Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AQIDAH AKHLAK

Disusun Oleh Kelompok 6


1. ALYA LUTHFIA
2. FAREL NATHAN KANAYA
3. FERLIN FRANSISKA A.
4. LAILA AULIAN.M
5. NAZLA JENI FARELA
6. RAHMAT NUR HIDAYAT
Kelas:
XI IPA 5
Madrasah Aliyah Negeri 1 Metro
TP : 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat hidayah serta inayah-
nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Aqidah Akhlak dengan sebuah
pembahasan tentang “BIOGRAFI DAN KETELADANAN ABU DZAR AL-GHIFARI”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada guru mata pelajaran aqidah
akhlak yang telah memberikan tugas kepada kelompok 6. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada teman teman yang terlibat dalam pembuatan makalah.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan ide, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan makalah selanjutnya.

Wassalamualaikum wr. wb

Metro, 10 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul .............................................................................................
Kata pengantar ............................................................................................
Daftar isi ......................................................................................................
Keterangan Materi .......................................................................................
1. Biografi Abu Dzar Al-Ghifari
2. Keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari
Penutup ........................................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................................
ABU DZAR AL-GHIFARI
1. Biografi

Nama lengkapnya adalah Jundub bin Junadah bin Sakan bin Sufyan bin Ubaid bin Waqi'ah
bin Haram bin Ghifar bin Malil bin Dhamr bin Bakr bin Abdi Manat bin Kinanah (bahasa Arab:
‫ )ُجندب بن َج نادة‬atau lebih dikenal dengan nama panggilan atau kunyah-nya yaitu Abu Dzar al-
Ghifari atau Abizar al-Ghifari. Ia termasuk sahabat Nabi Muhammad yang paling awal masuk
islam (Assabiqunal Awwalun). Abu Dzar Al-Ghifari wafat di Rabza, sebuah kampung kecil di jalur
jalan kafilah Irak Madinah pada 8 Dzulhijjah 34 Hijriyah.

Abu Dzar sebelum memeluk Islam, beliau dulu adalah seorang perampok yang mewarisi
karir orang tuanya selaku pimpinan besar perampok kafilah yang melaui jalur itu. Teror di
wilayah sekitar jalur perdagangan itu selalu dilakukannya untuk mendapatkan harta dengan
cara mudah. Hidupnya penuh dengan kejahatan dan kekerasan. Siapa pun di tanah Arab masa
itu tahu, jalur perdagangan Mekkah-Syiria dikuasai perampok suku Ghiffar, sukunya.

Namun begitu, hati kecil Abu Dzar sesungguhnya tak menerimanya. Pergolakan batin
membuatnya sangat menyesali perbuatan buruk tersebut. Akhirnya ia melepaskan semua
jabatan dan kekayaan yang dimilikinya. Kaumnya pun diserunya untuk berhenti merampok.
Tindakannya itu menimbulkan amarah sukunya. Abu Dzar akhirnya hijrah ke Nejed bersama ibu
dan saudara laki-lakinya, Anis, dan menetap di kediaman pamannya.

Di tempat ini pun ia tidak lama. Ide-idenya yang revolusioner berkait dengan sikap hidup tak
mengabaikan sesama dan mendistribusikan sebagian harta yang dimiliki, menimbulkan
kebencian orang-orang sesuku. Ia pun diadukan kepada pamannya. Kembali Abu Dzar hijrah ke
kampung dekat Mekkah.

Setelah Abu Dzar kembali dan menetap dekat Mekkah, beliau mendengar kabar dari Anis
tentang kehadiran Rasulullah SAW dengan ajaran Islam dan beliau pun segera menemui
Rasulullah. Melihat ajarannya yang sejalan dengan sikap hidupnya selama ini, akhirnya beliau
pun masuk Islam. Tanpa ragu-ragu, beliau memproklamirkan keislamannya di depan Ka’bah,
saat semua orang masih merahasiakan karena khawatir akan akibatnya. Tentu saja pernyataan
ini menimbulkan amarah warga Mekkah. Beliau pun dipukuli dan hampir saja terbunuh bila
Abbas, paman Rasulullah, tidak melerai dan mengingatkan warga Mekkah bahwa Abu Dzar
adalah warga Ghiffar yang akan menuntut balas jika mereka membunuhnya.

Sejak itu, Abu Dzar menghabiskan hari-harinya untuk mencapai kejayaan Islam. Tugas
pertama yang diembankan Rasul di pundaknya adalah mengajarkan Islam di kalangan sukunya.
Ternyata, bukan hanya ibu dan saudaranya, namun hampir seluruh kaumnya yang suka
merampok pun akhirnya masuk Islam. Sikap hidupnya yang menentang keras segala bentuk
penumpukkan harta, ia sampaikan juga kepada mereka. Namun, tak semua menyukai
tindakannya itu. Di masa Khalifah Utsman, ia mendapat kecaman dari kaum Quraisy, termasuk
salah satu tokohnya, Muawiyah bin Abu Sofyan.

Suatu kali pernah Muawiyah yang kala itu menjadi Gubernur Syiria, mengatur perdebatan
antara Abu Dzar dengan para ahli tentang sikap hidupnya. Tujuannya agar Abu Dzar
membolehkan umat menumpuk kekayaannya. Namun, usaha itu tak menggoyahkan keteguhan
pandangannya. Karena jengkel, Muawiyah melaporkan kepada Khalifah Utsman ihwal Abu Dzar.
Khalifah segera memanggil Abu Dzar. Memenuhi panggilan Khalifah, Abu Dzar mendapat
sambutan hangat di Madinah. Namun, ia pun tak kerasan tinggal di kota Nabi tersebut karena
orang-orang kaya di kota itu pun tak menyukai seruannya utnuk pemerataan kekayaan.
Akhirnya Utsman meminta Abu Dzar meninggalkan Madinah dan tinggal di Rabza, sebuah
kampung kecil di jalur jalan kafilah Irak Madinah.

2. Keteladanan
Abu Dzar Al-Ghifari adalah teladan dalam kezuhudan, kejujuran, ilmu, bahkan amal perbuatan.
Ia seorang yang tegas menyampaikan kebenaran. Tak sedikitpun merasa gentar terhadap
celaan orang lain dalam melaksanakan kewajibannya meski harus menanggung kesulitan.

Abudzar Al Ghifary sangat dikenal sebagai penyayang kaum faqir dan miskin selama hidupnya.
Sikap peduli terhadap kaum faqir dan ini menjadi sikap hidup dan kepribadian Abudzar yang
utama. Kebiasaan penduduk Ghiffar pada masa jahiliyah adalah merampok kafilah-kafilah
dagang yang lewat. Ketika belum masuk Islam, Abudzar sering merampok orang-orang kaya.
Namun hasilnya dibagi-bagikan kepada kaum faqir miskin yang membutuhkan. Setelah masuk
Islam ia sadar bahwa niat berbuat baik harus menggunakan sarana yang baik pula. Prinsip hidup
adalah sesuatu yang harus dipegang dengan istiqomah. Demikian pula dengan Abudzar,
sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di tempat barunya, di Syria.
Namun ia menyaksikan gubernur Muawiyah dan pengikutnya hidup bermegah-megahan. la
memusatkan kekuasaannya dengan bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan
itu mereka telah menumpuk harta secara besar-besaran. Pemahaman egaliter
Abudzarmenyulut massa melawan penguasa dan kaum elit itu. Keteguhan prinsipnya itu
membuat Abudzarbagaikan 'duri dalam daging bagi penguasa setempat. Pada saat Muawiyah
membangun istana hijaunya Al Khizra di Syiria, Abudzar memberikan kritikan, "Kalau Anda
membangun istana ini dari uang negara, berarti Anda telah menyalahgunakan uang negara.
Kalau Anda membangunnya dengan uang Anda sendiri, berarti Anda melakukan israf
(pemborosan)." Muawiyah hanya tertegun dan tidak menjawab peringatanAbudzar itu.
Muawiyah berupaya dengan sungguh-sungguh agar Abudzar tidak meneruskan prinsip-
prinsipnya. Tapi penganut egaliterisme itu tetap pada pendiriannya. Muawiyah lantas mengatur
sebuah diskusi antara Abudzar dan ulama-ulama yang lain. Namun pendapat para ulama lain itu
tidak mempengaruhinya keteguhan hatinya.Muawiyah membatasi rakyat Syria berhubungan
dengan Abudzar. Meskipun demikian, rakyat Syria tetap berbondong-bondong meminta
nasihatnya. Karena tidak dapat mengatasi Abudzar, Muawiyah mengadu kepada khalifah
Usman bin Affan di Madinah. la mengatakan bahwa Abudzar mengajarkan kebencian kelas di
Syria, hal yang dianggapnya dapat membawa akibat yang buruk.

Sikap keberanian dan ketegasan Abudzardalam memegang prinsip ini menjadi inspirasi tokoh-
tokoh besar selanjutnya, seperti Hasan Basri, Ahmad bin Hanbal, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, dan
Ibnu Taimiyah, dan lainnya. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berkata tentang Abudzar: "Saat
ini, tidak ada satu orang pun di dunia, kecuali Abudzar, yang tidak takut kepada lontaran
tuduhan yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan saya sendiri pun bukan yang Regreto
terkecuali."

Hidup dalam Kesederhanaan Keberhasilannya dalam membawa kaum Ghifar masuk Islam, tidak
membuat sahabat Nabi ini sombong. Justru ia hidup dalam kesederhanaan.

Abu Dzar Al-Ghifari ini menjadi keteladanan untuk kita agar tidak sombong terhadap apa yang
sudah kita usahakan. Malah harus terus bersujud kepada Allah. Kesederhanaan Abu Dzar bisa
kita lihat saat suatu hari ada orang yang masuk ke rumahnya. Orang tersebut bertanya, “Di
mana barang-barangmu?” Mendengar pertanyaan tersebut, membuat sahabat Nabi ini
menjawab, “Sudah ku kirimkan ke akhirat”. “Tapi, bukankah kau membutuhkannya”. “Memang,
tapi Allah tidak mengizinkan kami tinggal di sini selamanya”. Apa yang Abu Dzar Al-Ghifari
katakan tersebut juga menjadi keteladanan. Kita tidak boleh terlena dengan kemewahan
duniawi yang fana ini. Hubbud dunya hanya akan menyebabkan kita sengsara.
PENUTUP
Sekian yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini,kami sadar banyak kekurangan dalam
mengerjakan tugas yang diberikan,maka keritik dan saran yang membangun akan sangat kami
hargai untuk menjadikan kami lebih baik lagi dikemudian hari.

Penutup kata kami sampaikan Wassalamu’alaikum Wr.Wb


DAFTAR PUSTAKA

https://www.laduni.id/post/read/80986/biografi-sahabat-abu-dzar-al-ghifari

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Dzar_Al-Ghifari

https://www.harapanrakyat.com/2022/02/keteladanan-abu-dzar-al-ghifari/

Anda mungkin juga menyukai