Anda di halaman 1dari 13

Alat Tes Inteligensi

1. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children)


Dikembangkan oleh David Wechsler pada tahun 1939 untuk anak usia 8-15
tahun terdiri atas tes verbal dan tes performance. Tes verbal terdiri dari materi
perbendaharaan kata, pengertian, informasi, hitungan, persamaan, rentangan angka. Tes
performance terdiri atas mengatur gambar, melengkapi gambar, rancangan balok,
merakit objek, mazes dan simbol. Kemampuan yang diukur oleh subtes antara lain:
1) Operasi ingatan jangka panjang, memahami, kapasitas berpikir asosiatif dan
minat bacaan anak.
2) Pemikiran praktis dalam kegiatan sosial sehari-hari, seberapa jauh akulturasi
sosial terjadi, dan perkembangan conscience atau moralitasnya.
3) Konsep abstrak angka dan operasi angka, pengukuran perkembangan kognitif
dan fungsi non-kognitif seperti konsentrasi dan perhatian, kemampuan
menghubungkan faktor kognitif dan nonkognitif dalam berpikir dan bertindak.
4) Kemampuan menerjemahkan masalah kata-kata ke dalam operasi aritmatika.
5) Penyerapan fakta dan gagasan dari lingkungan dan kemampuan melihat
hubungan dari hal tersebut.
6) Kemampuan belajar, banyaknya informasi, ide, jenis dan kualitas bahasa,
tingkat berpikir abstrak, dan ciri proses berpikirnya.
7) Identifikasi visual objek-objek yang dikenal, bentuk-bentuk, makhluk hidup,
dan kemampuan menemukan dan memisahkan ciri-ciri esensial.
Setelah itu akan dibuat profil berdasarkan skala Bannatyne dari skor masing-
masing subtes. Profil ini menunjuk pada empat kelompok kemampuan yaitu:
i. Kemampuan spatial : melengkapi gambar, rancangan balok, dan merakit objek
ii. Kemampuan konsep : pengertian, persamaan, dan perbendaharaan kata
iii. Pengetahuan serapan : informasi, hitungan, dan perbendaharaan kata
iv. Kemampuan mengurutkan : rentang angka, mengatur gambar, dan coding
Melalui profil tersebut dapat memberikan gambaran secara umum bagaimana
kemampuan anak, mendeteksi kesulitan belajar dan gejala gangguan klinis anak seperti
main brain disfunction/brain damage, emotional disturbance, learning disabilities,
anxiety, delinquency.
Menurut saya tes ini dapat mengetahui berbagai aspek kecerdasan dan
mengukur kemampuan kognitif anak dengan melihat pola-pola respon.
2. WPPSI (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence)
Dikembangkan oleh Weschler yang dirancang dan ditujukan untuk anak-anak
usia sebelum masuk sekolah atau anak-anak yang ada pada tingkat taman kanak-kanak,
perkiraan usia dimulai dari 2 tahun atau saat anak mulai masuk ke taman kanak-kanak
hingga umur 6 tahun saat anak mulai masuk ke sekolah dasar. Alat tes ini bertujuan
mengetahui tingkat kecerdasan anak secara keseluruhan, mengidentifikasi karakteristik
keterlambatan atau kesulitan anak.
Terdiri dari 2 penilaian, yaitu tes verbal seperti kemampuan menerima
informasi, pemahaman, berhitung, melihat persamaan dan pengertian. Tes prestasi yang
terdiri atas rumah binatang dengan mencocokan nama binatang dan tempat tinggalnya,
penyelesaian gambar dengan melengkapi gambar yang kosong, mencari jejak, bentuk
geometris, labirin dan puzzle balok. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan anak-anak dengan keterlambatan kemampuan kognitif,
mengevaluasi keterlambatan, gangguan intelektual dan autism, menentukan jenis
sekolah yang tepat dan melihat apakah anak mengalami kerusakan pada otak.
Prosedur Pemberian Tes :
1) Ikutilah prosedur manual dengan seksama
2) Perlu Penguasaan yang baik dari tester
3) Instruksi yang salah dapat menghasilkan kesalahan interpretasi testi-tester
4) Jangan menginterupsi anak dalam situasi tes
5) Waktu yang dibutuhkan sekitar 50 – 70 menit
6) Bila anak tampak lelah, hentikan tes! Janjikan dilanjutkan pada lain hari
7) Seluruh subtes WPPSI harus diberikan meskipun berkali-kali ditunda (beri
catatan), namun ada perkecualian bila ditemukan adanya hambatan dalam
bahasa ataupun fisik/motorik
8) Bangun situasi lingkungan yang familiar dan nyaman bagi anak sebelum mulai
9) Buat raport yang baik
3. Tes Binet
Tes Binet Simon dipublikasikan pertama kali tahun 1905 di Paris, Prancis yang
digunakan mengukur kemampuan mental seseorang. Inteligensi digambarkan oleh
Alfred Binet sebagai sesuatu yang fungsional dari tiga hal yaitu kemampuan
mengarahkan pikiran atau tindakan, mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut
telah dilaksanakan dan mengkritik diri sendiri. Tes Binet yang digunakan di Indonesia
adalah Stanford Binet Intelligence Scale Form L-M, dimana tes tersebut merupakan
hasil revisi ketiga dari Terman dan Merril pada tahun 1960.
Tes Binet dengan skala Stanford–Binet berupa sebuah kotak yang berisi
berbagai macam mainan yang akan diperlihatkan pada anak-anak, dua buah buku kecil
yang berisi cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan yang berfungsi untuk mencatat
jawaban beserta skornya, dan sebuah petunjuk pelaksanaan dalam pemberian tes.
Pengelompokan tes-tes dalam skala Stanford–Binet dilakukan menurut berbagai level
usia, mulai dari 2 tahun sampai dengan usia dewasa. Meski begitu, tes tersebut memiliki
taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda untuk setiap level usianya. Skala Stanford–
Binet dikenakan secara individual dan pemberi tes memberikan soal-soalnya secara
lisan. Meski begitu, skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa,
sekalipun terdapat level usia dewasa dalam tesnya. Hal ini karena level tersebut
merupakan level intelektual dan hanya dimaksudkan sebagai batas-batas dalam usia
mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Skala Stanford-Binet versi terbaru
diterbitkan pada tahun 1986 konsep inteligensi dikelompokkan menjadi empat tipe
penalaran dalam revisi terakhir ini dan masing-masing diwakili oleh beberapa tes.

Administrasi Tes Binet


Prolog :
1) Ucapkan terima kasih
2) Menjelaskan tujuan pemeriksaan psikologis
3) Menjelaskan prosedur pemeriksaan
4) Penjelasan tentang alat yang akan digunakan
5) Prosedur izin kebelakang
6) Menanyakan kesiapan testee
7) Etika hasil
8) Mengecek alat-alat yang akan digunakan
9) Melaksanakan tes binet
10) Melakukan scoring tes binet
11) Membuat laporan
 Mengecek alat-alat yang akan digunakan,
 Melaksanakan tes binet
 Melakukan scoring tes binet
 Membuat hasil laporan
Saat tes akan dimulai, beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk menentukan awal
tes Binet yaitu :
1) Menetukan umur kronologis anak (CA)
2) Tes dimulai pada titik dimana anak mempunyai kemungkinan untuk berhasil
atau akan tetapi dengan usaha
3) Pada umumnya tes binet dimulai setengah tahun atau satu tahun dibawah umur
kronologis anak.

Menentukan tingkat umur “basal” dan “celling”


 Basal : umur basal jika seseorang testee dapat menjawab seluruh item pada
suatu subtes.
 Celling : umur “celling” jika seseorang tidak dapat menjawab seluruh item pada
suatu subtes.

Tugas Tester :
1) Mengevaluasi yang dilakukan subjek tertentu pada kondisi yang telah
ditentukan.
2) Penyekoran tes binet harus diskor selama penyajian, sedangkan konsultasi
dengan kunci penyekoran setelah skor penyekoran.
3) Mempertahankan validitas dalam penyajian tes, dimana ada 3 hal penting yaitu
 Prosedur baku harus diikuti
 Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik agar testee mendapatkan rasa
nyaman dan tenang dalam tes.
 Penyekoran dengan respon yang tepat
Prinsip Umum dalam Pelaksanaan Tes :
1) Seorang tester boleh mengulangi pertanyaan lebih dari satu kali, tapi sedapat
mungkin pertanyaan tersebut jangan diulang.
2) Apabila testee tidak mengerti pertanyaan yang diajukan , maka tester bias
menjelaskan bagian terpenting dari pertanyaan tersebut.
3) Untuk tes ingatan tidak dapat diulang, kecuali ada yang membuat testee tidak
mengerti seperti suara tester yang tidak jelas atau pendengaran testee yang
kurang baik.
4) Apabila jawaban yang diberikan meragukan dalam penyajian tes, maka perlu
dilakukan penjelasan lebih lanjut dari jawaban yang diberikan oleh testee.
5) Skor positif hanya apabila subjek tahu arti standar atau baku walaupun jawaban
lain betul.

Menurut saya tes ini memiliki validitas dan reabilitas yang kuat namun terlalu
menekankan pada tes verbal dan memori.

4. IST (Intelligenz Struktur Test)


Merupakan alat tes inteligensi yang telah diadaptasi di Indonesia dikembangkan
oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt, Jerman pada tahun 1953. Terdiri dari 9 subtes
antara lain Satzerganzung (SE) melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) melengkapi
kata-kata, Analogien (AN) persamaan kata, Gemeinsamkeiten (GE) sifat yang dimiliki
bersama, Rechhenaufgaben (RA) kemampuan berhitung, Zahlenreihen (SR) deret
angka, Figurenauswahl (FA) memilih bentuk, Wurfelaufgaben (WU) latihan balok, dan
Merkaufgaben (ME) latihan simbol. Terdiri dari 176 item soal, waktu pengerjaan ±90
menit dengan instruksi berbeda-beda pada setiap sub tesnya. Tes IST membutuhkan
seorang tester yang memiliki keterampilan dalam menyajikan tes dan proses skoring
serta interpretasi. Tes ini dapat dilakukan secara individual maupun klasikal.
Kumolohadi & Suseno (2012) menjelaskan melalui tes IST dapat diperoleh skor
inteligensi umum dan kemampuan khusus secara mendetail yang diungkap dengan
sembilan sub tes dalam IST, diantaranya yaitu:
1) Satzerganzung (SE) : berpikir kongkrit praktis, keinginan berprestasi,
pengambilan keputusan, memahami realitas, common sense, membentuk
pendapat/penilaian, dan kemandirian berpikir.
2) Wortauswahl (WA) : bahasa dalam memahami makna yang disampaikan,
empati serta berpikir induktif dengan menggunakan bahasa.
3) Analogien (AN) : berpikir fleksibel, menghubung-hubungkan atau
mengkombinasikan, resistensi, mengganti atau merubah pola pikir.
4) Gemeinsamkeiten (GE) : memahami pengertian suatu kata untuk menemukan
kesamaan inti dari beberapa kata, menemukan ciri khas dua objek dalam
menyusun suatu pengertian yang mencakup kekhasan dari dua objek tersebut.
5) Rechhenaufgaben (RA) : berpikir logis, bernalar, memecahkan masalah praktis
dengan berhitung, matematis, dan berpikir runtut dalam mengambil keputusan.
6) Zahlenreihen (ZR) : berhitung dengan pendekatan analisis atas informasi
faktual yang berbentuk angka sehingga ditemukan suatu kesimpulan.
7) Figurenauswahl (FA) : membayangkan secara menyeluruh dengan cara dengan
menggabung-gabungkan potongan suatu objek visual secara konstruktif
sehingga menghasilkan suatu bentuk tertentu.
8) Wurfelaufgaben (WU) : analisis disertai kemampuan membayangkan
perubahan keadaan ruang secara antisipasif. Dalam kemampuan ini terdapat
peran imajinasi, kreativitas, fleksibilitas berpikir dan kemampuan menyusun
atau mengkonstruksi perubahan.
9) Merkaufgaben (ME) : mengukur daya ingat seseorang dari kemampuan
memperhatikan, menyimpan atau mengingat dalam waktu lama.

Menurut saya alat tes ini kompleks karena memiliki tingkat kesulitan tinggi
pada setiap bagian-bagian tugasnya, individu dapat mengetahui IQ total dan per bagian.
5. Bayley
Alat tes intelegensi untuk bayi (1 - 42 bulan). Tes ini digunakan untuk evaluasi
hambatan perkembangan bayi dan balita. Adapun 5 ranah yang diukur adalah:
1) Cognitive
 Terdiri dari 91 soal
 Kepekaan sensorik, keterampilan perseptual, atensi, permanensi objek,
eksplorasi dan manipulasi, pemecahan puzzle, pencocokan warna, dan
menghitung
2) Bahasa
 Terdiri dari 48 soal
 Bahasa komunikasi reseptif dan ekspresif
3) Motorik
 Terdiri dari 138 soal berkaitan dengan motorik kasar dan halus
4) Sosial Emosional
 Terdiri dari 35 soal meliputi penggunaan emosi secara interaktif dan bermakna,
kemampuan mengungkapkan perasaan, dan koneksi antara ide dan emosi
5) Perilaku Adaptif
 Para pengasuh bayi mengisi item-item pada skala 4 poin
 Komunikasi, pemanfaatan komunikasi, kesehatan dan keselamatan, waktu
senggang, perawatan diri, self direction, kinerja praakademik, home living,
sosial, motoric.
Menurut saya hasil tes ini dapat digunakan untuk asesmen dan diagnosa.
6. SPM (Standard Progressive Matrices)
Dirancang oleh J.C Raven tahun 1936 diterbitkan pertama kali pada tahun 1938.
SPM yang dijumpai di Indonesia merupakan hasil revisi pada tahun 1960. Tes SPM
mengukur kecerdasan orang dewasa, mengungkapkan faktor general (G faktor) atau
kemampuan umum secara individual atau klasikal dan waktu penyajian yang
dibutuhkan 30 menit.
Terdiri dari 60 soal yang dibagi menjadi lima seri yaitu seri A, B, C, D dan E.
Setiap seri terdiri dari 12 soal yang berbentuk gambar-gambar, setiap soal terdiri dari
satu gambar besar yang tidak lengkap dan terdapat pilihan jawaban untuk melengkapi
gambar tersebut. Dalam penyajian tesnya, set A dan B menyediakan enam gambar
kecil sebagai pilihan, sedangkan untuk set C, D, dan E, disediakan delapan pilihan.
Penyusunan soal bertingkat dari mudah ke sulit (Rahmadani, 2019). Secara operasional,
subjek diberi soal dan diminta memilih jawaban yang paling tepat serta dapat
menuliskan jawabannya di lembar jawaban khusus yang telah disediakan. Didalam tes
SPM terdapat soal seri A nomor 1 dan 2 sebagai contoh soal sehingga dalam
pengerjaannya soal seri A nomor 1 dan 2 dikerjakan oleh subjek bersamaan dengan
tester saat memberikan instruksi pengerjaan tes SPM. Subjek harus cepat dan teliti pada
saat tes dimulai sampai akhir tes.
Pemberian skor dengan memperoleh nilai 1 untuk item soal yang dijawab benar
dan memberi nilai 0 untuk jawaban yang tidak benar. Soal seri A nomor 1 dan 2 hanya
digunakan sebagai contoh dan harus dipastikan benar sehingga secara teoritis range
nilai akan bergerak dari 2 sampai dengan 60. Skor total adalah jumlah jawaban benar
yang dapat dikerjakan oleh subjek yang kemudian akan diinterpretasikan secara
normatif menurut norma penilaian tes SPM. Raven (dalam Kumolohadi & Suseno,
2012) menjelaskan bahwa tes SPM tidak memberikan skor berupa suatu angka IQ
seseorang, melainkan dengan tingkatan (grade) inteligensi menurut besarnya skor total
dan usia subjek. Tingkat inteligensi subjek dikelompokkan berdasarkan atas nilai
persentil sebagai berikut:
1) Grade I : Intellectually superior nilai persentil 95 keatas.
2) Grade II : Definitely above the average in intellectual capacity nilai persentil
75 - 95.
3) Grade III : Intellectually average nilai persentil 25 - 75.
4) Grade IV : Definitely below the average in intellectual capacity nilai persentil
5 - 25.
5) Grade V : Intellectually defective nilai di bawah persentil 5.
Menurut saya alat tes ini lebih sederhana karena tugas yang diberikan juga lebih
mudah, namun hanya dapat mengetahui tingkatan (grade) rata-rata dari inteligensinya.

7. CPM (Coloured Progressive Matrices)


Merupakan salah satu alat tes yang dibuat oleh Raven. CPM sendiri merupakan
alat tes yang dibuat dikarenakan adanya keperluan pengetesan intelegensi pada anak-
anak yang tidak dapat menggunakan alat tes Raven sebelumnya yaitu SPM atau
Standart Progressive Matrices. Hal tersebut menjadikan CPM dapat digunakan pada
anak-anak dengan rentang usia 5 – 11 tahun dan orang dewasa namun dengan syarat
memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Perbedaan yang mendasar antara SPM dan
CPM adalah adanya warna pada alat tes CPM (Nuraeni, 2012).
Menurut saya alat tes ini menarik untuk anak-anak karena berwarna-warni dan
dapat disajikan secara individual maupun klasikal.

8. APM (Advanced Progressive Matrices)


Dikembangkan oleh Raven yang merupakan tipe tes kedua dari tes yang
dikembangkan. Mengukur kinerja intelektual dari mereka yang memiliki inteligensi di
atas rata-rata. Selain itu, tes ini juga mampu membedakan secara tajam antara mereka
yang tergolong memiliki inteligensi unggul dari yang lainnya. Tes ini terdiri dua set
yaitu set I mencangkup 12 soal dengan waktu pengerjaan 5 menit dan tes II
mencangkup 36 soal dengan waktu pengerjaan 40 menit. Pemberian soal set I kepada
testi ditunjukkan dengan maksud untuk menjelaskan prinsip-prinsip kerjanya, dan
kemudian dilanjutkan ke set II dimana pengukuran sebenarnya dilakukan. Soal-soal
pada set II meliputi persoalan-persoalan yang mampu menjadi alat pengukur pada
proses berpikir tinggi secara analitis sehingga APM berguna untuk mendapatkan
gambaran tentang laju kecepatan dan keberhasilan belajar yang mungkin dicapai
seseorang didalam suatu bidang studi (Sunarya, 2017).

9. CFIT (Culture Fair Intelligence Test)


Pertama kali dikembangkan oleh Raymond B. Cattell pada tahun 1940. Dalam
proses administrasinya, Tes CFIT relatif tidak memakan waktu yaitu hanya sekitar 30
menit sehingga tes CFIT populer digunakan di kalangan praktisi. Menurut Cattell
(dalam Suwandi, 2015) inteligensi terbagi menjadi 2 komponen, yaitu fluid dan
crystallized intelligence. Fluid intelligence merupakan kecerdasan yang berasal dari
sifat bawaan lahir atau hereditas. Sedangkan crystallized intelligence adalah kecerdasan
yang sudah dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya kecerdasan yang didapat melalui
proses pembelajaran di sekolah. Tes ini dikembangkan sebagai tes non verbal untuk
mengukur fluid intelligence (Gf).
Tes CFIT memiliki 3 jenis skala, yaitu: skala 1 ditujukan untuk usia 4 sampai
8 tahun, skala 2 ditujukan untuk usia 8 sampai 13 tahun, dan skala 3 ditujukan untuk
individu dengan kecerdasan di atas rata-rata. Skala 2 dan 3 berbentuk paralel (A dan
B) sehingga tes ini yang dapat digunakan untuk pengetesan kembali. Umumnya tes-tes
ini dapat diberikan pada sekelompok individu secara kolektif, namun terkecuali
beberapa subtes dari skala 1. Skala 1 memiliki delapan subtes, namun yang benar-benar
adil secara budaya hanya separuhnya. Terdapat kemiripan antara skala 2 dan 3 tes CFIT,
yang membedakan hanya tingkat kesukarannya. Suwandi (2015) menjelaskan bahwa
skala ini terdiri dari 4 subtes, yaitu:
1) Series : 13 item, melanjutkan gambar secara logis dari 3 gambar yang telah
disajikan sebelumnya.
2) Classification : 14 item, mencocokan 2 gambar dari setiap seri kemudian pada
gambar yang cocok dipasangkan bersama.
3) Matrice : 13 item, menentukan mana dari 5 alternatif yang paling logis untuk
melengkapi pola matriks yang telah disajikan.
4) Topology : 10 item, mencari aturan umum dimana titik ditempatkan dengan
menyimpulkan aturan dan memilih gambar yang berlaku.

10. SON (Snijders Oomen Non Verbal Scale)


Merupakan salah satu tes inteligensi non verbal digunakan untuk individu
dengan rentan usia 3 – 16 tahun. Alat tes ini juga tidak hanya sebatas untuk individu
dalam kondisi normal namun juga dapat digunakan untuk individu dengan disabilitas
seperti tuna rungu dikarenakan berbentuk puzzle dan rangkaian gambar yang perlu
dicocokan dan peserta tidak dituntut untuk menjawab perintah yang diberikan.
Dirancang tahun 1939 – 1942 di Amsterdam dan kemudian dalam perkembangannya
banyak dilakukan revisi-revisi pada item alat tes ini (Nuraeni, 2012).

11. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale)


Dikembangkan oleh David Wechsler karena tidak puas dengan batasan dari
teori Stanford-Binet dalam penggunaannya, khususnya dalam pengukuran kecerdasan
untuk orang dewasa. David Wechsler kemudian meluncurkan tes kecerdasan baru yang
dikenal sebagai Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) pada 1955. Tes ini
digunakan oleh orang dewasa usia 16 - 75 tahun atau lebih. Pelaksanaan tes ini
dilakukan secara individu dan menjadi alat tes yang paling populer karena paling
banyak digunakan di dunia saat ini. Tes ini semula bernama Wechsler Bellevue
Intellegence Scale (WBIS). Tes intellegensi ini memiliki 6 subtes yang
terkombinasikan dalam bentuk skala pengukuran ketrampilan verbal dan 5 subtes
membentuk suatu skala pengukuran ketrampilan tindakan :
a) Bentuk Verbal
1) Informasi
2) Pemahaman
3) Hitungan
4) Persamaan
5) Rantang Angka
6) Perbendaharaan Kata
b) Bentuk Performance
1) Simbol Angka
2) Melengkapi Gambar
3) Rancang Balok
4) Mengatur Gambar
5) Merakit Objek
Rohmah (2011) memberikan contoh sample materi soal sebagai berikut:

Administrasi Tes
Alat dan Bahan
 Lembar jawaban
 Tabel konversi skor IQ
 Tujuh buah gambar berseri (subtes picture arrangement)
 15 buah gambar yang memiliki bagian yang hilang (subtes picture completion)
 Pola yang akan dibentuk pada subtes block design
 16 buah kotak sama sisi berwarna merah, putih, dan separuh merah-separuh
putih pada sisi-sisinya (subtes block design)
 3 buah papan berisi figure tertentu dan bagian-bagiannya terpisah (subtes object
assembly)
 Pensil HB
Petunjuk Umum
1) Penting bagi pemeriksa untuk hapal petunjuk atau instruksi dalam administasi
2) Selama pemeriksaan berlangsung, pemeriksa tidak diperkenankan
mengajak OP bercakap-cakap. Satu-satunya penjelasan yang boleh
diberikan oleh pemeriksa kepada OP hanya informasi yang dirasa
perlu. Perintah-perintah boleh diulangi seperlunya, tetapi tidak boleh
bersifat menjelaskan. Kalau suatu pertanyaan sukar dijawab oleh OP,
katakanlah: “Itu tadi agak sulit. Mari kita coba yang lebih mudah.” kemudian
pemeriksa memberi contoh lain yang kiranya dapat dijawab oleh OP.
3) Subtes tidak harus diberikan sesuai dengan urutan yang telah diatur dalam
buku petunjuk. OP dewasa biasanya dimulai dengan subtes Information,
sementara OP anak dimulai dari Object Assembly.
4) Tiga kecualian yang perlu diketahui pemeriksa, yaitu:
 Jika OP menderita cacat atau kekurangan jasmaniah, hanya bagian verbal
yang bisa diberikan
 Jika OP tidak mengerti bahasa yang dipakai, maka hanya bagian
performance diberikan
 Jika OP berusia 50 tahun ke atas, kadang kita perlu meniadakan subtes untuk
menghindari kerugian OP.
5) Peniadaan subtes tertentu harus ditetapkan sebelum pemeriksaan dilakukan

Menurut saya alat tes ini dapat digunakan untuk diagnosa, namun kurang bisa
diaplikasikan untuk seseorang yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah.
12. TIKI (Tes Intelegensi Kolektif Indonesia)
Alat tes ini diciptakan berdasarkan kerjasama antara Indonesia dan Belanda.
Tujuannya untuk melihat standar intelegensi di Indonesia serta membuat alat tes
intelegensi yang berdasarkan norma Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu :

1) TIKI Dasar
Untuk anak-anak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama kelas
dua. Mengukur intelegensi dengan berhitung angka, penggabungan bagian,
eksklusi gambar, hubungan kata, membandingkan gambar, labirin/maze,
berhitung huruf, mencari pola, eksklusi kata dan mencari segitiga.
2) TIKI Menengah
Untuk anak tingkat sekolah menengah pertama kelas tiga hingga sekolah
menengah atas. Peserta diminta untuk berhitung angka, penggabungan bagian,
menghubungkan kata, eksklusi gambar, berhitung soal, meneliti, membentuk
benda, eksklusi kata, bayangan cermin, berhitung huruf, membandingkan
beberapa benda dan pembentukan kata.
3) TIKI Tinggi
Memiliki tingkat kesusahan paling kompleks untuk tingkat perguruan
tinggi serta orang dewasa. Peserta akan diminta berhitung angka, penggabungan
bagian, menghubungkan kata, abstraksi non verbal, deret angka, meneliti,
membentuk benda, eksklusi kata, bayangan cermin, menganalogi kata, bentuk
tersembunyi dan pembentukan kata.

Anda mungkin juga menyukai