Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDALAMAN RUKUN IMAN

(Iman Kepada Malaikat, Kitab-Kitab, dan Rasul)

DOSEN : Bapak Dr. ABD. RAHMAN, S.Ag.,M.A

OLEH KELOMPOK III :

1. Sitti Aisyah

2. Muh. Afdhal

3. Asmi Rusadi

4. Muhammad Alif Syafan

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendalaman

terhadap Rukun Iman (Iman Kepada Malaikat, Kitab-Kitab, dan Rasul)” tepat pada

waktunya.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Dr.

ABD. RAHMAN, S.Ag.,M.A. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Al Islam

Kemuhammadiyahan III dan untuk menambah wawasan khususnya bagi

mahasiswa Kelas 3F Al Islam Kemuhammadiyahan III mengenai Iman Kepada

Malaikat, Kitab-Kitab, dan Rasul.

Kelompok kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. ABD. RAHMAN,

S.Ag.,M.A yang telah memberikan materi dalam penyusunan makalah ini. Kami

juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam

penyusunan makalah ini.

Kelompok kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari

kata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Oleh karena

itu, kritik dan saran serta pertanyaan yang membangun kami terima sebagai

evaluasi penyusunan makalah selanjutnya. Sekian yang dapat kami sampaikan,

Terimakasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Oktober 2023

Kelompok III

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pendalaman terhadap Iman Kepada Malaikat ...................................... 3

B. Pendalaman terhadap Iman Kepada Kitab-Kitab ................................. 5

C. Pendalaman terhadap Iman Kepada Rasul ........................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Beragama adalah suatu bentuk keyakinan manusia terhadap berbagai hal yang yang

diajarkan oleh agama yang dianutnya. Beragama berarti meyakini secara bulat

terhadap pokok-pokok ajaran dan keyakinan sebuah agama. Oleha keran itu, tidak

ada manusia yang mengaku beragama tanpa ia meyakini apa-apa yang ditetapkan

oleh agama tersebut.

Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun Iman,

terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam terhadap hal-

hal yang “ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuah

kepercayaan terhadap hal-hal yang diluar daya nalar manusia.

Rukun Iman (pilar keyakinan) ini adalah terdiri dari: 1. Iman kepada Allah (Patuh

dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2. Iman kepada Malaikat-

malaikat Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran

Allah di alam semesta), 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran

Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an),

4. Iman kepada Rasul-rasul Allah, 5. Iman kepada hari Kiamat (paham bahwa setiap

perbuatan akan ada pembalasan) dan 6. Iman kepada Qada dan Qadar (paham pada

keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta). Enam pilar

keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap

muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya, sehingga

mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak

dapat ditawar-tawar lagi.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pendalaman terhadap Rukun Kepada Malaikat?

2. Seperti apakah pendalaman terhadap Rukun Kepada Kitab-Kitab Allah SWT?

3. Apakah yang dimaksud pendalaman terhadap Rukun Kepada Rasul?

1.3 Tujuan

1. Memahami makna beriman Kepada Malaikat

2. Mengerti pendalaman Iman terhadap Kitab-Kitab Allah SWT

3. Mengetahui lebih lanjut mengenai Iman Kepada Rasul Allah SWT

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendalaman terhadap Iman Kepada Malaikat

Penyebutan keimanan terhadap malaikat digandengkan oleh Allah dengan

keimanan terhadap diri-Nya dalam banyak ayat di dalam Al Quran, seperti dalam

ayat yang artinya: “Setiap mereka beriman kepada Allah, kepada seluruh malaikat-

Nya, seluruh kitab-kitab-Nya, dan seluruh rasul-Nya” (QS. Al Baqoroh : 285).

Keimanan terhadap malaikat mencakup beberapa hal, yaitu: (1) membenarkan

keberadaan mereka, (2) membenarkan bahwasanya mereka adalah hamba Allah

yang dimuliakan oleh Allah dan diciptakan untuk menyembah dan mematuhi

perintah-perintah Allah, (3) mempercayai macam-macam, sifat-sifat, dan tugas-

tugas yang mereka miliki sebagaima yang dijelaskan dalam Al Quran dan hadits, (4)

serta mempercayai keutamaan dan tingginya kedudukan mereka di sisi Allah.

Keutamaan Para Malaikat

Di antara keutamaan para malaikat adalah sebagaimana yang disebutkan dalam

sebuah hadits shahih yang diriwayatakan oleh Imam Muslim, bahwasanya Allah

menciptakan mereka dari cahaya. Hal lainnya yang juga menunjukkan keutamaan

dan kemuliaan para malaikat adalah seringnya Allah menisbatkan para malaikat

kepada diri-Nya, menggandengkan persaksian-Nya dengan persaksian malaikat,

dan menggandengkan solawat-Nya dengan solawat para malaikat. Di antaranya

dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya

bersolawat kepada Nabi” (QS. Al Ahzab : 56) atau dalam ayat yang artinya:

“Barangsiapa yang ingkar kepada Allah dan para malaikatnya…” (QS. An Nisa’:

136), dan juga dalam firman Allah yang artinya: “Allah mempersaksikan

6
bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali dia dan para malaikat

pun mempersaksikannya” (QS. Ali ‘Imron : 18).

Allah juga menyebutkan di antara sifat malaikat adalah mereka memiliki kemuliaan

dan juga dimuliakan oleh Allah, sebagaimana dalam ayat yang artinya: “(Al Quran

itu) ada di tangan para malaikat, yang merupakan makhluk yang mulia dan taat”

(QS. ‘Abasa: 15-16), dan “Bahkan mereka adalah hamba-hamba yang dimuliakan”

(QS. Al Anbiya’ : 26). Allah juga menyebutkan posisi para malaikat yang tinggi dan

dekat dengan Allah, “Mereka (para setan) tidak bisa mencuri dengar (pembicaraan)

para malaikat yang tinggi” (QS. Ash Shoffat : 7) dan “Disaksikan oleh para malaikat

yang didekatkan” (QS. Al Muthoffifin : 21).

Di ayat lain Allah juga menyebut para malaikat berada di sisi Allah dan mereka

menyembah dan bertasbih kepada Allah. “Sesungguhnya (para Malaikat) yang

berada di sisi Tuhanmu mereka tidak menyombongkan diri dari beribadah

kepadaNya dan mereka bertasbih kepadaNya dan hanya kepadaNya mereka

bersujud” (QS. Al A’rof : 206).

Macam-macam para Malaikat berdasarkan Tugasnya

Berikut penjelasan di antara macam-macam tugas malaikat berserta ayat yang

menyebutkan nama dan tugas malaikat tersebut:

(1) Ada malaikat yang bertugas memikul ‘arsy (singgasana Allah) sebagaiman

dalam ayat yang artinya: “Dan (jumlah malaikat) yang memikul ‘arsy Tuhanmu di

atas mereka pada hari itu adalah delapan” (QS. Al Haqqoh : 17)

(2) Ada yang diperintahkan untuk mengurusi surga dan menyiapkan pemuliaan

bagi para penghuni surga,

7
(3) Ada yang ditugaskan mengurusi neraka dan menyiapkan penyiksaan terhadap

penghuni nereka (bernama Az Zabaniyah) yang dikomando oleh 19 malaikat,

sebagaimana dalam firman Allah yang artinya “Di atasnya ada 19 (malaikat)” (QS.

Al Mudattsir : 30)

(4) Ada yang ditugaskan sebagai penjaga neraka (yang bernama Al Khozanah dan

pemimpinnya bernama Malik), “Dan mereka (penduduk neraka) berseru, ‘wahai

Malik! Biarlah tuhanmu mematikan kami saja’” (QS. Az Zukhruf : 77)

(5) Ada malaikat yang ditugaskan untuk menjaga manusia semasa hidup, “Baginya

(manusia) ada malaikat yang menjaga silih berganti, ada yang di depan dan ada

yang di belakang. Mereka menjaganya dengan perintah Allah” (QS. Ar Ra’du : 11)

(6) Ada pula malaikat yang ditugaskan untuk mencatat amal manusia, “(Ingatlah)

ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan

dan yang lain di sebelah kiri. Tidak ada satu katapun yang diucapkan melainkan

ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat” (QS. Qof : 17-18).

(7) Ada yang bertugas untuk mengurusi rahim dan janin sebagaimana diriwayatkan

dalam hadits riwayat Abdullah bin Mas’ud

(8) Ada juga yang bertugas untuk mencabut nyawa “Malaikat maut (pencabut

nyawa) yang ditugaskan untuk mematikanmu” (QS. As Sajdah: 11).

Beriman dengan sifat-sifat/kabar-kabar tentang Malaikat

Wajib pula kita beriman dengan sifat-sifat malaikat yang dikabarkan oleh Allah dan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti bahwasanya malaikat memiliki

sayap, “(Allah) yang menjadikan para malaikat sebagai utusan yang memiliki sayap

berjumlah dua, tiga , atau empat” (QS. Fathir : 1). Dalam hadits riwayat Muslim

8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa jumlah sayap

malaikat Jibril berjumlah 600. Wajib juga beriman bahwa Allah memberikan

kemampuan kepada malaikat untuk berubah-ubah bentuk dengan berbagai bentuk

makhluk, sebagaimana malaikat pernah mendatangi Nabi Ibrahim, Nabi Luth, dan

Nabi Muhammad ‘alaihimussalam dalam bentuk manusia. Diriwayatkan pula

dalam sebuah hadits bahwasanya manusia tidak bisa melihat bentuk asli malaikat.

2. Pendalaman terhadap Iman Kepada Kitab-Kitab

Pertama: Membenarkan dengan sungguh-sungguh bahwa semua kita diturunkan

oleh Allah dan bahwa Allah berbicara secara hakiki, di antaranya ada yang langsung

terdengar darinya dari balik tabir tanpa perantara malaikat, di antaranya ada yang

disampaikan utusan para malaikat kepada utusan manusia. Di antaranya ada yang

ditulis Allah Ta’ala dengan tanganNya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan

Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus

seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang

Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (SQ. As-

Syuro: 51)

Allah juga berfirman,

“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (SQ. An-Nisaa’: 164)

Allah berfirman terkait dengan Kitab Taurat,

“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai

pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu.” 9SQ. Al-A’raf: 145)

Kedua: Apa yang Allah sebutkan dalam kitab-kitab tersebut secara terperinci, maka

wajib diimani secara terperinci, yaitu kitab-kitab yang Allah namakan Alquran,

9
yaitu; Alquran, Taurat, Injil, Zabur, lembaran Ibrahim dan Musa)

Adapun yang disebutkan secara global, maka harus kita Imani secara global. Maka

kita mengatakan sebagaimana Allah perintahkan kepada kita,

“Dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah.” (SQ.

As-Suro:15)

Ketiga:

Membenarkan kabar-kabar yang shahih, seperti kabar yang terdapat dalam

Alquran, atau berita yang belum dirubah dan diganti dalam kitab-kitab terdahulu.

Keempat:

Beriman bahwa Allah menurunkan Alquran sebagai hakim terhadap kitab-kitab dan

pembenar terhadapnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,

membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan

sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu.” (SQ. Al-Maidah:

48).

Ahli tafsir berkata, “Muhaiminan” artinya yang dipercaya dan menjadi saksi atas

kitab-kitab sebelumnya serta membenarkanya, maksudnya membenarkan apa yang

ada di dalamnya yang shahih serta menafikan sesuatu yang telah dirubah diganti

dan diselewengkan serta hukum yang telah dihapus padanya, atau menetapkan dan

mensyariatkan hukum-hukum baru. Karena itu, semua yang berpegang teguh pada

kitab-kitab terdahulu tunduk kepadanya, sebelum berlaku kitab sesudahnya.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

“Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al kitab sebelum Al

Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu. Dan apabila dibacakan (Al

10
Quran itu) kepada mereka, mereka berkata: "Kami beriman kepadanya;

sesungguhnya; Al Quran itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan Kami,

Sesungguhnya Kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkan(nya).”

(SQ. Al-Qasas: 52-53)

Yang diwajibkan bagi seluruh umat adalah mengikuti Alquran zahir maupun batin

dan berpegangteguh kepadanya serta menunaikan haknya, sebagaimana firman

Allah Ta’ala, ”Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,

Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (SQ. Al-An’am: 155)

Yang dimaksud dengan berpegang teguh dengan kitab-Nya serta menunaikan

haknya adalah menghalalkan yang dihalalkan dan mengharamkan yang

diharamkan di dalamnya serta tunnduk kepada perintah-perintahnya dan menjauh

dari ancaman-ancamannya, mengambil pelajaran dari contoh-contoh kejadian dan

kisah di dalamnya, mengetahui hukum-hukumnya yang jelas serta menyerahkan

kepada Allah perkara-perkara yang masih samar serta tidak melanggar batasan-

batasan yang telah ditetapkan, membelanya dengan menghafalnya, membacanya

dan mentadabburi ayat-ayatnya serta menghidupkannya di malam dan siang,

memberikan nasehat dengan seluruh makna padanya dan berdakwah kepadanya

berdasarkan petunjuk.

Iman seperti ini akan memberikan manfaat besar bagi seorang hamba, di antaranya

yang terpenting;

1. Mengetahui besarnya perhatian Allah terhadap hambaNya, karena Dia

menurunkan kitabnya bagi setiap kaum agar mereka menjadikannya sebagai

petunjuk.

2. Mengetahui hikmah Allah Ta’ala dalam syariatnya karena di menurunkan syariat

bagi setiap kaum apa yang sesuai dengan kondisi mereka, sebagaimana firman

Allah Ta’ala, “Masing-masing Kami jadikan bagi kamu semua syareat dan manhaj.”

11
3. Melaksanakan kewajiban bersyukur atas nikmat yang sangat besar ini.

4. Pentingnya memelihara Alquran yang agung ini, dengan membacanya,

merenunginya dan memahami makna-maknanya serta

mengamalkannya.Wallahua’lam.

Lihatlah ‘A’lam As-Sunnah Al-Mansyurah’ hal. 90-93, ‘Syarh Al-Ushul Al-Tsalatsah’,

Syekh Ibnu Utsaimin, hal. 91-92.

3. Pendalaman terhadap Iman Kepada Rasul

Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul Allah

dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk menunjuki,

membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya kebenaran.

Ditambah juga keharusan membenarkan bahwa mereka telah menyampaikan apa

yang Allah turunkan kepada mereka dengan benar dan sempurna, dan mereka telah

berjihad dengan sebenar-benarnya di jalan Allah.Adapun dalil tentang kewajiban

iman kepada para rasul, ialah sebagai berikut:

Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya,

demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,

malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan):

“Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-

rasulNya,” dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka

berdoa): “Ampunilah kami, ya Rabb kami. Dan kepada Engkaulah tempat kembali”.

[Al Baqarah/2:285].

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebaktian,

akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,

malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya

kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang

12
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan

(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan

orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar

dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang

yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [Al Baqarah/2

:177].

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya

dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RasulNya, serta kitab yang Allah

turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya,

kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu

telah sesat sejauh-jauhnya. [An Nisaa/4 :136].

Dalam ayat-ayat tersebut di atas, Allah memerintahkan kaum mukminin untuk

beriman kepada Allah, RasulNya, Al Qur’an dan kitab suci yang diturunkan

sebelumnya. Hal ini menunjukkan kewajiban beriman kepada para rasul.Juga sabda

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Jibril yang terkenal, ketika

ditanya tentang iman, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Beriman

kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhirat

serta taqdir yang baik dan yang buruk.Dalam hadits ini, Rasulullah menjadikan

iman kepada para rasul termasuk salah satu rukun iman. Syaikhul Islam Ibnu

Taimiyah berkata: “Satu keharusan dalam iman, (yaitu) seorang hamba beriman

kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhir. Dia

harus beriman kepada seluruh rasul yang diutus dan seluruh kitab suci yang

diturunkan.

 Urgensi Iman Kepada Para Nabi dan Rasul

Pertama : Iman kepada kenabian (an nubuwah) adalah jalan mengenal untuk Allah

dan mencintai-Nya. Juga merupakan piranti untuk mencapai keridhaan Allah dan

keselamatan dari adzab-Nya, serta menjadi dasar kebahagian dan keselamatan di

13
dunia dan akhirat. Juga Allâh Subhanahu Wa Ta’ala Bersamamu, Dimanapun Kamu

Berada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan: “Iman kepada nubuwah

merupakan dasar pokok keselamatan dan kebahagiaan. Barangsiapa yang tidak

memahami benar permasalahan ini, akan bingung untuk mengetahui mana pintu

petunjuk dan kesesatan, iman dan kufur, dan tidak dapat membedakan yang salah

dan yang benar”. Kedua : Kebutuhan hamba Allah untuk mengakui kenabian lebih

besar dan mendesak daripada kebutuhan mereka terhadap udara, makanan dan

minuman. Sebab, akibat kehilangan udara, makanan atau minuman hanyalah

kematian dan kerugian dunia. Berbeda jika ia tidak mengakui kenabian, akan

mengakibatkan kerugian di dunia dan akhirat. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata :

”tanda-tanda kenabian termasuk menjadi bukti-bukti rububiyah Allah. Semuanya

jelas dan nyata pada setiap orang, seperti kejadian yang tampak terlihat; karena

makhluk membutuhkan pengakuan kepada Sang Pencipta dan para rasulNya. Tidak

diragukan lagi, setiap makhluk yang mukalaf membutuhkan untuk mengenal Allah,

iman kepada-Nya, beribadah kepada-Nya dan mengenal para rasul-Nya serta

mentaati-Nya. Oleh karena itu, Allah memudahkan hambanya untuk mendapatkan

hal-hal tersebut. Syaikh Islam berkata : ”Sesungguhnya sesuatu yang dibutuhkan

pengenalannya oleh manusia seperti iman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah

menjabarkan dan memudahkan jalan mendapatkannya. Kemudian Syaikh Islam

Ibnu Taimiyah menambahkan : “Demikianlah, setiap kali manusia sangat butuh

mengenal sesuatu. Maka Allah memudahkan mereka dengan bukti-bukti yang

mengenalkannya, seperti bukti-bukti yang menunjukkan-Nya, bukti-bukti kenabian

Rasul-Nya dan bukti-bukti ketentuan taqdir dan ilmu-Nya”.

Dalam masalah ini, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Sesungguhnya Allah

menjadikan para rasul sebagai perantara antara Dia dengan hamba-Nya, dalam

mengenalkan kepada mereka apa-apa yang bermanfaat dan yang merugikan

mereka, dan menyempurnakan apa-apa yang mashlahat bagi kehidupan dunia dan

akhirat mereka. Para rasul ini seluruhnya diutus untuk berdakwah kepada Allah,

14
mengenalkan jalan untuk sampai kepada Allah dan menjelaskan keadaan mereka

setelah sampai kepada-Nya. Selanjutnya beliau rahimahullah menjelasakan

beberapa pokok yang perlu diperhatikan : Pokok pertama : Mengandung penetapan

sifat-sifat Allah, tauhid dan taqdir, serta penjelasan perlakuan Allah terhadap para

wali dan musuhNya. Yaitu yang Allah kisahkan kepada hambaNya dan permisalan

yang dibuat untuk mereka.Pokok Kedua : Mengandung perincian syari’at, perintah,

larangan dan perkara mubah, serta penjelasan apa-apa yang dicintai dan dibenci

Allah.Pokok ketiga : Mengandung iman kepada hari akhir, syurga, neraka, pahala

dan siksaan.Al Khalqu (penciptaan) dan al amru (selain penciptaan), berporos

kepada tiga pokok ini. Begitu pula kebahagiaan dan kesuksesan pun tergantung

padanya. Tidak ada jalan untuk mengenal semua ini, kecuali dari para rasul; karena

akal tidak mengerti perincian dan tidak dapat mengenal hakikatnya; walaupun akal

dapat mengenal sesuatu yang darurat darinya secara global, seperti layaknya orang

yang sakit, ia memerlukan obat dan orang yang mengobatinya, namun tidak

mengetahui diagnosa penyakit dan resep obatnya.Kebutuhan hamba kepada risalah,

jauh lebih besar dari kebutuhan orang sakit terhadap pengobatan. Pasalnya, karena

batas perkiraan dengan tidak adanya thabib (dokter) adalah kematian badan.

Sedangkan seorang hamba, jika tidak mendapatkan cahaya dan pancaran risalah,

maka ia telah mati sebelum waktu ajalnya, dan tidak diarapkan akan ada kehidupan

dalam dirinya untuk selamanya, atau ia akan sengsara dengan kesengsaraan yang

tidak akan diselingi kebahagiaan selama-lamanya.. Oleh karena itu, tidak ada

keberuntungan, kecuali hanya dengan mengikuti Rasul” Ibnul Qayyim berkata :

“Dari sini diketahui, urgensi seorang hamba untuk mengenal rasul, ajaran dan

membenarkan beritanya, serta mentaati perintahnya, melebihi segala kepentingan

lainnya. Sebab, tidak ada jalan kebahagian dan kesuksesan di dunia dan akhirat,

kecuali hanya di tangan para rasul. Tidak ada jalan mengenal kebaikan dan

kejelekan secara terperinci, kecuali dari mereka. Dan tidak akan mendapatkan

keridhaan Allah, kecuali dengan mereka. Perkara baik dari amalan, perkataan dan

akhlak, tidak lain adalah petunjuk dan ajaran mereka. Amalan, perkataan dan

15
akhlak mereka merupakan timbangan untuk seluruh amalan, perkataan dan akhlak

manusia. Dengan mengikuti mereka, terseleksi orang yang mendapat petunjuk dan

yang sesat. Sehingga kebutuhan manusia terhadap mereka lebih besar dari

kebutuhan badan kepada nyawanya, mata terhadap cahaya dan nyawa terhadap

kehidupannya. Apapun kepentingan dan kebutuhan yang terbetik, kepentingan dan

kebutuhan hamba terhadap para rasul lebih tinggi di atasnya. Bagaimana tanggapan

anda terhadap sosok yang petunjuk dan ajarannya jika hilang darimu sekejap mata

saja akan merusak hatimu, dan menjadi seperti ikan yang terpisah dengan air dan

diletakkan di penggorengan? Seperti itulah keadaan hamba ketika hatinya lepas dari

ajaran para rasul, bahkan bisa lebih fatal lagi. Namun tidak akan ada yang

merasakan hal ini, kecuali kalbu yang hidup”. Kandungan Iman Kepada Para Nabi

dan Rasul, Pertama : Meyakini dengan benar dan mantap bahwa Allah Subhanahu

wa Ta’ala telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak untuk

menyembah Allah saja dan mengkufuri sesembahan selainNya.Artinya, substansi

dakwah para rasul, dari yang pertama sampai yang terakhir sama, yaitu

mentauhidkan Allah dalam uluhiyah, rububiyah dan asma’ wa sifat (nama dan sifat

Allah), dan meniadakan lawannya atau meniadakan kesempurnaannya. Begitulah,

para nabi dan rasul membawa agama satu, yaitu Islam, dan setiap rasul menegaskan

kepada kaumnya : Hai kaumku, sembahlah Allah, (karena) sekali-kali tidak ada ilah

bagimu selain Dia [Al Mu’minun/23 :23].Dan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami

telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah

(saja), dan jauhilah thagut itu. [An Nahl/16 :36]. Seluruh syariat mengajak kepada

tauhid. Itulah inti sari dakwah para rasul sejak Nabi Nuh Alaihissallam sampai Nabi

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata:

“Inilah agama nabi yang pertama sampai nabi terakhir dan para pengikut mereka,

yaitu Islam. Agama Islam itu, intinya ialah beribadah kepada Allah saja yang tidak

ada sekutu bagiNya. Ibadah kepada Allah di setiap waktu dan tempat, yaitu dengan

mentaati para rasulNya. Sehingga seorang hamba beribadah kepadaNya dengan

tidak menyelisihi ajaran para rasul tersebut, sebagaimana orang yang Allah

16
ceritakan dalam firmanNya: Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan

selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah.

[Asy Syura/42 :21].Tidaklah beriman kepada Allah, kecuali orang yang beribadah

kepada Allah dengan mentaati para rasulNya. Dan tidaklah beriman kepada Allah

dan beribadah kepadaNya, kecuali orang yang beriman kepada seluruh para rasul

dan mentaati mereka. Sehingga setiap rasul ditaati sampai datang rasul berikutnya,

lalu ketaatannya diberikan kepada rasul yang tersebut”. Kedua : Beriman bahwa

para rasul adalah orang yang memberikan petunjuk dakwah dan bimbingan menuju

hidayah, sebagaimana firman Allah : Sesunguhnya kamu hanyalah seorang pemberi

peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. [Ar

Ra’d/13 :7].Dan firmanNya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi

petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah. [Asy Syura/42 :52-53].Adapun

hidayah taufiq, hanyalah di tangan Allah, Dialah yang membolak-balik hati dan

mengatur segala perkara. Ketiga : Membenarkan kerasulan dan mengakui kenabian

mereka. Meyakini bahwa mereka jujur dan benar dalam menyampaikan semua yang

dari Allah. Mereka telah menyampaikan risalah Ilahi, serta menjelaskan kepada

semua manusia semua, yang tidak mereka ketahui. Para rasul tidak pernah

menyembunyikan satu huruf pun dari risalah Ilahi. Mereka tidak merubah,

menambah dan mengurangi dengan sesuatu.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

17
Dalam Islam, keyakinan ini mencerminkan penghormatan kepada aspek-aspek

penting dalam agama. Iman kepada malaikat mengajarkan tentang keberadaan

makhluk gaib yang bertugas menjalankan perintah Allah. Iman kepada kitab-kitab

menunjukkan penghargaan terhadap wahyu-wahyu Allah yang telah diberikan

kepada para nabi. Dan iman kepada Rasul Allah SWT menggaris bawahi pentingnya

mengikuti teladan yang telah diutus oleh Allah untuk membimbing manusia. Semua

tiga elemen ini bersatu dalam memperkuat keyakinan dan memberikan pedoman

dalam hidup seorang Muslim.

18

Anda mungkin juga menyukai