Anda di halaman 1dari 9

Dwi Mingguan

Calon Guru Penggerak


Adhitya Seiptiariny, S.Pd.

Fasilitator Pengajar Praktik


Sovfan, S.Pd. Mudzakir, S.Pd.
JURNAL REFLEKSI
Dwi Mingguan Modul 2.1

Jurnal Dwi mingguan merupakan salah satu tugas yang


harus dibuat oleh calon guru penggerak pada
pendidikan guru penggerak. Jurnal refleksi dwi
mingguan adalah sebuah tulisan tentang refleksi diri
setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan (upgrading
skill) yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan
yang wajib dilakukan oleh para CGP (Calon Guru
Penggerak).

Modul 2.1 memperlajaran tentang Pembelajaran untuk Memenuhi


Kebutuhan Murid. Jurnal kali ini menggunakan metode 6 topi, dengan
jabaran sebagai berikut :
Topi Putih
Tuliskan informasi sebanyak-banyaknya terkait fakta
Topi Merah
Gambarkan perasaan Anda terkait dengan topik yang dibahas

Topi Kuning
Tuliskan hal-hal positif yang terkait dengan topik yang dibahas
Topi Hitam
Tuliskan kendala, hambatan atau resiko dari tindakan yang dibahas
Topi Hijau
Jabarkan ide-ide yang muncul setelah mengalami peristiwa

Topi Biru
Tarik kesimpulan dan bandingkan dengan tujuan yang ditetapkan
Dwimingguan kelima dari pembelajaran ini saya
mempelajari modul 2.1 tentang Pembelajaran untuk
Memenuhi Kebutuhan Murid.
Modul 2.1 ini dimulai dengan pola MERDEKA yaitu
Mulai Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi,
Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman,
Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata.
Pembelajaran ini menggunakan sistem Sychronus dan
Asynchronus.
Mulai diri dan eksplorasi konsep dilakukan secara
Topi Putih

mandiri.
Pada ruang kolaborasi dilakukan selama 2 (dua) sesi
yaitu Ruang Kolaborasi 1 dan Ruang Kolaborasi 2.
Ruang Kolaborasi 1, kami melakukan diskusi kelompok
tentang permasalahan guru SMP dengan skenario
yang terdapat di LMS, sedangkan Ruang Kolaborasi
2 kami melakukan pemaparan dan berbagi informasi.
Pada Demonstrasi Kontekstual saya membuat
rencana pembelajaran berdiferensiasi secara
mandiri
Pada Elaborasi pemahaman, kami berdiskusi bersama
instruktur tentang bagaimana memenuhi kebutuhan
murid.
Sebelum mempelajari modul 2.1 ini saya
beranggapan bahwa pembelajaran
berdiferensiasi akan sangat sulit untuk
diterapkan di kelas. Saya merasa sangat
penasaran tentang pembelajaran
berdiferensiasi ini. Bagaimana
penerapannya di dalam kelas serta trik-
trik yang dapat dilakukan untuk
Topi Merah

memenuhi kebutuhan pembelajaran murid


dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Setelah mempelajari modul 2.1 ini, saya
merasa senang dan sangat bersyukur
mendapat kesempatan untuk belajar
tentang pembelajaran berdiferensiasi.
Saya semakin faham dan mengerti
tentang pembelajaran berdiferensiasi,
jenisnya serta langkah-langkah
pembelajaran berdiferensiasi
Saya mendapatkan banyak sekali ilmu
dalam pembelajaran kali ini
Saya belajar bagaimana cara memenuhi
kebutuhan murid yang beragam, seperti
kesiapan belajar, kemampuan awal anak,
minat belajar bahkan sampai ke profil
belajar murid.
Saya juga belajar bagaimana strategi
Topi Kuning

diferensiasi yang dapat digunakan dalam


menerapkan pembelajaran berdiferensiasi
ini.
Saya juga belajar bagaimana
mendiferensiasikan assesment sesuat
kebutuhan anak.
Membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yang
lebih untuk menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi. Misalnya menyiapkan metode,
bahan ajar, serta media pembelajaran yang
berbeda yang tentunya membutuhkan waktu
lebih banyak dan tak menutup kemungkinan
dengan biaya yang lebih banyak pula.
Murid belum terbiasa dengan pembelajaran
berdiferensiasi. Hal ini akan membutuhkan
waktu lebih lama, misalnya dalam
Topi Hitam

pembentukan kelompok.
Tidak semua guru paham dan mengerti
tentang pembelajaran berdiferensiasi,
termasuk alur dan juga langkah-langkahnya.
Oleh sebab itu, ini merupakan sebuah
tantangan tersendiri untuk mengajak rekan
sejawat menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi.
Pemetaan tingkat pemahaman siswa dan
minat yang belum terpetakan dengan baik.
Melakukan sosialisasi dengan warga sekolah
khususnya kepada tenaga pendidikan tentang
pembelajaran berdiferensiasi, agar semua pihak
mengerti bahwa pembelajaran berdiferensiasi
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang
bermacam-macam.
Membuat rencana pemetaan kebutuhan belajar
siswa seperti gaya belajar dan minat belajar siswa.
Pemetaan ini diharapkan bisa seobjektif mungkin,
sehingga tujuan pemenuhan kebutuhan belajar
siswa dapat terpenuhi dengan baik.
Topi Hjau

Membuat rencana pemetaan kemampuan siswa


melalui tes diagnostik maupun dengan teknik
observasi lain.
Mempersiapkan sarana pembelajaran , media
pembelajaran, dan juga sumber-sumber belajar
yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran
berdiferensiasi.
Melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat untuk
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi serta
membuat forum diskusi terkait permasalahan-
permasalahan yang dihadapi dalam implementasi
pembelajaran berdiferensiasi.
Setelah mempelajari modul ini, saya berencana
untuk melakukan tes diagnostik menggunakan
kuisioner, menganalisis data yang sudah ada, atau
melakukan wawancara untuk memahami kebutuhan
individu murid di kelas. Saya akan merencanakan
dan mengimplementasikan pembelajaran
berdiferensiasi sesuai dengan kebutuhan mereka.
Saya juga akan aktif berkolaborasi dengan rekan
sejawat yang memiliki pengalaman dalam
pembelajaran berdiferensiasi, serta berusaha
Topi Biru

menggandeng guru produktif untuk menyelaraskan


materi yang dibutuhkan. Dalam praktek sehari-
hari, saya akan mengimplementasikan praktik baik
ini untuk mengutamakan keberpihakan pada murid
dalam lingkungan sekolah.
Terima Kasih
Salam dan bahagia

Anda mungkin juga menyukai