Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROFESIONALISME KERJA

Disusun Oleh :

Ainun khakim (202111008)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI BONTANG

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Profesionalisme
Kerja”.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya
para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bontang, 23 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan dan Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori
2.2. Pembahasan
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Profesi istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal
yang berkaiatan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut
profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek
pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita
tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacar, dan semacamnya, tetapi meluas sampai
mencakup pula bidang seperti manager, wartawan, pelukus, penyanyi, artis,
sekretaris dan sebagainya. Seseorang yang memakai suatu profesi tertentu,
disebut professional. Walaupun begitu, istilah professional juga digunakan untuk
suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Menjadi
professional dalam suatu profesi adalah tuntutan yang akhirnya mampu
meningkatkan kualitas keprofesian yang kita miliki.

1.2 Tujuan
a) Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme
b) Mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar profesionalisme

1.3 Manfaat penulisan


Dari penulisan makalah ini dapat memotivasi bagi para pembaca untuk
lebih dapat meningkatkan profesionalisme dibidang kerja nya masing-
masing sehingga dapat menciptakan suatu kondisi pekeraan yang lebih
efisien dalam pekerjaan.

1
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Landasan teori


2.1.1 Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekejaan adalah profesi.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. Daftar karakteristik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap profesi :
 Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis : professional
diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki
keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bias
diterapkan dalam praktek.
 Asosiasi professional : profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi
oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status
para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki
persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
 Pendidikan yang ekstensif : profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
 Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya
ada persyaratan istitusional dimana calon professional mendapatkan
pengalaman melalui pengembangan professional juga dipersyaratkan.
 Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses seritfikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bias dianggap bias
dipercaya.
 Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
 Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan
 Mengatur diri : Organisasi profesi harus bias mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Professional diatur oleh mereka

2
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi
paling tinggi.
 Layanan public dan alturisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
public, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
 Status dan imbalan tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status
yang tinggi, prestisi, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bias dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang
mereka berikan bagi masyarakat.

2.1.2 Ciri-ciri profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya
setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan
selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai
kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan
sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu
ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi. Dengan
melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang
berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang

3
sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola
perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya
semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu estándar
profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas
masyarakat yang semakin baik.

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuaruan, juga belum cukup
disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari
praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktek. Kita tidak hanya mengenal istiah profesi untuk bidang-bidang
pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya,
tetapi meluas sampai mencakup pula dibidang seperti manager, wartawan,
pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu,
menurut DE GEORGIE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi
itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profeional. Kebingungan
itu timbul karena banyak orang yang professional tidak atau belum
termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan
professional menurut DE GEORGE : Profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL, adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan
itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlain tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan / Profesi” dan
“Profesional” terdapat beberapa perbedaan

4
2.2 Pembahasan
2.2.1 Pengertian Profesionalisme

Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna;


mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau
yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang
profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap
pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai
keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Menurut Supriadi,
penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan
seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan
sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan
rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen
anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode
etik profesinya.

Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa


Indonesia, karangan J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau
ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti (1)
bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan
dan latihan, (3) beroleh bayaran karena keahliannya itu. Dari definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria
pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang
dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal
pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang
tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Hal
itu berlaku pula untuk profesionalisme guru
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai
makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian

5
khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan
profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan
seseorang yang professional (Longman, 1987).

Konsep profesionalisme, seperti dalam penelitian yang


dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneltiti untuk
melihat bagaimana para profesional memandang profesinya, yang
tercermin dari sikap dan perilaku mereka.

Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia


memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu :
1) Afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-
kelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan
profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi.
2) Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu
pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka
yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi)
yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian
secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang
memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja
tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari
kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam
situasi khusus.
3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation)
dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak
mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional
dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
ekstrinsik dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari

6
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan
sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan
ruhani dan setelah itu baru materi.
5) Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang
pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat
maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk


mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi
tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengaccu pada sikap
seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-
unsur tersebut secara sempurna.

Profesional adalah :

 Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilan


 Meluangkan seluruh waktunya unuk pekerjaan atau kegiatan itu.
 Hidup dari situ
 Bangga akan pekerjaannya.
Profesional itu adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok dalam
dirinya,Skill,Knowledge,dan Attitude!
 Skill disini berarti adalah seseorang itu benar-benar ahli di bidangnya.
 Knowledge, tak hanya ahli di bidangnya..tapi ia juga menguasai, minimal
tahu dan berwawasan tentang ilmu2 lain yang berhubungan dengan
bidangnya.
 Dan yang terakhir Attitude, bukan hanya pintar dan cerdas…tapi dia juga
punya etika yang diterapkan dalam bidangnya.

Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang bisa
dianggap sebagi orang yang Profesional.

1. Ahli di bidangnya (mampu menghasilkan karya dan kerja yang baik)

7
2. Selalu Up-to-date (terkait dengan bidangnya, pengetahuan selalu
terbarukan)
3. Bisa dilakukan dengan Meng-aktualisasi diri
4. Sosialisasi (berkumpul dengan komunitas di bidang terkait)

Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin jadi
seorang profesional.
1. Menguasai pekerjaan
Seseorang layak disebut profesional apabila ia tahu betul apa yang harus
ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan
dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang profesional tidak
hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu
mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran
yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk
menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga
hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi
persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya.

Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan
liku-liku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma
setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia
kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan
dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble
maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya.

2. Mempunyai loyalitas
Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam
melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia
kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu
prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi
merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja
sungguh-sungguh.

8
Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan
untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi
pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan
dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan
adanya loyalitas seorang profesional akan selalu berpikir proaktif, yaitu
selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak
terjadi.

3. Mempunyai integritas
Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi
prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi,
seorang profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik.
Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional
tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental
seorang profesional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya.
Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam
kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator ?

Integritas yang dipunyai oleh seorang profesional akan membawa kepada


penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani
harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena
tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya
akan terombang-ambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap
saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang profesional diuji, yaitu sejauh
mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang
tidak menentu.

4. Mampu bekerja keras


Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan
dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, seorang profesional tidak dapat begitu saja mengandalkan
kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap

9
membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di
sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan
berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya
ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan
pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama.

Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau


menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan
bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa
pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri
seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang
yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan
yang lebih luas.

Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila
ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status
lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang
yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan
pengakuan bahwa ia memang seorang profesional. Hal ini bisa dicapai
apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama
dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun.

5. Mempunyai Visi
Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas
akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan
memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap,
dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang
profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa
yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah
mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya.

Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan "macan


ompong", dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak

10
mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak
mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas,
seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang
ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan.

Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal,


sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia
capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa
mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya.

6. Mempunyai kebanggaan
Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya.
Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai
penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena
dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap
profesinya.

Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap


apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa
bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang
profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa
memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan.

7. Mempunyai komitmen
Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga
profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah
tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi.
Dengan komitmen yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh
nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya.

11
Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang
profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan.
Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta,
jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang.

Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan


konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa
adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya
sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-
perubahan yang terjadi.

8. Mempunyai Motivasi
Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus
bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu
memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang
maksimal.
Dapat dikatakan bahwa seorang profesional harus mampu menjadi
motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya
sendiri, seorang profesional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang
disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan
di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.

Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan


mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak
mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan
dengan optimis. Motivasi membantu seorang profesional mempunyai
harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak
ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya.

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme :


1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect

12
result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang
hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak
mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan
oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan
hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan,
sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup
dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah kegiatan seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatau keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu
kegiatan tertentu yang menurut keahlian tertentu atau dengan terliabat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan
hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau mengisi waktu
luang.

Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu profesi, karena


hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa menjadi profesional dalam
menjalankan profesi yang dimiliki.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Sumardi, Pengaruh Pengalaman Terhadap Profesionalisme Serta Pengaruh


Profesionalisme Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja, Tesis, Undip, 2001.
 http://ahmadefendy.blogspot.com/2010/02/kriteria-profesional.html
 http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/dipakai_siskom_etika-profesi.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai