Anda di halaman 1dari 18

QUALITY CONTROL (QC)

QC adalah semua upaya pengawasan (pemerikasaan) terencana dan terpadu

yang dilakukan mulai dari awal sampai obat jadi dan dirancang untuk menjamin

keseragaman produk obat yang memenuhi spesifikasi identitas, kekuatan,

kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan atau disyaratkan.

Kualifikasi Manager Pengawasan mutu (QC) harus :


1. Seorang Apoteker dengan pengalaman praktis paling sedikit 2 tahun bekerja di

bagian pengawasan mutu pabrik farmasi


2. Memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang analisis kimia dan

mikrobiologi
3. Pemeriksaan bahan pengemas
4. CPOB dan keterampilan dalam kepemimpinan
Bagian/Departemen Pengawasan Mutu (QC) di industri farmasi

bertanggung jawab untuk memastikan , bahwa :

1. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi mengenai identitas,

kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanan yang telah ditetapkan.

2. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya, antara lain melalui evaluasi

dokumentasi produksi terdahulu.

3. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksan laboratorium terhadap

suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut memenuhi spesifikasi

yang telah ditetapkan sebelum didistribusikan.

4. Suatu bets obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran

yang telah ditetapkan.

5. Menyimpan sampel pertinggal untuk rujukan di masa mendatang

6. Melakukan tes atau analisa untuk semua bahan baku, packaging, bul
7. Meneliti semua dokumentasi yang berhubungan dengan pengolahan dan

pengujian obat sebelum diluluskan untuk didistribusi


8. Mengevluasi stabilitas semua produk jadi secara berkelanjutan dan bahan

awal jika diperlukan, serta menetapkan kondisi penyimpanan bahan & produk

berdasarkan data stabilitasnya


9. Menetapkan masa simpan bahan awal & produk jadi berdasarkan data

stabilitas serta kondisi penyimpanannya


10. Berpartisipasi atau membantu pelaksanaan program validasi
11. Menyiapkan baku pembanding sekunder sesuai dengan prosedur pengujian

yang berlaku & meyimpan baku pembanding


12. Menyetujui penunjukan pemasok bahan baku dan bahan pengemas
13. Melakukan evaluasi produk kembalian (returned goods) & menetapkan

apakah produk tersebut dapat diluluskan/diolah ulang/harus dimusnahkan


14. Menyimpan catatan analisis dari hasil pengujian semua sampel yang diambil
15. Anggota Team Plant Self Inspection/Internal GMP audit
16. Terlibat dalam persiapan Packaging Component Artwork untuk produk-produk

baru
17. Terlibat didalam product registration
Hak dan Kewajiban dari bagian-bagian QC :

1. Bagian Analisa

Tugas dan tanggung jawab bagian analisa antara lain : pemeriksaan mutu

bahan baku, pemeriksaan mutu bahan kemas dan pemeriksaan produk/obat

jadi.

a. Pemeriksaan mutu bahan baku

Pemeriksaan mutu bahan baku dilakukan untuk menjamin agar bahan baku

yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Bahan

baku yang baru dikirim oleh supplier segera dilakukan pemeriksaan untuk

mengetahui apakah bahan baku tersebut memenuhi spesifikasi yang telah

dipersyaratkan. Supplier harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Bahan baku harus memiliki COA (Certificate of Analysis)


2. Berkesinambungan
3. Mempunyai MSDS (Material Safety Data Sheet )
4. Harga murah
Pengujian ini mencakup identifikasi, kemurnian, dan penetapan kadar.

Selama proses pengujian, bahan dikarantina dan diberi label “karantina”

yang berwarna kuning. Hal-hal yang harus diperhatikan :

- Pengambilan sampel bahan baku dilakukan secara acak pada bagian

atas, tengah, dan bawah dari wadah. Pengambilan sampel dilakukan

dengan menggunakan alat thief sampler.

- Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk setiap batch dengan

rumus +1. Untuk bahan yang identitasnya kurang jelas, wadah kotor,

pabrik pembuat berbeda dari biasanya, atau bahan berasal dari supplier

yang baru maka sampling dilakukan terhadap semua wadah dalam batch.

- Pengambilan contoh harus dilakukan dalam ruang sampling dengan tepat

untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut :

 Sebelum sampling dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah

segel/tutup wadah masih utuh.

 Alat sampling harus bersih.

 Selesai sampling wadah segera ditutup rapat dan diberi penandaan

“karantina”.

Setiap melakukan pengujian bahan baku dilengkapi dengan catatan

pengujian (testing order) atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh

QC manager. Bahan baku yang telah lulus seleksi diberi label “diluluskan”

yang berwarna hijau, dan jika tidak sesuai dengan spesifikasinya diberi label

merah “ditolak”.
Selain itu bagian analisa mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang

menerangkan status bahan baku. Disposisi ini dibuat rangkap 2 dimana

tembusannya diserahkan ke bagian PPIC untuk perencanaan produksi dan

bagian keuangan untuk pembayaran.

b. Pemeriksaan mutu bahan kemas

Semua bahan yang digunakan dalam proses pengemasan produk bertujuan

untuk :

1. Melindungi produk terhadap pengaruh cuaca, sinar matahari, benturan,

kotoran dan lain-lain


2. Menarik perhatian konsumen
3. Memudahkan distribusi, penyimpanan dan pemajangan (display)
4. Membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang

ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik

(gesekan, benturan, getaran).


5. Tempat penempelan label yang berisi informasi tentang nama produk,

komposisi bahan (ingridient), isi bersih, nama dan alamat produsen/importir,

nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluwarsa, petunjuk

penggunaan, informasi nilai gizi (nutrition fact), tanda halal, serta

klaim/pernyataan khusus.
6. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang

atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan

perlu diperhatikan dalam perencanaannya.

Pemeriksaan dilakukan untuk menjamin bahwa bahan kemas yang

digunakan benar-benar sesuai spesifikasi yang ditentukan. Tujuan yang ingin

dicapai adalah bahan pengemas tersebut dapat melindungi sediaan obat.

Pengujian terhadap bahan kemas meliputi label, brosur, wadah karton,

aluminium foil, botol dan tutup botol. Pengawasan dilakukan terhadap

penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan dan hasil cetakan dengan


spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan, desain dan bentuk).

Sistem pemberian label bahan kemas sama dengan pada bahan baku.

Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka bagian

analisa akan mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang berisi hasil

pemeriksaan untuk disampaikan ke bagian keuangan untuk pembayaran dan

ke bagian PPIC untuk perencanaan produksi. Apabila bahan kemas tidak

memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka dikembalikan ke supplier

dengan dokumen nota retur barang.

2. SANITASI DAN HIGIENE


Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan,

peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal

yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran dapat

dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan

terpadu. Semua karyawan yang berhubungan dengan pembuatan obat harus

memiliki kesehatan yang baik dan menggunakan pelindung badan dan penutup

rambut yang sesuai dengan tugas yang dilakukan, sehingga produk yang

dihasilkan dapat terhindar dari pencemaran oleh personal. Karena itu harus

dilakukan higiene perseorangan yang baik, khususnya pada saat penerimaan

karyawan baru.
Gedung yang digunakan untuk pembuatan obat harus dirancang dan

dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.

Disamping itu tersedia pula toilet dalam jumlah yang cukup dengan ventilasi yang

baik dan tempat cuci tangan bagi karyawan yang letaknya mudah dicapai di

daerah kerja, serta fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian

karyawan. Prosedur sanitasi dan higiene harus selalu divalidasi dan dievaluasi
secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang

bersangkutan cukup efektif dan memenuhi persyaratan.


3. RUANGAN

Daerah pengolahan produk aseptis harus dipisahkan dari daerah produksi

lain Ruangan harus bebas debu ,dialiri udara yang melewati saringan

bakteri.Saringan tersebut harus diperiksa (di –Verifikasi) pada saat pemasangan

serta dilakukan pemeriksaaan secara berkala.

 Wewenang QC dalam langkah-langkah proses produksi :


a. Proses dibuat penanggung jawab produksi dan QC
b. Proses harus mengikuti prosedur
c. Bahan awal : dicatat dalam warna berlainan

Merah : Bahan baku produk

Putih : Bahan pengemas

Kuning : Produk ruahan

d. Label karantina : petugas gudang QC atau yang lain


e. Label passed : harus oleh petugas QC
f. Petugas QC ---- ambil sampel untuk dilakukan pemeriksaan
Sesuai ---- label passed
Tidak sesuai ---- label rejected
g. Prosedur ditetapkan berdasarkan validasi
Validasi ulang dilakukan bila ada perubahan
h. Proses
Alat : perubahan kecepatan --- ganti alat
Spesifikasi bahan
Suhu sterilisasi
i. Secara berkala data produksi dievaluasi untuk menentukan perlu tidak

diulang (biasanya 2 tahun)


d. Ruang Produksi
- Udara bersih dan steril disirkulasikan setiap hari ke ruang steril dengan tekanan

udara positif
- Kelembaban steril : ≤ 50% (bervariasi antara masing-masing bahan.
- Sanitasi ruangan dilakukan setiap selesai kegitan, dipel dan disemprot dengan

larutan benzal 0,02% seminggu sekali dengan larutan IPA 70% dan isopropyl

alcohol dan 2 minggu sekali dengan formalin


- Sistem udara steril
- HEPA filter ukuran 0,22%
- AHU untuk pengendalian udara
- Proses pengisian dilakukan dibawa LAF (luminaf air flow)
- Tekanan udara kelas I > kelas II > kelas III > kelas IV

Kualifikasi Ruang Produksi ( Sesuai dengan c-GMP )

- Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan

karakteristik lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap pelaksanaan pembuatan

membutuhkan suatu tingkat kebersihan lingkungan yang sesuai dengan

tahapan pelaksanaan untuk memperkecil resiko kontaminsi partikel atau

kontaminasi mikrobiologis terhadap produk atau bahan yang sedang

ditangani.
- Untuk memenuhi kondisi “saat beroperasi”, area ini harus dirancang untuk

mencapai suatu tingkat kebersihan-udara tertentu dalam keadaaan yang

ditempati “saat istirahat”. Keadaan “saat istirahat” adalah keadaan ketika

instalasi telah selesai, dan peralatan produksi telah dipasang dan

dioperasikan, tetapi tidak ada karyawan yang melaksanakan. Keadaan”saat

operasi” adalah kondisi ketika semua instalasi sedang berfungsi sesuai

dengan cara pelaksanaan yang telah ditetapkan dan sejumlah tertentu

karyawan yang ada.


TUGAS TAMBAHAN

Saat istirahat Saat beroperasi


Tingkat Jumlah partikel maksimum Jumlah partikel maksimum
yang diperbolehkan/m3 yang diperbolehkan/m3

0,5-5,0 µm >5,0 µm 0,5-5,0 µm >5,0 µm

A 3500 0 3500 0
B 3500 0 350000 2000
C 350000 2000 3500000 20000
D 3500000 20000 Tdk ditetapkan Tdk ditetapkan

Untuk pembuatan sediaan farmasi steril, dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut :

 Tingkat A : zona lokal untuk pelaksaan yang beresiko tinggi, contohnya pengisian

dan pembuatan koneksi aseptis. Umumnya kondisi tersebut dilengkapi dengan

lingkungan kerja aliran udara laminar (Laminar Air Flow, LAF). Sistem LAF harus

memberikan kecepatan udara yang homogen sekitar 0,45 m/detik ± 20 % (nilai

rujukan) pada posisi kerja.


 Tingkat B : dalam penyiapan dan pengisian yang aseptis, tingkat B merupakan

lingkungan latar untuk zona tingkat A


 Tingkat C dan D : area bersih untuk melaksanakan tahap yang kurang penting

dalam pembuatan produk steril.

Klasifikasi partikel yang terbawa di udara untuk 4 tingkat tersebut terdapat

dalam tabel di atas. Untuk memperoleh udara dengan karakteristik yang

dipersyaratkan, metode yang ditetapkan oleh badan pengawas nasional harus

digunakan. Harus diperhatikan bahwa untuk mencapai tingkat udara B, C, dan D,

jumlah pertukaran udara harus sesuai dengan ukuran ruangan, peralatan, dan
karyawan yang ada di dalamnya. Sedikitnya 20 pertukaran udara per jam yang

biasanya dibutuhkan untuk sebuah ruangan dengan pola aliran udara yang baik

dan saringan partikel udara yang memiliki efisiensi tinggi (high-efficiency

particulate air, HEPA).

Batas yang dinyatakan dalam unit pembentuk koloni (colony – forming unitd,

CFU) untuk pemantauan secara mikrobiologis di area bersih selama pelaksanaan.

Settle plates
Sampel Contact plates Glove print
Tingka (diameter 90
udara (diameter 55 m) (5 jari)
t mm) (CFU/4
(CFU/m3) (CFU/plate) (CFU/glove)
jam)
A <3 <3 <3 <3
B 10 5 5 5
C 100 50 25 -
D 200 100 50 -

Persyaratan standar lingkungan produksi menurut CPOB untuk pembuatan


produk steril
Persyaratan bahan bangunan:

No Permukaa
Jenis Bangunan Keterangan Sesuai Untuk
. n Dalam
1. Lantai Epoksi atau - Monolitik, Ruang
poliuretan permukaan tidak produksi
berpori dan tidak khusus daerah
licin steril
- Menahan
pertumbuhan
bakteri
- Mudah tergores

(ubin) teras -Sukar diperbaiki dan Khusus daerah


permukaan licin dimodifikasi steril
dan tidak berpori -Ketahanan terhadap
dengan celah bahan kimia
terbatas
yang ditutup
-Mudah ternoda
resin sintetis

2. Dinding Bata/blok, beton - Mudah retak bila - Daerah


padat yang pengerjaannya steril
permukaannya kurang baik - Daerah
diplester halus & - Menimbulkan debu produksi
dibuat kedap air bila dibongkar
untuk perbaikan
dengan lapisan atau renovasi
cat dari bahan
akrilik/ enamel
polimer tinggi,
poliuretan atau
epoksi

Panel logam yg - Tidak melepaskan Daerah steril


digalvanisasi, partikel
lembaran - Umumnya tidak
aluminium / baja memerlukan
perawatan
tahan karat
- Cukup tangguh
- Sukar diperbaiki
bila kena benturan

3. Langit Beton yang dicat - Sukar memodifikasi Daerah steril,


-langit dengan bahan saluran listrik & daerah
akrilik, enamel saluran udara pengolahan
polimer tinggi - Dirancang utk lahan dan
menahan beban
atau epoksi pengisian
berat
- Ruangan diatasnya aseptic
dapat digunakan
untuk penempatan
saluran udara &
layanan lain

Persyaratan tambahan lainnya antara lain :

Suhu udara diruang bersih dan ruang steril hendaknya dipelihara pada 16 -

25°C dan kelembaban relatif pada 45%-55%. Tekanan udara di dalam ruang

pengolahan produk steril harus lebih tinggi dibanding dengan ruangan sebelahnya

yang dibuktikan dengan perbedaan tekanan yang ditunjukkan oleh alat magnehelic

dan dicatat secara teratur.


Jalan masuk dan keluar bagi petugas ke dan dari ruang steril hanya melalui

ruang ganti pakaian kecuali dalam keadaan darurat. Lokasi ruang ganti pakaian

hendaklah langsung berhubungan dengan daerah steril yang akan dilayani.

Ruang ganti pakaian hendaklah dilengkapi dengan ruang penyangga udara

yang terletak diantara ruang ganti pakaian dan ruang steril dan dialiri udara tersaring

dengan tekanan positif yang lebih rendah daripada ruang steril tetapi lebih tinggi

daripada ruangan lain yang berhubungan langsung. Ruang ganti pakaian hendaknya

dilengkapi dengan manometer atau alat lain yang tepat yang terus menerus

menunjuk perbedaan tekanan udara diruang udara bersangkangkutan dengan ruang

bertetangga. Ruang ganti pakaian dan ruang penyangga hendaklah dibangun

sedemikian rupa untuk dapat memisahkan penggantian pakaian yang berbeda

tingkat kebersihannya. Untuk itu ruang ganti pakaian hendaknya terletak sebelum

ruang penyangga udara dan terdiri dari ruangan terpisah yang memisahkan daerah

ruangan kerja biasa dan daerah pakaian steril.

Pintu antara ruang steril dengan ruang penyangga hendaklah dilengkapi

dengan suatu system antara lain system penguncian elektro yang tidak

memungkinkan dua pintu dibuka dalam waktu yang sama.

Lampu UV yang efektif (panjang gelombang 253,7 nm) hendaklah dipasang

dalam ruang ganti pakaian steril atau lemari penyimpanan komponen pakaian steril.

Ruang ganti pakaian steril hendaklah dilengkapi dengan bak pencuci tangan

seperti dikamar operasi dan alat pengering tangan otomatis.

Untuk kegiatan tertentu hendaklah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Ruangan pencucian ampul atau vial dan ruangan pencucian tutup karet.

Sebelum dicuci vial atau ampul dan tutup karet dikeluarkan dari

pengemasnya. Umumnya bahan pengemas berupa karton dapat mengeluarkan


partikel. Oleh karena itu, pengeluaran vial, ampul dan tutup karet hendaklah

dilakukan diruangan khusus sebelum dibawa kedaerah bersih. Vial atau ampul

dan tutup karet sebaiknya dicuci dibawah unit aliran udara laminar vertikal.

b. Sterilisasi panas kering dan autoklaf

Ampul atau vial kosong disterilkan disterilisator panas kering dan tutup karet

diautoklaf. Tutup aluminium sebaiknya disterilkan pada dalam lemari sterilisasi.

Autoklaf dan lemari sterilisasi bermutu ganda tembus ke ruang steril, masing-

masing dengan pintu kedua membuka keruangan steril untuk mengeluarkan

ampul, vial, dan tutup karet yang sudah steril. Daerah tempat mengeluarkan

barang yang sudah disterilkan sebaiknya dilindungi terhadap pencemaran balik

dengan memasang modul aliran udara laminer vertikel diatasnya.

c. Ruang steril (ruangan pengisian aseptis)

Kebersihan lingkungan di tempat pengisian aseptis dan penutupan dengan

tutup karet serta tutup aluminium dijaga dengan memasang modul aliran udara

laminar vertikel diatasnya. Dinding ruangan ini sebaiknya berkaca tembus

pandang untuk memudahkan pelaksanaan pengawasan dari luar ruangan.

Pengawasan hendaklah dilakukan dari luar ruangan untuk mengurangi

kemungkinan pencemaran udara diruangan pengisian.

Ruangan steril hendaklah dilengkapi dengan manometer atau alat lain yang

menunjuk adanya perbedaan tekanan udara di dalam terhadap tekanan udara di

ruangan-ruangan lain yang bertetangga langsung dengan ruangan-ruangan lain.

d. Ruang timbang dan pengolahan bahan baku secara aseptis


Dalam pembuatan dengan cara aseptis penimbangan bahan baku dan

pengolahannya hendaklah dilaksanakan secara aseptis yang dapat dilaksanakan

di bawah modul arus udara laminar.

 Personalia produk farmasi aseptis

 Jumlah karyawan yang bertugas di dalam area bersih harus dibatasi; hal ini

sangat penting selama proses aseptis. Inspeksi dan pengawasan harus dilakukan

dari luar area tersebut sejauh mungkin.

 Semua karyawan (termasuk petugas bagian pembersihan dan pemeliharaan)

yang bekerja di area tersebut harus menerima pelatihan awal dan rutin dalam

bidang yang berkaitan dengan pembuatan produk steril yang benar, termasuk

hygiene dan unsure dasar mikrobiologi.

 Staf yang sebelumnya terlibat dalam pengolahan bahan jaringan-hewan atau

biakan mikroba selain yang digunakan dalam proses pembuatan yang sedang

berlangsung tidak boleh memasuki area produk-steril kecuali telah mengikuti

prosedur dekontaminasi yang ditetapkan secara teliti dan jelas.

 Standar hygiene dan kebersihan karyawan yang tinggi sangat penting, dan

karyawan yang terlibat dalam pembuatan sediaan steril harus diinstruksikan untuk

melaporkan semua kondisi yang dapat menyebabkan penyebaran jumlah atau

jenis kontaminan yang luar biasa;diperlukan pemeriksaan kesehatan secara

berkala untuk kondisi tersebut. Tindakan yang harus dilakukan mengenai

karyawan yang menyebabkan bahaya mikrobiologis yang sangat tinggi harus

diputuskan oleh orang kompeten yang ditunjuk.


 Pakaian yang dipakai dari rumah tidak boleh dibawa ke dalam area bersih, dan

karyawan yang masuk ke ruang ganti harus sudah memakai pakaian pelindung

kerja standar. Penggantian dan pencucian pakaian harus mengikuti prosedur

tertulis yang dirancang untuk memperkecil kontaminasi pakaian area bersih atau

terbawanya kontaminan ke dalam area bersih.

 Arloji dan perhiasan tidak boleh dipakai dalam area bersih, dan kosmetik yang

dapat melepaskan partikel tidak boleh digunakan.

 Pakaian yang dipakai dan mutunya harus sesuai dengan proses dan tingkat area

kerja (tempat kerja). Pakaian tersebut harus dipakai sedemikian rupa untuk

melindungi produk dari kontaminasi.

 Persyaratan pakaian;

Penutup kepala harus menutupi rambut seluruhnya dan, bila relevan, janggut dan

kumis harus ditutupi. Pakaian model terusan atau celana panjang- baju, yang

diikat dipergelangan tangan dan yang dapat disatukan dengan bagian leher harus

dipakai. Penutup kepala harus diselipkan ke dalam leher baju. Masker wajah

harus dipakai untuk mencegah pelepasan tetesan. Sarung tangan plastic atau

karet yang sesuai, telah disterilisasi, dan tidak mengandung serbuk serta alas kaki

yang telah disterilisasi atau di desinfeksi harus dipakai. Bagian bawah celana

panjang harus diselipkan ke dalam alas kaki dan ujung lengan baju diselipkan ke

dalam sarung tangan. Pakaian pelindung tidak boleh melepaskan serat atau

bahan partikel dan harus menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.
 Pakaian yang dipakai dari rumah tidak boleh dibawa ke ruang ganti yang

berhubungan dengan ruangan tingkat B dan C. Untuk setiap pekerja dalam

ruangan tingkat A atau B, pakaian pelindung yang disterilisasi bersih atau yang

disanitasi secara memadai harus disediakan pada tiap sesi kerja, atau sedikitnya

sekali sehari bila hasil pemantauan membenarkan hal tersebut. Sarung tangan
harus didesinfeksi secara berkala selama pelaksanaan. Masker dan sarung

tangan harus diganti sedikitnya pada tiap sesi kerja. Penggunaan pakaian sekali

pakai mungkin diperlukan.

 Pakaian yang digunakan dalam area bersih harus dicuci atau dibersihkan

sedemikian rupa sehingga pakaian tidak mengumpulkan kontaminan partikel

tambahan yang nantinya dapat lepas. Fasilitas pencucian yang terpisah untuk

pakaian tersebut sangat dibutuhkan. Bila serat rusak oleh pembersihan atau

sterilisasi yang tidak sesuai, peningkatan resiko pelepasan partikel dapat terjadi.

Pelaksanaan pencucian dan sterilisasi harus mengikuti SOP.

a. Ruang Produksi
- Udara bersih dan steril disirkulasikan setiap hari ke ruang steril dengan tekanan

udara positif
- Kelembaban steril : ≤ 50% (bervariasi antara masing-masing bahan.
- Sanitasi ruangan dilakukan setiap selesai kegitan, dipel dan disemprot dengan

larutan benzal 0,02% seminggu sekali dengan larutan IPA 70% dan isopropyl

alcohol dan 2 minggu sekali dengan formalin


- Sistem udara steril
- HEPA filter ukuran 0,22%
- AHU untuk pengendalian udara
- Proses pengisian dilakukan dibawa LAF (luminaf air flow)
- Tekanan udara kelas I > kelas II > kelas III > kelas IV
- Mesin filling yang digunakan:
o Accofil Filling MC (sistem hisap tekan)
o Toyo Filling MC (sistem aunger)

Secara ringkas, persyaratan ruangan yang dibutuhkan pada produksi hair

tonic dengan penerapan CPOB :

- Semua Peralatan yang digunakan dalam pembuatan hair tonic telah

terkualifikasi, dan alat gelas telah selesai dikalibrasi. Kualifikasi alat disini

dilakukan hanya 1 kali kecuali ada perpindahan alat dari tempat sebelumnya

ke tempat yang baru atau di modifikasi.


- Klasifikasi ruangan untuk pembuatan hair tonic berada pada Zona D dengan

lingkungan latar zona A


- Tekanan udara di dalam ruang pengolahan produk aseptis harus lebih tinggi

dibanding dengan ruang disebelahnya yang dibuktikan dengan perbedaan

tekanan yang ditunjukkan oleh alat magnehelik


- Lantainya terbuat dari epoksi atau poliuretan
- Dinding terbuat dari bata atau blok beton yg dilapisi dengan epoksi
- Langit-langit terbuat dr beton yg dilapisi epoksi
- Pertukaran udara 120 kali/jam
- Penerangan Lampu
- Suhu ruangan 15-25O C
- Efisiensi saringan udara 95%
- Kelembaban nisbi 45-55 %
- Dilengkapi monometer
II. LIMBAH
Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu

sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam dan tidak atau

belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomis

yang negatif.
1. Dampak Kegiatan Industri Farmasi
a. Dampak Positif
- Wujud nyata pembangunan di bidang keseha-tan utk menyediakan obat

sbgi sarana mening-katkan derajat kesehatan & kesejahteraan

masyarakat
- Membuka lapangan kerja bagi masyarakat seki-tar baik secara

langsung maupun tdk langsung


- Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak
- Meningkatkan roda ekonomi di daerah sekitar lokasi industri
b. Dampak Negatif
- Adanya pencemaran/limbah udara (gas)
- Adanya pencemaran/limbah padat
- Adanya pencemaran/limbah cair
2. Klasifikasi limbah
Limbah cair
Secara visual : keruh, warna air, rasa, bau yang

ditimbulkan, dll.
Secara lab : perubahan sifat kimia air
b. Limbah Padat
Diklasifikasikan sebagai :
♣ limbah padat yang mudah dibakar
♣ limbah padat yang sukar dibakar
♣ limbah padat yang bisa hancur
♣ limbah padat yang tidak bisa hancur
♣ limbah berupa debu
c. Limbah Gas / debu partikel (debu)
Pencemar melalui udara gas: Partikel adalah butiran halus dan terlihat

oleh mata seperti : asap, kabut, debu : Gas, dapat dirasakan melalui

penciuman ataupun akibat langsung, spt : NO2, CO, dll


d. Kebisingan

Berasal dari suara mesin pabrik, genset

3. Sumber Limbah
a. Limbah Cair
1) Kegiatan Produksi
- Pencucian mesin, alat-alat produksi, pencucian kemasan

(botol), baju
- Sanitasi ruangan:→ cairan sisa produksi
- Sanitasi karyawan produksi mis : mandi, cuci tangan, dll

2) Kegiatan Laboratorium

- Pencucian alat
- Sanitasi ruangan
- Sanitasi karyawan (mandi, cuci tangan, dll)

3) Kegiatan sarana penujang: oli bekas mesin dan solar bekas

4) Kegiatan sanitasi kantor

5) Kegiatan kantin

b. Limbah Padat
1. Obat-obat Kadaluarsa
2. Kegiatan Produksi
● Kegagalan produksi
● Debu bahan formulasi yang terkumpul dari dust collector dan vacuum

cleaner
● Bekas kemasan bahan baku dan kemasan yang rusak
3. Kegiatan Laboratorium
4. Kegiatan kantin karyawan
5. Kegiatan Administrasi Perkantoran : Arsip-arsip kadaluarsa, koran

bekas
6. Kegiatan Sarana Penunjang : kaleng bekas oli, dsb
7. Sampah kebun / halaman: daun, kayu tanaman
2. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu rencana usaha

dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan

bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha

dan/atau kegiatan
- Dampak Lingkungan Hidup
Pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu

usaha dan/atau kegiatan


- Dampak Besar dan Penting
Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan

oleh suatu usaha dan/atau kegiatan


Kriteria Dampak Besar dan Penting
a. Jumlah manusia yang terkena dampak
b. Luas wilayah sebaran dampak
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yg terkena dampak
e. Sifat Kumulatif dampak
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
III.Dokumentasi
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan yang berhubungan dengan proses

pembuatan obat.
Guna dokumentasi
a. Merupakan bagian dari sistem manajemen mutu dalam c-GMP
b. Memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas

mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakan


c. Menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch / lot produk sehingga

menjamin ketelusuran
d. Sebagai bahan pertimbangan tentang mutu produk yang dibuat
 Jenis dokumentasi
1. Prosedur tetap (SOP = Standard Operating Procedure)
2. Spesifikasi (bahan baku, pengemas, produk jadi)
3. Catatan Pengolahan Batch/Catatan pengemasan Batch (batch processing

records)
4. Identifikasi (kode/penomoran protap, peralatan, batch)
5. Penandaan (status ruangan, mesin, label bahan baku, karantina, rejected)
6. Protokol & Laporan Qualifikasi/Validasi

Anda mungkin juga menyukai