KASUS 9. Pasien 65 tahun di rawat inap dengan diagnosa gagal ginjal kronik, DM tipe 2 dan pneumonia. Pasien memiliki riwayat
asma. Pasien segera dipindahkan ke ICU karena GCS pasien E2M3V3. Pasien diberikan injeksi Meropenem, Lasix, Gentamisin, Insulin
Glargine kombinasi Aspart, injeksi Natrium bikarbonat, injeksi kalsium glukonas, dan injeksi ranitidin. Dokter meminta farmasi
klinik untuk melakukan therapeutic drug monitoring. Dari hasil terlihat bahwa pasien mengalami ketoksikan karena kadar obat di
dalam plasma melebihi MTC. Pasien saat ini masih dalam keadaan E2M3V3
RINCIAN PORTOFOLIO
A. KONSEP ASUHAN Pendekatan yang holistik dalam pengelolaan obat dan pasien. Dalam kasus, pasien 65 tahun dengan diagnosa gagal ginjal kronik,
KEFARMASIAN DM tipe 2, pneumonia, riwayat asma, dan ketoksikan obat, peran farmasis sangat penting dalam memastikan penggunaan obat
yang aman dan efektif.
RINCIAN PORTOFOLIO
- Dispnea
MONITORING
RENCANA MONITORING EFEKTIVITAS (SERTAI RENCANA MONITORING EFEK SAMPING MONITORING FARMAKOKINETIK KLINIK
DENGAN TANDA FISIK DAN PARAMETER
LABORATORIUM YANG AKAN DIMONITOR)
• Lanjutkan TDM secara berkala untuk memastikan Pada pasien ini juga ditemukan terdapat ulkus yang
Albuminuria* bahwa kadar obat dalam plasma tetap dalam mengarahkan pada diagnosis ulkus diabetikum.
- Kelainan sedimen urin kisaran terapeutik yang aman. Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi
- Elektrolit dan kelainan lain akibat kelainan • Terus berkoordinasi dengan tim medis yang kronik DM berupa luka terbuka pada permukaan
tubulus merawat pasien untuk memantau respons kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan
- Kelainan terdeteksi secara histologi terhadap perawatan dan memperbaiki dosis obat setempat. Ulkus DM merupakan komplikasi
- Kelainan struktural terdeteksi oleh secara berkala. makroangiopati yang terjadi berupa penyempitan
pencitraan dan penyumbatan pembuluh darah yang
- Riwayat transplantasi ginjal menyebabkan iskemi dan ulkus.
FORM PORTOFOLIO PEMBELAJARAN FARMASI KLINIK apt. Emy Oktaviani, M.Clin.Pharm.
Selama proses konseling dan edukasi, pastikan untuk berkomunikasi dengan bahasa
yang mudah dimengerti oleh pasien dan keluarganya, serta pastikan bahwa mereka
memahami informasi yang diberikan. Edukasi adalah bagian penting dalam perawatan
pasien, terutama dalam situasi medis yang kompleks seperti ini.
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM secara holistic.
Memberikan Edukasi perawatan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan
ulkus maupun
neuropati perifer dan peripheral arterial disease (PAD)
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air.
2. Periksa kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,
RENCANA KONSELING/EDUKASI kemerahan, atau luka.
(TULISKAN KONSELING/EDUKASI TERKAIT NON FARMAKOLOGI DAN 3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya.
FARMAKOLOGI) 4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim
pelembab pada kulit kaki yang kering.
5. Potong kuku secara teratur.
6. Keringkan kaki dan sela ʹ sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar
mandi.
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada
ujung -ujung jari kaki.
8. Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur.
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus.
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi.
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk
menghangatkan kaki.
Protein
1. Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein
FORM PORTOFOLIO PEMBELAJARAN FARMASI KLINIK apt. Emy Oktaviani, M.Clin.Pharm.
menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65%
diantaranya bernilai biologik tinggi.
2. Pasien DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein menjadi 1 -1,2
g/kg BB perhari.
3. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
Sumber bahan makanan protein dengan kandungan saturated fatty acid
(SAFA) yang tinggi seperti daging sapi, daging babi, daging kambing dan
produk hewani olahan sebaiknya dikurangi untuk dikonsumsi.
• HbA1c saat diperiksa t 7.5% dan sudah menggunakan satu atau dua obat
• antidiabetes
• HbA1c saat diperiksa > 9%
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Krisis hiperglikemia
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark miokard akut, stroke)
• Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
• dengan perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
• Kondisi perioperatif sesuai dengan indikasi
• Jenis dan Lama Kerja Insulin
• Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 6 jenis :
• Insulin kerja cepat (Rapid-acting insulin)
• Insulin kerja pendek (Short-acting insulin)
• Insulin kerja menengah (Intermediate-acting insulin)
FORM PORTOFOLIO PEMBELAJARAN FARMASI KLINIK apt. Emy Oktaviani, M.Clin.Pharm.
Manfaat lain dari kombinasi insulin basal dengan GLP-1 RA adalah rendahnya
risiko hipoglikemia dan mengurangi potensi peningkatan berat badan.
Keuntungan pemberian secara terpisah adalah pengaturan dosis yang
fleksibel dan terhindar dari kemungkinan interaksi obat, namun pasien kurang nyaman
karena harus menyuntikkan 2 obat sehingga dapat
menurunkan tingkat kepatuhan pasien. Ko-formulasi rasio tetap insulin dan
GLP-1 RA yang tersedia saat ini adalah IdegLira, ko-formulasi antara insulin
degludeg dengan liraglutide dan IGlarLixi, ko-formulasi antara insulin glargine
dan lixisenitide.
PEDOMAN :
Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia 2021 (Hal
15)
Plan :
• Hentikan atau kurangi dosis obat yang menyebabkan ketoksikan.
• Kolaborasi terus dengan tim medis dan ahli farmasi klinis untuk
mengoptimalkan perawatan dan menghindari komplikasi lebih
lanjut.
Golongan Obat Nama Obat Regimen Dosis Mekanisme Kerja Efek Samping yang Kontraindikasi
(Generik) (Dosis dan Interval) mungkin terjadi
Meropenem Antibiotik beta- Antibiotik beta- Mekanisme kerja Mungkin termasuk Digunakan untuk
laktam laktam Meropenem serupa diare, mual, muntah, mengobati infeksi
dengan antibiotik dan reaksi alergi. bakteri yang berat,
beta-laktam lainnya, termasuk
seperti penisilin dan pneumonia.
sefalosporin, tetapi
Meropenem memiliki
keunggulan dalam
spektrum
aktivitasnya yang
lebih luas dan
FORM PORTOFOLIO PEMBELAJARAN FARMASI KLINIK apt. Emy Oktaviani, M.Clin.Pharm.
stabilitas terhadap
enzim yang
menghancurkan
beberapa antibiotik
beta-laktam.
Lasix Diuretik Diberikan secara oral Penggunaan Lasix Dapat menyebabkan Digunakan untuk
(Furosemide) atau intravena sesuai harus selalu sesuai penurunan kadar mengurangi retensi
petunjuk dokter. dengan resep dokter kalium, dehidrasi, cairan dalam kasus
dan dalam dosis yang atau gangguan gagal ginjal atau
ditentukan. Diuretik elektrolit lainnya. kondisi yang
seperti Lasix dapat menyebabkan
mempengaruhi penumpukan cairan.
keseimbangan
elektrolit dalam
tubuh, seperti
natrium, kalium, dan
magnesium, sehingga
pemantauan medis
yang cermat
diperlukan selama
pengobatan.
Gentamisin Antibiotik Diberikan secara Gentamisin adalah Dapat menyebabkan Digunakan untuk
aminoglikosida intravena atau antibiotik yang kerusakan ginjal atau mengobati infeksi
intramuskular oleh sangat kuat dan pendengaran, serta bakteri yang serius.
tenaga medis. hanya digunakan efek samping lainnya.
dalam situasi yang
serius ketika bakteri
penyebab infeksi
telah terbukti rentan
terhadap obat ini.
Insulin Glargine Insulin Diberikan sebagai Mekanisme Efek samping dapat Digunakan untuk
kombinasi suntikan subkutan penggunaan obat ini meliputi mengendalikan
Aspart oleh pasien sesuai terkait dengan hipoglikemia (kadar kadar glukosa darah
petunjuk dokter. pengendalian kadar glukosa darah pada pasien dengan
glukosa darah pada rendah). diabetes tipe 2.
pasien dengan
FORM PORTOFOLIO PEMBELAJARAN FARMASI KLINIK apt. Emy Oktaviani, M.Clin.Pharm.