Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PENATALAKSANAAN ASUHAN KEHAMILAN DENGAN


ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS CIKALONG
KABUPATEN TASIKMALAYA

Oleh:

ADAH SUHADAH

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TASIKMALAYA


UPT PUSKESMAS CIKALONG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wata΄ala,

karena berkat rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah Penatalaksanaan

Asuhan Kehamilan Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas Cikalong Kabupaten

Tasikmalaya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan

tanpa adanya Ridho Illahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang besar

penulis mengucapkan “Alhamdulillahirobbil’alamin” beserta terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan dan berkah kepada semua pihak

yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, dan bila dalam penulisan

ini ada kekurangan dan kelemahan penulis dengan segala kerendahan hati

memohon maaf dan mohon kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan

datang.

Tasikmalaya, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 31
BAB R PENUTUP .............................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena
mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil
disebut potensial membahayakan ibu dan anak, oleh karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan. Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
tubuh dibawah nilai normal sesuai dengan kelompok orang tertentu. Anemia pada
ibu hamil memiliki dampak buruk bagi ibu maupun janin dan kemungkinan
dampak buruk tersebut dapat terjadi pada proses persalinan yang membutuhkan
waktu lama dan mengakibatkan perdarahan serta syok akibat kontraksi.
Sedangkan dampak buruk pada janin bisa menimbulkan terjadinya premature
dimana bayi lahir dengan berat badan rendah atau timbulnya kecacatan bahkan
kematian bayi (1).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2020,
diperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar 32 juta wanita hamil mengalami
anemia dan 496 juta wanita tidak hamil mengalami anemia. Sedangkan kejadian
anemia pada ibu hamil di Indonesia meningkat pada tahun 2018 yaitu sebanyak
48,8% bila dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 37,1%
(RISKESDAS, 2018). Sedangkan prevalensi anemia ibu hamil di provinsi Jawa
Barat sebanyak 63.246 ibu hamil (Dinkes Jabar, 2020). Provinsi Jawa Barat
merupakan provinsi yang berkontribusi besar terhadap tingginya AKI di
Indonesia. Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat
mengatakan AKI pada tahun 2020 sebanyak 312/100.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan Jawa Barat, 2020).
Berdasarkan laporan tahunan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2015
kasus ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 40% sedangkan pada tahun 2017
mengalami penurunan tetapi masih tinggi yaitu sebanyak 24,52%, sementara pada

1
tahun 2019 prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 6669 orang
(Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, 2019).
Puskesmas Cikalong merupakan salah satu puskesmas yang berada di
wilayah di Kabupaten Tasikmalaya dengan kasus anemia pada ibu hamil tahun
2021 sebanyak 38,3% dari 941 ibu hamil dan termasuk 10 puskesmas dengan
kasus anemia tertinggi di Kabupaten Tasikmalaya (Dinas Kesehatan Kabupaten
Tasikmalaya, 2021).
Pada kehamilan relative terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30% - 40% yang
puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18%-
30% dan hemoglobin sekitar 19%. Anemia pada ibu hamil sering dijumpai pada
trimester I dan trimester III tetapi paling banyak ditemukan pada trimester ke III.
Pada trimester I ibu hamil mengalami masa mual dan muntah sehingga dapat
menyebabkan berkurangnya ketersediaan zat besi. Sedangkan pada trimester III
dikarenakan zat besi dibutuhkan oleh janin untuk pertumbuhan dan perkembangan
oleh karena itu janin menyerap zat besi dari ibu yang menyebabkan kebutuhan ibu
akan zat besi bertambah. Jika ibu hamil tidak memperhatikan status nutrisinya
maka dapat menyebabkan ibu anemia. Kebutuhan akan zat besi pada kehamilan
kurang lebih 1000 mg kebutuhan zat besi pada trimester I relative sedikit sekitar
0,8 mg per hari dan meningkat selama trimester II dan trimester III yaitu 6,3 mg
per hari (4).
Penyebab langsung terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat
besi didalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya sumber makanan yang
mengandung zat besi, makanan cukup namun sumber makanan memiliki
kandungan zat besi yang rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang dan
makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorbs besi (Rooslyn,
2016).
Ibu hamil yang mengalami anemia dengan hemoglobin kurang dari 10 g/dL
harus segera diberikan tambahan zat besi dan asam folat (400 mcg) dalam jumlah
yang besar daripada vitamin prenatal. Seperti yang sudah dilakukan pemerintah

2
untuk menurunkan angka kejadian anemia yaitu dengan pemberian Tablet
Tambah Darah (TTD) sebanyak 90 tablet selama kehamilan.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengambil asuhan kebidanan


dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. F Usia 28 Tahun G2P1A0
Hamil 29 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterine Dengan Anemia Ringan Di
Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya”

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah penatalaksanaan praktik asuhan kebidanan ibu hamil pada
Ny. F Usia 28 Tahun G2P1A0 Hamil 29 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra
Uterine Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian dan analisis asuhan kebidanan ibu hamil Ny.
F Usia 28 Tahun G2P1A0 Hamil 29 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra
Uterine Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. F Usia 28 Tahun
G2P1A0 Hamil 29 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterine
Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya.
b. Melakukan pengambilan data objektif Ny. F Usia 28 Tahun G2P1A0
Hamil 29 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterine Dengan Anemia
Ringan Di Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
c. Melakukan analisis data pada Ny. F Usia 28 Tahun G2P1A0 Hamil 29
Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterine Dengan Anemia Ringan
Di Puskesmas Cikalong Kabupaten Tasikmalaya.
d. Melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan ibu hamil Ny. F Usia
28 Tahun G2P1A0 Hamil 29 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra

3
Uterine Dengan Anemia Ringan Di Puskesmas Cikalong Kabupaten
Tasikmalaya.

1.4 Manfaat
1. Bagi Klien
Diharapkan klien mampu melakukan penanganan anemia pada
kehamilan secara mandiri.
2. Bagi Puskesmas
Diharafkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan pelayanan
kebidanan atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dan
masyarakat tentang penanganan anemia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan bahan acuan untuk pembuatan laporan
presentasi kasus lainnya serta menambah kepustakaan dalam menunjang
proses kegiatan belajar mengajar.
4. Bagi tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam memberikan asuhan pada ibu hamil dengan
anemia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia pada Kehamilan


2.1.1 Pengertian
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dihitung
dari hari pertama haid terakhir (10). Wiknjosastro (2008, dalam Pratiwi dan
Fatimah, 2019) mendefinisikan kehamilan sebagai suatu proses yang terjadi
antara perpaduan sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari haid
pertama hari terakhir (HPHT). Menurut Fathonah kehamilan adalah suatu keadaan
dimana janin dikandung didalam tubuh ibu, yaitu pertemuan sperma dan sel telur
di dalam tuba fallopi, yang kemudian tertanam di dalam uterus dan akan diakhiri
dengan proses persalinan.(11)
Anemia dalam bahasa Yunani berarti tanpa darah, adalah penyakit kurang
darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit)
lebih rendah dibandingkan normal. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <
10gr% pada trimester II, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena haemodilusi, terutama pada trimester II. (12)
Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain hipervolemia
yang terjadi saat kehamilan. Pada wanita hamil saat volume darah meningkat 1,5
liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi peningkatan plasma bukan
peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit
dalam sirkulasi yaitu 450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan
volume plasma sehingga terjadi hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma
meningkat pesat dari usia gestasi 6 minggu, kemudian laju peningkatan melambat.
Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan lajunya memuncak
pada trimester ketiga. (12)

5
Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi
penting antara lain : mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di
payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran
hemogloblin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi
terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih
ringan. Faktor lain dari penyebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan
Fe ibu hamil. Kebutuhan ibu hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada
trimester dua (puncaknya usia kehamilan 32 sampai 34 minggu) akan terjadi
hemodilusi (pengenceran darah) pada ibu hamil sehingga hemoglobin akan
mengalami penurunan, mengakibatkan anemia kehamilan fisiologis. (12)
Hemoglobin merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru – paru ke jaringan perifer dan mengangkut CO2
dari jaringan perifer ke paru – paru. Hemoglobin berfungsi untuk mengatur
pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh. Hemoglobin
terdiri dari zat besi (Fe), protoporfirin dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe).
Menurut Almatsier, zat besi merupakan mikro mineral yang penting dalam
pembentukan hemoglobin. Zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan
pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen. Zat besi menjaga sel,
membawa oksigen ke jaringan dan mencegah penyakit anemia. (13)
2.1.2 Macam – Macam Anemia
Menurut Waryana (2011) anemia digolongkan sebagai berikut:
1) Anemia defisiensi gizi besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta
keadaan tersebut paling banyak dijumpai pada kehamilan.
2) Anemia megaloblastik
Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik, Penyebabnya adalah karena
kekurangan asam folat, dan jarang terjadi.
3) Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam
membentuk sel-sel darah merah baru.

6
4) Anemia hemolitik
Anemia ini disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya.
2.1.3 Etiologi
Penyebab anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil adalah kekurangan zat
besi dapat terjadi karena tidak atau kurang mengonsumsi zat besi dalam bentuk
sayuran, makanan atau suplemen. Terutama pada wanita hamil dan anak-anak.
Wanita hamil sering terjadi kekurangan zat besi ini karena bayi memerlukan
sejumlah zat besi yang besar untuk pertumbuhan. Defisiensi besi pada wanita
hamil dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah dan persalinan prematur.
Wanita pra-hamil dan hamil secara rutin diberikan suplemen zat besi untuk
mencegah komplikasi. Gangguan penyerapan, dapat mempengaruhi penyerapan
zat besi dari makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari waktu ke waktu
dapat mengakibatkan anemia (14). Menurut Marmi (2014) anemia umumnya
disebabkan oleh :
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diet
3) Malabsorbsi
4) Kehilangan darah yang banyak (pada persalinan sebelumnya)
5) Penyakit kronis (TBC, Paru-paru, cacing usus, malaria)
Menurut Varney (2014), terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab anemia
seperti :
1) Status ekonomi, status ekonomi yang lebih rendah menimbulkan angka
nutrisi buruk yang lebih tinggi dan mengakibatkan angka anemia defisiensi
zat besi lebih tinggi.
2) Ras, rata – rata kulit hitam kadar haemoglobinnnya lebih rendah daripda
orang kulit putih tanpa memandang tingkat sosio-ekonomi.
Beberapa faktor lain yang turut memperburuk kondisi anemia pada perempuan
antara lain :
1) Pengetahuan

7
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya). Penelitian yang dilakukan oleh
Kuswarini dan Fitria (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kejadian anemia. Menurut Wati (2010),
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan dengan kejadian anemia. Pengetahuan yang rendah tentang
anemia menyebabkan asupan zat besi dalam makanan tidak cukup karena
rendahnya mengkonsumsi sumber protein hewani.
2) Sosial ekonomi
a) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah dapat berpengaruh terhadap pemilihan
bahan makanan yang dikonsumsi termasuk sumber zat besi. Pendidikan
merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi pola pikir seseorang
termasuk dalam bertindak dalam memilih dan mengolah bahan makanan
yang mengandung zat besi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka akan semakin mudah dalam menerima informasi tentang gizi.(14)
b) Tingkat pendapatan
Penelitian Liow, dkk (2012) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pendapatan dengan kejadian anemia. Tingkat pendapatan
yang rendah menyebabkan berkurangnya daya beli bahan makanan sehari-
hari. Sumber makanan yang biasanya berasal dari sumber protein hewani
(daging sapi, daging ayam, telur, ikan, dll) yang harganya lebih mahal dan
sulit dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kekurangan
tersebut memperbesar risiko terjadinya anemia pada remaja putri. (14)
3) Asupan
Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi. Pada remaja putri kebutuhan zat gizi berbeda dengan usia yang lain.

8
Masa remaja memerlukan banyak zat gizi untuk pertumbuhan. Selain itu
remaja putri mengalami menstruasi sehingga kebutuhan zat besi, vitamin C,
protein, vitamin B12, asam folat dan zink juga meningkat. Klasifikasi tingkat
konsumsi protein menurut Hardinsyah, dkk: (14)
Diatas kebutuhan : > 120%
Normal : 90-119%
Defisit ringan : 80-89%
Defisit sedang : 70-79%
Defisit berat : < 70%
Sedangkan klasifikasi tingkat konsumsi vitamin dan mineral menurut
Gibson:(12)
Kurang : < 77 %
Cukup : > 77 %
Berikut merupakan beberapa asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi kadar
hemoglobin antara lain:
a) Zat besi
Asupan zat besi merupakan faktor langsung yang dapat mempengaruhi
terjadinya anemia pada remaja putri. Konsumsi zat besi dalam makanan
terdapat 2 macam zat besi yaitu zat besi heme dan zat besi non heme. Zat besi
non heme merupakan sumber zat besi yang terdapat dalam jenis sayuran
hijau, kacang- kacangan, serealia, buah-buahan, dll. Sedangkan zat besi heme
hampir semua terdapat dalam makanan hewani seperti daging, ikan, ayam,
hati.
Menurut Setyaningsih, kekurangan zat besi disebabkan karena
ketidakseimbangan masukan dan pengeluaran zat besi. Sebagian besar
penduduk yang mengalami kekurangan zat besi, terutama di negara yang
berkembang termasuk Indonesia, yang disebabkan karena sedikitnya asupan
makanan yang mengandung zat besi dan rendahnya konsumsi makanan yang
mengandung zat gizi lain yang berkontribusi terhadap absorbsi dan
metabolisme zat besi. Kekurangan zat besi akan menyebabkan terjadinya
penurunan kejenuhan transferin. Jika keadaan ini terus berlanjut akan

9
terjadi anemia defisiensi besi.
Penelitian yang dilakukan Paputungan, dkk (2016), menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian anemia pada siswi
di SMP N 8 Manado. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian Arifin, dkk
(2013) yang menyatakan bahwa adanya hubungan asupan zat besi (Fe)
dengan kadar hemoglobin pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.(13)
b) Vitamin C
Vitamin C merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan sel-sel darah merah. Vitamin C bertindak sebagai enhancer
yang kuat dalam mereduksi ion ferri menjadi ion ferro, sehingga mudah
diserap dalam pH lebih tinggi dalam duodenum dan usus halus. Vitamin C
menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk
membebaskan besi bila diperlukan. Absorbsi zat besi bentuk non heme
meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam
memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke ferritin (Adriani dan
Wirjatmadi, 2012). Penelitian oleh Pradanti, dkk menunjukkan bahwa ada
hubungan tingkat kecukupan vitamin C dengan kadar hemoglobin pada siswi
kelas VIII SMP Negeri 3 Brebes. (15)
c) Protein
Protein merupakan suatu zat gizi yang sangat penting diperlukan oleh tubuh
karena protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan zat
pembangun dan pengatur di dalam tubuh. Asupan protein yang cukup sangat
penting untuk mengatur fungsi dan kesehatan manusia dengan menyediakan
asam amino yang merupakan komponen dari semua sel dalam tubuh
(Paputungan, dkk, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Syatriani dan
Aryani (2010), menyatakan bahwa remaja yang kekurangan protein berisiko
3,48 kali lebih besar untuk mengalami anemia daripada remaja yang asupan
proteinnya cukup.
Protein berperan penting dalam transportasi zat besi di dalam tubuh. Oleh
karena itu, kurangnya asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat

10
besi terhambat sehingga akan terjadi defisiensi zat besi (Paputungan, dkk,
2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2011) di Semarang
menunjukkan bahwa semakin tinggi asupan zat gizi baik protein, vitamin A,
vitamin C, dan zat besi maka semakin tinggi pula kadar hemoglobin dalam
darah yang berarti kejadian anemia semakin rendah.
d) Vitamin B12
Vitamin B12 berperan sebagai kofaktor dalam pembentukan energi dari
protein dan lemak melalui pembentukan sucsinyl CoA yang dibutuhkan
dalam sintesis hemoglobin. Vitamin B12 juga berperan dalam metabolisme
asam folat yang merupakan komponen penting dalam pembentukan
hemoglobin selain zat besi. Vitamin B12 sangat penting dalam pembentukan
RBC (Red Blood Cell) (15) Vitamin B12 berperan dalam pembuatan myelin
dan juga vitamin B12 juga berperan dalam metabolisme lemak, protein,
karbohidrat dan metabolisme asam folat (Rahmi, dkk, 2015). Kekurangan
viatmin B12 menurut penelitian Rahayuda dan Herawati (2014) menyatakan
bahwa penyebab anemia megaloblastik dikarenakan kekurangan vitamin B12.
e) Asam folat
Asam folat bersirkulasi sebagai poliglutamat di dalam pool/simpanan sel
darah merah. Defisiensi asam folat yang dapat menyebabkan defisiensi
fungsional asam folat yang akan mengakibatkan penekanan proliferasi
sumsum tulang dalam proses pembentukan sel darah merah. Kekurangan
asam folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi asam folat, terganggunya
absorbsi, dan kebutuhan metabolisme asam folat yang meningkat. (15)
f) Zink
Zink merupakan salah satu zat gizi mikro yang dapat mempengaruhi
metabolisme zat besi. Interaksi zink dan zat besi dapat terjadi melalui peran
zink dalam sintesis berbagai protein termasuk protein pengangkut zat besi
yaitu transferin. Peranan zink dalam pembentukan sel darah merah dengan
membantu enzim karbonik anhidrase esensial untuk menjaga keseimbangan
asam basa. Zink juga membantu enzim karbonik anhidrase merangsang
produksi HCL lambung yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin.

11
Penelitian yang dilakukan Trisnawati, menyatakan bahwa ada hubungan
antara asupan zink dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri
4 Batang. Semakin baik asupan zink maka kejadian anemia semakin rendah.
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri, dkk (2012)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dari suplementasi Fe dan Zink
terhadap kadar hemoglobin.(15)
g) Zat penghambat penyerapan zat besi
Menurut Masthalina, dkk (2015), beberapa zat yang dapat menghambat
penyerapan zat besi antara lain:
(1) Kafein, yang terdapat dalam kopi
(2) Tanin dalam teh
(3) Asam oksalat seperti bayam
(4) Asam fitat seperti dalam gandum, bekatul
(5) Polifenol terdapat dalam teh, kopi dan anggur merah
(6) Kalsium dan fosfat (susu dan keju).
Remaja putri yang memiliki kebiasaan minum teh/kopi >1 gelas/hari
memiliki risiko 2,023 menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri
yang mengkonsumsi teh <1 gelas/hari. Penelitian yang dilakukan oleh
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan
penghambat absorpsi Fe dengan kejadian anemia remaja putri. Penelitian
yang dilakukan Masthalina, dkk menyatakan bahwa ada hubungan pola
konsumsi faktor inhibitor zat besi dengan status anemia remaja.(16)
2.1.4 Patofisiologi
Pada wanita hamil volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume
tersebut terutama terjadi peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada
peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu 450 ml atau 33%, tetapi tidak
seimbang dengan peningkatan plasma sehingga terjadi hemodilusi. Pada awalnya,
volume plasma18 meningkat pesat dari usia gestasi 6 minggu, kemudian laju
peningkatan melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan
lajunya meningkat pada trimester III. Hipervolemia yang diinduksi oleh
kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting antara lain mengisi ruang vaskular

12
di uterus, jaringan pembuluh darah di payudara, otot, ginjal dan kulit.
Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran hemoglobin pada persalinan.
Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga
kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. (17)
Faktor lain dari defisisensi zat besi adalah meningkatnya kebutuhan Fe pada
ibu hamil. Ibu hamil dapat menyimpan zat besi kurang lebih sebanyak 1000 mg
yang digunakan untuk keperluan janin, plasenta, dan ibu sendiri. Kebutuhan zat
besi Ibu hamil sekitar 46 mg/hari. Cadangan ibu akan menurun seiring dengan
kebutuhan besi meningkat dalam kehamilan yang tidak diimbangi dengan asupan
besi yang cukup. (17)
2.1.5 Kategori
Kategori tingkat anemia adalah sebagai berikut : (17)
1) Kadar Hb 11 gr% Tidak anemia
2) Kadar Hb 9 - 10 gr% Anemia ringan
3) Kadar Hb 7 - 8 gr% Anemia sedang
4) Kadar Hb < 7 gr% Anemia berat
2.1.6 Tanda dan Gejala
Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia diantaranya :
1) Lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lunglai
2) Wajah tampak pucat
3) Mata berkunang-kunang
4) Nafsu makan berkurang
5) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa 6) Sering sakit (17)
2.1.7 Dampak Anemia
Pengaruh anemia pada kehamilan :
1) Keguguran
2) Partus prematurus
3) Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang
dapat berakibat fatal
Pengaruh anemia pada ibu hamil, bersalin, dan nifas Menurut Marmi, 2011
mengemukakan pengaruh anemia pada hamil, bersalin dan nifas adalah :

13
1) Keguguran.
2) Partus prematurus
3) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4) Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan
5) Syok
6) Afibrinogen dan hipofibrinogen
7) Infeksi intrapartum dan dalam nifas
8) Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi payah jantung yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan tapi juga bisa fatal.
Menurut Manuaba pengaruh anemia di bagi menjadi 2 yaitu
1) Bagi ibu
a) Bahaya selama kehamilan
(1) Dapat terjadi abortus
(2) Persalinan prematuritas
(3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
(4) Mudah terjadi infeksi
(5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
(6) Mola hidatidosa
(7) Hiperemesis gravidarum
(8) Perdarahan antepartum
(9) Ketuban pecah dini (KPD)
b) Bahaya saat persalinan
(1) Gangguan his-kekuatan mengejan.
(2) Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar.
(3) Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkan dan
seringmemerlukan tindakan operasi kebidanan.
(4) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
karena atonia uteri.
(5) Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia
uteri.
c) Bahaya pada saat nifas

14
(1) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
(2) Memudahkan infeksi puerperium
(3) Pengeluaran ASI berkurang
(4) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
(5) Anemia kala nifas
(6) Mudah terjadi infeksi mamae
2) Bagi janin
a) Abortus
b) Terjadi kematian intra uteri
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h) Inteligensia rendah (17)
2.1.8 Diagnosis Anemia
Untuk menegakkan diagnosis anemia pada kehamilan, dapat dilakukan
anamnesis. Pada anamnesis, akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunag-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada
kehamilan muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat sahli, hasil pemeriksaan Hb dengan suhu dapat digolongkan
sebagai berikut: Hb 11 gr% tidak anemia, 9-10 gr% anemia ringan, 7-8 gr%
anemia sedang, dan kurang dari 7 gr% anemia berat. Pemeriksaan darah dilakukan
minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. (17)
2.1.9 Pencegahan dan pengobatan anemia pada kehamilan
Menurut Depkes (2009) dalam Muslimah (2019), cara mencegah dan mengobati
anemia adalah:
1) Meningkatkan konsumsi makan bergizi
a) Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.
b) Bahan makanan hewani : daging, ikan, ayam, hati, dan telur.

15
c) Bahan makanan nabati: sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, dan
tempe. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus. Bahan makanan tersebut, antara lain daun katuk, daun
singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas. Menurut Grober
(2013) mengonsumsi bersama vitamin C (200 mg atau lebih) dapat
meningkatkan absorpsi zat besi sedikitnya 30 %.
2) Menambah asupan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet tambah
darah (TTD)
3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti,
cacingan, malaria, dan TB paru. (18)
Setiap tablet untuk penanggulangan anemia gizi mengandung ferro sulfat 200 mg
atau setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet zat besi
yang harus diminum ibu selama hamil adalah satu TTD setiap hari paling sedikit
selam 90 hari pada masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. Hal ini yang
harus diperhatikan dalam mengonsumsi TTD adalah:
1) Minum TTD dengan air putih, tidak dianjurkan meminumnya dengan tes,
susu, atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh
sehingga manfaatnya menjadi berkurang.
2) Kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut
terasa tidak enak, mual, susah buang air besar, dan feses berwarna hitam.
3) Untuk mengurangi gejala sampingan, maka konsumsi TTD dianjurkan setelah
makan malam atau sebelum tidur. Akan lebih baik bila setelah minum TTD
disertai makan buah-buahan seperti pisang, papaya, jeruk, dan lainnya.
4) Menyimpan TTD di tempat yang kering, terhindar dari sinar matahari
langsung, jauhkan dari jangjauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup
kembali dengan rapat, TTD yang telah berubah warna sebaiknya tidak
diminum (warna asli: merah darah).
5) TTD tidak menyebabkan tekanan darah tinggi (18)

2.2 Hemoglobin

16
2.2.1 Pengertian
Hemoglobin adalah bagian dari darah yang mengandung protein kaya zat besi.
Memilki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini
maka oksigen dibawa dari paru paru ke jaringan-jaringan. Adanya hemoglobin
dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena hemoglobin
penyusun 30% dari total isi eritrosit. (19)
Hemoglobin dalam tubuh akan bekerja dan berfungsi secara optimal, apabila
kadar Hb dalam batas normal. Kurangnya kadar Hb akan mempengaruhi kondisi
tubuh, terlebih lagi pada ibu hamil. Kekurangan Hb atau jumlah Hb yang terlalu
tinggi dapat mengindikasikan adanya suatu masalah dalam tubuh. Oleh sebab itu
sebaiknya ibu hamil harus mengetahui kadar Hb yang normal pada ibu hamil.
Nilai normal Hb pada wanita yang tidak hamil yaitu 12-16 gr/dL. Namun, pada
ibu hamil memang sering terjadi dan merupakan hal yang normal bila kadar
haemoglobin-nya di bawah normal. (20)
2.2.2 Fungsi Hemoglobin
Menurut Sopny (2010) adapun fungsi hemoglobin antara lain :
1) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia. (19)
2.2.3 Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
1) Pemeriksaan Dengan Hb Sahli
a) Tabung Hemometer diisi dengan larutan HCl 0,1 N sampai tanda 2
b) Darah kapiler/vena dihisap dengan pipet sahli sampai tepat pada tanda 20
µl.

17
c) Kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dihapus dengan
kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet
berkurang.
d) Darah sebanyak 20 µl ini dimasukkan ke dalam tabung yang berisi
larutan HCl tadi tanpa menimbulkan gelembung udara.
e) Pipet dibilas sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan
mengeluarkan HCl dari dalam pipet secara berulang-ulang 3 kali.
f) Tunggu 5 menit untuk pembentukan asam hematin
g) Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi
setetes sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna
yang sama dengan warna standar
h) Miniskus dari larutan dibaca. Miniskus dalam hal ini adalah permukaan
terendah dari larutan.
2) Pemeriksaan Dengan Cyanmethemoglobin
a) Ke dalam tabung reaksi/botol kecil dimasukkan 2 ml larutan Drabkin
b) Isaplah darah kapiler 8 µl dengan pipet mikro atau pipet sahli
c) Kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dihapus dengan
kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet
berkurang
d) Darah dalam pipet dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
larutan Drabkin
e) Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan Drabkin tersebut
f) Campur larutan ini dengan cara menggoyangkan tabung perlahan-lahan
hingga larutan homogen dan dibiarkan selama 3 menit
g) Baca dengan spektrofotometer pada gelombang 540 nm, sebagai blanko
digunakan larutan Drabkin
3) Pemeriksaan Dengan Hb meter Digital
a) Hidupkan alat Easy Touch
b) Ambil 1 strip pemeriksaan hemoglobin dan masukkan pada alat pengukur
Easy Touch

18
c) Layar akan menampilkan nomor kode strip dan samakan nomer kode
strip tersebut dengan kode strip yang terdapat pada pembungkus strip
d) Ambil sampel darah (darah kapiler) atau teteskan darah pada zona reaksi
pada tes strip, tunggu hingga bunyi
e) Tunggu hasil yang akan keluar pada layar alat Easy Touch (19)

2.3 Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney


Menurut Varney, Proses penyelesaian maslaah merupakan salah satu
upaya yang dapat di gunakan dalam melakukan manajemen kebidanan. Varney
berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus
memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnose atau
masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan kolaborasi
atau kerja sama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
kebidanan selanjutnya, langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney yaitu
sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dasar (Langkah I)
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses
pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien
secara lengkap, seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data
laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. Semua data
dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b. Interpretasi data dasar. (Langkah II)
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap
diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang
spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data
dasar.
c. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial. (Langkah III)

19
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi.
d. Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
(Langkah IV)
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan.
Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan
rujukan.
e. Perencanaan asuhan secara menyeluruh. (Langkah V)
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara
menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses
perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa
data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
f. Pelaksanaan perencanaan. (Langkah VI)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik
terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini
dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
Kesehatan lainnya.
g. Evaluasi. (Langkah VII)
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan
bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu
berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

No. Registrasi : 001


Tanggal Pengkajian : 02-10-2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Cikalong
Pengkaji : Adah Suhadah
A. DATA SUBYEKTIF
IDENTITAS
Nama Klien : Ny. F Nama Suami : Tn. N
Umur : 28 Tahun Umur : 33 Tahun
Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ds. Cimanuk Kec. Cikalong
1. Alasan Kunjungan saat ini
a. Kunjungan Pertama
b.
√ Kunjungan Ulang
c. Rutin
d. Keluhan
2. Riwayat kehamilan ini :
2.1 Riwayat Menstruasi
Hari pertama haid terakhir tanggal : 15-03-2022
Taksiran Persalinan : 22-12-2022
Lamanya : 4-5 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut/hari.
Siklus : 28 hari, teratur

21
Warna : Merah
2.2 Tanda-tanda kehamilan (trimester)
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan)
Tanggal : 29-04-2022 hasil : positif
2.3 Pergerakan fetus dirasakan pertama kali: usia kehamilan 20 minggu
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : 20x
2.4 Keluhan yang dirasakan (ada / tidak ada)

√ Rasa lelah : Ada
 Mual dan muntah yang lama : Tidak ada
 Nyeri Perut : Tidak ada
 Panas, mengigil : Tidak ada
 Sakit kepala berat/terus menerus: Tidak ada
 Penglihatan kabur : Tidak ada
 Rasa nyeri/panas waktu BAK : Tidak ada
 Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : Tidak ada
 Pengeluaran pravaginam : cairan, lendir, darah, keputihan: Tidak
ada
 Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
 Oedema : Tidak ada
2.5 Diet/makan
Sebelum Hamiil Sesudah Hamil
Makan
a. Frekuensi : 3 x/hari 3-4 x/hari
b. Jenis : Nasi dengan lauk Nasi dengan lauk
pauk dan sayur pauk, buah dan
sayur
Minum
a. Frekuensi : 8-10 gelas/hari 8-10 gelas/hari
b. Jenis : air putih air putih dan susu
Keluhan : Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2.6 Pola Eliminasi
BAK : 5-6 x/hari BAB : 1 x/hari
Konsistensi: Cair Konsistensi: Lunak
Warna : Kuning jernih Warna : Coklat

22
2.7 Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur: Siang 1-2 jam, malam 8-9 jam.
Seksualitas : 1 x dalam seminggu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2.8 Riwayat Imunisasi TT
TT1 : Catin 1
TT2 : Catin 2
TT3 : Anak Pertama
TT4 : 29-04-2022
TT5 : Belum diberikan
2.9 Kontrasepsi yang pernah digunakan : KB suntik 3 bulan
Lamanya : 3 Tahun
3 Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Tgl/ Anak
Penyakit
Tahun Tempat Usia Jenis
No Penolong Kehamilan & Jenis
Persali- Pertolongan Kehamilan Persalinan BB TB Keadaan
Persalinan Kelamin
nan
1 16-03- PMB 39 minggu Spontan Bidan Tidak ada Peremp 3100 49 Hidup,
2018 uan gram cm sehat
2 Hamil
ini

4 Riwayat Kesehatan
4.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita (ada / tidak ada)
Jantung : Tidak ada
Tekanan darah tinggi : Tidak ada
Hepar : Tidak ada
Diabetes melitus : Tidak ada
Anemia berat : Tidak ada
Penyakit hubungan seksual dan HIV/ AIDS : Tidak ada
Campak : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Tuberkulosis : Tidak ada

23
Gangguan mental : Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
4.2 Prilaku kesehatan
Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya
Obat-obatan /jamu yang sering digunakan : Tidak
Merokok, makan sirih : Tidak
Irigasi vagina/ganti pakaian dalam : Tidak
5 Data Psikososial
5.1 Status perkawinan : Sah
Jumlah : 1 kali
Lama perkawinan : 6 tahun
5.2 Susunan keluarga yang tinggal serumah :
Umur Hubungan
No Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Keterangan
tahun Keluarga
1 Laki-laki 33 Tahun Suami SMA Wiraswasta -
2 Perempuan 4 tahun Anak Kandung PAUD Pelajar -

5.3 Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami


5.4 Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan: direncanakan
5.5 Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki
5.6 Respon Ibu terhadap kehamilan : Bahagia
5.7 Dukungan suami dan keluarga: mendapat dukungan
5.8 Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas :
Tidak Ada
6 Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat Kesehatan Baik
6.1 Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, Campak dan HIV
6.2 Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan seperti asma, jantung,
diabetes, hipertensi

24
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik kesadaran : CM
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg Denyut nadi : 80 x / menit
Suhu tubuh : 370C Pernafasan : 22 x / menit
4. Tinggi badan : 156 cm BB : 60 kg
5. Pemeriksaan fisik
5.1 Muka : Normal
Kelopak mata : Normal
Konjungtiva : Merah Muda
Sklera : Tidak ikterik
Mulut dan gigi : Normal, tidak ada sariawan dan caries
5.2 Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
5.3 Kelenjar getah benning : Tidak ada pembesaran
5.4 Dada : Normal
Jantung : Normal
Paru : Normal
Payudara : Pembesaran : +/+
Puting susu : Menonjol
Simetris : Ya
Benjolan/tumor : Tidak Ada
Pengeluaran : Tidak Ada
Rasa nyeri : Tidak Ada
Lain-lain : Tidak Ada
5.5 Punggung dan pinggang : Normal
Posisi tulang belakang : Normal
Pinggang nyeri : Tidak nyeri
5.6 Ekstremitas atas dan bawah odema : Tidak Ada
Kekakuan sandi : Tidak Ada
Kemerahan : Tidak Ada

25
Varises : Tidak Ada
Refleks : +/+
LILA : 26 cm
Abdomen :
 Inspeksi
Bentuk : Bulat
Bekas luka operasi : Tidak Ada
Stric Gravidarum : Tidak Ada
Linea nigra : Ada
Linea alba : Ada
 Palpasi
TFU : 28 cm
Leopold I : Teraba bagian atas perut ibu besar,
bulat, lunak, tidak melenting yaitu
bokong
Leopold II : Teraba sebelah kanan ibu, keras, lebar
seperti papan yaitu punggung,
Teraba sebelah kiri ibu, bagian janin
kecil-kecil yaitu ekstremitas
Leopold III : Teraba bagian terendah ibu bagian
janin besar, bulat, keras, melenting
yaitu kepala.
Leopold IV : Bagian terendah janin belum
memasuki pintu atas panggul
(konvergen)
Auskultasi
Punctum maximum : Terdengar diatas simpisis pubis
sebelah kanan perut ibu
Denyut jantung fetus : 146 x/menit teratur/tidak teratur

26
5.7 Ano-ganital
5.7.1 Inspeksi (Tidak dilakukan pemeriksaan)
Perineum : Luka parut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vulva vagina : Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Luka : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fistula : Tidak dilakukan pemeriksaan
Varises : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengeluaran pervaginam: Tidak dilakukan pemeriksaan
Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Konsistensi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelenjar bartolini : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pembengkakan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rasa nyeri : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : haemoroid : Tidak dilakukan pemeriksaan
5.7.2 Periksa dalam (Tidak dilakukan pemeriksaan)
Serviks dan vagina (jika ada indikasi)
Dinding vagina : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ukuran serviks : Tidak dilakukan pemeriksaan
Posisi serviks : Tidak dilakukan pemeriksaan
Konsistensi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mobilitas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
5.7.3 Pelvimetri klinis (Tidak dilakukan pemeriksaan)
Promontorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Spina isiadicha : Tidak dilakukan pemeriksaan
Linea inominata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ujung sekrum/coccygis:Tidak dilakukan pemeriksaan
Dinding samping : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kesan panggul : Tidak dilakukan pemeriksaan
Arcus pubis : Tidak dilakukan pemeriksaan

27
5.7.4 Adnexa: Tidak dilakukan pemeriksaan
Ukuran : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bentuk : Tidak dilakukan pemeriksaan
Posisi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Konsistensi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 02-10-2022
Darah :
Hb : 9,6 gr%
Golongan darah: O
Urine Protein : Negatif
Reduksi : Negatif
Pemeriksaan penunjang lain:
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HBSAG : Non Reaktif

C. ANALISIS DATA
Ny. F usia 28 tahun G2P1A0 hamil 29 minggu janin tunggal hidup intra
uterine dengan anemia ringan.

D. PENATALAKSANAAN
1. Membina hubungan baik dengan pasien, memperkenalkan diri, bersikap
ramah dan memfasilitasi inform consent.
E: Ibu bersikap ramah dan bersedia dilakukan pengkajian.
2. Bidan menggunakan APD level 1,
E: Bidan menggunakan APD terdiri dari masker bedah, gaun dan sarung
tangan pemeriksaan
3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan meliputi: TD: 90/70 mmHg, N: 80
x/menit, Suhu: 37 0C, Pernafasan: 22 x/menit, DJJ: 146 x/menit
E: Ibu mengerti bahwa hasil pemriksaan dalam keadaan normal.

28
4. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Hb yaitu 9,6 (anemia ringan) dan
apabila tidak ditangani akan berlanjut menjadi anemia berat sehingga
dapat menimbulkan dampak yaitu bayi BBLR, lahir premature, kematian
janin, menghambat pertumbuhan janin, meningkatnya resiko keguguran,
pendarahan saat hamil maupun setelah persalinan, meningkatkan resiko
infeksi pasca persalinan dan depresi postpartum.
E: Ibu mengetahui bahwa dirinya mengalami anemia ringan dan resiko
yang akan timbul apabila tidak ditangani.
5. Memberitahu bahwa perubahan warna kulit pada ibu hamil seperti pada
perut ibu merupakan suatu ketidaknyamanan yang normal dan akan
menghilang setelah melahirkan,
E: Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan sehari-hari pada masa
kehamilan seperti mengkonsumsi makanan beraneka ragam secara
proforsional dengan pola gizi seimbang dan satu porsi lebih banyak
daripada sebelum hamil, istirahat yang cukup pada malam hari paling
sedikit 6-7 jam dan pada siang hari 1-2 jam, menjaga kebersihan diri,
melakukan aktivitas fisik, menjaga protocol kesehatan dengan
menggunakan masker apabila pergi keluar rumah, mencuci tangan
dengan sabun dan air yang mengalir serta menjaga jarak apabila
bertemu/tatap muka dengan orang lain minimal 1 meter.
E: Ibu mengerti dan mau melakukan sesuai yang disarankan.
7. Memberi tahu ibu ketidaknyamanan pada trimester III seperti rasa lelah,
sulit tidur, nyeri punggung, sering buang air kecil, sesak nafas, dada
terasa panas, kram dan nyeri pada kaki dan bengkak,
E: Ibu sudah mengetahui ketidaknyamanan pada trimester III
8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya persalinan yaitu
pendarahan lewat jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan
lahir, ibu mengalami kejang, ibu tidak kuat mengedan, air ketuban keruh
dan berbau, ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.

29
E: Ibu mengerti dan paham tindakan yang harus diambil apabila
mengalaminya
9. Memberikan tablet Fe dan vit C 1x1 dan dianjurkan untuk tidak disertai
meminum-minuman yang mengandung caffein, dan teh yang menyerap
zat besi.
E: Ibu mengerti dan akan meminum obat dengan menggunakan air putih
10. Menjelaskan pada ibu tentang jenis makanan yang dapat meningkatkan
hemoglobin seperti daging merah dan konsumsi jambu biji merah.
E: Ibu mengerti tentang makanan yang dapat meningkatkan Hb.
11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
E: Dokumentasi telah dilakukan

Tasikmalaya, 10 Oktober 2022

Pengkaji,

(Adah Suhadah)

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan kebidanan yang dilakukan penulis pada Ny. F dengan


anemia ringan. Penulis menemukan persamaan antara konsep teori dan praktek
lapangan. Adapun hal- hal yang ditemukan selama melakukan asuhan kebidanan
adalah sebagai berikut:
A. Data Subjektif
Pengkajian data subjektif pada kasus ini dengan cara melakukan anamnesa
pada Ny. F usia 28 tahun, berdasarkan HPHT usia kehamilan 29 minggu, hamil
anak kedua dan mengeluh adanya rasa lelah hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
Tewary (2011) bahwa tanda ibu hamil mengalami anemia adalah pucat, glossitis,
stomatitis, eodema pada kaki karena hypoproteinemia. Gejala ibu hamil yang
mengalami anemia adalah lesu dan perasaan kelelahan atau merasa lemah,
gangguan pencernaan dan kehilangan nafsu makan.
Ny. F dengan usia kehamilan 29 minggu masuk kedalam kelompok usia
kehamilan trimester III hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kemenkes
RI (2013) bahwa anemia adalah suatu penyakit kekurangan sel darah merah
dengan kadar Hb < 11 gr/dl pada trimester I dan trimester III. Berdasarkan hasil
pengkajian data subjektif tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik
dilapangan.
.

B. Data Objektif
Pada waktu melakukan pemeriksaan data objektif yang di peroleh pada Ny. F
usia 28 tahun diperoleh data objektif tekanan darah 90/70 mmHg, conjungtiva
merah muda sedangkan hasil pemeriksaan data penunjang yaitu pemeriksaan
hemoglobin 9,6 gr%. Hasil pemeriksaan data objektif pada Ny. F sesuai dengan
teori Proverawati (2011) yang menyatakan bahwa anemia dalam kehamilan
adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III
atau kadar < 10gr% pada trimester II, nilai batas tersebut dan perbedaannya

31
dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena haemodilusi, terutama pada
trimester II. Sedangkan hasil pemeriksaan tekanan darah pada Ny. F adalah 90/70
mmHg masih dikatakan normal karena tekanan darah normal apabila memiliki
tekanan darah sistolik berkisar 90 mmHg s/d 120 mmHg dan tekanan diastolic
adalah 60 mmHg s/d 80 mmHg. Bila ukuran tekanan darah rendah jika kurang
dari 90/60 mmHg (Andisty, 2021). Penyebab anemia defisiensi zat besi pada ibu
hamil adalah kekurangan zat besi dapat terjadi karena tidak atau kurang
mengonsumsi zat besi dalam bentuk sayuran, makanan atau suplemen. Terutama
pada wanita hamil dan anak-anak. Wanita hamil sering terjadi kekurangan zat besi
ini karena bayi memerlukan sejumlah zat besi yang besar untuk pertumbuhan.
Defisiensi besi pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah dan
persalinan prematur. Wanita pra-hamil dan hamil secara rutin diberikan suplemen
zat besi untuk mencegah komplikasi. Gangguan penyerapan, dapat mempengaruhi
penyerapan zat besi dari makanan pada saluran gastrointestinal (GI) dan dari
waktu ke waktu dapat mengakibatkan anemia. Anemia pada kehamilan adalah
kekurangan zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada
kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat
kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya.
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung
zat besi atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Proverawaty,
2011).

C. Analisis Data
Berdasarkan data subjektif yaitu Ny. F hamil 29 meninggu mengeluh
adanya rasa lelah dan hasil pemeriksaan data objektif Ny. F memiliki tekanan
darah 90/70 dan kadar Hb 9,6 gr% sehingga Analisa dari asuhan kasus kebidanan
tersebut adalah Ny. F usia 28 tahun G2P1A0 hamil 29 minggu janin tunggal
hidup intra uterin dengan anemia ringan.

D. Penatalaksanaan

32
Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. F usia 28 tahun dengan
anemia ringan meliputi protocol kesehatan pada masa pandemic, pemberian
pendidikan kesehatan tentang perubahan fisik dan ketidaknyamanan kehamilan
pada trimester III, pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa
kehamilan, pendidikan kesehatan tentang perawatan sehari-hari pada masa
kehamilan, menu gizi seimbang, makanan yang dapat dikonsumsi untuk
meningkatkan Hb serta konsumsi Fe dan Vitamin C. Penatalaksanaan yang
diberikan sesuai dengan pedoman penggunaan buku KIA yang berisi tentang
pendidikan kesehatan selama kehamilan. Penatalaksanaan ibu hamil dengan
anemia ringan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sari (2013),
penatalaksanaan anemia ringan antara lain Meningkatkan gizi penderita yaitu
dengan penambahan makanan sayuran hijau. Memberikan kombinasi 60 mg/hari
zat besi, dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari.
Pada penatalaksanaan anemia ringan penulis memberikan pendidikan
kesehatan tentang terafi komplementer pemberian jus jambu biji merah dalam
upaya peningkatan kadar Hb. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Ermawati (2017) setiap 100 gram Psidium Guajava memiliki kandungan senyawa
aktif yang dapat menaikkan hb dalam darah, diantaranya: zat besi, kalsium, fosfor
vitamin A dan C. Vitamin C adalah salah satu zat untuk membantu proses
penyerapan zat besi. Jika kekurangan zat besi maka dapat menyebabkan
penurunan daya kekebalan tubuh dan sering merasakan letih.
Hal ini sesuai dengan Rimawati (2018) bahwa pemberian tablet Fe dan
makanan yang mengandung zat besi, yang membantu penyerapan zat besi seperti
vitamin C dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah pada ibu hamil. Hal ini
sejalan dengan pernyataan URMC bahwa vitamin C dapat meningkatkan
penyerapan zat besi dalam saluran cerna. Dikutip dari hallosehat bahwa vitamin
C membantu penyerapan dan penyimpanan zat besi di hati. Konsumsi vitamin C
250 mg mampu menaikkan penyerapan zat besi hingga 5 kali lipat. Dengan
konsumsi dari sumber makanan segar, vitamin C akan bertahan lebih lama di
dalam tubuh. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. F usia 28 tahun ada
kesesuaian antara teori dan praktik dilapangan.

33
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penulis memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada Ny. F usia 28 tahun dengan anemia ringan, Adapun asuhan yang
diberikan adalah dengan :
a. Pengkajian yang didapat dari data subjektif pada Ny. F dengan anemia ringan
tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
b. Pengkajian yang didapat dari data objektif pada Ny. F dengan anemia ringan
tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.
c. Analisis data yang ditegakkan pada Ny. F dengan anemia ringan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.
d. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. F dengan anemia ringan tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

5.2 Saran
a. Bagi Klien
Diharapkan laporan seminar kasus ini dapat menjadi sumber informasi dan
panduan bagi klien sehingga mampu melakukan penanganan anemia pada
kehamilan secara mandiri.
b. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan terhadap ibu
hamil dengan anemia.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan dapat menjadi sebagai sumber informasi
dan bahan acuan untuk pembuatan laporan presentasi kasus lainnya serta
menambah kepustakaan dalam menunjang proses kegiatan belajar mengajar.

34
d. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kebidanan tepat guna pada ibu
hamil dengan anemia dengan pemberian pendidikan kesehatan terapi
komplementer.

35
DAFTAR PUSTAKA

Ayu W. hubungan tingkat kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi TTD di wilayah


kerja puskesmas sidement 2015. 2017;4(2):2–3.
OMS Organización Mundial de la Salud. The global prevalence of anaemia in
2011. Who. 2011;1–48.
Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Kementeri Kesehat RI. 2019;1(1):1.
Prasetya RG. Pengaruh pemberian jus buah Bit (Beta Vulgaris) terhadap
peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. 2020;30:6–18.
Kemenkes RI. PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2019. Short
Textbook of Preventive and Social Medicine. 2020. 28–28 hal.
Risnawati I. EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS BUAH BIT TERHADAP
KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI
PUSKESMAS TAYU I. 2021;10(2):307–21.
Krisnanda R. Vitamin C membantu dalam absorpsi zat besi pada anemia
defisiensi besi. J Penelit Perawat Prof. 2020;2(3):279–86.
Liananiar, Harahap FSD, Liesmayani EE. Analisis Pengaruh Konsumsi Buah Bit
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester
III. Heal Care J Kesehat. 2020;9(1):1–8.
Carolin BT, Syamsiah S, Deresiyana D. Perbedaan Pemberian Jambu Biji Merah
(Psidium Guajava) Dan Bit (Beta Vulgaris) Terhadap Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil. JOMIS (Journal Midwifery Sci.
2021;5(2):96–105.
Reyes G, Enrique L. Konsep Dasar Kehamilan. J Chem Inf Model.
2019;53(9):1689–99.
Saraswati D. Konsep Dasar Teori Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir,
dan Keluarga Berencana. Univ Muhammadiyah Ponorogo. 2018;11–
440.
isnaeni, ana pertiwi, and iriantom aritonang and agus. Asupan Zat Besi pada Ibu
Hamil. 2019;6(6):9–33.
Rahayu DE. Efektifitas Pemberian Jus Jambi Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil Trisemester II dengan Anemia. J Pendidik Kesehat.
2020;9(1):65.
Susiloningtyas I. PEMBERIAN ZAT BESI (Fe) DALAM KEHAMILAN Oleh :
Is Susiloningtyas. Maj Ilm Sultan Agung. 2019;50:128.

36
Cahya WE, Fitriani AL, Mandaty FA, Rizqitha R. Efektivitas Buah Kurma Dan
Buah Bit Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ii
Di Wilayah Puskesmas Karangawen Ii Kabupaten Demak. J Surya
Muda. 2021;3(2):65–75.
Indrayani T, Choirunissa R, Tambunan MH. Pengaruh Pemberian Jus Umbi Bit
Terhadap Kenaikan Kadar Haemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan
Anemia Di BPM Miftah Wahyudi Kec. Jatijajar Depok Tahun 2019. J
Qual Women’s Heal. 2020;3(2):146–52.
Oktaviani. Anemia dalam Kehamilan. Pap Knowl Towar a Media Hist Doc.
2020;d:8–22.
Muaslimah, Suherni, Widyastuti Y. Rasio Prevalensi Paritas Terhadap Kejadian
Anemia Ibu Hamil Trimester Iii Di Puskesmas Gedongtengen. 2019;
(4):10–26.
Fira S. Kadar Hemoglobin. Repository.poltekkes. 2020;7–17.
Dr. Vladimir VF. Struktur Hemoglobin. Gastron ecuatoriana y Tur local.
2018;1(69):5–24.
Herdiani TN, Fitriani D, Sari RM, Ulandari V. Manfaat Pemberian Jus Jambu Biji
Terhadap Kenaikan Nilai Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil. J
SMART Kebidanan. 2019;6(2):101.
Mustika A, Rosmiyati R, Iqmy LO, Anggraini A. Pengaruh Konsumsi Jambu Biji
Terhadap Kadar Hb Pada Ibu Hamil Anemia. J Kebidanan
Malahayati. 2021;7(4):793–800.
Anggraini DD, Saragita N. PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH BIT
TERHADAP KENAIKAN KADAR HB PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III (The Effect of Giving Bit Fruit Juice on Increasing
Levels of Hb in Third-trimester Pregnant Women). J Darul Azhar.
2019;8(1):7–14.
Setyiyaningsih S, Widayati W, Kristiningrum W. Keefektifan Jus Buah Bit Dan
Lemon Dalam Kenaikan Kadar Hb Pada Ibu Hamil. J Kebidanan
Malahayati. 2020;6(1):71–6.
Dewita D, Henniwati H. JUS BIT MERAH (Beta vulgaris L.) BERMANFAAT
MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA. J Kebidanan Malahayati. 2020;6(4):462–9.

37

Anda mungkin juga menyukai