Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas perpajakan

Dosen pengampu : Daryanto, S.E.,M.Ak.,CTT.,CTAP.,CPTT

Kelompok 4

Amelia (22520003)

Ananda Ayu Savitri (22510001)

Sinta Bela (22510003)

Mawya Tari Kamisuka (22510004)

STIE DHARMA AGUNG

CIKARANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis
membahas mengenai “Pajak pertambahan nilai”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman mengenai Pajak pertambahan nilai. Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya
penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi, dan saran.

Hanya kepada Tuhan maha kuasa jugalah penulis memohon do’a sehingga bantuan dari berbagai
pihak bernilai ibadah. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Sehingga demikian sajalah yang dapat penulis berikan. Penulis juga sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cikarang,29 Maret 2023

Penulis
Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................................4
Latar Belakang Masalah.................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...........................................................................................................................................5
Tujuan..............................................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................................6
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)..................................................................................................6
Peraturan Tarif PPN Terbaru........................................................................................................................6
Fungsi PPN.......................................................................................................................................................8
Objek PPN........................................................................................................................................................9
Tarif PPN Terbaru........................................................................................................................................11
Ketentuan PPN Jasa Luar Negeri.................................................................................................................11
Pengertian PPN Keluaran.............................................................................................................................12
Pengertian PPN Masukan.............................................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................................................................13
SARAN...........................................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah

Pemerintah kini telah menerapkan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11
persen. Pelaku usaha dan wajib pajak diharapkan menghitung pajaknya dengan benar agar tidak
terjadi permasalahan di bidang perpajakan. Adapun aturan pengenaan pajak itu tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Dalam peraturan tersebut, barang-barang tertentu dikenakan PPN sebesar 10 persen. Namun,
aturan itu selanjutnya diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (UU HPP) dimana PPN yang dikenakan kini besarnya naik menjadi 11
persen. Tata cara atau rumus untuk menghitung PPN juga telah diterangkan dalam aturan tersebut.
Ada baiknya, para wajib pajak membaca dan mempelajari UU tersebut agar pajaknya bisa dibayar
secara benar.

Adapun untuk cara penghitungan PPN diatur dalam Pasal 8A UU tentang HPP. Di pasal itu
disebutkan bahwa PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN dengan dasar
pengenaan pajak (meliputi harga jual, penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain).

Pasal tersebut juga menjelaskan pajak masukan atas perolehan barang kena pajak dan/atau jasa
kena pajak, impor barang kena pajak, serta pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud
dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean, yang
dalam penghitungan pajak pertambahan nilai terutang menggunakan dasar pengenaan pajak
berupa nilai lain dapat dikreditkan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme pengenaan PPN
2. Bagaimana objek pengenaan PPN
3. Bagaimana tarif pajak dalam PPN
4. Bagaimana PPN luar negeri
5. Bagaimana fungsi PPN
Tujuan
1. Mengetahui pengertian PPN
2. Mengetahui peraturan PPN
3. Mengetahui fungsi PPN
4. Mengetahui objek-objek PPN
5. Mengetahui ketentuan PPN jasa luar negeri
6. Mengetahui pengertian PPN keluaran dan masukan
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pajak yang dipungut oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi, Badan, dan Pemerintah yang berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas transaksi
jual-beli BKP dan/atau JKP. Karena PPN bersifat objektif, tidak kumulatif, dan merupakan
pajak tidak langsung, maka pihak yang membayar pajak ini tidak diwajibkan menyetorkan
langsung ke kas negara, melainkan lewat pihak yang memotong/memungut PPN. Subjek PPN
yaitu Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan non PKP. Bedanya, jika sebagai PKP wajib memungut
PPN. Sedangkan Non PKP tidak bisa memungut Pajak Pertambahan Nilai. Tapi bagi Non
PKP, ketika melakukan transaksi barang/jasa kena PPN tidak bisa mengkreditkan Pajak
Masukan.

Peraturan Tarif PPN Terbaru


Ketentuan tentang PPN diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang
telah mengalami beberapa kali perubahan, terbaru diatur dalam UU HPP berkaitan dengan
besar tarif PPN. Selain kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai, regulasi baru ini juga
mengatur kembali daftar negative list atau barang/jasa yang tidak dikenakan PPN. Artinya,
beberapa barang/jasa yang sebelumnya berada dalam daftar negatif list, akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai. Namun pemerintah menegaskan, bagi masyarakat berpenghasilan
menengah dan kecil tetap tidak perlu membayar Pajak Pertambahan Nilai atas konsumsi
kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan layanan sosial.

1. Undang-undang yang mengatur Pajak Pertambahan Nilai


Terdapat beberapa kali perubahan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai di
Indonesia. Adapun perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya pergantian
model pemungutan pajak dan peraturan perundang-undangan agar bisa lebih
sederhana dan adil untuk masyarakat termasuk dalam pembuatan Faktur Pajaknya.

Berikut adalah perubahan UU terkait Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia


a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah diciptakan untuk mengatur tentang PPN dan
PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) yang disahkan pada 1 April
1985.
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000
Setelah UU No. 8 Tahun 1983, muncul perubahan kedua yaitu Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.
Perubahan ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan sistem perpajakan
yang tepat untuk masyarakat juga untuk meningkatkan penerimaan negara.
c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
Perubahan ketiga adalah UU No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM. Untuk melengkapi
kekurangan pada UU Pajak Pertambahan Nilai sebelumnya, undang-undang
ini bertujuan memberikan keadilan hukum dan keamanan bagi negara dan
masyarakat dengan sistem perpajakan yang jauh lebih sederhana.
d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Meski ketentuan baru tentang Pajak Pertambahan Nilai ini juga diatur
kembali dalam UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada klaster
perpajakan, namun UU 42 Tahun 2009 sebagian masih berlaku. Ada beberapa
bagian pasal dalam UU Cipta Kerja klaster perpajakan ini yang mengubah
atau menambahkan beberapa pasal dari undang-undang pendahulunya.
e. Terbaru dalam UU HPP No. 7 Tahun 2021
Peraturan perundang-undangan perpajakan tentang PPN tertuang dalam
UU HPP No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

2. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai di Indonesia


Secara teknis, mekanisme yang berlaku terhadap PPN di Indonesia sebagai berikut:
a. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP wajib memungut Pajak
Pertambahan Nilai dari pembeli/penerima BKP/JKP, dan membuat Faktur
Pajak sebagai bukti pemungutannya.
b. Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut
merupakan Pajak Keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya
sebagai pajak yang harus dibayar (utang pajak).
c. Pada waktu PKP melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang
dikenakan PPN yang merupakan Pajak Masukan yang sifatnya sebagai
pajak yang dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut
berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.
d. Untuk setiap Masa Pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran
lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas
Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
disampaikan. Dan sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, maka selisih tersebut dapat dikompensasi ke
masa pajak berikutnya. Restitusi hanya dapat diajukan pada akhir tahun
buku. Hanya PKP yang disebutkan dalam Pasal 9 ayat (4b) UU Nomor 42
Tahun 2009 saja yang dapat mengajukan restitusi untuk setiap Masa Pajak
e. PKP di atas wajib menyampaikan SPT Masa PPN setiap bulan ke KPP
terkait paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
Pajak.

Fungsi PPN
1. Fungsi PPN untuk perhitungan kekurangan pajak atau kelebihan pajak
Fungsi utama PPN Masukan dan Keluaran adalah sebagai perhitungan untuk
mengetahui seberapa besar jumlah pajak yang harus dibayarkan ke negara atau justru dapat
diajukan sebagai kompensasi kelebihan pembayaran PPN. Jika Pajak Masukan lebih besar
dari Pajak Keluaran, maka PKP dapat mengajukan kelebihan bayar PPN pada perhitungan
masa pajak berikutnya atau mengkreditkan PPN lebih bayar ke masa pajak berikutnya.
Sebaliknya, jika Pajak Keluaran lebih besar dibanding Pajak Masukan, maka PKP wajib
menyetorkan PPN Terutang tersebut ke kas negara.
2. Fungsi PPN sebagai fungsi anggaran
Fungsi Pajak Pertambahan Nilai juga sebagai fungsi anggaran mengingat pajak yang
disetorkan ke negara jadi salah satu sumber penerimaan negara yang dananya digunakan
untuk membiayai negara.
3. Fungsi PPN sebagai fungsi regulasi pemerintah
Fungsi PPN berikutnya adalah untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan
pemerintah terutama dalam bidang sosial ekonomi, seperti untuk menekan importasi guna
meningkatkan daya saing produk buatan Indonesia di pasar dalam negeri.
4. Fungsi PPN sebagai fungsi stabilitas penerimaan negara
Fungsi PPN selanjutnya sebagai penerimaan negara yang berfungsi menjaga stabilitas
ekonomi seperti menekan inflasi dan lainnya.
5. Fungsi PPN sebagai fungsi pembiayaan negara
Fungsi PPN juga sebagai pembiayaan pengeluaran umum dan pembangunan nasional,
salah satunya menciptakan lapangan pekerjaan dan lainnya.

Objek PPN
Jika ada objek yang dikenakan pajak, maka kebalikannya juga aka nada objek yang
dibebaskan dari pengenaan pajak.

Berikut adalah objek yang dikecualikan dari PPN atau yang masuk dalam daftar negative list
PPN:
1. Barang/Jasa yang Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
 Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
 Impor barang Kena Pajak
 Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean.
 Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak
oleh Pengusaha kena Pajak (PKP)
 Kegiatan Membangun Sendiri bangunan dengan luas lebih dari 200m2 yang dilakukan
di luar lingkungan perusahaan dan/atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau pihak lain.
 Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang pajak masukan yang dibayarkan pada saat perolehan aktiva tersebut boleh
dikreditkan.
2. Daftar Negatif List atau Bebas PPN
` Pengecualian PPN ini dikenakan terhadap barang/jasa tertentu yang diatur dalam UU
Pajak Pertambahan Nilai.
a. Barang Tidak Kena Pajak
 Barang hasil pertambangan atau pengeboran (minyak mentah, sayuran, dan
lainnya).
 Makanan dan minuman yang disajikan di rumah makan atau restoran.
 Uang dan emas batangan.
b. Jasa Tidak Kena Pajak
 Jasa pelayanan medis
 Jasa pelayanan social
 Jasa keuangan
 Jasa asuransi
 Jasa keagamaan
 Jasa pendidikan
 Jasa kesenian dan hiburan
 Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
 Jasa angkutan umum darat dan di angkutan air serta jasa angkutan udara
 Jasa perhotelan
 Jasa yang disediakan penerintah dalam rangka menjalankan pmerintahan
secara umum
 Jasa penyediaan tempat parker
 Jasa boga atau katering

3. Barang/jasa yang dikeluarkan dari daftar Negative list PPN dalam UU HPP
Seperti yang sudah disinggung di atas, dalam UU HPP ini memang dilakukan perluasan
objek PPN. Artinya, barang/jasa kena pajak dalam daftar negative list dikeluarkan dari
pembebasan PPN, seperti:
 Kebutuhan pokok
 Jasa kesahatan
 Jasa pendidikan
 Jasa pelayanan social
 Beberapa jenis jasa lainnya.
Namun, UU HPP juga menegaskan bagi masyarakat berpenghasilan menengah dan
kecil, tetap tidak perlu membayar atas konsumsi kebutuhan pokok, jasa pendidikan, jasa
kesehatan, dan jasa layanan social tersebut.
Tarif PPN Terbaru

Tarif pajak pertambahan nilai terbagi menjadi dua yaitu tariff umum dan tarif khusus. Melalui
Undang-undang nomor 7 tahun 2021 tentang harmonisasi peraturan perpajakan (UU HPP),
pemerintah menaikkan tarif PPN secara bertahap, yaitu:
1. Tarif umum
 Tarif PPN 11% berlaku mulai 1 April 2022
 Tarif PPN 12% paling lambat diberlakukan 1 Januari 2025
2. Tarif khusus
Sedangkan tarif khusus untuk kemudahan dalam pemungutan PPN, atas jenis barang/jasa
tertentu atau sector usaha tertentu diterapkan tarif PPN final, misalnya 1%, 2% atau 3% dari
peredaran usaha, diatur dengan PMK.

Ketentuan PPN Jasa Luar Negeri

Pada pajak pertambahan nilai terdapat beberapa objek yang termuat di dalamnya seperti
PPN dalam sector ekspor dan impor Barang Kena Pajak (BKP).
1. Ketentuan Aturan PPN Jasa Luar Negeri
Selanjutnya, terdapat aturan tentang batasan untuk transaksi Jasa Kena Pajak dari luar
negeri yang diatur dalam pasal 4 Ayat 1 SE-147/PJ/2010, bahwa Pajak Pertambahan Nilai
akan dikenakan atas Jasa Luar Negeri dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penyerahan dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan yang bertempat tinggal di luar
Daerah Pabean.
b. Pengenaan Jasa Luar Negeri dapat dilakukan di dalam maupun di luar Daerah
Pabean, selama kegiatan pemanfaatan jasa tidak menyebabkan Orang Pribadi atau
Badan yang bertempat tinggal di luar Daerah Pabean menjadi subjek pajak dalam
negeri.
c. Aktivitas pemanfaatan Jasa Luar Negeri dilakukan di dalam Daerah Pabean.
d. Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar negeri dimanfaatkan oleh siapapun dalam Daerah
Pabean.
2. Ketentuan Waktu Pemanfaatan Jasa Luar Negeri
a. Waktu pemanfaatan jasa merupakan saat dimana Jasa Luar Negeri tersebut
digunakan secara nyata digunakan oleh pihak yang berkepentingan.
b. Jasa Luar Negeri dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya.
c. Terjadi penggantian Jasa Kena Pajak ditagih oleh pihak yang menyerahkan.
d. Harga perolehan Jasa Kena Pajak dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh
pengguna. Ditandatanganinya kontrak dan perjanjian yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
e. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penggunaan Jasa Luar Negeri harus
disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

Pengertian PPN Keluaran

PPN Keluaran atau VAT Out adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada saat
penjualan/penyerahan barang atau jasa kena pajak.
a. Penjualan Tunai
Apabila penjualan barang/jasa dilakukan secara tunai.
b. Penjualan Kredit
Apabila penjualan barang/jasa dilakukan secara kredit.
c. Retur Penjualan Tunai
Apabila terjadi retur atas penjualan barang/jasa yang dilakukan secara tunai.
d. Retur Penjualan Kredit
Apabila terjadi retur atas penjualan barang/jasa yang dilakukan secara kredit.

Pengertian PPN Masukan

PPN Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar perusahaan pada saat
pembelian atau impor barang kena pajak, atau pada saat perusahaan menerima jasa kena
pajak.
a. Pembelian Tunai
Apabila pembelian barang/jasa dilakukan secara tunai.
b. Pembelian Kredit
Apabila pembelian barang/jasa dilakukan secara kredit.
c. Retur Pembelian Tunai
Apabila terjadi retur atas pembelian barang/jasa yang dilakukan secara tunai.
d. Retur Pembelian Kredit
Apabila terjadi retur atas penjualan barang/jasa yang dilakukan secara kredit.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak tidak Langsung yang dikenakan pada setiap
pertambahaan nilai atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak dalam
pendistribusiannya dari produsen dan konsumen.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tercipta karena digunakannya faktor-faktor produksi


pada setiap jalur perusahaan dalam menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang
atau dalam memberikan jasa. Mekanisme cara menghitung pajak pertambahan nilai adalah
pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada

Pihak pedagang atau produsen Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas
penyerahan barang kena pajak maupun jasa kena pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah
dalam pelaksanaannya tidak ada penggolongan dengan tarif yang berbeda.

SARAN

Sudah saatnya, kita sebagai warga negara Indonesia bersimpati dan berempati terhadap
pentingnya pajak untuk pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Dengan taatnya masyarakat
membayar pajak, maka akan tercipta sarana umum yang baik dan nyaman digunakan.

Anda mungkin juga menyukai