Macam-Macam Tes Intelegensi
Macam-Macam Tes Intelegensi
Tugas Tester :
1) Mengevaluasi yang dilakukan subjek tertentu pada kondisi yang telah
ditentukan.
2) Penyekoran tes binet harus diskor selama penyajian, sedangkan konsultasi
dengan kunci penyekoran setelah skor penyekoran.
3) Mempertahankan validitas dalam penyajian tes, dimana ada 3 hal penting yaitu
Prosedur baku harus diikuti
Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik agar testee mendapatkan rasa
nyaman dan tenang dalam tes.
Penyekoran dengan respon yang tepat
Prinsip Umum dalam Pelaksanaan Tes :
1) Seorang tester boleh mengulangi pertanyaan lebih dari satu kali, tapi sedapat
mungkin pertanyaan tersebut jangan diulang.
2) Apabila testee tidak mengerti pertanyaan yang diajukan , maka tester bias
menjelaskan bagian terpenting dari pertanyaan tersebut.
3) Untuk tes ingatan tidak dapat diulang, kecuali ada yang membuat testee tidak
mengerti seperti suara tester yang tidak jelas atau pendengaran testee yang
kurang baik.
4) Apabila jawaban yang diberikan meragukan dalam penyajian tes, maka perlu
dilakukan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang diberikan oleh testee.
5) Skor positif hanya apabila subjek tahu arti standar atau baku walaupun jawaban
lain betul.
Menurut saya tes ini memiliki validitas dan reabilitas yang kuat namun terlalu
menekankan pada tes verbal dan memori.
Menurut saya alat tes ini kompleks karena memiliki tingkat kesulitan tinggi
pada setiap bagian-bagian tugasnya, individu dapat mengetahui IQ total dan per bagian.
5. Bayley
Alat tes intelegensi untuk bayi (1 - 42 bulan). Tes ini digunakan untuk evaluasi
hambatan perkembangan bayi dan balita. Adapun 5 ranah yang diukur adalah:
1) Cognitive
Terdiri dari 91 soal
Kepekaan sensorik, keterampilan perseptual, atensi, permanensi objek,
eksplorasi dan manipulasi, pemecahan puzzle, pencocokan warna, dan
menghitung
2) Bahasa
Terdiri dari 48 soal
Bahasa komunikasi reseptif dan ekspresif
3) Motorik
Terdiri dari 138 soal berkaitan dengan motorik kasar dan halus
4) Sosial Emosional
Terdiri dari 35 soal meliputi penggunaan emosi secara interaktif dan bermakna,
kemampuan mengungkapkan perasaan, dan koneksi antara ide dan emosi
5) Perilaku Adaptif
Para pengasuh bayi mengisi item-item pada skala 4 poin
Komunikasi, pemanfaatan komunikasi, kesehatan dan keselamatan, waktu
senggang, perawatan diri, self direction, kinerja praakademik, home living,
sosial, motoric.
Menurut saya hasil tes ini dapat digunakan untuk asesmen dan diagnosa.
6. SPM (Standard Progressive Matrices)
Dirancang oleh J.C Raven tahun 1936 diterbitkan pertama kali pada tahun 1938.
SPM yang dijumpai di Indonesia merupakan hasil revisi pada tahun 1960. Tes SPM
mengukur kecerdasan orang dewasa, mengungkapkan faktor general (G faktor) atau
kemampuan umum secara individual atau klasikal dan waktu penyajian yang
dibutuhkan 30 menit.
Terdiri dari 60 soal yang dibagi menjadi lima seri yaitu seri A, B, C, D dan E.
Setiap seri terdiri dari 12 soal yang berbentuk gambar-gambar, setiap soal terdiri dari
satu gambar besar yang tidak lengkap dan terdapat pilihan jawaban untuk melengkapi
gambar tersebut. Dalam penyajian tesnya, set A dan B menyediakan enam gambar
kecil sebagai pilihan, sedangkan untuk set C, D, dan E, disediakan delapan pilihan.
Penyusunan soal bertingkat dari mudah ke sulit (Rahmadani, 2019). Secara operasional,
subjek diberi soal dan diminta memilih jawaban yang paling tepat serta dapat
menuliskan jawabannya di lembar jawaban khusus yang telah disediakan. Didalam tes
SPM terdapat soal seri A nomor 1 dan 2 sebagai contoh soal sehingga dalam
pengerjaannya soal seri A nomor 1 dan 2 dikerjakan oleh subjek bersamaan dengan
tester saat memberikan instruksi pengerjaan tes SPM. Subjek harus cepat dan teliti pada
saat tes dimulai sampai akhir tes.
Pemberian skor dengan memperoleh nilai 1 untuk item soal yang dijawab benar
dan memberi nilai 0 untuk jawaban yang tidak benar. Soal seri A nomor 1 dan 2 hanya
digunakan sebagai contoh dan harus dipastikan benar sehingga secara teoritis range
nilai akan bergerak dari 2 sampai dengan 60. Skor total adalah jumlah jawaban benar
yang dapat dikerjakan oleh subjek yang kemudian akan diinterpretasikan secara
normatif menurut norma penilaian tes SPM. Raven (dalam Kumolohadi & Suseno,
2012) menjelaskan bahwa tes SPM tidak memberikan skor berupa suatu angka IQ
seseorang, melainkan dengan tingkatan (grade) inteligensi menurut besarnya skor total
dan usia subjek. Tingkat inteligensi subjek dikelompokkan berdasarkan atas nilai
persentil sebagai berikut:
1) Grade I : Intellectually superior nilai persentil 95 keatas.
2) Grade II : Definitely above the average in intellectual capacity nilai persentil
75 - 95.
3) Grade III : Intellectually average nilai persentil 25 - 75.
4) Grade IV : Definitely below the average in intellectual capacity nilai persentil
5 - 25.
5) Grade V : Intellectually defective nilai di bawah persentil 5.
Menurut saya alat tes ini lebih sederhana karena tugas yang diberikan juga lebih
mudah, namun hanya dapat mengetahui tingkatan (grade) rata-rata dari inteligensinya.
Administrasi Tes
Alat dan Bahan
Lembar jawaban
Tabel konversi skor IQ
Tujuh buah gambar berseri (subtes picture arrangement)
15 buah gambar yang memiliki bagian yang hilang (subtes picture completion)
Pola yang akan dibentuk pada subtes block design
16 buah kotak sama sisi berwarna merah, putih, dan separuh merah-separuh
putih pada sisi-sisinya (subtes block design)
3 buah papan berisi figure tertentu dan bagian-bagiannya terpisah (subtes object
assembly)
Pensil HB
Petunjuk Umum
1) Penting bagi pemeriksa untuk hapal petunjuk atau instruksi dalam administasi
2) Selama pemeriksaan berlangsung, pemeriksa tidak diperkenankan
mengajak OP bercakap-cakap. Satu-satunya penjelasan yang boleh
diberikan oleh pemeriksa kepada OP hanya informasi yang dirasa
perlu. Perintah-perintah boleh diulangi seperlunya, tetapi tidak boleh
bersifat menjelaskan. Kalau suatu pertanyaan sukar dijawab oleh OP,
katakanlah: “Itu tadi agak sulit. Mari kita coba yang lebih mudah.” kemudian
pemeriksa memberi contoh lain yang kiranya dapat dijawab oleh OP.
3) Subtes tidak harus diberikan sesuai dengan urutan yang telah diatur dalam
buku petunjuk. OP dewasa biasanya dimulai dengan subtes Information,
sementara OP anak dimulai dari Object Assembly.
4) Tiga kecualian yang perlu diketahui pemeriksa, yaitu:
Jika OP menderita cacat atau kekurangan jasmaniah, hanya bagian verbal
yang bisa diberikan
Jika OP tidak mengerti bahasa yang dipakai, maka hanya bagian
performance diberikan
Jika OP berusia 50 tahun ke atas, kadang kita perlu meniadakan subtes untuk
menghindari kerugian OP.
5) Peniadaan subtes tertentu harus ditetapkan sebelum pemeriksaan dilakukan
Menurut saya alat tes ini dapat digunakan untuk diagnosa, namun kurang bisa
diaplikasikan untuk seseorang yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah.
12. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia)
Alat tes ini diciptakan berdasarkan kerjasama antara Indonesia dan Belanda.
Tujuannya untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat tes
intelegensi yang berdasarkan norma Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu :
1) TIKI Dasar
Untuk anak-anak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama kelas
dua. Mengukur intelegensi dengan berhitung angka, penggabungan bagian,
eksklusi gambar, hubungan kata, membandingkan gambar, labirin/maze,
berhitung huruf, mencari pola, eksklusi kata dan mencari segitiga.
2) TIKI Menengah
Untuk anak tingkat sekolah menengah pertama kelas tiga hingga sekolah
menengah atas. Peserta diminta untuk berhitung angka, penggabungan bagian,
menghubungkan kata, eksklusi gambar, berhitung soal, meneliti, membentuk
benda, eksklusi kata, bayangan cermin, berhitung huruf, membandingkan
beberapa benda dan pembentukan kata.
3) TIKI Tinggi
Memiliki tingkat kesusahan paling kompleks untuk tingkat perguruan
tinggi serta orang dewasa. Peserta akan diminta berhitung angka, penggabungan
bagian, menghubungkan kata, abstraksi non verbal, deret angka, meneliti,
membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin, menganalogi kata, bentuk
tersembunyi dan pembentukan kata.