Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Konseptual

Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka konseptual adalah formulasi

dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung suatu penelitian. Kerangka

konseptual pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

Motivasi mahasiswa Tinggi


Pembelajaran blended keperawatan di Fakultas
learning: Keperawatan Salah Satu
1)Face to face learning Sedang
Universitas Swasta Indonesia
2)online learning
Barat selama metode
(Yong, 2016)
pembelajaran blended learning Rendah

Motivasi Ekstrinsik: Motivasi Ekstrinsik: Motivasi Intrinsik:

1.Memberi ulangan 1. lingkungan 1. Minat


2. Memberi angka 2. Hadiah 2. Cita-cita
3. Hadiah 3. Pujian 3. Hasrat untuk belajar
4. Pujian 4. Hukuman 4. Tujuan yang diakui
5. Hukuman 5. Persaingan dengan teman
(Lestari, 2017)
6. Kompetisi
7. Ego-involvement
8. Hasrat untuk belajar
(Lestari, 2017)
9. Minat
10. Mengetahui hasil
(Wulandari,2012)
Bagan 2.1- Kerangka Konseptual
Keterangan:

: Tidak Diteliti

: Diteliti

11
2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Pengertian Motivasi Ekstrinsik

Menurut Maulana (2015), motivasi ekstrinsik merupakan suatu

pendorong kerja yang timbul karena rangsangan dari luar baik seperti

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang

menarik. Didalam suatu proses motivasi ekstrinsik seorang individu dituntut

untuk memberikan dorongan kerja yang bersumber dari luar, motivasi tersebut

dapat bersifat tinggi atau rendah. Dengan adanya suatu motivasi ekstrinsik

maka terbentuk sikap yaitu mahasiswa yang memiliki motivasi belajar yang

semakin tinggi, maka semakin baik hasil belajarnya. Sebaliknya, mahasiswa

yang memiliki motivasi belajar yang rendah, maka kesulitan untuk mencapai

hasil belajar yang baik. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik merupakan

dorongan kerja yang bersumber dari luar diri seseorang untuk meningkatkan

perolehan hasil belajar mahasiswa.

2.2.2 Jenis – Jenis Motivasi

Menurut Lestari (2017), jenis-jenis motivasi terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri

seseorang, yang meliputi minat, cita-cita, hasrat untuk belajar, dan

tujuan yang diakui. Motivasi intrinsik sangat diperlukan dalam

menumbuhkan motivasi belajar, motivasi ingin maju, dan sebuah

keinginan yang perlu dilatarbelakangi oleh pemikiran positif bahwa

12
pelajaran yang dipelajari berguna untuk dirinya baik untuk sekarang

maupun dimasa yang datang.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah keinginan seseorang untuk mendapatkan

penghargaan eksternal atau menghindari hukuman eksternal. Seseorang

yang mampu menempatkan tujuan belajarnya di luar hal yang

dipelajarinya dapat dikatakan bahwa peserta didik memiliki motivasi

ekstrinsik, misalnya dalam mencapai angka tinggi, gelar dan kehormatan.

Contoh motivasi yang biasanya diberikan seperti hadiah, pujian,

hukuman, persaingan dengan teman dan lingkungan belajar yang

berpengaruh untuk merangsang mahasiswa untuk giat belajar.

2.2.3 Indikator Motivasi Ekstrinsik

Menurut Lestari (2017) Indikator dari motivasi ekstrinsik peserta didik

yaitu:

1) Memberi angka

Angka dimaksud adalah berupa simbol atau nilai dari hasil

aktivitas belajar seorang pelajar. Angka atau nilai yang baik mampu

memberikan motivasi kepada pelajar lainnya. Contohnya pemberian

angka pada pre-test, post-test, Ujian tengah semester, ujian akhir

semester.

13
2) Hadiah

Hadiah adalah sebuah penghargaan yang diberikan seseorang

kepada orang lain. Pemberian hadiah ini cukup efektif memotivasi

pelajar dalam kompetisi belajar sehingga memberikan hasil belajar yang

lebih baik. Contoh reward atau hadiah yang dapat diberikan berupa: alat

tulis, memberikan jempol atau simbol-simbol reward pada fitur moodle.

3) Pujian

Pujian dapat dijadikan sebagai alat motivasi berupa ucapan. Pujian

adalah bentuk dari reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan

motivasi yang baik. Pujian yang diberikan harus secara merata kepada

anak didik sebagai individu

4) Hukuman

Hukuman menjadi alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan

edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif yaitu hukuman

yang mendidik dengan bertujuan dapat memperbaiki sikap dan

perbuatan anak didik yang dianggap salah.

5) Persaingan dengan teman

Kompetisi atau persaingan dengan teman merupakan persaingan

antar individu maupun antar kelompok yang dijadikan sebagai alat

motivasi belajar. Jika persaingan dilakukan dengan baik maka interaksi

belajar menjadi kondusif. Namun, dalam persaingan individu atau

kelompok dapat menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti:

14
rusaknya hubungan pertemanan, perkelahian, dan persaingan antar

kelompok.

2.2.4 Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Rahmawati (2016), fungsi motivasi dalam belajar, yaitu :

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan.

Motivasi sebagai pendorong yaitu motivasi yang dapat

mempengaruhi sikap seorang pelajar dalam rangka belajar. Peserta didik

yang berawal tidak memiliki minat untuk belajar, namun karena ada

sesuatu yang dipelajari dan belum dipelajari dapat mendorong pelajar

untuk mencari tahu.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan.

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap adalah kekuatan yang

tinggi kemudian berubah menjadi dorongan dalam melakukan suatu

tindakan, yang dimulai melalui proses berpikir kemudian menghasilkan

suatu tindakan sehingga dapat memberikan suatu pengertian terhadap isi

dari pembelajaran.

3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan.

Peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan pelajar dalam

belajar, dimana seorang pelajar yang memiliki motivasi mampu

membedakan yang harus dilakukan dan tidak dilakukan, faktor pengarah

dalam belajar merupakan tujuan belajar itu sendiri.

15
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ekstrinsik

Menurut Rahmawati (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

ekstrinsik :

1) Faktor Sosial

Merupakan faktor yang berasal dari seseorang yang berada

dilingkungan sekitar pelajar. Faktor sosial meliputi guru, konselor,

teman sebaya, orang tua, tetangga, dan lain-lain.

2) Faktor Non-sosial

Faktor non-sosial merupakan faktor yang berasal dari keadaan

atau kondisi fisik di sekitar pelajar. Faktor non-sosial Meliputi

keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, atau

malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar),

dan fasilitas belajar (sarana dan prasarana).

2.2.6 Pengertian Blended Learning

Menurut Husamah (2014), blended learning adalah istilah yang berasal

dari bahasa inggris terdiri dari dua suku kata yaitu, blended dan learning. Kata

Blended memiliki arti campuran atau kombinasi yang baik. Blended learning

menggunakan pendekatan yang memberdayakan berbagai sumber informasi.

Menurut Yong (2016), blended learning jika lebih spesifik yakni

penggabungan antara online learning dengan face-to-face learning menjadi

satu kesatuan. Sejalan dengan pengertian tersebut, Menurut Bielawski (2014)

16
menyatakan bahwa Blended learning adalah penggabungan antara model

pembelajaran tatap muka (face to face) dengan e-learning.

Menurut Sari (2014), definisi dari blended learning adalah pembelajaran

yang menggabungkan dengan media pembelajaran, pembelajaran yang

menggabungkan model-model pembelajaran dan teori-teori pembelajaran, dan

pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka (face to face)

dengan pembelajaran online.

Dari definisi motivasi ekstrinsik dan blended learning tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik selama blended learning adalah

suatu pendorong kerja yang timbul karena adanya rangsangan (stimulus) yang

baik dari luar, berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan

kegiatan belajar yang menarik, dan suatu kondisi yang harus melaksanakan

pekerjaan secara maksimal terhadap campuran dua metode pembelajaran antara

online learning dengan face to face learning yang bersifat tinggi atau rendah

dengan tujuan mendapatkan hasil belajar yang diharapkan, dan digunakan

untuk meningkatkan efektivitas, mengoptimalkan pengalaman belajar, serta

pengembangan diri.

2.2.7 Tujuan Blended Learning

Menurut Husamah (2014) tujuan blended learning ialah :

1) Terjadinya perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dimana

pada umumnya berpusat kepada pendidik (teacher-centered

17
learning) namun ke arah paradigma baru yang terpusat kepada

pelajar (student-centered learning),

2) Adanya peningkatan interaksi antara pelajar dengan pendidik atau

guru, pelajar dengan pelajar, pelajar dengan konten, pelajar dengan

sumber belajar lainnya,

3) Terjadinya konvergensi antar berbagai metode, media, sumber

belajar serta lingkungan belajar yang relevan.

2.2.8 Kategori Utama Blended Learning

Menurut Husamah (2014) kategori utama blended learning sebagai

berikut :

1) Peningkatan aktivitas tatap-muka (face to face). Istilah blended

learning yaitu merujuk kepada penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi selama aktivitas tatap-muka, baik dalam memanfaatkan

internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (web-

supplemented) yang tidak merubah model aktivitas.

2) Hybrid learning merupakan pembelajaran yang mengurangi aktivitas

tatap-muka (face to face), namun tidak menghilangkan aktivitas tatap

muka, sehingga peserta didik memungkinkan untuk belajar secara

online.

18
2.2.9 Perbedaan Proporsi Model-Model Pembelajaran

Berdasarkan Peraturan Kementerian Riset dan Teknologi Republik

Indonesia (Ristekdikti) No.51/2018 proporsi online setiap model-model

pembelajaran yaitu:

1) Tatap muka atau tradisional nol (0%) merupakan pembelajaran dengan

tatap muka sepenuhnya, dan pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan bahan ajar cetak atau lisan.

2) Web-enhanced (Pembelajaran diperkaya dengan akses internet) (1% -

29%) merupakan pembelajaran dengan menggunakan teknologi

internet untuk memfasilitasi pola tatap muka, menggunakan Learning

Management System (LMS) atau situs web untuk upload bahan ajar

dan tugas.

3) Blended atau Hybrid (30% - 79%) merupakan pembelajaran dengan

mengkombinasikan cara online dan tatap muka. Terdapat proporsi

bahan ajar secara online, biasanya dilengkapi dengan diskusi online,

dan ada pengurangan frekuensi tatap muka.

4) Fully Online (>80%) merupakan pembelajaran dengan sebagian besar

atau seluruh bahan ajar diantarkan secara online, bisa tanpa porsi tatap

muka sama sekali.

Penerapan metode blended learning yang telah dilakukan di Fakultas

Keperawatan Salah Satu Universitas Swasta Indonesia Barat sejak tahun

2018 sesuai dengan program Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

19
(DIKTI) dalam peraturan Menteri Ristekdikti No.51/2018 yaitu < 50%

pembelajaran diterapkan secara online dan > 50% pembelajaran

diterapkan dengan cara tatap muka.

2.2.10 Karakteristik dan Manfaat Metode Blended Learning

Menurut Husamah (2014) Menurut Husamah (2014) karakteristik

blended learning, ialah sebagai berikut :

1) Pembelajaran yang menggabungkan beberapa cara model

pengajaran, penyampaian materi, gaya pembelajaran, serta berbagai

media yang menggunakan teknologi,

2) Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung, belajar mandiri dan

pembelajaran secara online,

3) Pembelajaran yang dikombinasikan menjadi lebih efektif dari cara

mengajar, model pembelajaran dan penyampaian materi,

4) Pengajar dan orang tua dari peserta memiliki peran yang sama

penting, yaitu pengajar merupakan fasilitator dan orang tua sebagai

pendukung dalam pembelajaran, sedangkan manfaat dari penerapan

blended learning yaitu dapat memfasilitasi fleksibilitas dalam

penilaian proses pembelajaran.

2.2.11 Kelebihan dan Kekurangan Metode Blended Learning

1) Menurut Husamah (2014) kelebihan dari metode blended learning

yaitu:

20
a) Peserta didik dapat belajar dengan lebih luas untuk mempelajari

materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi

secara online,

b) Peserta didik dapat berdiskusi dengan pengajar atau peserta didik

lain diluar jam tatap muka (face to face),

c) Pengajar dapat menambahkan materi tambahan melalui fasilitas

internet,

d) Pengajar dapat meminta peserta didik mempersiapkan diri dengan

membaca materi atau mengerjakan soal sebelum pembelajaran,

e) Pengajar dapat menyelenggarakan ujian, memberikan feed back

dan mengevaluasi hasil tes dengan efektif,

f) Peserta didik dapat saling berbagi data satu dengan yang lain, dan

terdapat banyak keuntungan lain dengan memanfaatkan kelebihan

pembelajaran berbasis internet.

2) Menurut Husamah (2014) kekurangan dari metode blended learning

yaitu:

a) Media yang diperlukan beragam dan cukup kompleks, sehingga

sulit diterapkan apabila prasarana dan sarana tidak memadai,

b) Tidak semua peserta didik memiliki fasilitas, seperti akses

internet dan komputer, karena blended learning memerlukan

akses internet yang memadai, hal itu dapat menghambat peserta

didik dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online, dan

21
Kurangnya pengetahuan atau informasi sumber daya

pembelajaran (pengajar, peserta didik dan orang tua) terhadap

penggunaan teknologi.

2.3 Definisi Konseptual dan Operasional

Tabel 2. 1 - Definisi Konseptual dan Operasional.

Definisi Definisi Skala


Variabel Konseptual Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Ukur
Motivasi Motivasi Motivasi Kuesioner Hasil uji Ordinal
Ekstrinsik Ekstrinsik Ekstrinsik online terdiri dikatakan
Mahasiswa adalah adalah suatu dari 20 Tinggi jika
Keperawatan motivasi suatu dorongan pernyataan nilai 60-80,
selama pendorong belajar pada dengan Sedang jika
Blended kerja yang mahasiswa menggunakan nilai 40-59,
Learning. timbul karena yang timbul skala Likert Rendah jika
adanya karena adanya yang terdiri nilai 20- 39
rangsangan rangsangan empat pilihan
(stimulus) dari (stimulus) dari yaitu: SS (Rahmawati,
luar. luar terhadap (Sangat Setuju 2016)
(Maulana, metode dengan
2015). pembelajaran pernyataan
Sedangkan blended bernilai 4), S
blended learning, yang (Setuju dengan
learning merupakan pernyataan
merupakan metode bernilai 3), TS
model pembelajaran (Tidak Setuju
pembelajaran gabungan dari dengan
yang kegiatan tatap pernyataan
menggabungka muka dan bernilai 2),
n antara aktivitas STS (Sangat
pembelajaran online yang Tidak Setuju
tatap muka bersifat tinggi dengan
face to face) atau rendah pernyataan
dengan e- yang diukur bernilai 1).
learning dengan
(Yong, 2016). menggunakan
instrumen
kuesioner.

22
2.4 Kajian Literatur

Penelitian ini didukung oleh beberapa sumber penelitian yang

dilakukan sebelumnya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan dan

pertimbangan dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan Manzanares et al. (2020) dengan judul

“Efektivitas Blended Learning dalam Pendidikan Keperawatan” dengan sampel

120 responden dengan hasil penelitian menunjukan bahwa metode

pembelajaran Blended Learning lebih efektif dalam hasil belajar mahasiswa

dan membawa dampak yang baik dalam perkembangan perilaku belajar

mahasiswa, dimana dosen dapat memberikan feedback secara langsung dan

mahasiswa dapat berinteraksi dan berdiskusi melalui Learning Management

System.

Penelitian yang dilakukan oleh Sapeni el al. (2020) dengan judul

“Efektivitas Pembelajaran Klinik Dalam Meningkatkan Keterampilan Klinik

Dalam Pendidikan Keperawatan” memperoleh hasil penelitian yaitu penerapan

metode Blended Learning pada mahasiswa mampu meningkatkan interaksi

antara pengajar dan mahasiswa sehingga, mahasiswa lebih termotivasi dengan

pembelajaran dan percaya diri untuk melakukan keterampilan praktik

keperawatan serta meningkatkan keterampilan klinik mahasiswa keperawatan.

Penelitian yang dilakukan Li et al. (2019) dengan judul “Pengaruh

Blended Learning pada Pengetahuan, Keterampilan, dan Kepuasan Mahasiswa

Keperawatan” dengan sampel 574 responden dengan hasil penelitian

23
menunjukan bahwa Blended Learning dapat membantu meningkatkan tingkat

pengetahuan, motivasi dan kepuasan mahasiswa keperawatan, sehingga

Blended Learning dapat menjadi metode pengajaran pendidikan keperawatan

di masa yang datang.

Penelitian yang dilakukan Mccutcheon Et Al. (2014) Dengan Judul

“Evaluasi Dampak Metode Pembelajaran Blended Learning vs. Face to Face

Learning Dalam Keterampilan Klinik Dalam Pendidikan Keperawatan” hasil

penelitian menunjukan bahwa keterampilan klinis mahasiswa yang mengikuti

pembelajaran dengan metode Blended Learning memperoleh tingkat

keterampilan klinis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan yang

menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Penelitian yang dilakukan Laili (2011) dengan judul “Strategi

Pembelajaran Blended Learning terhadap Kemampuan Konsep dan Prosedur

Physical Examination pada Mahasiswa Keperawatan” dengan sampel 141

responden dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa Blended learning

cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa keperawatan dalam

memahami prosedur (skill atau psikomotor) dan konsep (kognitif). Penggunaan

teknologi dalam pendidikan dengan pembelajaran konvensional memberikan

dampak positif terhadap motivasi dan tercapainya kemampuan serta

kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Marlin & Vanchapo (2020) dengan

judul “Pengaruh Pembelajaran dengan Metode blended Learning Terhadap

Pemahaman Materi Kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada Mahasiswa

24
Keperawatan Semester IV STIKes Maranatha Kupang” dengan sampel

sebanyak 39 responden, memperoleh hasil yaitu adanya pengaruh metode

pembelajaran blended learning terhadap pemahaman materi kuliah

keperawatan medikal bedah pada mahasiswa keperawatan semester IV STIKes

Maranatha Kupang, dan pertemuan tatap muka merupakan hal yang penting

dan harus dilaksanakan dikarenakan mahasiswa diwajibkan memiliki skill

dalam pemberian asuhan keperawatan.

Penelitian yang dilakukan Kusumaningrum (2019) dengan judul

“Efektivitas Metode Blended Learning Terhadap Peningkatan Kognitif dan

Motivasi Belajar Peserta Didik Prodi S1 Keperawatan Di STIKES Nur

Purwodadi” dengan sampel sebanyak 102 siswa, hasil penelitian menunjukan

bahwa dengan metode pembelajaran blended learning belum efektif untuk

meningkatkan pemahaman kognitif peserta didik, dan metode pembelajaran

blended learning dapat mempengaruhi peningkatan motivasi belajar pada

mahasiswa.

Penelitian Rohimatun Widyawati (2015) dengan judul “Blended

Learning Sebagai Metode Pembelajaran Inovatif Pada Pelatihan

Cardiopulmonary Resuscitation” Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

metode Blended Learning dapat berpengaruh baik dalam kemampuan kognitif

dan psikomotor peserta.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013), dengan judul “Strategi

Blended Learning untuk Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan

Critical Thinking Mahasiswa di Era Digital” dengan sampel berjumlah 15

25
responden, hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa belum mampu

belajar dengan mandiri mengenai hal yang berkaitan dengan topik perkuliahan.

Penelitian Natalia (2020) dengan judul “Hubungan Motivasi Menjadi

Perawat dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Sarjana Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara” kepada 105 responden menunjukan

bahwa mahasiswa yang termotivasi secara ekstrinsik menjadi perawat masuk

dalam kategori tinggi dan tidak terdapat hubungan antara motivasi menjadi

perawat dengan prestasi belajar mahasiswa, ada banyak faktor yang

mempengaruhi hal tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Itu (2020) Dengan judul "Faktor

Motivasi Perawat Sekolah Perawat Kesehatan Melanjutkan Pendidikan di

Keperawatan Pada Mahasiswa Rekognisi Pembelajaran Lampau Di Poltekes

Kemenkes Kupang” menunjukan hasil bahwa Motivasi Ekstrinsik bahwa

seperti adanya hadiah (reward) atau hukuman (punishment), kondisi

lingkungan dapat mempengaruhi motivasi untuk melakukan sesuatu dan

motivasi ekstrinsik ini dapat terdorong dengan adanya hadiah, pujian yang

bertujuan mengarahkan individu untuk melakukan suatu aktivitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2016) dengan judul “Hubungan

Motivasi Belajar Pada Mahasiswa S1 Keperawatan di STIKES William Booth

Surabaya” dengan sampel 32 orang, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Mahasiswa yang memiliki motivasi baik sebanyak 21 orang dan presentasi

belajar yang sangat memuaskan sebanyak 16 orang.

26
Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2016) dengan judul “Gambaran

Motivasi Belajar Mahasiswa S1 Reguler dan Eksekutif Angkatan 2011

Fakultas Ilmu Kesehatan Program Keperawatan Universitas Esa Unggul”

dengan sampel 25 responden, menunjukan hasil mahasiswa S1 reguler

angkatan 2011 memiliki motivasi ekstrinsik belajar yang tinggi, sedangkan

mahasiswa eksekutif memiliki motivasi ekstrinsik belajar yang rendah.

2.5 Ringkasan

Berdasarkan teori dan kajian literatur, metode pembelajaran blended

learning ini merupakan metode pembelajaran campuran yang menggabungkan

dua lingkungan belajar yaitu dengan teknologi online dan pembelajaran tatap

muka. Metode pembelajaran ini dinilai efektif untuk memberikan motivasi

ekstrinsik yang tinggi pada peserta didik. Terdapat alasan mengapa blended

learning dipilih sebagai metode pembelajaran, yaitu blended learning

berkontribusi dalam strategi interaktif tidak hanya tatap muka melainkan juga

jarak jauh, materi dapat dengan mudah untuk diakses oleh setiap peserta didik,

peserta didik juga mudah untuk mengatur jadwal belajar secara fleksibel,

sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dari setiap peserta didik, dan

peningkatan prestasi.

Dua belas kajian literatur yang didapat bahwa Sembilan penelitian

menunjukkan penerapan metode pembelajaran blended learning dapat

membuat mahasiswa memiliki motivasi yang tinggi. Sedangkan terdapat tiga

27
hasil kajian literatur menunjukkan bahwa mahasiswa belum mampu untuk

belajar mandiri terhadap topik perkuliahan dan belum mampu memberikan

motivasi yang tinggi dengan menggunakan metode pembelajaran blended

learning tersebut.

28

Anda mungkin juga menyukai