Materi
Materi
Keanekaragaman budaya, suku bangsa, dan agama di Indonesia telah menjadi ciri khas yang unik dan
menjadi sumber kekuatan sosial bagi bangsa ini. Dalam konteks ini, penting untuk menghargai
keanekaragaman sebagai aset yang berharga dan memanfaatkannya sebagai daya tarik yang
mempersatukan masyarakat.
Dalam upaya menjaga keberagaman ini, sikap saling menghormati, toleransi, dan kesadaran akan
persatuan menjadi kunci utama. Dengan memahami dan menghargai perbedaan, masyarakat
Indonesia dapat membangun hubungan yang harmonis antara kelompok etnis, agama, dan budaya
yang berbeda.
Selain itu, keanekaragaman juga menjadi sumber kekuatan ekonomi dan pariwisata. Budaya yang
beragam, tradisi yang unik, dan keindahan alam Indonesia menjadi daya tarik bagi wisatawan baik
domestik maupun internasional. Pengembangan industri kreatif, seni, dan kerajinan tradisional juga
dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Untuk memanfaatkan keanekaragaman sebagai sumber kekuatan sosial, diperlukan upaya yang
berkelanjutan dalam pendidikan, promosi budaya, dan kesetaraan hak bagi semua warga negara.
Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat secara keseluruhan harus bekerja sama
untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan membangun pemahaman yang kuat tentang
pentingnya keberagaman sebagai kekuatan sosial.
Dengan menghargai keanekaragaman bangsa Indonesia, kita dapat memperkuat persatuan dan
kesatuan, memperluas wawasan, dan menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan maju.
Keberagaman adalah harta yang berharga bagi bangsa ini, dan dengan memanfaatkannya dengan
bijak, kita dapat mewujudkan potensi yang besar bagi kemajuan Indonesia.
BAHASA INGGRIS
The diversity of culture, ethnic groups, and religions in Indonesia has been a unique characteristic
and a source of social strength for the nation. In this context, it is important to appreciate diversity as
a valuable asset and harness it as a unifying force for the society.
In order to preserve this diversity, attitudes of mutual respect, tolerance, and awareness of unity are
crucial. By understanding and appreciating differences, the Indonesian people can build harmonious
relationships among different ethnic, religious, and cultural groups.
Furthermore, diversity serves as a source of economic and tourism strength. The diverse culture,
unique traditions, and natural beauty of Indonesia attract both domestic and international tourists.
The development of creative industries, arts, and traditional crafts also provides economic benefits
for the community.
To harness diversity as a source of social strength, continuous efforts in education, cultural
promotion, and equal rights for all citizens are necessary. The government, non-governmental
organizations, and society as a whole must work together to create an inclusive environment and
foster a strong understanding of the importance of diversity as a social strength.
By appreciating the diversity of the Indonesian nation, we can strengthen unity, broaden
perspectives, and create a just, harmonious, and progressive society. Diversity is a precious treasure
for this nation, and by wisely harnessing it, we can unlock great potential for the progress of
Indonesia.
PENDAHULUAN
Setiap manusia lahir di dunia selalu mempunyai perbedaan, tidak ada dua orang yang sama persis di
dunia ini, meskipun mereka kembar identik sekalipun. Perbedaan ini meliputi beberapa aspek, baik
secara fisik, agama. suku, golongan sosial ekonomi, ataupun perbedaan lain yang menyangkut
gagasan, selera, keinginan dan sebagainya. Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak
pulau dan lautan yang sangat luas. Terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, bahasa daerah, adat
istiadat, agama dan kepercayan, ras, warna kulit, dan peradaban yang berbeda. Hal tersebut
menunjukkan bahwa negara kita banyak perbedaan dan keragaman. Adanya. perbedaan dan
keragaman bangsa Indonesia akan menjadi modal dasar pembangunan bangsa kita sendiri, apabila
masyarakat dapat saling menghormati perbedaan dan keragaman tersebut. Sebaliknya jika
masyarakat Indonesia tidak mau saling menghargai dan menghormati adanya perbedaan dan
keragaman tersebut, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah. Misalnya: perkelahian antar
suku, kekerasan. pelecehan, penghinaan dan sebagainya.
Mengatur masyarakat yang kesemuanya mempunyai perbedaan tersendiri dalam berbagai hal tentu
saja menjadi hal yang lebih sulit jika dibandingkan dengan mengatur atau mengurus masyarakat
memiliki kehendak, ciri, adat istiadat yang sama. Maka pemahaman tentang sosial budaya ini
menjadi sangat penting dalam konteks 1) Proses pembangunan yang sedang berlangsung terus
menerus menimbulkan dampak positif dan dampak negatif berupa terjadinya pergeseran nilai
budaya sehingga dengan sendirinya mental manusia terkena pengaruhnya. 2). Akibat lebih jauh dari
pembenturan nilai budaya ini ialah timbulnya konflik dalam kehidupan. 3). Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan
konflik dengan tata nilai budayanya. Ilmu-ilmu sosial social scince, bertujuan untuk mengkaji
keteraturan- keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Sedangkan Pengetahuan
budaya the humanities bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang
bersifat manusiawi. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humanus yang
artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang
akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Syarat terwujudnya masyarakat multikultural adalah apabila warganya dapat hidup berdampingan,
tolerans dan saling menghargai. Nilai-nilai tersebut harus dijadikan pedoman untuk bertindak, baik
dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun tindakan individual. Di antara prinsip mendasar dari
demokrasi yang patut dikembangkan di Indonesia adalah kesetaraan derajat individu, kebebasan,
toleransi terhadap perbedaan, konflik dan konsensus, hukum yang adil dan beradab serta
perikemanusiaan. Kebudayaan Indonesia secara sempit dapat didefinisikan sebagai seluruh
kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia pada tahun 1945.
Kebudayaan Indonesia juga terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti
kebudayaan bangsa besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan Eropa, kebudayaan
India dan kebudayaan Arab. Selain itu juga dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan teknologi
yang sangat pesat saat ini. Toleransi merupakan kemampuan dan kerelaan untuk menerima segala
bentuk perbedaan identitas pihak lain secara penuh. Jika setiap anggota masyarakat memiliki sikap
toleransi yang tinggi maka diharapkan akan terwujud kerukunan dalam masyarakat tersebut.
Kerukunan dalam kehidupan dapat mencakup 4 hal, yaitu: kerukunan dalam rumah tangga
kerukunan dalam beragama: kerulaman dalam masyarakat; dan kerukunan dalam berbudaya.
Bentuk-bentuk kerukunan tersebut mustahil akan terwujud di negara yang sangat luas dengan
berbagai macam suku, ras bahasa, dan agama seperti NKRI tanpa adanya peran serta dan kontribusi
dari seluruh elemen dan lapisan masyarakat.
PLAGIASI
Setiap individu yang dilahirkan di dunia memiliki perbedaan yang unik, bahkan bagi mereka yang
kembar identik. Perbedaan ini meliputi berbagai aspek, termasuk fisik, agama, suku, golongan sosial
ekonomi, serta perbedaan dalam gagasan, selera, dan keinginan. Negara Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari banyak pulau dan lautan yang luas, dengan beragam suku bangsa, bahasa
daerah, adat istiadat, agama, kepercayaan, ras, warna kulit, dan peradaban yang berbeda.
Keragaman ini menunjukkan bahwa negara kita kaya akan perbedaan dan keragaman. Adanya
perbedaan dan keragaman bangsa Indonesia dapat menjadi modal dasar pembangunan bangsa,
asalkan masyarakat saling menghormati perbedaan dan keragaman tersebut. Namun, jika
masyarakat tidak menghargai perbedaan dan keragaman tersebut, maka berbagai masalah seperti
konflik antar suku, kekerasan, pelecehan, dan penghinaan dapat timbul.
Mengatur masyarakat yang memiliki perbedaan dalam berbagai hal menjadi lebih sulit dibandingkan
dengan mengatur masyarakat yang memiliki kesamaan. Oleh karena itu, pemahaman tentang sosial
budaya sangat penting dalam konteks pembangunan yang terus berlangsung. Proses pembangunan
dapat menimbulkan dampak positif dan negatif, termasuk pergeseran nilai budaya yang
mempengaruhi mental manusia. Konflik dapat timbul akibat pertentangan nilai budaya ini, dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat menyebabkan konflik dengan nilai budaya
yang ada. Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk memahami hubungan antarmanusia, sedangkan
pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami kenyataan manusiawi. Dengan mempelajari
bidang humaniora, seseorang dapat menjadi lebih manusiawi, berbudaya, dan halus.
Keragaman atau kemajemukan adalah kenyataan yang tak terhindarkan dalam kehidupan
masyarakat. Keragaman ini dapat menjadi sumber berbagai manfaat, namun juga dapat menjadi
pemicu konflik jika tidak dikelola dengan baik. Keanekaragaman di Indonesia menimbulkan
pertanyaan apakah hal tersebut dapat mengancam disintegrasi bangsa. Beberapa pendapat
menyebutkan bahwa keanekaragaman masyarakat pada akhirnya dapat menghasilkan perilaku
konflik antar kelompok etnis dan kekuasaan yang berperan sebagai pemersatu utama dalam
masyarakat. Indonesia, dengan struktur sosial yang kompleks, sering menghadapi konflik antar etnis,
kesenjangan sosial, dan kesulitan dalam mencapai integrasi yang permanen. Apakah Anda setuju
dengan pandangan ini?
Untuk mewujudkan masyarakat multikultural, penting bagi warganya untuk hidup berdampingan,
toleran, dan saling menghargai. Prinsip demokrasi seperti kesetaraan individu, kebebasan, toleransi
terhadap perbedaan, penyelesaian konflik, hukum yang adil, dan perikemanusiaan harus dijadikan
pedoman dalam bertindak, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun individual.
Kebudayaan Indonesia mencakup kebudayaan lokal sebelum terbentuknya Bangsa Indonesia, serta
pengaruh dari kebudayaan besar lainnya seperti Tionghoa, Eropa, India, dan Arab. Toleransi adalah
kemampuan dan kesediaan untuk menerima perbedaan identitas pihak lain secara penuh. Dengan
tingginya tingkat toleransi dalam masyarakat, diharapkan kerukunan dapat terwujud dalam rumah
tangga, kehidupan beragama, masyarakat, dan berbudaya. Untuk mewujudkan kerukunan dalam
negara yang luas dengan berbagai suku, ras, bahasa, dan agama seperti Indonesia, partisipasi dan
kontribusi dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena penelitian kualitatif dapat
menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan yang terdiri dari perilaku yang
dapat diamati (Moleong, 2013, hlm. 57). Pendekatan living lab yang berfokus pada masyarakat
umum diidentifikasi sebagai strategi terbaik. Dalam living lab, para ahli dan akademisi bertindak
sebagai perancang sistem, pemangku kepentingan dan masyarakat lokal bertindak sebagai regulator
dan pelaksana, dan masyarakat atau netizen bertindak sebagai evaluator. Dalam mengumpulkan data
yang mendukung penelitian ini, metode yang dipilih oleh peneliti adalah observasi mendalam selama
lima bulan di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang valid. Peneliti juga menggunakan
pengumpulan data menggunakan penelitian sebelumnya yang relevan dengan objek penelitian,
dengan menggunakan penelitian ini akan dapat mencapai hasil yang valid. Fase analisis data
mengacu pada prosedur Milles dan Habermas, termasuk pengumpulan data, reduksi data, tampilan
data, dan verifikasi data.
fokus perhatian.
kemajemukan tersebut.
PLAGIASI
Indonesia, dengan keberagaman budaya, agama, suku, dan bahasa yang dimilikinya, dianggap
sebagai salah satu negara dengan masyarakat multikultural. Keanekaragaman bisa menjadi berkah
jika dikelola dengan baik, karena menjadi keunikan dan kekuatan. Namun, pluralitas seperti itu juga
dapat menimbulkan tantangan jika tidak dihadapi dengan bijak dan hati-hati, yang berpotensi
menyebabkan perpecahan dan konflik yang mengancam keharmonisan sosial.
Keragaman budaya adalah peristiwa alami yang terjadi akibat pertemuan berbagai perbedaan
budaya di suatu tempat. Setiap individu dan kelompok etnis membawa perilaku budaya mereka
masing-masing dan memiliki cara hidup yang khas. Konsep multikulturalisme berbeda dengan konsep
lintas budaya, seperti yang terlihat dalam beragam pengalaman budaya di Amerika, di mana berbagai
budaya hidup berdampingan dalam satu negara. Dalam konsep multikulturalisme, perbedaan
individu mencakup makna yang lebih luas, sedangkan dalam konsep lintas budaya, perhatian utama
adalah perbedaan etnis.
Muzhar, seperti yang dikutip dalam Darlis (2017), melihat multikulturalisme sebagai gagasan,
pandangan, kebijakan, pendekatan, dan tindakan yang diambil oleh masyarakat yang majemuk dari
segi etnis, budaya, agama, dan aspek lainnya dalam sebuah negara. Namun, penting juga untuk
memiliki aspirasi untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan kebanggaan dalam
mempertahankan keragaman tersebut.
Indonesia, with its cultural diversity, religions, ethnicities, and languages, is considered one of the
nations with a multicultural society. Diversity can be a blessing if well-managed, as it becomes a
uniqueness and strength. However, such plurality can also pose challenges if not approached wisely
and thoughtfully, potentially leading to division and conflicts that undermine social harmony.
Cultural diversity is a natural occurrence resulting from the encounter of various cultural differences
in one place. Each individual and ethnic group brings their own cultural behaviors and distinctive
ways of life. The concept of multiculturalism differs from the concept of cross-cultural experiences, as
seen in the diverse cultural experiences in America, where various cultures coexist within one nation.
In the concept of multiculturalism, individual differences encompass a broad range of meanings,
whereas in the concept of cross-culturalism, ethnic differences become the focal point of attention.
Multiculturalism, linguistically speaking, can be understood as the belief in many cultures. Culture is
understood as an ideology and a means to achieve the highest degree of humanity. Therefore, it is
important to view culture functionally and operationally within social institutions. Descriptive
multiculturalism refers to the social reality reflecting pluralism, while normative multiculturalism
relates to moral foundations, such as the moral bond among citizens within a nation or country to
collectively pursue agreed-upon goals. It appears that normative multiculturalism is now being
developed in Indonesia.
manusia yang sama. Persamaan dan perbedaan pada diri manusia dengan
diri saya Sunda setelah saya mengeliminasi perbedaan saya yang berasal
dari Garut dengan orang Sunda lain yang berasal dari wilayah Tasikmalaya.
karenanya, bagi mereka identitas memiliki karakter yang tetap dan tidak
akan berubah seiring ruang dan waktu. Identitas Sunda sudah ada sejak
zaman azali dan tidak akan berubah hingga dunia ini kiamat.
mengapa ada orang yang dengan mudah berganti identitas. Lebih dari itu,
cair dan dapat berubah seiring ruang dan waktu (Foucault, 1970). Sebab
sejarah. Saya seorang Sunda, tetapi dengan mudah saya bisa menghilangkan
kesundaan saya dan beralih menjadi identitas Indonesia. Hari ini saya bisa
menjadi Muhammadiyah.
dengan mulus. Selalu saja ada gesekan antara satu identitas dengan identitas
publik. Terlebih dia tampail mewakili identitas tertentu. Dia akan merasa
Oleh karena itu, dari sudut dimensi sosial, akar keragaman terletak
PLAGIASI
Namun, meskipun ada keterbatasan dalam panca indera, akal, dan bahasa yang menjadi dasar dari
keragaman, itu tidak berarti menghapus persamaan. Karena keragaman hanya mungkin terjadi ketika
ada persamaan. Apa yang dianggap berbeda hanya terjadi karena adanya bagian-bagian tertentu dari
kesamaan dalam keheningan manusia yang sama. Persamaan dan perbedaan pada manusia terlihat
dalam dimensi sosial. Interaksi antar manusia dalam lingkungan sosial melahirkan berbagai
persamaan dan perbedaan.
Interaksi yang menghasilkan perbedaan dan persamaan pada akhirnya membentuk kelompok-
kelompok mulai dari yang kecil (keluarga) hingga yang terbesar (bangsa). Persamaan-persamaan yang
teridentifikasi dalam kelompok ini dikenal sebagai identitas. Proses identifikasi ini terjadi setelah
mengeliminasi perbedaan-perbedaan yang ada. Misalnya, setelah mengeliminasi perbedaan antara
saya yang berasal dari Garut dengan orang Sunda lain yang berasal dari wilayah Tasikmalaya, saya
mengidentifikasi diri saya sebagai orang Sunda. Dan begitu seterusnya, hingga mencapai identitas
transnasional, seperti agama. Saya merasakan identitas yang sama dengan warga Muslim Palestina
karena kita teridentifikasi dengan merujuk pada kitab suci yang sama, yaitu Al-Quran.
Proses identifikasi diri ini sering kali terjadi dengan sendirinya. Tidak perlu merenung terlalu lama
untuk menyimpulkan bahwa saya adalah orang Sunda. Identifikasi ini terjadi di bawah sadar. Oleh
karena itu, timbul perdebatan tentang asal-usul identitas. Beberapa pemikir meyakini bahwa
keragaman identitas ini adalah anugerah Ilahi. Identitas terbentuk seiring Tuhan menciptakan
manusia. Oleh karena itu, bagi mereka, identitas memiliki karakteristik yang tetap dan tidak akan
berubah seiring waktu dan tempat. Identitas Sunda sudah ada sejak zaman azali dan tidak akan
berubah hingga akhir dunia.
Pandangan bahwa identitas sebagai suatu pemberian tidak dapat menjelaskan mengapa ada orang
yang dengan mudah mengubah identitas. Lebih dari itu, terkadang satu identitas menghilang
sementara identitas lain muncul. Michel Foucault berpendapat bahwa identitas pada dasarnya
adalah cair dan dapat berubah seiring waktu dan tempat. Identitas merupakan hasil pembentukan
manusia melalui interaksi sepanjang sejarah. Saya bisa saja seorang Sunda, tetapi dengan mudah
saya dapat menghilangkan identitas Sunda dan beralih menjadi identitas Indonesia. Hari ini saya bisa
mengidentifikasi diri saya sebagai anggota NU, dan lain waktu saya bisa berubah menjadi anggota
Muhammadiyah.
Namun, keragaman identitas di ruang publik tidak berkembang dengan lancar. Selalu ada konflik
antara satu identitas dengan identitas lainnya. Konflik ini dipicu oleh faktor kekuasaan. Ketika
seseorang mewakili identitas tertentu di ruang publik, keinginan untuk berkuasa tidak dapat
dihindari. Dia akan merasa berhak lebih menentukan aturan main daripada identitas lainnya.
Akibatnya, identitas tertentu dapat mengekang atau mengabaikan identitas lainnya. Dalam konteks
ini, muncul istilah politik identitas.
Awalnya, politik identitas adalah gerakan mahasiswa di Amerika pada tahun 1960-an yang bertujuan
untuk melawan penindasan ekonomi dan rasial (Ma'arif, 2010). Gerakan mahasiswa berjuang untuk
hak-hak kelompok ekonomi dan ras tertentu yang terpinggirkan, terutama warga Afro-Amerika.
Tujuan mereka adalah bagaimana kelompok kedua dapat tampil setara dengan kelompok lain di
ruang publik.
Kemudian, politik identitas tidak hanya menjadi dasar gerakan Marxis, tetapi juga muncul identitas
berdasarkan faktor sosial, budaya, dan agama. Pertumbuhan populasi Muslim di Eropa dan Amerika
mendorong perkembangan politik identitas di sana. Menurut Buya Syafi'i, sebagian besar penduduk
Muslim sulit beradaptasi dengan budaya setempat. Mereka yang kurang terdidik kesulitan
menghadapi perbedaan identitas yang ada. Mereka meyakini bahwa kelompok lain harus dihapus
demi keberadaan kelompok mereka di ruang publik. Dampak yang paling nyata adalah tindakan bom
bunuh diri yang menewaskan banyak orang di Madrid, Inggris, dan Amerika.
Oleh karena itu, dari perspektif dimensi sosial, akar dari keragaman terletak pada bagaimana
identitas tampil di ruang publik yang sering kali menimbulkan konflik. Inilah mengapa pengetahuan
tentang keragaman secara artifisial tidak selalu sejalan dengan harmoni dalam lingkungan sosial.
Sebaliknya, perbedaan identitas lebih sering muncul dengan konflik dan bahkan kekerasan.
INDONESIA SEBAGAI NEGARA MULTIKULTURAL
Asy’arie (dalam Mahfud, 2005: 103) mengatakan bahwa “multikulturalisme adalah kearifan untuk
kehidupan masyarakat.
persatuan bangsa”.
PLAGIASI
Indonesia adalah negara yang multikultural dengan beragam budaya, ras, suku, agama, dan golongan
yang menjadi kekayaan tak ternilai bagi bangsa Indonesia. Selo Soemardjan menyatakan bahwa saat
Republik Indonesia didirikan berdasarkan Pancasila, para pemimpin kita menyadari bahwa di tanah
air kita terdapat beragam kebudayaan yang masing-masing terwadahi dalam suku-suku tertentu.
Realitas ini tidak bisa diabaikan dan harus diakui secara rasional.
Para pendiri bangsa menyadari bahwa keragaman yang dimiliki bangsa merupakan realitas yang
harus dijaga keberadaannya dalam persatuan dan kesatuan. Keragaman adalah sesuatu yang wajar
jika disadari dan dihayati, dan harus dihadapi dengan toleransi. Keragaman ini tumbuh dan
berkembang selama ratusan tahun sebagai warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Hefner
menjelaskan bahwa pluralisme budaya di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura sangat mencolok dan hanya beberapa wilayah di dunia yang memiliki pluralisme budaya
seperti itu. Oleh karena itu, wilayah ini, terutama Indonesia, dianggap sebagai "lokus klasik" bagi
konsep masyarakat majemuk yang diperkenalkan ke dunia Barat oleh JS Furnivall.
Pandangan Hefner bahwa Indonesia merupakan "lokus klasik" bagi konsep masyarakat majemuk
bukanlah sesuatu yang berlebihan. Ini terlihat dari keberagaman yang dimiliki Indonesia sebagai
bangsa yang unik, di mana hanya beberapa wilayah di dunia yang diberkahi dengan keistimewaan ini.
Konsep multikulturalisme adalah telaah tentang keberagaman suatu bangsa. Banyak ahli
berpendapat bahwa konsep multikulturalisme pada dasarnya adalah konsep harmoni dalam
keragaman budaya yang tumbuh seiring dengan kesetaraan di antara budaya yang berbeda. Harmoni
ini menuntut setiap individu untuk menghargai budaya individu lain yang hidup dalam komunitasnya.
Dalam masyarakat multikultural, setiap individu dan masyarakat memiliki kebutuhan untuk diakui
secara sosial, yang melibatkan politik pengakuan tertentu. Multikulturalisme dapat diartikan sebagai
keberagaman atau perbedaan dalam kebudayaan antara satu dengan yang lain.
Menurut Bhiku Parekh, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai
komunitas budaya dengan perbedaan konsepsi dunia, sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial,
sejarah, adat, dan kebiasaan mereka. Pendapat ini sejalan dengan pandangan Musa Asy'arie yang
menyatakan bahwa multikulturalisme adalah kearifan untuk melihat keberagaman budaya sebagai
realitas fundamental dalam kehidupan berkomunitas. Kebijaksanaan akan tumbuh jika seseorang
membuka diri untuk hidup bersama dengan menganggap keragaman plural sebagai bagian alami dari
kehidupan. Kebijaksanaan dapat berkembang baik dalam kehidupan individu yang multidimensional
maupun dalam masyarakat yang lebih kompleks. Oleh karena itu, ada kesadaran bahwa
keberagaman dalam dinamika kehidupan adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak, diingkari, atau
dimusnahkan.
Multikulturalisme adalah landasan budaya yang terkait dengan pencapaian keadaban, yang sangat
penting bagi terwujudnya demokrasi yang berkeadaban dan keadaban yang demokratis. Dalam
konteks ini, kebudayaan Indonesia merupakan puncak dari masing-masing suku bangsa yang
memperkuat solidaritas nasional. Solidaritas nasional terbentuk melalui keadaban yang tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Dengan mencapai keadaban dalam masyarakat, solidaritas nasional akan terbentuk. Pengembangan
wawasan multikultural sebagaimana telah dijelaskan di atas harus ditanamkan dalam kehidupan
masyarakat yang majemuk. Jika tidak, kemajemukan akan menyebabkan perpecahan dan konflik.
Sebagai bangsa yang multikultural, Indonesia harus mengembangkan wawasan multikultural ini
dalam semua aspek kehidupan yang harmonis. Kemajemukan juga dapat menjadi bencana bagi
bangsa Indonesia jika tidak diatasi, karena dapat menyebabkan konflik yang mengganggu dan
mengancam persatuan bangsa.
memicu konflik masal. Hal ini sangat rentan terjadi pada masyarakat Indonesia yang dihadapkan
pada
multikultur.
dan tangguh.
bermanfaat bagi diri sendiri bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut agar
keanekaragaman.8.
sama, mereka juga harus tetap diberi ruang dan kesempatan untuk
mampu melihat dirinya, serta dilihat oleh masyarakat lainnya yang sama-
sama merupakan warganegara Indonesia. Dengan demikian, membangun dirinya, membangun tanah
leluhurnya, berarti juga membangun bangsa
dan tanah air tanpa merasakannya sebagai beban, namun karena ikatan
PLAGIASI
1.
Keadaan multikultural Indonesia sangat tergantung pada cara masyarakat Indonesia menghadapinya.
Keadaan ini dapat diarahkan menjadi kekayaan dan kekuatan bangsa, tetapi juga dapat menjadi
penyebab perpecahan dan konflik dalam masyarakat. Banyak pakar yang tertarik mengamati
kemajemukan bangsa Indonesia, dan berbagai pandangan muncul dalam menyikapi identitas
Indonesia dan keadaannya yang multikultur. Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah suatu
kenyataan yang tidak bisa disangkal, dan satu-satunya cara bagi bangsa ini adalah dengan komitmen
yang kuat untuk merawat keragaman sebagai suatu potensi dan tidak mentolerir tindakan yang dapat
menghancurkan masyarakat majemuk.
Potensi konflik dalam masyarakat multikultur sangat mungkin terjadi jika perbedaan dilihat sebagai
pemisah dan menimbulkan perasaan "kita vs mereka". Masyarakat yang hidup dalam keadaan
multikultur selama ribuan tahun tidak kebal terhadap kemungkinan gesekan konflik etnis, budaya,
agama, sosial, politik, dan ekonomi. Pengalaman hidup dalam perbedaan yang lama ternyata tidak
cukup untuk menumbuhkan kebanggaan akan perbedaan dan melihatnya sebagai kekayaan bangsa.
Dalam menghadapi hal tersebut, pembentukan masyarakat multikultural Indonesia yang sehat tidak
dapat dianggap enteng atau dicoba-coba. Hal ini harus dilakukan secara sistematis, programatis,
terintegrasi, dan berkelanjutan. Salah satu strategi penting adalah pendidikan multikultural, baik
dalam setting pendidikan formal maupun informal.
Keragaman sebagai anugerah Tuhan tidak terlepas dari tantangan yang sering muncul dalam
kehidupan masyarakat. Menghadapi perbedaan dengan intoleransi, memperdebatkan perbedaan,
mempertentangkan orang lain yang berbeda dengan kita, dan bahkan melakukan tindakan kekerasan
yang memicu konflik massa, merupakan masalah yang rentan terjadi di masyarakat Indonesia yang
dihadapkan pada perubahan dan kebebasan era globalisasi. Suatu masyarakat yang didasarkan pada
keragaman yang luas sulit untuk tetap bersatu kecuali jika anggota masyarakat itu menghargai
keragaman itu sendiri dan ingin hidup dalam sebuah negara dengan berbagai bentuk keanggotaan
budaya dan politik.
Konflik bernuansa SARA yang terjadi belakangan ini banyak dipicu oleh tindakan intoleran
sekelompok orang yang kemudian diperluas ke kelompok yang lebih luas dengan menggunakan latar
belakang ras, suku, agama, dan budaya sebagai dalihnya. Kesadaran untuk hidup secara damai sesuai
dengan makna Bhineka Tunggal Ika mulai memudar. Egoisme individu atau sekelompok orang
kemudian berkembang menjadi ego kelompok dan memicu konflik besar yang membawa bencana
bagi semua pihak yang terlibat maupun yang tidak terlibat.
Namun, tantangan keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia juga memiliki potensi untuk menjadi
sumber daya yang baik, bukan bibit konflik. Falsafah lima jari adalah contoh sederhana optimisme
terhadap perbedaan yang dapat menjadi potensi besar untuk menyelesaikan tugas apa pun. Untuk
mewujudkan hal ini, masyarakat harus memiliki pandangan yang kuat tentang persatuan dan
kesatuan. Pilar-pilar kebangsaan Indonesia, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan
NKRI, perlu diimplementasikan secara fungsional dalam semua aspek kehidupan berkomunitas dan
bernegara. Kebijakan dan kesadaran masyarakat adalah kunci untuk menciptakan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sejahtera, harmonis, damai, saling menghormati, dan demokratis
dalam menghadapi globalisasi yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa untuk
mencapai stabilitas nasional yang kuat.
Peran kebijakan harus didukung oleh kesadaran masyarakat agar kesejahteraan berbangsa dan
bernegara dapat terwujud. Jika ini sudah disadari bersama, konflik yang bernuansa SARA dalam
masyarakat dapat diatasi dan bahkan diubah menjadi peluang untuk hidup saling melindungi dalam
keharmonisan. Persinggungan unsur-unsur SARA secara positif diharapkan dapat meningkatkan
kualitas hidup masing-masing unsur dan bermanfaat bagi individu maupun kelompok.
2.
Dalam konteks ini, ratusan suku bangsa di Indonesia perlu dilihat sebagai aset negara karena
pemahaman mereka terhadap lingkungan alam, tradisi, dan potensi budaya yang dimiliki. Semua ini
perlu dimanfaatkan untuk pembangunan nasional. Namun, setiap suku bangsa juga memiliki
hambatan budayanya sendiri, yang berbeda antara satu suku bangsa dengan yang lain. Oleh karena
itu, tugas negara adalah memahami dan mengatasi hambatan budaya masing-masing suku bangsa,
serta memberi dorongan dan peluang bagi munculnya potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.
Banyak pembahasan tentang bangsa Indonesia menekankan ciri pluralistik kita dan pentingnya
pemahaman tentang masyarakat Indonesia sebagai masyarakat multikultural. Hal ini menekankan
pentingnya memberikan kesempatan bagi perkembangan masyarakat multikultural tersebut, di mana
setiap kelompok harus diakui haknya untuk mengembangkan diri melalui kebudayaan mereka di
daerah asal nenek moyang mereka.
Pertahankan dan kembangkan kebudayaan lokal agar terhindar dari hambatan. Unsur-unsur budaya
lokal yang bermanfaat perlu dikembangkan lebih lanjut agar menjadi bagian dari kebudayaan
nasional dan memperkaya unsur-unsur kebudayaan bangsa. Namun, sebagai kaum profesional
Indonesia, tugas utama kita adalah mentransformasikan keragaman multikultural menjadi aset dan
sumber kekuatan bangsa, menciptakan sinergi nasional, dan memperkuat gerak konvergensi.
Oleh karena itu, meskipun masyarakat multikultural harus dihargai dalam potensi dan hak mereka
untuk mengembangkan diri melalui kebudayaan mereka di tanah kelahiran mereka, mereka juga
harus diberikan ruang dan kesempatan untuk melihat diri mereka sendiri, serta dilihat oleh
masyarakat lain yang juga merupakan warga negara Indonesia. Dengan demikian, membangun diri
mereka sendiri dan membangun tanah kelahiran mereka juga berarti membangun bangsa dan negara
tanpa merasakannya sebagai beban, melainkan sebagai ikatan kebersamaan dan kerjasama.
lebih baik”.
PLAGIASI
Keberagaman budaya di Indonesia, termasuk perbedaan ras, agama, bahasa, dan golongan politik,
mengiringi kehidupan masyarakat dan saling melengkapi satu sama lain. Semua keberagaman ini
diwujudkan dalam ideologi bersama, yaitu Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Persatuan bangsa
Indonesia dikembangkan berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika dengan memajukan pergaulan demi
kesatuan dan persatuan. Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebuah slogan, tetapi juga menjadi
pemersatu bangsa Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika sebagai kunci dan pemersatu keragaman bangsa Indonesia adalah ciri
persatuan bangsa dalam negara multikultur. Kesadaran akan keragaman ini terwujud dalam Soempah
Pemoeda tahun 1928 yang berkeindonesiaan yang kuat. Bhinneka Tunggal Ika adalah kalimat bijak
yang dipegang dan dijadikan pedoman dalam masyarakat. Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam
lambang negara Garuda Pancasila dan berarti berbagai keragaman etnis, agama, adat-istiadat,
bahasa daerah, dan budaya yang menyatu menjadi satu kesatuan tanah air, satu bangsa, dan satu
bahasa Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika memiliki kekuatan besar untuk mempersatukan perbedaan. Namun, hal ini
harus didukung oleh kesadaran masyarakat Indonesia untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan nyata dalam kerangka persatuan tanah air. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan dalam
lembaga negara Republik Indonesia yang berarti "meskipun berbeda-beda, tetap satu". Bangunan
wawasan ke-Indonesia-an adalah upaya bersama untuk menciptakan kesatuan dari keragaman yang
disepakati, yaitu Indonesia.
Peristilahan Bhinneka Tunggal Ika dalam bahasa Jawa mengandung makna bahwa meskipun
berbeda-beda, kita adalah saudara yang saling memiliki, menghargai, dan menjaga satu sama lain.
Bhinneka Tunggal Ika memberikan pelajaran agar penduduk Indonesia menyadari diri mereka sebagai
satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa, dan satu tujuan nasional untuk menciptakan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila sebagai asas dan pedoman utama.
Kesadaran akan perbedaan harus dihadapi seperti tubuh manusia yang ketika satu bagian sakit,
bagian lainnya ikut merasakan. Keragaman masyarakat meningkatkan mutu hidup, memperkaya
pengalaman, dan memperluas sumber daya budaya. Bhinneka Tunggal Ika adalah hasil kesadaran
akan keragaman tersebut. Bangsa Indonesia telah menyadari keragaman etnis, multietnis, dan
multiagama sejak lama. Sasanti Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis dalam lambang negara Garuda
Pancasila harus diwujudkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia dengan lebih baik.
Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna persaudaraan atau perseduluran dan perlu disosialisasikan
kepada seluruh rakyat melalui berbagai lembaga, baik pemerintah, swasta, sosial kemasyarakatan,
keagamaan, maupun kepemudaan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang rukun,
damai, aman, toleran, saling menghormati, bekerjasama, dan bergotong-royong dalam rangka
persatuan dan kesatuan bangsa.
PEMBAHASAN
Menghargai keanekaragaman bangsa Indonesia sebagai sumber kekuatan sosial adalah prinsip
penting yang mengakui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, budaya, bahasa, dan
tradisi yang berbeda. Keanekaragaman ini menjadi aset berharga yang dapat memperkaya
masyarakat Indonesia dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sosial, politik, dan
ekonomi negara.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai menghargai keanekaragaman bangsa Indonesia sebagai
sumber kekuatan sosial:
4. Kerja sama dan Toleransi: Keanekaragaman bangsa Indonesia dapat menjadi sumber kekuatan
sosial melalui kerja sama dan toleransi antar kelompok. Kolaborasi dan pengertian antar kelompok
yang berbeda membantu membangun hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan. Ini juga
menciptakan iklim yang kondusif untuk perdamaian, stabilitas, dan pembangunan yang
berkelanjutan.
5. Daya Saing dan Inovasi: Keanekaragaman budaya dan etnis juga dapat memberikan kontribusi
dalam bidang ekonomi dan inovasi. Adanya perspektif yang beragam dapat memicu kreativitas,
menghasilkan ide-ide baru, dan memperkaya gagasan dalam berbagai sektor. Ketika orang-orang dari
berbagai latar belakang berkumpul dan berkolaborasi, mereka dapat menciptakan solusi yang lebih
baik dan menghadapi tantangan dengan cara yang inovatif.
Menghargai keanekaragaman bangsa Indonesia sebagai sumber kekuatan sosial bukan hanya sebuah
tugas individual, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai masyarakat. Dengan saling
menghormati, bekerja sama, dan memanfaatkan keberagaman sebagai aset positif, Indonesia dapat
membangun masyarakat yang inklusif, harmonis, dan berdaya saing.
KESIMPULAN