknologi ini sehingga dapat mengakibatkan kualitas
hasil pekerjaan tidak sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi.
3. Keterlambatan penyelesaian proyek karena waktu kontrak hanya ± 6 bulan.

Terhadap 3 masalah tersebut selanjutnya dilakukan penapisan menggunakan metoda USG


(Urgency, Seriousness, Growth) dengan pembobotan. Hasil penapisan dengan metoda USG
disajikan pada Tabel Berikut:

50
Hasil Analisa Masalah Utama Menggunakan Menggunakan USG

Hasil penapisan dengan metoda USG diketahui bahwa permasalahan utama yang dapat
menyebabkan proyek tidak terdelivery dengan dengan tepat mutu, tepat biaya, tepat waktu
adalah akibat kurangnya pemahaman mengenai metoda pelaksanaan dan quality control dari
teknologi recycling yang baru ini.

C. Gagasan Inovasi
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah yang telah dilaksanakan maka sebagai gagasan
PKSK yang akan diciptakan dilakukan dengan cara membandingkan antara fakta kesenjangan
yang merupakan masalah dengan kondisi yang diharapkan yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Kondisi Semula dan Kondisi yang Diharapkan


1. Dalam rangka meningkatkan kinerja Satuan Kerja khususnya untuk meningkatkan kualitas
dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan HMRA maka akan dilakukan langkah sebagai
berikut: Membuat diagram alir dari proses perancangan campuran dan proses produksi
campuran untuk teknologi recycling sebagai acuan pada saat pelaksanaan.

51
2. Membuat daftar simak quality control sesuai spesifikasi yang diacu sehingga kualitas akan
terkawal di setiap proses.
3. Membuat Instruksi Kerja (IK) pelaksanaan pekerjaan HMRA

D. Output Impelentasi PKSK


Output Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari dilaksanakannya PKSK ini maka disusun
suatu Instruksi Kerja yang detail dilengkapi dengan diagram alir dan daftar simak quality
control untuk pekerjaan Campuran Beraspal Panas Daur Ulang (HMRA), maka output dari
PKSK ini adalah Dokumen Kerja Pelaksanaan HMRA. 3.2.
Outcome yang diperoleh dari pelaksanaan PKSK ini antara lain:
1. Meningkatkan mutu pekerjaan Campuran Beraspal Panas Daur Ulang (HMRA) dan
pelaksanaannya dapat tepat waktu khususnya di Satker PJN III Provinsi Jawa Barat dan
umumnya Satker lain yang terdapat pekerjaan tersebut.
2. Dokumen Kerja Pelaksanaan HMRA yang telah disusun menjadi masukkan untuk
penyempurnaan SKh-1 6.27 tentang Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Daur Ulang
Pencampuran di Unit Produksi Campuran Aspal.
3. Dengan Dokumen Kerja Pelaksanaan HMRA yang telah disusun atau penyempurnaan
SKh-1 6.27 tentang Spesifikasi Campuran Beraspal Panas Daur Ulang Pencampuran di
Unit Produksi Campuran Aspal, pengunaan teknologi recycling ini dapat diterapkan
secara luas dengan kualitas yang baik sesuai spesifikasi.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan
Gagasan Peningkatan Kinerja Satuan Kerja (PKSK) ini berupa penyusunan Dokumen Kerja
Pelaksanaan HMRA dalam rangka peningkatan kualitas pekerjaan campuran beraspal
panas daur ulang di ruas jalan Cirebon – Ciamis diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pekerjaan campuran beraspal panas daur ulang khususnya di ruas jalan Cirebon – Ciamis
PPK 3.4 Provinsi Jawa Barat dan umumnya untuk seluruh PPK yang terdapat pekerjaan
sejenis.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik rekomendasi sebagai berikut:
- Penerapan Dokumen Kerja Pelaksanaan HMRA belum dapat dilakukan karena
pelaksanaan di lapangan harus mundur akibat akibat revisi DIPA untuk paket pekerjaan
tersebut belum terbit. Namun demikian jika nanti pelaksanaan pekerjaan di lapangan
dilaksanakan maka penerapan Dokumen Kerja ini akan tetap dilanjutkan walaupun
waktu untuk PKSK ini sudah berakhir.
52
- Dokumen Kerja Pelaksanaan HMRA ini akan menjadi bahan usulan untuk
penyempurnaan SKh-1 6.27 melalui Sub Direktorat TPI Direktorat Bina Teknik Jalan
Dan Jembatan.

53
PENINGKATAN PENGENDALIAN TRUK OVER-
DIMENSION OVER-LOADING PADA RUAS JALAN
MAYON-SP. KAPIRAYA
Virgy Noegraha Azhary, S.T (BPJN Wamena, Ditjen Bina Marga)
Asep Hilmansyah, S,T., M.T (Coach)

A. Latar Belakang
Ruas jalan Mayon – Sp. Kapiraya merupakan ruas jalan yang ditangani oleh Satker
Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VI Provinsi Papua (Timika). Ruas Jalan ini memiliki
Panjang 71,57 KM berdasarkan SK jalan nasional, atau 72,4 KM berdasarkan hasil
survey. Berdasarkan SK Jalan Nasional tahun 2022, ruas jalan ini termasuk Jalan
Kolektor Primer-1 (JKP-1). JKP-1 menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
03/PRT/M/2012adalah Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan secara berdaya
guna antar ibukotaprovinsi, sedangkan menurut UU Nomor 2 tahun 2022 tentang
Jalan, JKP-1 adalah jalankolektor dalam Sistem Jaringan Jalan primer yang
menghubungkan sistem transportasi nasional lainnya. Ruas jalan ini merupakan Jalan
Nasional yang akan menghubungkan kota Timika dengan Ibu Kota Provinsi Papua
Tengah (Nabire).

Lokasi Studi Kasus (Ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya)

Ruas Jalan ini memiliki banyak sungai dengan tipe braided stream dan kaya akan
sumber daya alam material batuan dan galian C, sehingga banyak aktivitas
penambangan oleh pengusaha setempat. Salah satu lokasi penambangan yang
diangkat pada studi kasus rancangan PKSK ini adalah yang berada di Jembatan Kali
Kopi (KM 77+300 Ruas Mayon– Sp. Kapiraya). Dengan banyaknya aktivitas

54
penambangan oleh pengusaha setempat, maka ruas jalan ini banyak dilintasi oleh
Truk-truk yang mengangkut material hasil penambangan untuk dibawa ke Timika
maupun ke lokasi pekerjaan.

Lokasi Studi Kasus Jembatan Kali Kopi yang dijadikan Tempat Penambangan Material

B. Isu Permasalahan
Secara teori, jalan memang sudah didesain untuk mengalami kerusakan. Namun
kerusakan yang terjadi sifatnya adalah dapat diprediksi, dalam artian kerusakan jalan
akan terjadi ketika berusia tertentu dan dalam kondisi yang tidak dilakukan
pemeliharaan. Kondisi permukaan jalan harus tetap terpelihara dengan baik untuk
memberikan pelayanan yang baik pengguna jalan. Namun kerusakan jalan merupakan
hal yang tidak dapat dielakkan.
Menurut Sukirman (1999) kerusakan-kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan
dapat disebabkan oleh:
1. Lalu lintas yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air yang dapat berasal dari air hujan sistem drainase jalan yang tidak baik dan
naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material
itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak
baik.
4. Iklim Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi
yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.

55
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system
pelaksanaan yang kurang baik atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasarnya yang memang kurang bagus.
6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor saja,
tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling berhubungan.
Pada November 2022, sudah dilakukan overlay menggunakan HRS WC dengan tebal
desain 3 cm pada Ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya dari STA 0+000 s.d. 16+400.
Namun hanya berselang beberapa bulan, kerusakan pada badan jalan sudah terjadi.
Kerusakan yang terjadi adalah jalan berlubang dan juga terjadi alur (rutting). Kerusakan
yang terjadi juga cukup unik, mengingat hanya setengah badan jalan saja yang
mengalami kerusakan, dan kerusakan hanya terjadi mulai dari lokasi penambangan
quarry (STA 6+000 Ruas Mayon – Sp. Kapiraya) menuju ke arah Kota Timika (STA
0+000 Ruas Mayon – Sp. Kapiraya), seperti pada gambar.

Dokumentasi Kerusakan Jalan di Sekitar Lokasi Penambangan Jembatan Kali Kopi

56
Tipe kerusakan yang terjadi : a) Pelepasan Butir; b) Lubang; c) Alur / Rutting ;d) Retak

Berdasarkan kondisi lapangan tersebut, dapat diidentifikasi penyebab permasalahan


kerusakan jalan yang terjadi adalah sebagai berikut

- Truk – truk penambang material quarry melintas dengan kapasitas berlebih


(terutama akibat material basah) dan dimensi yang berlebih (ODOL);
- Material yang diangkut basah dan juga dengan bak terbuka (tidak ditutup);
- Banyak rembesan air dan material batuan yang terjatuh ketika truk melintasi jalan;
- Material yang jatuh ini memberikan “luka” pada aspal ketika dilewati oleh
kendaraan sehingga terjadi lubang.

C. Gagasan Inovasi
Konsep gagasan peningkatan kinerja satuan kerja diturunkan dari akar masalah yang
dianalisis menggunakan problem tree. Problem tree ini kemudian dibuat alternative
tree sebagai bentuk perubahan apa yang harus terjadi untuk mengurangi /
menghilangkan masalah yang dianalisis.
Adapun alternative tree dari permasalahan kerusakan pada perkerasan jalan dan
jembatan Ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya adalah sebagai berikut.

57
Alternative Tree Kerusakan pada Perkerasan Jalan dan Jembatan Ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya

Dari alternative tree diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan apa yang harus terjadi
terhadap permasalahan yang dianalisis di problem tree sebelumnya adalah:

- Meningkatnya kesadaran & kepedulian perusahaan dan sopir truk terkait efek dari
ODOL terhadap kerusakan jalan
- Adanya papan peringatan di lapangan terkait truk ODOL
- Adanya SOP terkait pengendalian truk ODOL
- Diterapkannya sanksi dari pihak berwenang terhadap truk ODOL

Dengan melakukan perubahan tersebut, maka diharapkan truk ODOL yang melewati
ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya dapat lebih terkendali, sehingga dapat mengurangi
terjadinya kerusakan pada perkerasan jalan dan juga di jembatan. Hal ini juga senada
dengan UU No. 2 tahun 2022 tentang Jalan pasal 36 ayat 5, yang menyatakan bahwa
Penyelenggara Jalan dan instansi terkait yang berwenang dalam pengawasan lalu
lintas dan angkutan Jalan wajib berkoordinasi dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian muatan yang berlebih yang menjadi faktor perusak Jalan.

Untuk melakukan perubahan tersebut, maka hal yang harus dilakukan dan sekaligus
menjadi aktivitas pada tugas rancangan PKSK ini dijabarkan dalam bentuk Target Tree
sebagai berikut.

58
Target Tree Kerusakan pada Perkerasan Jalan dan Jembatan Ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya

D. Output Implementasi
Sesuai dengan rancangan pelaksanaan PKSK yang telah diuraikan, terdapat 3 output
yang dilakukan sebagai bentuk peningkatan pengendalian terhadap Truk ODOL yang
melintas di Ruas Jalan Mayon – Sp. Kapiraya, yaitu:
1. Membuat dan memasang papan peringatan untuk larangan muatan berlebih.
2. Melakukan sosialisasi kepada pengusaha setempat terkait arahan untuk truk
ODOL.
3. Menyusun draft SOP untuk mengendalikan truk ODOL yang melintas di Ruas Jalan
Nasional.

Masing-masing output tersebut berhasil dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

1. Papan peringatan
Desain papan peringatan sudah dikonsultasikan dengan mentor semenjak proses
rancangan PKSK dan sudah dikonsultasikan/disampaikan juga kepada coach
melalui pesan Whatsapp pada 20 Juni 2023, dan disampaikan kepada instansi
terkait (Dinas PU, Dinas Perhubungan dan Satlantas) dan juga pengusaha yang
memiliki truk ODOL pada saat sosialisasi 18 Juli 2023, dengan desain seperti
gambar dibawah. Adapun pemasangan papan peringatan dilaksanakan setelah
dilakukan sosialisasi, yaitu pada tanggal 18 Juli 2023, dengan dokumentasi pada
Lampiran.

59
2. Sosialisasi
Persiapan untuk sosialisasi dilakukan mulai dari pendataan truk yang lewat di Ruas
Jalan Mayon – Sp. Kapiraya pada tanggal 17 Juni 2023, dengan bukti pada
lampiran. Kemudian dilakukan penyusunan bahan diseminasi / bahan paparan
yang akan disampaikan kepada pengusaha yang memiliki truk ODOL sekaligus
mempelajari terkait peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengendalian dan pengawasan terhadap kendaraan dengan Dimensi Lebih (Over-
Dimension) dan Muatan Lebih (Over-Loading) mulai tanggal 19 Juni 2023.
Undangan sosialisasi disampaikan kepada pengusaha yang memiliki Truk ODOL
pada 14 Juli 2023 dan undangan kepada instansi terkait disampaikan kepada pada
17 Juli 2023, sedangkan sosialisasi dilaksanakan pada 18 Juli 2023, dengan
dokumentasi seperti dibawah dan pada lampiran.

60
a) Pendataan Truk yang Melintas di Jalan Mayon – Sp. Kapiraya; b) Penyampaian
undangan sosialisasi kepada Perusahaan / Pengusaha; c) Penyampaian undangan
sosialisasi kepada Instansi terkait; d) Pelaksanaan Sosialisasi

3. Draft SOP
Penyusunan Prosedur ini dimaksudkan untuk membantu proses pengendalian
kendaraan truk over-dimension dan over-loading, serta truk yang membawa
muatan yang tidak tertib yang melewati ruas jalan nasional, yang berpotensi
menimbulkan kerusakan jalan yang tidak diinginkan apabila tidak dilakukan
pengendalian. Adapun draft SOP terhadap pengendalian kendaraan truk over-
dimension dan over-loading terdapat pada lampiran, dengan flowchart langkah-
langkah pengendalian adalah sebagai berikut:

Draft SOP Pengendalian terhadap Kendaraan dengan Dimensi Lebih (Over Dimension) dan Muatan Lebih
(Over-Loading)

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil aktualisasi dari gagasan PKSK, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
- Terjadinya permasalahan rusaknya sebagian jalan di KM 0 s.d. KM 6 Ruas
Mayon – Sp. Kapiraya disebabkan oleh Truk-truk yang memiliki dimensi atau
muatan yang melebihi standar, dan juga truk yang mengangkut material basah.
- Gagasan yang dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan tiga cara, yaitu:
61
- Melakukan sosialisasi kepada pengusaha yang memiliki truk ODOL dan
melewati ruas Jalan Mayon – SP. Kapiraya.
- Membuat papan peringatan terkait pelarangan truk ODOL dan material basah.
- Menyusun draft SOP terkait pengendalian truk ODOL.
- Untuk mewujudkan gagasan tersebut, telah dilakukan aktualisasi atas
rancangan Gagasan.

2. Rekomendasi
Diperlukan keberlanjutan dari aktualisasi gagasan PKSK ini, yaitu pengesahan SOP
Pengendalian terhadap Truk ODOL yang melintasi Ruas Jalan Nasional di Lingkup
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Wamena oleh Kepala Balai, dilanjutkan dengan
penerapannya bersama-sama dengan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan
setempat dan juga atuan Lalu Lintas Polres setempat dalam rangka monitoring dan
mengendalikan Truk ODOL yang melintasi ruas Jalan Nasional.

62

Anda mungkin juga menyukai