Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas penelitian hadits ini dengan tema "Keutamaan mengurus
anak yatim" yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Penelitian hadits ini sebagai salah satu tugas
dalam memahami lebih dalam ajaran Islam, khususnya mengenai keutamaan mengurus anak
yatim, yang merupakan perkara yang dianjurkan dalam agama Islam. Oleh karena itu, kami
merasa perlu untuk melakukan penelitian hadits ini sebagai upaya untuk memberikan
pemahaman dasar tentang ajaran Islam. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat,
hidayah, dan keberkahan dalam setiap langkah perjalanan kita dalam memahami dan
mengamalkan ajaran-Nya.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits ini cukup menarik untuk dibahas karena anak yatim merupakan kondisi sosial
yang selalu ada di setiap masyarakat, baik itu masyarakat maju maupun masyarakat rendah,
anak yatim mempunyai definisi anak yang di tinggal mati oleh ayahnya ketika ia masih
kanak-kanak atau belum baligh. Secara tegas didalam Al-Qur‟an dan Hadits memerintahkan
untuk melakukan kebaikan kepada anak yatim, mereka harus diperhatikan, diberikan kasih
sayang, dan dipelihara dengan baik, sebab anak yatim mempunyai kedudukan yang tidak
boleh disepelekan.1
Dalam islam mengurus anak yatim adalah sesuatu yang sangat dianjurkan, banyak
dalil dalam Al-Qur‟an dan Hadits yang menegaskan anjuran untuk memuliakan anak yatim,
kata yatim berasal dari bahasa arab yang artinya seorang anak dalam usia belum baligh yang
ayahnya telah meninggal dunia. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah di sebutkan :
Ayat ini menjelaskan bahwa yang pokok dalam hal ini adalah pemeliharaan yang baik
terhadap anak yatim, jangan sampai mereka terlantar serta tak terjamin ketentraman dan
kesejahteraannya. Semua macam-macam pemeliharaan dan penjagaan anak-anak yatim
adalah hal yang baik.
Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah tentang keutamaan
mengurus anak yatim, Nabi Muhammad SAW bersabda:
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kualitas Sanad Hadits ini?
1
Muhammad Irfan Firdaus, Dahsyatnya Berkah Menyantuni Anak Yatim, (Yogyakarta Pustaka Albana 2012),
Hal : 11
3
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Kualitas Sanad Hadits Tersebt
4
DAFTAR ISI
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keutamaan Mengurus Anak Yatim
Hadits berikut membahas tentang keutamaan mengurus anak yatim yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah.2 Berikut redaksi hadits beserta terjemahnya :
Selain ibnu majah ada juga beberapa perawi yang juga meriwayatkan hadits
tersebut, seperti, At-Thabrani dengan rangkaian sanadnya yaitu Ubaid bin Ghannam, Hafs bin
Abdullah Al-Halwani, Abdullah bin Al-Mubarak, Sa‟id bin Abi Ayyub, Yahya bin Abi
Sulaym, Zaid bin Abi Al-Attab, dan Abu Hurairah.
1. Kitab Jami’ul Ahadits Jalaludin Asyuyuthi (juz 13, halaman 366, no. 12109).
3. Kitab Al-Adab Al-Mufrad Abu Abdullah Al-Bukhari (juz 1, halaman 61, no.137).
4. Kitab Musnad Abd Ibn Hamid, (juz 1, halaman 427, no. 1467).
2
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar Ihya al-Kitab al-Arabiyah, 1997) jilid 2, h. 775.
6
C. Skema Sanad
Berikut ini adalah skema rangkaian sanad dari hadits di atas melalui jalur Ibnu Majah
guna mempermudah pembaca untuk mengetahui urutan perawi dari Rasulullah sampai Ibnu
Majah.
ايب هريرة
ابن املبارك
ابن ماجه
7
BAB III
DIRASATUL ASANID
1. Ibnu Majah
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin
Majah Al Quzwaini.3 Beliau wafat pada tahun 272 H. Diantara guru-gurunya adalah Ali bin
Muhammad At-Tanafasi, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-
Azhar, Basyar bin Adam, dan yang lainnya. Adapun diantara beberapa murid-muridnya
adalah Ja'far bin Idris, Muhammad ibn Isa al-Abhari, Abu Hasan alQattan, Sulaiman ibn
Yazid al-Qazwini, dan lainnya.
Abu Ya‟la al-Khalili al-Qazwini mengatakan, “Ibnu Majah adalah seorang yang
terpercaya, yang diakui kejujurannya, dan pendapatnya dapat dijadikan pedoman. Ia
mempunyai pengetahuan yang luas dan banyak menghafal Hadis”. Sedangkan Ibnu Katsir
mengatakan: “Ibnu Majah adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya merupakan
bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kejujuran dan
kepatuhannya kepada Hadis, baik tentang masalah pokok (ushul) maupun masalah cabang
(furu‟)”.
Komentar ulama‟ terhadap beliau diantaranya yaitu Abu Hatim berkata: Dia adalah
orang tsiqah shuduq, dan dia lebih aku cintai dari pada Abu Bakar bin Shaybah dalam hal
keutamaan dan keshalihan. Dan Abu Bakar mempunyai hadis yang lebih banyak darinya dan
lebih memahami.
3
Abu al-Abbas Syamsuddin Ahmad Al-Irbali, Wafayat al-A’yan wa Anba’ al-Zaman, (Beirut, Dar
Shadir,1994), jilid 4, h. 279.
4
Syamsuddin Abu Abdillah al-Dzahabi, Siyaru A’lam an-Nubala’, (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1985), jilid
11, h. 495.
8
3. Yahya Bin Adam
Nama lengkap beliau dalah Yahya bin Adam bin Sulaiman al-Kufi, yang akrab
dipanggil Abu Zakaria, wafat pada tahun dua ratus tiga hijriyah, sekelompok orang
meriwayatkan Hadits darinya, salah satunya adalah Imam Ahmad Al-Daraqutni serta Abu
Muhammad Al-Khallal menyebutkan dia sebagai salah satu orang yang meriwayatkan
berdasarkan riwayat Ahmad.5
4. Ibnu Al-Mubarak
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Al-Mubarak bin Wadhih, Abu
Abdurrahman Al-Handzali. Namun, beliau lebih dikenal dengan namanya “Ibnul Mubarak”.
Ayahnya berasal dari Turki dan ibunya dari Khawarizmi. Beliau dilahirkan pada tahun 118
H. Gelar beliau sangat banyak, di antaranya: Al-Hafizh, Syeikh Al-Islam, Fakhr Al-
Mujahidin, pemimpin para ahli zuhud, dan masih banyak gelar lainnya. Beliau habiskan
usianya untuk melakukan safar dalam rangka berhaji, berjihad, dan berdagang. Karena itu,
beliau dikenal dengan “As-Saffar” (orang yang rajin melakukan perjalanan). Beliau
meninggal di ranjang, sepulang dari peperangan melawan Romawi. Tepatnya, di daerah Hait,
pada bulan Ramadan tahun 181 H.6
Adapun menurut pandangan ulama terhadap beliau di antaranya yaitu Ibnu Hajar,
menurut Ibnu Hajar : pangkatnya ahli hukum yang dapat dipercaya dan terbukti, ulama,
Jawad Mujahid, yang di dalamnya terdapat sifat-sifat baik. Dan pangkatnya menurut Al-
Dhahabi: Syekh Khorasan.
Adapun komentar ulama tentang beliau menurut Al-Mazzi berkata: Abdullah bin
Ahmed bin Hanbal berkata, atas wewenang ayahnya, dan Abu Hatim Al-Razi: Tidak ada
yang salah dengannya. Ishaq bin Mansour berkata, atas wewenang Yahya bin Maeen: Dapat
5
Abu Al-Hasan, Thabaqat Al-Hanabilah, (Beirut Darul M‟arifah, ), jilid 2
6
Adz-Dzahabi, Tadzkirah Al-Huffazh, ( Libanon, Dar Al-Kitab Al-Alamiyyah, 8991), hal. 275
7
Syamsudin Ad-Dzahabi, Siyaru ‘Alam An-Nubala ( beirut Muassas Arrisalah, 1985) jilid 2, hal 1213
9
dipercaya. Al-Nasa'i juga mengatakan. Muhammad bin Saad berkata: Dia dapat dipercaya
dan terbukti.
Adapun pandangan ulama terhadapl beliau Ibnu Hajar berkata: Ibnu Khuzaymah
meriwayatkan haditsnya dalam Sahihnya dan berkata: Ada sesuatu dalam inti rantai transmisi
ini, karena aku tidak mengenal Yahya bin Sulaiman dengan keadilan atau kesusilaan,
melainkan informasinya keluar karena para ulama melakukannya. tidak berselisih mengenai
hal itu. Ibnu Adi berkata: Dia termasuk orang-orang yang hadisnya tertulis, meskipun ada
yang tidak terpelihara.
8
Jamaludin Al-Mazzi, Tahdzim Al-Kamal Fi Asma Al-Rijal, (Muassasah Arrisalah 1992).
9
Syamsudin Ad-Dzahabi, Tharikh Al-Islam Basyar ,(Dar Al-Maghribi Al-Islami 2003).
10
8. Abu Hurairah
Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman bin Sakhr bin Abdurrahman bin Wabisah
bin Ma‟bad. Beliau lebih masyhur dengan nama Abu Hurairah.10 Namanya pada masa pra-
Islam adalah Abdu al-Syams, Abu Hurairah berkata, “Ayahku memanggilku Abu Hurairah,
karena aku sedang menggembala domba dan menemukan anak-anak kucing liar. Ketika dia
melihat mereka dan mendengar suara mereka, aku memberitahunya, dan dia berkata, “Kamu
adalah Abu Hurairah.”Dan namaku dulunya Abdu al-Syams.11 Terdapat banyak sekali
perbedaan pada nama beliau dan nama bapaknya, dikatakan namanya Ibnu Ghanam,
Abdullah bin A'idh, Ibnu Amir, Ibnu Amr, Sakīn bin Razmah1 bin Hani', Ibnu Thurmal, dan
Ibnu Sakhr.12 Yang dijadikan sandaran mengenai meninggalnya Abu Hurairah adalah
pernyataan Hisyam bin Urwa, dan Al-Bukhari merasa ragu mengenai hal itu, dengan
mengatakan, “Dia meninggal pada tahun 57 H.13
Terdapat banyak sekali orang yang meriwayatkan hadis dari beliau. Al-Bukhari berkata,
“Delapan ratus orang atau lebih meriwayatkan hadis dari beliau.14 Ibnu Hajar berkata:
“Sahabat yang hebat, sahabat yang hafiz.15 Al-Dzahabi berkata, “Beliau adalah seorang
penghafal yang terbukti, mufti yang cerdas, dan orang yang senantiasa berpuasa dan shalat.”
Ikrimah berkata, “Beliau biasa membaca dua belas ribu tasbih sehari.16
10
Jamaluddin Al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, (Beirut: Muassisat al-Risalah,
1992), jilid XII hal. 184
11
Syamsuddin Al-Dzahabi, Tadzkirotu al-Huffadz, (Beirut: Dar Al-Kutub al-„Alamiyyah,
1998), jilid I hal 28.
12
Ibnu Hajar Al-„Asqalani Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Tahdzib al-Tahdzib, (Hyderabad: Dairoh
al-Ma‟arif al-Nizhomiyyah, 1327 H), jilid XII hal. 262.
13
Ibnu Hajar Al-„Asqalani, al-Ishabat fi Tamyiz al-Shahabah, (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Alamiyyah, 1415 H), jilid XIII hal. 29.
14
Syamsuddin Al-Dzahabi, Tadzkirotu al-Huffadz, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyyah,
1998), jilid I hal 28.
15
Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Taqrib al-Tahdzib, (Suriah: Dar al-Rasyid, 1986), hal. 680.
16
Syamsuddin Al-Dzahabi, al-Kasyif fi Ma’rifat Man Lahu Riwayah Fii Kutub al-Sittah,
(Beirut: Dar al-Kutub al-„Alamiyyah, 1986) jilid V hal. 128
11
BAB IV
FIQHUL HADITS
Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT
adalah dengan cara membahagiakan anak yatim, yaitu anak kecil belum baligh yang ditinggal
wafat oleh ayahnya. Islam menganjurkan semua umat Islam untuk memberikan kasih sayang
kepada mereka. Hal ini merupakan warisan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW selama
hidupnya. Ia merupakan sosok seorang nabi yang sangat cinta dan sayang pada anak yatim.
Maka tidak heran jika kita sebagai umatnya dianjurkan oleh nabi untuk merawat dan
mencintai mereka dengan sepenuh hati. Anjuran menyantuni dan membahagiakan anak yatim
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur‟an sebagai berikut :
Dengan demikian, pelajaran penting dalam ayat ini adalah mengajak kepada kita
semua untuk senantiasa membahagiakan anak-anak yatim, dengan cara memenuhi semua
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan menjaga kesejahteraan dan ketentramannya.
Keberadaan anak yatim dalam suatu rumah menjadi keberkahan tersendiri bagi
penghuninya. Keberadaannya menjadi salah satu tanda bahwa rumah tersebut merupakan
rumah terbaik dibanding dengan rumah-rumah lain yang di dalamnya tidak ada anak yatim.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah :
Sejatinya setiap orang mengidamkan rumah yang bagus dalam membina keluarga,
namun demikian rumah bukanlah sekedar bangunan fisik yang indah dan luas serta
dilengkapi dengan aksesori bernilai tinggi. Sebab ia adalah wadah kaderisasi dalam
melahirkan insan beriman dan beramal soleh yang berhias keadaban. Oleh sebab itu rumah
atau keluarga yang baik adalah ketika kehadirannya inspirator, motivator, dan fasiliator
kesuksesan orang lain, terutama mengurus anak yatim.
17
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar Ihya al-Kitab al-Arabiyah, 1997) jilid 2, h. 775.
12
M. Quraish syihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa jika hanya berfikir
tentang dunia maka anak yatim dan orang lemah tidak akan terbantu karena tak ada imbalan
duniawi yang dapat diperoleh dari mereka. Tetapi jika berfikir tentang akhirat, pasti anak
yatim termasuk yang dipikirkan nasibnya. Mendidik, bergaul, memelihara, serta
mengembangkan harta yang dilakukan dengan baik dan wajar. Itulah sikap yang dituntun
terhadap anak yatim.
Hadits di atas dalam Al-Zawaid dalam sanad Yahya bin Sulaiman Abu Shalih, Al-
Bukhari mengatakan bahwa hadits tersebut tertolak, dan Abu Hatim mengatakan hadits
tersebut menyimpang, dan Ibnu Hibban menyebutkan dalam kitab yang terpercaya, dan Ibnu
Khuzaimah memasukan hadits ini kedalam sahihnya. Dan dia berkata pada dirinya sendiri
“Ada sesuatu mengenai hadits ini, karena aku tidak mengetahui bahwa Yahya itu adil, tapi
aku meriwayatkan informasinya karena para ulama berbeda pendapat tentang dia.
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam islam mengurus anak yatim adalah sesuatu yang sangat dianjurkan, banyak
dalil dalam Al-Qur‟an dan Hadits yang menegaskan anjuran untuk memuliakan anak yatim,
kata yatim berasal dari bahasa arab yang artinya seorang anak dalam usia belum baligh yang
ayahnya telah meninggal dunia.
Seperti hadits yang dijelaskan diatas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan
sanadnya yaitu : Ali bin Muhammad, Yahya bin Adam, Ibnu Al-Mubarak, Said bin Abi
Ayyub, Yahya bin Abi Sulaiman, Zaid bin Abi Attab, dari Abu Hurairah dan dari Nabi
Muhammad SAW.
Setelah penulis melakukan takhrij terhadap hadits Nabi Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah tentang keutamaan mengurus anak yatim, maka kualitas
haditsnya adalah dho‟if di karenakan perawinya ada yang majhul yaitu Yahya bin Sulaiman.
B. Saran
Sekiranya dalam penelitian kami masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan
maka kami mohon maaf dan kami sangat mengharap dari teman-teman dan bapak dosen
untuk memberikan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dan dapat dijadikan acuan
sehingga kedepannya kami dapat memperbaiki dari segala kekurangan serta kesalahan kami.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzahabi, Tadzkirah Al-Huffazh, 8991, Libanon, Dar Al-Kitab Al-Alamiyyah.
Firdaus Irfan Muhammad, Dahsyatnya Berkah Menyantuni Anak Yatim, 2012, Yogyakarta
Pustaka Albana.
Majah Ibnu, Sunan Ibnu Majah, 1997, Beirut: Dar Ihya al-Kitab al-Arabiyah
15