Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KERAJINAN LAMPU HIAS

DAN TEMPAT PENSIL BERBAHAN DASAR BAMBU

Oleh :
I Gede Arya Widnyana (1)
I Gede Dika Suryawan (3)
I Gede Periana (4)
I Gusti Ngurah Agung Dita Pranata (10)
I Kadek Agus Dwi Adnyana (11)
I Komang Yoga Dinanti (17)

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KARANGASEM


SMAN 1 SIDEMEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan rangkuman materi kuliah
pada mata kuliah Manajemen yang berjudul “Pemantuan dan Pengendalian” dengan
baik dan tepat waktu.
Rangkuman materi ini disusun dengan mengacu pada informasi yang telah
diperoleh dari referensi utama yakni buku panduan belajar, modul, serta jurnal yang
membahas mengenai seputar Manajemen khususnya Fungsi Pengorganisasian.
Penjabaran ini meneliti tentang Struktur dan Desain Organisasi, Merancang Struktur
Organisasi, Langkah-Langkah dalam Membuat Keputusan, struktur dan Mekanistrik
Organisasi,desain Organisasi Umum dan Koordinasi Rentang Organisasi.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni
Made Wulandari Kusumadewi, SE, MSc selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen. Kami sampaikan juga ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan rangkuman materi kuliah ini. Harapan kami semoga
Rangkuman materi yang kami buat dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun
isi Rangkuman materi ini, sehingga kedepannya lebih baik. Dalam membuat
Rangkuman materi ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
karena minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis memohon kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan Rangkuman materi ini.

Jimbaran, 12 Mei 2023

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Pengendalian...................................................................................................5
2.2 Pentingnya Pengendalian..................................................................................................5
2.3 Jenis-jenis Pengendalian...................................................................................................6
2.4 Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian.................................................................9
2.5 Kualitas Sistem Pengendalian yang Efektif....................................................................10
2.6 Alat Bantu Pengendalian Manajerial..............................................................................13
2.7 Berbagai Teknik dan Metode Pengendalian...................................................................15
STUDI KASUS........................................................................................................................19
BAB III PENUTUP..................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di Indonesia kerajinan merupakan salah satu industri yang bernilai ekonomi tinggi.
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan
dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan
yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini dapat menghasilkan
hiasan atau benda yang memiliki nilai estetis maupun menjadi barang yang memiliki
fungsi guna.
Produk kerajinan pada awalnya untuk kepentingan fungsional, baik untuk
kepentingan keagamaan (religious) maupun kebutuhan praktis. Dalam perkembangannya
kerajinan mengalami pergeseran orientasi kearah nilai keindahan (estetis). Di Indonesia
sendiri industri kerajinan semakin berkembang dan berbagai inovasi. Kekayaan alam
Indonesia merupakan modal untuk menghasilkan banyak produk kerajinan.
Di sekitar kita banyak tersedia bahan-bahan dari alam yang bernilai ekonomis yang
dapat dikelola menjadi hasil kerajian tangan salah satu contohnya adalah bambu.
Bambu merupakan tanaman masyarakat Indonesia yang sudah dikenal secara luas
dan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pemakaian
bambu baik sebagai bahan bangunan maupun sebagai alat diduga sudah sangat tua
umurnya. Sudah sejak dahulu bambu akrab dengan kehidupan manusia di Indonesia baik
untuk menjawab kebutuhan praktis seperti rumah dan peralatan rumah maupun kebutuhan
kebudayaan seperti alat-alat musik seruling dan angklung.
Bambu adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan karena
memiliki sifat-sifat yang menguntungkan yaitu batang yang lurus, rata, keras, mudah
dibelah, mudah dibentuk, mudah dikerjakan, dan mudah diangkat. Selain itu, bambu juga
relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan
disekitar pemukiman di pedesaan. Bambu memiliki serat yang cukup kuat dan mudah
dikerjakan dengan peralatan sederhana memang menjanjikan harapan untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan sehari-hari. Bambu juga merupakan tanaman berumpun
yang sangat cepat pembiakannya dan pertumbuhannya.
Seiring berjalannya waktu, muncullah berbagia inovasi untuk mengolah bambu
menjadi kerajinan yang variatif namun tidak mengurang nilai keunikan, nilai estetis dan
tetap terlihat mengikuti perkembangan zaman modern. Kerajinan lampu hias dan tempat
pensil yang berbahan dasar bambu adalah salah satu contohnya.

3
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa yang dimaksud dengan pengendalian?
1.1.2 Apa pentingnya pengendalian?
1.1.3 Apa saja jenis-jenis pengendalian?
1.1.4 Apa saja langkah-langkah dalam proses pengendalian?
1.1.5 Apa yang mempengaruhi kualitas sistem pengendalian?

4
1.1.6 Apa saja alat bantu pengendalian manajerial?
1.1.7 Apa saja teknik dan metode pengendalian?

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian pengendalian.
1.2.2 Untuk mengetahui pentingnya pengendalian.
1.2.3 Untuk mengetahui jenis-jenis pengendalian.
1.2.4 Untuk mengetahui langkah-langkah dalam proses pengendalian.
1.2.5 Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kualitas sistem pengendalian.
1.2.6 Untuk mengetahui alat bantu pengendalian manajerial.
1.2.7 Untuk mengetahui teknik dan metode pengendalian.

5
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Pengendalian


Pengendalian adalah proses mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing),
dan mengoreksi (correcting) kinerja. Semua manajer harus tetap mengendalikan walaupun
mereka mengira bahwa unitnya telah berjalan sesuai rencana, manajer tidak akan benar-benar
mengetahui kinerja unitnya kecuali mereka mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan
membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar yang diinginkan. Pengendalian yang
efektif memastikan kegiatan telah dilakukan dengan cara yang menghasilkan pencapaian
tujuan. Keefektifan pengendalian ditentukan oleh bagaimana pengendalian itu dapat
membantu karyawan dan manajer mencapai tujuan mereka.

2.2 Pentingnya Pengendalian


Perencanaan dapat dilakukan, struktur organisasi dapat dibuat untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan yang efisien, dan karyawan dapat memotivasi melalui kepemimpinan yang
efektif. Namun, tidak ada jaminan bahwa kegiatan yang berjalan telah sesuai dengan rencana
dan tujuan yang ingin diraih oleh karyawan dan manajer telah benar-benar tercapai. Maka,
pengendalian dikatakan penting karena pengendalian membantu manajer mengetahui apakah
tujuan perusahaan telah tercapai, atau jika belum, apa alasannya. Nilai dari fungsi
pengendalian dapat dilihat dalam tiga bagian spesifik yakni perencanaan, pemberdayaan
karyawan, dan perlindungan lingkungan kerja.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, manajer yang efektif selalu menindaklanjuti
untuk memastikan bahwa apa yang harus dilakukan oleh karyawan telah dilaksanakan dan
tujuan telah tercapai. Jika para manajer tidak mengendalikan, mereka tidak akan mengetahui
apakah tujuan dan rencana telah tercapai dan tindakan apa yang harus diambil.
Alasan kedua dari pentingnya pengendalian adalah pemberdayaan karyawan. Banyak
manajer enggan untuk memberdayakan karyawan karena takut jika terjadi sesuatu yang salah,
maka manajer yang harus bertanggung jawab. Tetapi, sistem pengendalian yang efektif dapat
memberi informasi dan umpan balik atas kinerja karyawan sehingga meminimalkan
timbulnya masalah.
Kemudian, alasan terakhir dari pengendalian manajer adalah untuk melindungi
perusahaan dan asetnya. Lingkungan saat ini mempertinggi ancaman bencana alam, skandal

6
keuangan, kekerasan di tempat kerja, gangguan pada rantai pasokan, pelanggaran keamanan,

7
bahkan kemungkinan serangan teroris. Manajer harus melindungi aset perusahaan jika hal-hal
tersebut terjadi. Pengendalian menyeluruh dan rencana cadangan dapat meminimalkan
gangguan kerja.

2.3 Jenis-jenis Pengendalian


Terdapat beberapa klasifikasi pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang
manajer. Klasifikasi tersebut bisa dilihat dari sistem maupun waktu pelaksanaannya. Ditinjau
dari sistem pelaksanaannya, pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi:
A. Sistem Pengendalian Umpan Balik
Sistem pengendalian umpan balik beroperasi dengan pengukuran beberapa
aspek proses yang sedang dikendalikan dan perbaikan proses apabila ukuran
menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.
Pengendalian ini memantau operasi proses maupun masukan dalam suatu usaha untuk
menerka penyimpangan yang potensial agar tindakan perbaikan atas penyimpangan
yang terjadi dapat dilakukan guna mencegah permasalahan kompleks menimpa
organisasi. Sistem pengendalian umpan balik biasanya terdiri atas lima komponen:
1) Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran
2) Karakteristik proses yang merupakan subjek pengendalian
3) Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik
4) Serangkaian standar atau kriteria di mana kondisi proses yang diukur
dengan standar atau kriteria yang selanjutnya diadakan evaluasi
5) Pengatur yang fungsinya untuk membandingkan standar karakteristik
proses dengan standar yang mengambil tindakan untuk adaptasi proses
apabila perbandingan tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan
proses dari rencana yang telah ditetapkan.
Umpan balik mempunyai dua keunggulan atas pengendalian umpan depan dan
pengendalian sejalan. Adapun keunggulannya yaitu:
1) Umpan balik memberi para manajer informasi yang bermakna tentang
seberapa efektifnya usaha perencanaan itu. Umpan balik yang
menunjukkan sedikit penyimpangan antara kinerja standar dengan kinerja
sesungguhnya merupakan bukti bahwa pada umumnya perencanaan
mencapai tujuan.
2) Pengendalian umpan balik dapat meningkatkan motivasi karyawan.

8
B. Sistem pengendalian umpan maju
Salah satu kelemahan utama sistem pengendalian umpan balik adalah bahwa
sistem tersebut tidak memberikan peringatan suatu penyimpangan sebelum hal
tersebut menjadi cukup berarti. Dampaknya, penyimpangan yang memakan biaya
besar dapat berlangsung terus atau semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang
efektif dilaksanakan. Hadirnya sistem pengendalian umpan maju dengan maksud
untuk bertindak secara langsung pada permasalahan tersebut mencoba mencegah
sebelum penyimpangan ini terjadi lagi. Sistem pengendalian umpan maju memiliki
komponen yang sama dengan sistem pengendalian umpan balik, yaitu:
1) Proses operasi yang mengolah masukan menjadi keluaran
2) Karakteristik proses yang merupakan subjek pengendalian
3) Sistem pengukuran yang menentukan kondisi dan karakteristik
4) Serangkaian standar atau kriteria di mana kondisi proses yang diukur
dengan standar atau kriteria yang selanjutnya diadakan evaluasi
5) Pengatur yang fungsinya untuk membandingkan standar karakteristik
proses dengan standar yang mengambil tindakan untuk adaptasi proses
apabila perbandingan tersebut menunjukkan terjadinya penyimpangan
proses dari rencana yang telah ditetapkan.
C. Sistem Pengendalian Pencegahan
Jenis pengendalian ini paling didambakan, yaitu mencegah masalah yang telah
diantisipasi. Tindakan ini disebut pengendalian pencegahan karena terjadi sebelum
kegiatan yang sesungguhnya. Dua sistem pengendalian yang telah dideskripsikan di
atas, baik sistem pengendalian umpan balik maupun sistem pengendalian maupun
umpan maju, berfungsi secara ekstern terhadap proses yang sedang dikendalikan,
memantau operasi, dan terlibat dalam mengambil tindakan perbaikan apabila terjadi
penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Sebaliknya, sistem pengendalian
pencegahan adalah kebijakan dan prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari
proses tersebut. Pengendalian pencegahan merupakan pengendalian intern organisasi.
Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pengendalian dapat dibedakan menjadi
empat jenis pokok, yaitu:
1) Pengendalian sebelum tindakan (Pre Action controls). Pengendalian
sebelum tindakan sering disebut sebagai pengendalian pendahuluan (pre
control). Pengendalian memastikan bahwa sebelum tindakan dimulai
maka

9
sumber daya manusia, bahan, dan finansial yang diperlukan telah
dianggarkan.
2) Pengendalian kemudi (Steering controls) Pengendalian kemudi dirancang
untuk mendeteksi penyimpangan dari standar atau tujuan tertentu dan
memungkinkan pengambilan tindakan perbaikan sebelum suatu urutan
kegiatan tertentu dilaksanakan.
3) Penyaringan atau pengendalian ya/tidak (Screening or yes/no controls)
Pengendalian ya atau tidak merupakan suatu proses penyaringan yang
aspek-aspek spesifikasi dari suatu prosedurnya harus disetujui atau syarat
tertentu dipenuhi sebelum aktivitas dapat diteruskan.
4) Pengendalian setelah tindakan (Post action controls) Pengendalian ini
berusaha untuk mengukur hasil atas suatu kegiatan yang telah
diselesaikan. Penyebab penyimpangan dari rencana atau standar yang
telah ditentukan dan temuan tersebut diaplikasikan pada aktivitas yang
sama di masa yang akan datang.
Sebelum itu pengendalian sesudah tindakan juga digunakan sebagai dasar
untuk balas jasa atau untuk memotivasi karyawan. Menurut Hasibuan, jenis-jenis
pengendalian adalah sebagai berikut:
1) Pengendalian karyawan (Personnel control) Pengendalian ini ditujukan
kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan.
2) Pengendalian keuangan (Financial control) Pengendalian ini ditujukan
kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan
pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggarannya.
3) Pengendalian produksi (Production control) Pengendalian ini ditujukan
untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah
sesuai dengan standar atau rencananya.
4) Pengendalian waktu (Time control) Pengendalian ini ditujukan kepada
pengguna waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu
pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5) Pengendalian teknis (Technical control) Pengendalian ini ditujukan
kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan
teknis pelaksanaan.

10
6) Pengendalian kebijaksanaan (Policy control) Pengendalian ini ditujukan
untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-kebijaksanaan
organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan.
7) Pengendalian penjualan (Sales control) Pengendalian ini ditujukan untuk
mengetahui, apalah produksi atau jasa yang dihasilkan terjual sesuai
dengan target yang ditetapkan.
8) Pengendalian inventaris (Inventory control) Pengendalian ini ditujukan
untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau
ada yang hilang.
9) Pengendalian pemeliharaan (Maintenance control) Pengendalian ini
ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan
kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa
kerusakannya, apa masih dapat diperbaiki atau tidak.

2.4 Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian


Proses pengendalian merupakan serangkaian aktivitas yang saling terkait, tidak
bersifat linear dan bukan serangkaian aktivitas satu arah, tetapi merupakan aktivitas yang
interaktif, yang memantau pelaksanaan kinerja aktual sesuai dengan standar kinerja yang
seharusnya dicapai. Menurut George and Jones (2006: 497), terdapat empat langkah dalam
proses pengendalian yaitu sebagai berikut:

1. Pada langkah pertama, pemimpin mengkualitaskan standar kinerja, sasaran, atau


target yang di masa mendatang akan dipergunakan untuk mengevaluasi kinerja dari

11
organisasi

12
secara keseluruhan atau bagian dari organisasi misalnya: bagian, divisi, fungsi, seksi,
unit kerja, atau individual. Standar kinerja dibuat untuk dijadikan ukuran, seperti
untuk mengukur efisiensi, kualitas, responsivitas terhadap pelanggan, dan inovasi.
2. Langkah kedua, mengukur kinerja yang sebenarnya. Dalam praktik, pemimpin dapat
mengukur atau mengevaluasi dua hal, yaitu: (a). Keluaran nyata sebagai hasil dari
perilaku para anggota, disebut pengendalian keluaran (output control); dan (b).
Perilaku itu sendiri, disebut pengendalian perilaku.
3. Langkah ketiga, pemimpin mengevaluasi apakah kinerja yang sebenarnya
menyimpang dari standar kinerja yang telah ditetapkan dan sampai seberapa jauh
penyimpangan terjadi. Apabila kinerja lebih tinggi dari yang diharapkan, pemimpin
mungkin mengkualitaskan bahwa standar kinerja yang ditetapkan terlalu rendah dan
mungkin akan meningkatkannya pada periode berikutnya guna memberikan tantangan
bagi bawahannya. Tetapi jika kinerja terlalu rendah dan standar tidak tercapai, atau
jika standar terlalu tinggi sehingga pegawai tidak bisa mencapainya, maka pemimpin
harus meningkatkan kualitas apakah akan melakukan tindakan korektif. Tindakan
korektif mudah dilakukan kalau penyebab dari kinerja yang kurang baik itu bisa
dikenali.
4. Langkah keempat, mengevaluasi hasil dan melakukan tindakan koreksi jika standar
tidak tercapai. Pemimpin dapat belajar banyak selama tahap ini. Jika pemimpin
memutuskan bahwa kinerja tidak bisa diterima, maka mereka harus berusaha
memecahkan masalah tersebut. Kadangkala, masalah kinerja timbul karena standar
yang ditetapkan terlalu tinggi. Dengan menetapkan standar yang lebih realistis, akan
mengurangi celah antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan.

2.5 Kualitas Sistem Pengendalian yang Efektif


Perencanaan strategis dibuat agar organisasi dapat mencapai tujuannya. Saat
implementasi atas rencana strategis yang telah dibuat, organisasi membutuhkan sistem
pengendalian untuk memastikan aktivitas operasional berjalan sesuai rencana. Pada kondisi
inilah akan terlihat kualitas dari sistem pengendalian, apakah efektif atau tidak. Karena,
sistem pengendalian yang efektif akan dapat membatasi penyimpangan dari rencana strategis.
Selain itu, juga memastikan bahwa kegiatan organisasi mematuhi segala aturan yang ada.
Menurut Markgraf, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas dari sistem
pengendalian yang efektif, yaitu;
1. Information Quality

13
2. Planning

14
3. Flexibility
4. Objectivity
5. Economics

1) Information Quality
Faktor kunci dalam efektivitas sistem pengendalian adalah kualitas informasi
yang diterimanya. Sistem pengendalian yang baik mendapatkan informasi yang akurat
dan terbaru. Informasi ini diperoleh dari titik di mana operasi menghasilkannya,
seperti angka penjualan berdasarkan faktur dan pengiriman berdasarkan slip. Hal ini
memberikan waktu manajemen untuk mengevaluasi masalah dan mengambil tindakan
korektif, sehingga informasi tersebut harus terbaru. Dalam banyak kasus, sistem
pengendalian dapat memasok data secara real time, tetapi sistem masih harus
memproses banyak data keuangan, dan hal ini seringkali menyebabkan penundaan.
2) Planning
Informasi sistem pengendalian yang masih mentah, tidak akan bermanfaat
bagi manajemen kecuali jika terdapat perbandingan dengan tolok ukur dan target yang
ditetapkan. Karena itu, perlu integrasi yang kuat antara sistem pengendalian dengan
proses perencanaan. Apabila rencana strategis memerlukan tingkat kualitas tertentu
yang ditentukan oleh hasil pengujian, sistem pengendalian harus mampu melacak
hasil tes tersebut. Pada kondisi ini, fokus sistem pengendalian harus sesuai dengan
fokus rencana strategis.
3) Flexibility
Sistem pengendalian yang efektif sangat fleksibel. Hal ini berarti bahwa
sistem harus memiliki keseluruhan kemampuan akuisisi data dan pemrosesan data
yang manajemen dapat sesuaikan dengan perubahan kondisi. Apabila data yang
dikumpulkan dari satu sumber tidak lagi mencerminkan situasi aktual, maka
manajemen harus dapat mengidentifikasi sumber data lain yang lebih baik dan
mengadaptasi sistem untuk dapat menyesuaikannya. Dalam kasus seperti itu, sistem
harus dapat menerima proses bisnis baru yang memungkinkan pengendalian
manajemen di area aktivitas baru.
4) Objectivity
Manajer harus dapat membuat keputusan dan bertindak berdasarkan hasil
sistem pengendalian. Mereka dapat melakukannya dengan kredibel dan membuat
keputusannya diterima oleh organisasi, karena keputusan diambil berdasarkan data

15
yang objektif dan evaluasi. Untuk mencapai objektivitas seperti itu, sistem
pengendalian harus transparan dan mengukur parameter yang relevan dengan bisnis.
Sistem pengendalian paling efektif yaitu saat hasilnya dapat mengindikasi jenis
tindakan korektif yang diperlukan.
5) Economics
Biaya sistem pengendalian harus dibandingkan dengan bisnis yang
dikendalikan. Manfaat yang diharapkan dan penghematan biaya yang dihasilkan dari
implementasi dan penggunaan sistem pengendalian harus sejalan dengan biaya
pemasangan dan pengoperasian sistem. Tujuan dari sistem ini adalah untuk
mengurangi biaya tak terduga dan mencapai tujuan kompetitif, disamping
pertimbangan terhadap sistem pengendalian yang terlalu mahal dan dapat
meningkatkan biaya dan mengurangi daya saing. (Bert Markgraf)

Ciri - Ciri Pengendalian yang Efektif


1) Ketepatan, sebuah sistem pengendalian yang menghasilkan informasi yang tidak tepat
dapat membuat manjemen lupa mengambil tindakan manakala seharusnya bertindak
atau menanggapi suatu masalah yang sebetulnya tidak ada.
2) Tepat waktu, pengendalian seharusnya menggugah perhatian para manajer terhadap
penyimpangan tepat pada waktunya guna mencegah akibat serius terhadap kinerja
sebuah unit.
3) Hemat, sebuah sistem pengendalian harus hemat dalam penerapannya , dan harus bisa
memberikan manfaat dalam kaitannya dengan biaya yang ditimbulkannya.
4) Fleksibel, bisa menyesuaikan dengan perubahan yang tidak bersahabat atau untuk
memanfaatkan peluang baru,
5) Bisa dipahami oleh para penggunanya.
6) Kriteria (standar) yang masuk akal, bisa dicapai karena bila kriteria itu terlampau
tinggi atau tidak masuk akal, maka tidak akan lagi memotivasi.
7) Penempatan yang strategis, para manajer tidak mungkin mengendalikan segala
sesuatu yang berlangsung dalam organisasi seandainya mampu memanfaatkannya
tidak akan dapat menutupi biayanya.
8) Tekanan pada perkecualian, para manajer yang tidak mampu mengendalikan semua
kegiatannya, seharus menempatkan alat pengendali strategis ditempat dimana alat itu
dapat meminta perhatian hanya bagi perkecualian.

16
9) Multikriteria, para manajer dan karyawan akan berusaha untuk "tampil bagus" pada
kriteria yang dikendalikan. Multi kriteria mempunyai dampak positif ganda , karena
lebih sulit dimanipulasi ketimbang kriteria tunggal. Kriteria tersebut dapat
mengurangi usaha untuk sekedar tampil "bagus", juga karena kinerja jarang dapat
dinilai secara objektif dari satu indikator saja, multi kriteria memungkinkan penilaian
kinerja yang lebih akurat.
10) Tindakan koreksi, sebuah sistem pengendalian yang efektif bukan saja menunjukkan
kapan terjadi penyimpangan yang berarti dari standar , melainkan juga menyarankan
tindakan apa yang harus diambil untuk membetulkan penyimpangan tadi. (Handoko,
T Hani, 2015)

2.6 Alat Bantu Pengendalian Manajerial


A. Management by Exception (MBE)
Management by Exception atau prinsip pengecualian, memungkinkan manajer
untuk mengarahkan perhatiannya pada bidang-bidang pengendalian yang pa•ling kritis dan
mempersilahkan para karyawan atau tingkatan mana•jemen rendah untuk menangani variasi-
variasi rutin. Hal ini dapat dipraktekkan oleh manajer-manajer penjualan, produksi, keuangan,
personalia, pembelian, pengendalian mutu, dan bidang-bidang fungsional lainnya. Bahkan
manajer-manajer lini pertama dapat mempergunakan prinsip ini dalam pengendalian harian
me•reka.
Pengendalian yang ditujukan pada terjadinya kekecualian ini mu•rah, tetapi
penyimpangan baru dapat diketahui setelah kegiatan ter•laksana. Biasanya pengendalian ini
dipergunakan untuk operasi-operasi organisasi yang bersifat otomatis dan rutin (Dykaandrian.
2017).
Contoh:
Seorang manajer menentukan bahwa jumlah produksi Susu Bantal Real Good dalam
sehari harus ada 50.000 bungkus sampai 75.000 bungkus. Karena suatu waktu dimana saat
kapasitas tenaga kerja lebih banyak bekerja (lembur) maka jumlah produksi Susu Bantal Real
Good meningkat drastis menjadi 94.000 bungkus hari itu. Maka saatnya MBE beraksi.
Manajer memikirkan dan mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh kelebihan
produksi(Ignapblogz. 2016).
Keputusan yang dapat diambil antara lain:
1. Menyimpan sisa produksi susu bantal di gudang untuk persediaan stock.
2. Menjual kepada agen atau eceran terdekat dengan harga yang terjangkau.

17
3. Mempromosikan untuk penjualan sebagai hadiah atau sampel.
Manajer harus memperhitungkan beberapa hal dalam mengambil keputusan
:
1. Manajer tidak membuang waktu memantau aktivitas yang berlangsung secara
normal
2. Keputusan dapat lebih terfokus pada hal hal yang lebih memerlukan perhatian.
3. Perhatian dipusatkan pada peluang-peluang maupun hal hal yang berjalan
B. Management Information System
Sistem informasi manajemen atau management-information system memainkan
peranan penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perencanaan dan pengendalian
dengan efektif. MIS dapat didefinisikan sebagai suatu metoda formal pengadaan dan
penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu
untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memung•kinkan fungsi fungsi
perencanaan, pengendalian dan operasional orga•nisasi dilaksanakan secara efektif. MIS
adalah sistem pengadaan, pemrosesan, penyimpanan dan penyebaran informasi yang
direncana•kan agar keputusan-keputusan manajemen yang efektif dapat dibuat. Sistem
menyediakan informasi waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang serta kejadian-
kejadian di dalam dan di luar organisasi.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama, yaitu :
1) Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah,
2) Tahap desain konseptual,
3) Tahap desain terperinci, dan
4) Tahap implemen•tasi akhir.
5 Hal yang Harus Diperhatikan untuk Memastikan MIS Berjalan dengan baik:
1) Mengikut sertakan pemakai (unsur) ke dalam tim perancang.
2) Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem.
3) Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi lebih dari• pada
pertimbangan kuantitas belaka.
4) Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.
5) Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para
operator dan pemakai sistem.
Konsep MIS berhubungan sangat erat dengan teknologi kompu•ter, yang mencakup
kapasitas komputer, program dan bahasa pro•gram, terminal jarak jauh, diskette, dan lain-
lainnya. Organisasi mungkin mempunyai MIS tanpa komputer, tetapi sistem akan

18
kehi•langan sebagian "keampuhannya" tanpa bantuan komputer. Jadi, pada dasarnya
MIS membantu

19
manajemen melalui penyediaan persona•lia yang tepat dengan jumlah yang tepat dari informasi
yang tepat pula pada waktu yang tepat. (Dykaandrian. 2017)
Contoh:
Sistem Informasi Manajemen Rumah sakit adalah sebuah sistem komputerisasi yang
memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara
tepat dan tepat. sistem informasi rumah sakit umumnya mencakup masalah klinikas (media),
pasien dan informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan rumah sakit itu sendiri.
(Ignapblogz. 2016)

2.7 Berbagai Teknik dan Metode Pengendalian


Metode-metode pengendalian bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian yakni
pengendalian non-kuantitatif dan pengendalian kuantitatif.
A. Pengendalian Non-kuantitatif
Pengendalian non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat
digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik
yang sering digunakan adalah:
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan
untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi. Misalnya
suatu perusahaan sedang memproduksi barang, maka staff pengawas akan
melakukan pengamatan mulai proses pembuatan dan hingga barang tersebut
siap dijual. Melalui kegiatan pengamatan tersebut, staff pengawas tersebut
akan tahu, apakah proses yang diamati sesuai prosedur atau tidak.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic
dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi. Contohnya
staff pengawasan melakukan inspeksi terhadap barang yang diproduksi apakah
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Mulai dari ukuran, berat , dll. Dari
inspeksi yang dilakukan, perusahaan menjadi lebih tahu secara detail tentang
barang yang diproduksi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan
informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari
bawahan dengan relatif lebih cepat. Misalnya pegawai melaporkan kualitas
barang yang dihasilkan kepada atasannya secara lisan dan tertulis. Dari hasil

20
laporan tersebut, atasannya dapat memberikan perintah selanjutnya tentang
bagaimana dan apa yang semestinya dilakukan oleh pegawai tersebut.
4) Evaluasi pelaksanaan. Evaluasi merupakan suatu penilaian akhir dari suatu
kegiatan dan tindakan apa yang selanjutnya diambil. Misalnya dalam sebulan
perusahaan memperoleh keuntungan penjualan yang cukup banyak. Maka
evaluasi yang dilakukan adalah bagaimana cara mempertahankan hal tersebut
serta cara meningkatkannya.
5) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan.
Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada
dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama. Misalnya seorang pegawai
mengalami masalah di bidang pemasaran. Agar solusinya terpecahkan, maka
diskusi dengan atasan atau manajer akan menjadi solusi yang baik.
B. Pengendalian kuantitatif
1) Anggaran
Anggaran dalam organisasi adalah rencana keuangan yang
menguraikan bagaimana dana pada periode waktu tertentu akan dibelanjakan
maupun bagaimana dana tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan
laporan resmi mengenai sumber-sumber keuangan yang telah disediakan
untuk membiayai pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang
ditetapkan. Disamping sebagai rencana keuangan, anggaran juga merupakan
alat pengendalian.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program
pengendalian organisasi. Pengendalian anggaran atau Budgetary Control itu
sendiri merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu
anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan
membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
Contoh penerapan anggaran dalam pengendalian kuantitatif adalah
pemilik modal memberikan anggaran sebesar Rp 10.000.000 kepada
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya selama 2 bulan. Melalui anggaran
tersebut, pemilik modal dapat melihat apakah modal yang awalnya sudah
ditetapkan bersama oleh pemilik modal dan perusahaan dapat digunakan
dengan baik oleh perusahaan. Setelah perusahaan menjalankan bisnisnya dan
perusahaan mengatakan bahwa ternyata modal yang diberikan kurang, maka
dapat dikatakan bahwa di dalam perusahaan tersebut terjadinya korupsi.

21
2) Audit
Metode pengawasan efektif lainnya adalah dengan menggunakan
pemeriksaan akuntan (auditing), yaitu suatu proses sistematik untuk
memperoleh bukti secara objektif tentang pernyataan-pernyataan berbagai
kejadian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, dan penyampaian hasil-hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan. Contohnya adalah audit memeriksa laporan laba rugi suatu
perusahaan untuk mengetahui apakah benar perusahaan mengalami
keuntungan atau malah mengalami kerugian.
Alat pengawasan ini dapat dibagi menjadi dua kategori :
a. Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian,
rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
b. Eksternal Audit
Tujuan : menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan
dilaksanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis break-even
Analisa “break-even” adalah peralatan yang berguna untuk
menjelaskan hubungan biaya, volume, dan laba. Analisis ini menggunakan
konsep yang sama seperti dalam penyiapan anggaran variabel. Analisa break-
even menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk
menentukan pada volume berapa (penjualan atau produksi) agar biaya total
sama dengan penghasilan total sehingga perusahaan tidak mengalami laba atau
rugi. Contohnya adalah perusahaan ingin mengetahui bagaimana hubungan
antara banyaknya penjualan dan keuntungan yang didapat melalui analisis
break even, perusahaan dapat mengetahui hubungan tersebut.
Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses
menghasilkan informasi yang meringkas posisi finansial dari organisasi
dengan menghitung rasio yang didasarkan pada berbagai ukuran finansial
yang muncul pada neraca dan neraca rugi-laba organisasi.

22
Menyangkut dua jenis perbandingan:
a. Membandingkan rasio saat ini dengan rasio-rasio di masa lalu
b. Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain
yang sejenis
Contohnya adalah perusahaan ingin membandingkan laba yang
diperoleh pada periode yang sebelumnya dengan sekarang. Dengan melakukan
perbandingan, perusahaan akan tahu apakah perusahaan mengalami kemajuan
atau kemunduran. Sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya
untuk di periode yang akan datang.
4) Bagan dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan,
seperti :
a. Bagan Ganti
Bagan yang mempunyai keluaran di satu sumbu dan satuan
waktu di sumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang
direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan
antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
Contohnya adalah perusahaan membuat bagan tentang proyek
yang dikerjakan. Dari bagan manajer dapat melihat apakah suatu
proyek sedang dikerjakan, telah selesai, atau belum dikerjakan.
b. Program Evaluation and Review Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengendalian
proyek-proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan-
kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan
dibatasi oleh waktu.

23
STUDI KASUS

Sistem Pengendalian Internal dalam Mitigasi Fraud Orderan Transportasi Berbasis


Online Pada PT. GOJEK Makassar

Gojek merupakan salah satu badan usaha yang mengkonsentrasikan bidang usahanya
di sektor industri jasa transportasi yaitu layanan ojek online. Gojek mulai beroperasi di
Makassar pada tahun 2015, ojek banyak digunakan oleh penduduk kota-kota besar seperti di
Kota Makassar karena kelebihannya dengan angkutan lain yaitu lebih cepat dan dapat
melewati sela-sela kemacetan kota. Selanjutnya berkembang menjadi beberapa pilihan fitur
yang dapat digunakan oleh pengguna aplikasi ini. Semakin berkembangnya fitur-fitur ini
semakin menambah banyaknya driver. Sejalan dengan itu semakin banyak juga masalah yang
dihadapi oleh Gojek. Kemudahan, kenyamanan dan kecanggihan sistem tersebut membuat
Gojek unggul, namun juga memiliki kelemahan sehingga dapat memicu terjadinya fraud oleh
beberapa oknum.
Mitigasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko kecurangan
atau fraud dalam suatu sistem baik dalam lembaga maupun perusahaan. Dalam Gojek,
seorang driver dituntut untuk menjaga kejujuran dan kebenaran dalam dirinya. Driver
dilarang mengambil suatu tambahan dari modal pokok tanpa adanya imbalan pengganti
(kompensasi). Hal ini dapat memicu terjadinya fraud orderan. Beberapa bentuk fraud yang
dipergunakan oleh driver Gojek Makassar adalah fake GPS, orderan fiktif, dan pasang titik
dengan menggunakan lebih dari satu handphone. Dengan adanya kecenderungan tersebut
maka menjadi salah satu dasar bahwa pengendalian internal dalam rangka mengatasi fraud
orderan yang terjadi di lapangan perlu segera ditangani oleh perusahaan agar citra dan
kelangsungan transportasi berbasis online tetap baik dalam pandangan masyarakat. Secara
umum kecurangan mempunyai tiga sifat seperti tekanan atau pressure, peluang atau
opportunity, dan rasionalisasi atau rationalization. Teori ini dihubungkan dengan
pengendalian internal yang dilakukan pada Gojek sehingga dapat mengidentifikasi bentuk
kecurangan yang terjadi. Teori fraud triangle digunakan untuk mengidentifikasi situasi atau
keadaan yang membuat terjadinya fraud dalam suatu organisasi atau perusahaan. Gojek juga
harus tetap mengawasi aktivitas seorang driver sehingga tidak terjadi kecurangan. Jika
perusahaan menemukan fraud orderan yang terjadi maka sistem pengendalian internal yang
diterapkan Gojek ada 2 cara yang saling berkaitan antara lain:
1. Aplikasi untuk mendeteksi kecurangan yang terjadi di Gojek Makassar.

24
2. Driver akan suspend ketika sudah terdeteksi di aplikasi perusahaan yang
melakukan fraud orderan.
Adapun aplikasi yang digunakan oleh perusahaan Gojek untuk mengetahui tindakan
kecurangan driver Gojek, yaitu Mixpanel, Tableau, Database dan Suspend. Berikut
penjelasan mengenai aplikasi yang digunakan sebagai alat pengendalian internal perusahaan:
a. Mixpanel adalah sebuah aplikasi untuk memperoleh keuntungan besar dari bisnis
online, mengoptimalkan situs web dengan menggunakan alat pengujian A/B, terhadap
bagaimana pengunjung berinteraksi. Aplikasi ini menjadi salah satu bentuk
pengendalian internal dengan mengurangi opportunity (peluang) dengan mengontrol
semua interaksi antara driver dan customer. Opportunity (Peluang) merupakan situasi
atau kondisi yang memungkinkan terjadinya kecurangan.
b. Tableau adalah salah satu perangkat lunak dengan fungsi modern bisnis. Tableau
sendiri memiliki kemampuan untuk melakukan analisa data secara komprehensif dan
mengubahnya dalam bentuk grafik yang sangat diperlukan perusahaan. Gojek
menggunakan aplikasi ini untuk mendeteksi tindak fraud orderan dengan
menampilkan data dalam bentuk grafik. Adanya transaksi yang tidak wajar terjadi
akan dapat terlihat pada grafik tersebut.
c. Database merupakan penggunaan teknologi dalam sebuah perusahaan, institusi
ataupun organisasi mempunyai peranan penting guna mencapai tujuan. Penggunaan
database yang baik pada perusahaan retail misalnya,mampu membantu seorang tim
pengendalian ketika mencari data driver yang terdeteksi melakukan kecurangan.
Database merupakan salah satu bentuk pengendalian internal dalam bentuk
Organizational structure.
d. Suspend yaitu sistem aplikasi yang dapat membekukan akun driver Gojek secara
otomatis pada operasional harinya. Pihak Gojek menerapkan sistem suspend terhadap
para driver Gojek guna mencegah fraud atau ketidakwajaran dalam setiap transaksi
aplikasi Gojek.
Berbagai alat pengendalian internal yang digunakan oleh PT Gojek merupakan salah
satu contoh dari jenis pengendalian karyawan dan jenis pengendalian teknis. Termasuk jenis
pengendalian karyawan karena ditujukan kepada hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
karyawan, seperti adanya database dalam suatu perusahaan juga dapat memudahkan seorang
pimpinan untuk memonitoring setiap karyawan yang ada dan mengetahui skill setiap anggota
yang ada dalam perusahaannya. Database dapat mempermudah untuk mengetahui data diri

25
driver Gojek. Kemudian, termasuk jenis pengendalian teknis karena pengendalian ditujukan
kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis
pelaksanaan.

Sumber studi kasus:


Yasmi, Y., Cahyadi, M., & Aulia, A. B. R. (2021). Sistem Pengendalian Internal Dalam
Mitigasi Fraud Orderan Transportasi Berbasis Online Pada PT. Gojek Makassar.
Accounting, Accountability, and Organization System (AAOS) Journal, 2(2), 160-178.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengendalian adalah proses mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing),
dan mengoreksi (correcting) kinerja. Pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu
sistem pengendalian umpan balik, sistem pengendalian umpan maju, dan sistem pengendalian
pencegahan, dimana sistem-sistem tersebut memiliki kriterianya masing-masing. Terdapat
empat langkah dalam proses pengendalian yakni mengkualitaskan standar kinerja, sasaran,
atau target di masa mendatang; mengukur kinerja yang sebenarnya; mengevaluasi kinerja:
dan mengevaluasi hasil dan melakukan tindakan koreksi. Menurut Markgraf, hal-hal yang
mempengaruhi kualitas dari sistem pengendalian yaitu information quality, planning,
flexibility, objectivity, dan economics. Selanjutnya, alat bantu pengendalian manajerial dibagi
menjadi management by exception (MBE) dan management information system, serta dalam
pengendalian terdapat berbagai teknik dan metode yang bisa dikelompokkan ke dalam dua
bagian yakni pengendalian non-kuantitatif dan pengendalian kuantitatif.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dykaandrian. 2017. Pengantar Manajemen 10 : Fungsi Pengawasan dan Pengendalian.


URL:https://dykaandrian.blogspot.com/2014/12/pengantar-manajemen-9-fungsi-
pengawasan.html diakses pada 22 Mei 2022

Handoko, T. Hani. 2015. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE

Ignapblogz. 2016. Pengendalian Manajemen. diakses pada 22 Mei 2022, dari


https://ngurahobelixs.blogspot.com/2016/05/pengendalian-manajemen.html#

Nafisah, J. (2017). ANALISIS PENGENDALIAN KARYAWAN DALAM MENINGKATKAN


DISIPLIN KERJA PADA PABRIK ROTI AL-HANA BESITO GEBOG KUDUS
(Doctoral dissertation, STAIN Kudus).

Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2010. Manajemen Edisi ke-10 Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga

Sugiyanto, E. (2016). Pengendalian Dalam Organisasi. Jakarta Selatan: LPU-UNAS. Tersedia


pada http://repository.unas.ac.id/16/1/Pengendalian-Dalam-Organisasi.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai