AGUNG
EDISI 1
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT dr. AGUNG
NOMOR : _____/PDM/RSDA/ /
TENTANG
PANDUAN PENGKAJIAN PASIEN
RUMAH SAKIT dr. AGUNG
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dr. Agung,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap
gugus tugas / unit pelayanan yang ada.
b. Bahwa dalam proses pengobatan pasien yang dilayani di Rumah Sakit
dr. Agung harus diidentifikasi kebutuhannya melalui suatu proses
Pengkajian;
c. Bahwa agar proses pengkajian di Rumah Sakit dr. Agung dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit dr. Agung
sebagai landasan bagi penyelenggaraan proses Pengkajian di Rumah Sakit
dr. Agung ;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a b dan c
perlu ditetapkan Pemberlakuan Panduan Pengkajian Pasien Rumah Sakit dr.
Agung.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4431)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5064)
3. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di Lingkungan
Departemen Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
ii
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/III/2007 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal RS
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Keputusan Direktur Rumah Sakit dr. Agung Tentang Panduan Pengkajian Pasien di
Rumah Sakit dr. Agung.
Kedua : Panduan Pengkajian Pasien di Rumah Sakit dr. Agung sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Mengesahkan Pemberlakuan Panduan Pengkajian Pasien Rumah
Sakit dr. Agung sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Peraturan ini.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Direktur
Rumah Sakit dr. Agung
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
DEFINISI
1. Pengkajian pasien adalah serangkaian proses yang berlangsung sejak dari fase pre-
rumah sakithingga manajemen pasien di rumah sakit, yaitu proses dimana dokter,
perawat, dietisien mengevaluasi data pasien baiksubyektif maupun obyektif untuk
membuat keputusan terkait:Status kesehatan pasien, Kebutuhan perawatan,
Intervensi, Evaluasi
2. Pengkajian tempat kejadian adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh tenaga
medis saat tibadi tempat kejadian.
3. Berdasarkan kapan dilakukannya suatu pengkajian, maka pengkajian terdiri dari
pengkajian awaldan pengkajian ulang.
a. PengkajianAwalPasien Rawat Inapadalah tahap awal dari proses dimana
dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama sejak
pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi pasien dan
dicatat dalam rekam medis.
b. Pengkajian Awal Pasien Rawat Jalanadalah tahap awal dari proses dimana
dokter mengevaluasi data pasien baru rawat jalan.
c. PengkajianUlang Pasienadalah tahap lanjut dari proses dimana dokter, perawat,
dietisien mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan yang
signifikan atas kondisi klinisnya.
4. Berdasarkan jenis pengkajian di rumah sakit, maka pengkajian terdiri dari :
a. Pengkajian medis yaitu pengkajian yang dilakukan oleh dokter dan/atau dokter
gigi yangkompeten.
b. Pengkajian keperawatan yaitu pengkajian yang dilakukan oleh perawat
(termasuk bidan)yang kompeten.
c. Pengkajian yang lain, antara lain :
1) Pengkajian gizi/Pengkajian nutrisional merupakan pengkajian atau
pengkajian untukmengidentifikasi status nutrisi pasien.
2) Pengkajian farmasi merupakan pengkajian atau asuhan untuk
mengidentifikasikebutuhan farmasi (obat atau alkes).
3) Pengkajian fisioterapi merupakan pengkajian untuk menilai kebutuhan
atau statusfungsional pasien.
1
4) Pengkajian nyeri merupakan pengkajian atau pengkajian untuk
mengidentifikasi rasanyeri/sakit pasien.
5) Pengkajian risikojatuh merupakan proses pengkajian awal risiko pasien
jatuh danPengkajian ulang terhadap pasien yang diindikasikan terjadi
perubahan kondisi ataupengobatan.
6) Pengkajian gawat darurat merupakan pengkajian atau pengkajian
terhadap pasiendengan kondisi gawat darurat atau emergensi.
7) Pengkajian khusus yaitu pengkajian individual untuk tipe-tipe pasien atau
populasipasien tertentu yang didasari atas karakteristik yang unik, yaitu
pada pasien-pasien :neonatus, anak, remaja, wanitadalam proses melahirkan,
ginekologi, pasien dengan kebutuhan untuk P3 (Perencanaan Pemulangan
Pasien), sakit terminal, pasien dengan rasa sakit kronik atau nyeri (intense),
korban kekerasan atau kesewenangan,pasien dengan gangguan emosional
(psikiatris), pasien dengan penyakit menular atau infeksius, pasien dengan
imunologi terganggu dangeriatrik.
5. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien
6. DPJP adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas pengelolaan
asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab terhadap kelengkapan,
kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu pengembalian dari rekam medis
pasien tersebut
7. Case Manager adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan dari pasien tersebut.
8. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan & kebidanan
yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang di mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat
kesehatan yang optimal
9. Dietisien adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam dietetika,
studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan mengobati
penyakit.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Pengkajian Pasien
Asuhan pasien di rumah sakit diberikan dan dilaksanakan berdasarkan konsep
Pelayanan berfokus pada pasien (Patient/Person Centered Care).
Pola ini dipayungi oleh konsep WHO: Conceptual framework integrated
peoplecentred health services. (WHO global strategy on integrated people-centred
health services 2016-2026, July 2015).
Penerapan konsep pelayanan berfokus pada pasien adalah dalam bentuk Asuhan
Pasien Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal dengan elemen:
1. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim asuhan /Clinical
Leader
2. Profesional Pemberi Asuhan bekerja sebagai tim intra- dan inter-disiplin dengan
kolaborasi interprofesional, dibantu antara lain dengan Panduan Praktik Klinis
(PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway terintegrasi,
Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi)
3. Manajer Pelayanan Pasien/ Case Manager
4. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
4
1. Alur Masuk Rawat Jalan
Mulai
Pasien
Masuk Poliklinik
Keperawatan
Memeriksa kelengkapan administrasi
Mengentri data px ke divisi yang dituju
DPJP Prosedur
Pengkajian medis :Anamnesis & Penunjang
Pemeriksaan fisik
ya DPJP
Perlu Penunjang? Menulis surat dan
entri work order
tidak
Perlu Tindakan?
Selesai
5
2. Alur Masuk Rawat Inap
Mulai
Pasien
Tandatangani persetujuan perawatan
DPJP Keperawatan
Dietisien Mengpengkajian awal medis : Mengpengkajian awal Keperawatan :
Mengpengkajian Anamnesis &pemeriksaan fisik Keluhan utama
Status Gizi Diagnosis kerja Kenyamanan/aktivitas/proteksi
Pemeriksaan penunjang Pola makan& eliminasi
Rencana terapi Respon emosi&kognisi
Skrining nyeri Sosio-spiritual
Perlu terapi gizi?
DPJP Pengkajian Kebutuhan Rohani
Ya Menulis Resep / alkes dalam lembar RPO Pengkajian Risiko Jatuh
Meminta diagnosa penunjang Pengkajian Nyeri
Dietisien
Kolaborasi Apoteker Keperawatan
Menyiapkan obat /alkes Asuhan Keperawatan. :
Pemberian nutrisi Data khusus/fokus
Masalah/dx keperawatan
DPJP Tgl / jam intervensi
Melakukan terapi sesuai PPK dan CP Tgl/jam evaluasi (SOAP)
DPJP&Keperawatan
Merencanakan pemulangan pasien
DPJP/Keperawatan/Apoteker/Dietisienis
Memberikan edukasi kepada pasien / keluarga
Tidak Ya DPJP
DPJP Meminta persetujuan
Melakukan penanganan lanjutan masuk HCU
Mengisi Form Discharge Planning
Prosedur
Belum Meninggal HCU ICU
Ya
DPJP
DPJP Menulissebab kematian
Mengisi Form resume medis
Membuat surat rujuk balik / kontrol poli
Prosedur
kamar
jenazah
6
BAB III
KEBIJAKAN
7
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Pengkajian Awal
Seluruh pasien baik rawat inap maupun rawat jalan harus mendapat
pengkajian awal sesuai standar profesi medik, keperawatan dan profesi lain yang
berlaku di RSI Banjarnegara.
1. Isi Pengkajian Awal
Pengkajianawal minimal meliputi :
a. Rawat Jalan
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
5) Psiko-sosio-spiritual
6) Ekonomi
7) Riwayat alergi
8) Pengkajian nyeri
9) Risiko jatuh
10) Pengkajian fungsional
11) Risiko nutrisional
12) Kebutuhan edukasi
13) Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
14) Diagnosis
15) Rencana penatalaksanaan
16) Pengobatan dan/atau tindakan
17) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
18) Odontogram klinik untuk pasien kasus gigi
19) Persetujuan tindakan bila diperlukan
8
b. Rawat Inap
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
5) Psiko-sosio-spiritual
6) Ekonomi
7) Riwayat alergi
8) Pengkajian nyeri
9) Risiko jatuh
10) Pengkajian fungsional
11) Risiko nutrisional
12) Kebutuhan edukasi
13) Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
14) Diagnosis
15) Rencana penatalaksanaan
16) Pengobatan dan/atau tindakan
17) Persetujuan tindakan bila diperlukan
18) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yangmemberikan pelayanan kesehatan
19) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
20) Odontogram klinik untuk pasien kasus gigi
c. Gawat Darurat
1) Identitas pasien
2) Kondisi pasien saat tiba di sarana pelayanan kesehatan
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan waktu
5) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
6) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic
7) Psiko-sosio-spiritual
8) Ekonomi
9
9) Riwayat alergi
10) Pengkajian nyeri
11) Risiko jatuh
12) Pengkajian fungsional
13) Risiko nutrisional
14) Kebutuhan edukasi
15) Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
16) Diagnosis
17) Pengobatan dan/atau tindakan
18) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dantindak lanjut
19) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yangmemberikan pelayanan kesehatan
20) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke saranapelayanan kesehatan lain
21) Pelayanan lain yang diberikan kepada pasien
Pengkajian awal harusmenghasilkan pemahamantentang penanganan
yang sebelumnya telah diterima pasien, serta kebutuhan pasien saat dilakukan
Pengkajian, keputusan tentang pelayanan apa yang terbaik untuk pasien (best
setting of care)serta adanya diagnosis awal.
2. Pengkajian Gizi
Status nutrisi menggunakan kriteria Malnutrition Universal Screening
Tool (MUST) bertujuan untuk mengidentifikasi dan menatalaksana pasien
dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau obesitas.Untukpasien
anak>5 tahun, digunakan grafik CDC dan <5 tahun dengan grafik Z–Score
(WHO, 2005).
a. Pengkajian Gizi Pasien Dewasa
Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut: Pengukuran Alternatif
1) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang
lengan bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan
menggunakan tabel. Pengukuran dimulai dari siku (olekranon)
hingga titik tengah proses usstiloideus (penonjolan tulangdi
pergelangan tangan), jika memungkinkan, gunakanlah tangan kiri.
10
2) Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar
lengan atas (LLA).
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku,
dengan lengan atas paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara
tonjolan tulang bahu (akromion) dengan siku (olekranon). Tandai
titik tengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur
lingkar lengan atas di titik tengah, pastikan pitapengukurtidak
terlalu menempel terlalu ketat.
3) Adanyaefek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan
berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang
mengalami penyakit akut dan sangat sedikit/ tidak terdapat asupan
makanan >5hari, diberikan skor2.
4) Tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk
menilai adanya risiko malnutrisi:
1. Skor 0 = risiko rendah
2. Skor 1 = risiko sedang
3. Skor ≥2 = risiko tinggi
5) Gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi
keperawatan berikut ini:
a) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien dirumah sakit
(tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan),
masyarakat umum dengan usia> 75(tiap tahun).
b) Risiko sedang
Observasi:
Catat asupanmakanan selama3hari.
Jika asupan adekuat, ulangi skrining: pasien dirumah
sakit (tiap minggu), pasien rawat jalan (tiap bulan),
masyarakat umum (tiap 2-3 bulan).
11
Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan
peningkatan asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program
pemberian nutrisi secara teratur.
c) Risiko tinggi
Tatalaksana:
Rujuk keahli gizi.
Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi.
Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: pasien
di rumah sakit (tiap minggu), pasien rawat jalan (tiap
bulan), masyarakat umum(tiapbulan).
d) Untuksemua kategori:
Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam
pemilihan jenis makanan
Catat katagori risiko malnutrisi
Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat
12
muda.Usia2-5 tahun laki-laki warna biru dan perempuan warna
merah muda.
Kriteria :
>3SD :Obesitas
2SD–3SD :Gizi Lebih
2SD–2SD :Gizi baik
2SD—3SD :Gizi kurang
<-3SD :Gizi buruk
13
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Rooming) 1 =Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misalmengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
(Bowel) terkontrol
1 = Kadang inkontinensia (maks 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
(Bladder) enema)
1 = Kadang inkontinensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1 =Membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Interprestasi hasil :
14
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan 9-
11 : Ketergantungan Sedang5-8 :
Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
4. PengkajianRisikoJatuh
a. Risiko jatuhpadaanak
1) Pencegahan risiko jatuh pasien anak
Kategori Pasien dengan Risiko Tinggi
Memastikantempat tidur/brankard dalam posisi roda terkunci
Pagarsisitempat tidur/brankard dalam posisi berdiri/terpasang
Lingkungan bebas dari peralatanyang tidakdigunakan
Memberikan penjelasan kepada orang tua tentang pencegahan jatuh
Memasang gelang risiko jatuh berwarna kuning
2) Pengkajianrisiko jatuh pada pasien anak menggunakan Humpty
Dumpty sebagai berikut:
FaktorRisiko Skala Poin Skor
Pasien
<3tahun 4
Umur 3-7tahun 3
7-13tahun 2
> 13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
Perempuan 1
Neurologi 4
Respiratori, dehidrasi, anemia, 3
Diagnosa anorexia, syncope
Perilaku 2
Lain-lain 1
Keterbatasan daya pikir 3
Pelupa,berkurangnyaorientasi 2
Gangguan kognitif Sekitar
15
Dapat menggunakandayapikir 1
tanpa hambatan
Riwayat jatuh ataubayi/balita 4
yang ditempatkanditempat tidur
Faktor Lingkungan Pasien yang menggunakan alat 3
bantu/bayi balita dalam ayunan
Pasien ditempat tidur standar 2
Area pasien rawat jalan 1
Dalam 24 jam 3
Respons terhadap Dalam 48 jam 2
Pembedah/ Lebihdari 48jam/tidakada 1
sedasi/ Respons
Penggunaan Penggunaan multiple:sedatif, 3
medika barbiturate,antidepresan, diuretik,
mentosa narkotik
Salah satudariobat diatas 2
Obatan–obatanlainnya/tanpaobat 1
TOTAL
Kategori
Skor : 7-11 : Risiko rendah
≥ 12 : Risiko Tinggi
b. Risiko jatuh pada pasiendewasa
1) Pencegahan risiko jatuh pasien dewasa
Kategori Pasien dengan Risiko Tinggi
Memastikan tempat tidur/brankard dalam posisi rendah dan roda
terkunci
Menutup pagar tempat tidur/brankard
Mengorientasikan pasien/ penunggu tentang lingkungan/ruangan
Meletakkan tanda“Kewaspadaan Jatuh“ pada panel informasi
pasien
Memasang gelang risiko jatuh berwarna kuning
16
Melakukan pemasangan fiksasi fisik apabila diperlukan dengan
persetujuankeluarga.
2) Pengkajian risiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan Morse
FallScale(Skala jatuh morse) sebagaiberikut:
Faktor Risiko Skala Poin Skor
Pasien
Riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
Diagnosis sekunder Ya 15
(≥2diagnosis medis) Tidak 0
Berpegangan pada perabot 30
Alat bantu Tongkat/ penopang 15
Tidak ada/kursi 0
roda/perawat/tirah baring
Terpasang infuse Ya 20
Tidak 0
Terganggu 20
Gayaberjalan Lemah 10
Normal/tirah baring/imobilisasi 0
Sering lupa akan keterbatasan 15
Statusmental yang dimiliki
Sadarakan kemampuan diri 0
sendiri
Total
Kategori
Risiko Tinggi = ≥45
Risiko Sedang = 25-44
Risiko Rendah= 0-24
c. Risiko jatuh pada pasien lansia
1) Pencegahan risiko jatuh pasien lansia
Kategori Pasien dengan Risiko Tinggi
Merapatkan tempat tidur ke dinding/ tembok/ pasang pagar
pengaman tempat tidur
Menutup pagartempat tidur/brankard
18
Transfer Mandiri (boleh memakai alat 0 Jumlahkan
(dari tempat bantu jalan) nilai
tidur ke Memerlukan sedikit bantuan (1 1 transfer
kursi dan orang)/ dalam pengawasan dan
kembali lagi Memerlukan bantuan yang nyata 2 mobilitas.
ke tempat (2 orang) Jika nilai
tidur) Tidak dapat duduk dengan 3 total 0-3
seimbang, perlu bantuan total maka skor
Mobilitas Mandiri (boleh menggunakan alat 0 =0
bantu jalan) Jika nilai
Berjalan dengan bantuan 1 orang 1 total 4-6,
(verbal/fisik) maka skor
Menggunakan kursi roda 2 =7
Imobilisasi 3
Keterangan skor :
0-5 = Risiko rendah
6-16 = Risiko sedang
17-30.1 = Risiko tinggi
5. Pengkajian Nyeri
a. Pengkajian nyeri menggunakan flacc Scale
SKOR
NO KATAGORI TOTAL
0 1 2
1 Wajah Tidak ada Sesekali Dagu gemetar,
ekspresi khusus, meringis atau gigi gemertak
senyum mengerutkan (sering)
kening
2 Kaki Normal, rileks Gelisah, tegang Menendang,
kaki tertekuk
3 Aktivitas Berbaring Menggeliat, Kaku atau
tenang, posisi tidak bisa diam, kejang
19
normal, gerakan tegang
mudah
1) Indikasi : digunakan pada pasien bayi dan anak < 5 tahun yang tidak
dapat dinilai menggunakan Numerik Rating Scale dan Wong Baker
2) Intruksi terhadap 5 katagori dengan masing-masing katagori memiliki
skor 0 – 2, dengan total skor 0 – 10
20
2) Instruksi:pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
dan dilambangkan dengan angka antara0-10
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan (sedikit menganggu aktivitas sehari-hari).
4-6 = nyeri sedang(gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari).
7–10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari).
3) Pada pasien yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya
dengan angka,digunakan pengkajian Wong Baker FACESPain Scale
sebagai berikut:
21
dilakukan terkait penatalaksanaan nyeri yang telah diberikan, dengan
interval waktu sesuai kriteria sebagai berikut:
15menit setelah intervensi obat injeksi
1jam setelah intervensi obat oral atau lainnya
1x/ shift bila skornyeri1-3
Setiap 3 jam bila skor 4-6
Setiap 1 jam bila skor nyeri 7-10
Dihentikan bila skor nyeri0
8) Tatalaksana nyeri:
Berikan analgesik sesuaidengan anjuran dokter
Perawat secara rutin(setiap 4jam) mengevaluasi tatalaksana nyeri
kepada pasien yang sadar/bangun
Tatalaksana nyeri diberikan pada intensitas nyeri ≥4. Pengkajian
dilakukan 1 jam setelah tatalaksana nyeri sampai intensitas nyeri≤3
Sebisa mungkin,berikan analgesic melalui jalur yang paling tidak
menimbulkan nyeri
Nilai ulang efektifitas pengobatan
Tatalaksana non-farmakologi
Berikanheat/coldpack
Lakukan reposisi, mobilisasi yang dapat ditoleransi olehpasien
Latihan relaksasi,seperti Tarik napas dalam,bernapas dengan
irama/ pola teratur, dan atau meditasi pernapasan yang
menenangkan
Distraksi/pengalih perhatian
9) Berikan edukasi kepadapasiendankeluarga mengenai:
Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab
nyeri
Menenangkan ketakutan pasien
Tatalaksana nyeri
Anjurkan untuk segera melaporkan kepada petugas jika merasa
nyeri sebelum rasa nyeri tersebut bertambah parah
22
6. Skrining Psikologis
a. Skrining psikologis dilakukan pada seluruh pasien rawat jalan sesuai format
yang ada diformulir Pengkajian pasien.
b. Skrining psikologis dilakukan pada seluruh pasien rawat inap sesuai format
yang ada dilembar pengkajian keperawatan.
7. Pengkajian Sosio-Ekonomi-Budaya
Pengkajian sosio, ekonomi dan budaya dilakukan oleh dokter, perawat dan
petugas administrasi.
Pengkajian sosio-ekonomi-budaya oleh dokter dilakukan dengan cara :
a. Melihat data agama, pendidikan, pekerjaan yang tertulis di lembar
Ringkasan Masuk.
b. Melakukan anamnesis langsung (Auto-anamnesis) maupun tidak langsung
(Alloanamnesis)untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
kemampuan dan kemauan pasien untukkelanjutan proses pengobatannya.
c. Pengkajian oleh dokter bertujuan untuk memperoleh pemahaman mengenai
latar belakangpasien secara holistik guna membuat rencana penanganan
pasien yang terbaik sesuai dengankeadaan sosio – ekonomi – budaya dari
pasien tersebut.
Pengkajian sosio-ekonomi-budaya oleh perawat dilakukan dengan cara :
a. Melakukan pengkajian langsung dan mendokumentasikan dalam form
Pengkajian keperawatan.
b. Mengisi form kebutuhan edukasi pasien
c. Pengkajian oleh petugas administrasi dilakukan dengan tujuan memenuhi
kelengkapanadministrasi dari pasien.
Pada pengkajian sosio-ekonomi-budaya pasien rawat inap dan initial
Pengkajiant pasien rawat jalanperlu ditanyakan pula :
a. Apakah pasien perlu bantuan untuk memahami informasi mengenai
pelayanan kesehatan?
b. Tanyakan pula bagaimana pasien lebih suka menerima informasi (membaca,
mendengaratau melihat?)
c. Bahasa apa yang paling dirasa nyaman bagi pasien untuk
mengkomunikasikan mengenaipenyakitnya. Dalam hal penyedia layanan
23
(dokter/perawat) tidak dapat berbicara dalambahasa yang paling nyaman
untuk pasien tersebut, maka diupayakan mencari keluarga pasien atau staf
RSI Banjarnegara yang mampu menjembatani komunikasi dengan baik
kepada pasien atau walinya.
d. Dalam hal pasien diwakili oleh wali (surrogate), misalnya pasien anak-anak
atau kondisisecara fisik atau psikis terganggu, maka pertanyaan-pertanyaan
di atas perlu diajukan kewali pasien tersebut.
e. Apakah ada hal-hal terkait dengan budaya / kepercayaan yang dianut yang
berhubungandengan proses perawatannya? Termasuk menanyakan adanya
obat-obat alternatif yangdikonsumsi atau dilakukan selama perawatan.
8. Pengkajian Awal Individual Untuk Populasi Tertentu
Rumah sakit melaksanakan Pengkajian awal individual untuk populasi
tertentu yang dilayanirumah sakit.Pengkajian pasien tersebut merupakan respons
terhadap kebutuhan dan kondisimereka dengan cara yang dapat diterima oleh
budaya dan bersifat rahasia.
Populasi tertentu itu diantaranya :
a. Pengkajian Neonatus
Penting untuk melakukan pemeriksaan karena bayi tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara verbal. Amati adanya pergerakan
spontan bayi terhadap area tertentu yang dilindungi. Tahapan Pengkajian
keperawatan anak dan neonatus:
24
5) Dampak hospitalisasi (psikososial): orangtua, anak tenang, takut,
marah, sedih, menangis,gelisah
6) Pemeriksaan fisik
a) B1
Nafas spontan,RR,jenis dipsnoe,kusmaul,ceyne stoke dll
Suara nafas bersih,vesikuler,stridor, wheezing, ronchi,dll
Alat bantu oksigen
b) B2
Nadi,tensi,CRT
Irama jantung teratur/tidakteratur,S1/S2tunggal
Acral hangat,kering,merah,pucat dingin
Conjungtiva anemisya/tidak
c) B3
Kesadaran composmentis, somnolen,delirium, apatis,
stupor,coma
Istirahat tidur, gangguan tidur banyak siang hari, lebih
banyak malam hari,tidak tidur, tidur terus
Sklera mata icterus, hiperemis
Panca indera ada/tidak ada gangguan
Tingkat kesadaran berespons terhadap nyeri/tidak
Tangisan kuat,lemah,tidak ada,melengking,merintih
Kepala:lingkar kepala, ada/tidak ada kelainan, ubun-ubun
datar/cekung/cembung
Pupil bereaksi terhadap cahaya/tidak
Gerakan lemah,paralisis,aktif
Kejang subtle,tonikklonik
Refleksrooting ada/tidak
d) B4
Kebersihan bersih, kotor,dansecretada/ tidak
Produksiurin, jam,warnajernih,keruh
Gangguan anuri,oliguri,retensi,inkontinensia, nokturia,dll
Alat bantu kateter, cystotomi,dll
25
e) B5
Nafsu makanbaik,menurun,frekuensi
Jenis minum dan cara minum (menetek, peroral,sonde
lambung, muntah, puasa)
Anusada/tidak
Frekuensi BAB, konsistensi, warna,darah/ lender
Perut tegang,kembung, nyeritekan, frekuensi peristaltic
permenit
BB lahir,BB saat ini,reflexrooting ada/tidak ada
Kelainan labio schizis,palatoschizis,gnatoschizis
Lidahlembab kering, kotor,selaput lender kering,lesi
f) B6
Pergerakansendibebas, terbatas
Warna kulit pucat, ikterus, sianotik, hiperpigmentasi
Integritas utuh,kering,rash,bullae,pustule,kemerahan,ptechie,
lesi
Kepalabersih, kotor,bau
Talipusat kering,basah,pus,kemerahan,bau
Turgorbaik,sedang,jelek
Ada/tidak ada oedem
Kekuatanotot 0,1,2, 3,4,5
g) Alat genital
Laki-laki : testis sudah/belum turun, rugae jelas/tidak jelas,
hipospadi ada/tidak ada
Perempuan:labia mayor sudah menutupi labiominor,labia
mayor dan minor sama menonjol
h) Sosialekonomi
Biaya perawatan sendiri,perusahaan
Status anak diharapkan/ tidak
Kontak mata/ tidak
Menggendong/ tidak
26
b. Pengkajian Pediatri
Penting untuk melakukan pemeriksaan sistematis karena anak
sering tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal. Amati
adanya pergerakan spontan pasien terhadap area tertentu yang dilindungi.
Tahapan Pengkajian berupa:
1) Keadaan umum
Tingkat kesadaran, kontak mata,perhatian terhadap
lingkungan sekitar
Tonusotot: normal,meningkat,menurun/flaksid
Respons kepada orang tua/pengasuh:gelisah,menyenangkan
2) Kepala
Tandatrauma
Ubun-ubun besar (jika masih terbuka):cekung ataumenonjol
3) Wajah
Pupil: ukuran, kesimetrisan,reflexcahaya
Hidrasi:airmata, kelembaban mukosa mulut
4) Leher: kaku kuduk
5) Dada
Stridor,retraksisela iga,peningkatan usaha napas
Auskultasi: suara napas meningkat/ menurun, simetris kiri dan
kanan, ronki,mengi(wheezing);bunyijantung:regular,
kecepatan,murmur
6) Abdomen:distensi,kaku, nyeri,hematoma
7) Anggota gerak
Nadi brachialis
Tanda trauma
Tonus otot,pergerakan simetris
Suhudan warna kulit, capillary refilltime
Nyeri,gerakan terbatas akibat nyeri
8) Pemeriksaan neurologi
27
c. Pengkajian Lanjut Usia
1) Lanjut usia adalah seorang baik wanita maupun laki laki yang telah
berusia 60 tahun keatas
2) Dengan ketergantungan bantuan diarahkan oleh kebijakan dan prosedur
yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh RSI Banjarnegara.
Pemberian asuhan untuk pasien yang rentan dan lanjut usia dengan
ketergantungan sesuai dengan kebijakan dan prosedur meliputi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
3) Pasien yang rentan, lanjut usia yang tidak mandiri menerima asuhan
sesuai kebijakan dan prosedur dengan tujuan untuk menghasilkan
proses asuhan yang efisien dan lebih efektif dalam bentuk pelayanan
dan didokumentasikan dalam rekam medis.
28
d) Riwayat perkawinan
a) Status
b) Berapakali
c) Umur menikah
d) Tahun menikah
e) Cerai
e) Riwayat obstetri
a) Kehamilan keberapa
b) Umurkehamilan
c) Jenispersalinan
d) Penolong
e) Berat badanlahir
f) Keadaan anak sekarang
g) Menyusui
f) Riwayat KB
a) Kapan
b) Jenis
c) Lamanya
g) Riwayat hamil saat ini
ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan apa yang sudah
didapatkan
h) Riwayat Penyakit yang Lalu
Penyakit yang pernah diderita ibu dan mendukung keadaannya sekarang
i) Riwayat Alergi
Apakah pernah mengalami alergi
j) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit yang pernah diderita keluarga yang berhubungan kasus saat ini
yang derita oleh ibu
k) Riwayat Ginekologi
Riwayat gangguan kesehatan reproduksi
l) Kebutuhan Biopsikososial
a) Pola makan
b) Pola minum
29
c) Pola eliminasi
d) Pola istirahat
e) Psikologi
f) Dukungan social
g) Spiritual
m) DataObyektif
i. Pemeriksaan umum
Meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, temperatur,
pernapasan, keadaan umum pada setiap kasus.Tekanan darah dan
nadi harus diukur setiap seperempat jam pada periode pemulihan
sesaat pasca operasi. Suhu harus diukur setiap2jam. Suhu yang
30
e. Pengkajian dan Penanganan Pasien Dengan Kondisi Terminal
1) Identifikasi pasien dengan kondisi terminal. Identifikasi dilakukan
diseluruh unit, baik olehdokter maupun oleh perawat.
2) Pada pasien terminal perlu dilakukan secara khusus Pengkajian
mengenai kebutuhan unik daripasien maupun keluarga dengan
melakukan :
a) Metode penyampaian berita buruk yang paling sesuai untuk pasien.
Dokterberunding dengan keluarga terlebih dahulu mengenai
bagaimana dan kapanwaktu yang sesuai untuk menyampaikan berita
buruk.
b) Setelah pasien mengetahui kondisinya, perlu ditawarkan suatu
bentukpendampingan psikologis / psikiatrik yang mungkin
diperlukan untuk melaluifase denial, fase anger hingga sampai fase
acceptance. Hal ini dapat dilakukandalam outpatient / inpatient
setting.
c) Hal-hal seputar pilihan yang dimiliki pasien seperti ingin meninggal
di mana,serta berbagai kehendak pasien terkait dengan akhir
hidupnya (advanceddirectives) yang terkait dengan penanganan
pasien.
d) Kadang pasien tidak dalam kondisi sadar / mampu berkomunikasi,
makalangkah di atas mungkin pula diperlukan untuk keluarga pasien.
e) Kebutuhan akan Layanan spiritual, yang dapat disediakan oleh
rumah sakit dandapat ditawarkan kepada pasien atau keluarga pasien,
namun pasien / keluargadapat juga memilih untuk mengundang
penasehat spiritual pilihannya sendiridengan menginformasikan
kepada perawat ruangan (untuk inpatient)
f) Kelonggaran dalam berdoa dan jumlah pengunjung diberikan
melihat kondisiruang perawatan dan diberikan oleh penanggung
jawab ruang perawatan bagipasien terminal dengan catatan tidak
mengganggu pasien lain.
g) Keadekuatan (adequacy) dari obat-obatan paliatif yang diberikan
(terutama obatnyeri), serta pengkajian nyeri dan gejala lain yang
mungkin timbul pada pasienterminal.
31
f. Pengkajian Pasien Dengan Gangguan Kejiwaan
1) Identifikasi pasien dengan gangguan kejiwaan.
a) Pasien dengan gangguan kejiwaan dapat teridentifikasi baik di rawat
jalan, rawatinap, maupun Instalasi Gawat Darurat.
b) Pasien dengan percobaan bunuh diri perlu selalu dikonsulkan ke
psikiater,disamping penanganan kegawat daruratannya (baik
medical maupun surgical).
c) Pasien dengan depresi yang dicurigai berat yang ditemukan di
setting apapun harus dikonsulkan ke psikiater.
d) Pasien dengan gangguan cemas dan ringan yang belum dirasa
menggangguaktivitas harian dapat diberi terapi oleh dokter
penanggung jawabnya. Pasien dengankecurigaan gangguan psikotik,
dengan atau tanpa organic underlying disease perludikonsulkan ke
psikiater.
2) Penanganan pasien dengan gangguan kejiwaan.
a) Pasien dengan gangguan psikotik dirujuk ke RS Jiwa.
b) Pasien dengan percobaan bunuh diri atau ancaman bunuh diri
dirawat dengankewaspadaan tinggi dibawah tanggung jawab
psikiater, atau dirujuk bila dinilaiancaman bunuh dirinya tinggi,
karena RSI Banjarnegara tidakmemiliki fasilitas yang memadai
untuk pencegahan bunuh diri.
c) Pasien lain ditangani sesuai kondisi psikiatriknya.
32
3) Saat menerima kasus medik yang dicurigai merupakan korban
penganiayaan, maka disamping penanganan terhadap cederanya, maka
korban harus mendapat pengkajian lebihdalam dan penanganan khusus
yang meliputi:
a) Privasi pasien dari orang yang mengantar agar mereka dapat bicara
bebas.
b) Bila korban anak-anak, Pengkajian mungkin perlu dilakukan
terhadap orang tuanyasecara terpisah, atau keluarga lain di luar
orang tuanya untuk mendapat gambaran lebihlengkap mengenai
kejadiannya.
c) Untuk orang lanjut usia atau yang tidak mampu mengutarakan
keinginannyasendiri, Pengkajian perlu dilakukan terhadap seluruh
keluarga yang ada, termasuk orangyang sehari-hari merawat korban.
d) Pengkajian terhadap kemungkinan fraktur multipel dilakukan,
terutama pada korbanyang tidak dapat mengeluhkan nyeri untuk
dirinya sendiri (anak kecil, bayi maupunorang tua atau dengan
kecacatan / keterbatasan).
e) Konsultasi psikologi dilakukan pada pasien dengan curiga korban
kekerasan /penganiayaan.
9. Discharge Planning (Rencana Pemulangan Pasien)
a. Pengkajian awal pasien meliputi kebutuhan akan adanya perencanaan untuk
pemulanganpasien (Discharge Planning). Pada kondisi tertentu, pasien
memerlukan perencanaanpemulangan sedini mungkin, demi kepentingan
penanganan selanjutnya di rumah. Halini berhubungan dengan kelanjutan
pengobatan, kepatuhan minum obat, prosesrehabilitasi, dan lain sebagainya.
b. Pengkajian perlu/tidaknya discharge planning harus setidaknya meliputi :
1) Siapa yang akan melanjutkan perawatan di rumah saat pulang nantinya.
2) Bagaimana tingkat ketergantungan pasien setelah di rumah (dilihat dari
jenis danberat ringannya penyakit yang diderita)
3) Pemahaman dari pasien / keluarga / yang merawat di rumah tentang
penyakitpasien dan rencana penanganan yang ada, termasuk obat-obatan
yang diberikan,serta pengkajian lain (pemeriksaan penunjang) yang
dilakukan.
33
c. Hasil akhir Pengkajian cukup didokumentasikan sebagai PERLU / TIDAK
PERLU Discharge Planning.
d. Instruksi pelatihan maupun edukasi yang diperlukan, termasuk perencanaan
transportasididiskusikan oleh dokter maupun perawat dengan keluarga /
pengampu / penanggungjawab pasien.
e. Perencanaan pemulangan pasien PERLU dilakukan pada pasien sebagai
berikut:
1) Pasien yang tinggal sendiri
2) Pasien yang penyakitnya tidak akan sembuh total dan memerlukan
perawatanlanjutan di rumah atau di tempat lain
3) Pasien dengan gangguan mental
4) Pasien intensive care unit , high care unit , cardiovascular care unit
5) Bayi prematur, cacat
6) Pasien yang memerlukan pembedahan.
7) Pasien warga negara asing yang mungkin memerlukan pemulangan ke
Negara asalnya.
B. Pengkajian Ulang
Semua pasien dilakukan pengkajian ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi danpengobatan untuk menetapkan respon terhadap pengobatan dan untuk
merencanakanpengobatan atau untuk pemulangan pasien.
Pengkajian ulang dilakukan di rawat inap atau di ruang perawatan intensif dalam
bentukcatatan perkembangan terintegrasi dengan para pemberi asuhan yang lain.
Catatan perkembangan berisi catatan data subjektif dan objektif dari perjalanan
danperkembangan penyakit. Secara umum catatan perkembangan berisikan hal-
halsebagai berikut:
1. Apakah keluhan dan gejala pasien sekarang? Adakah perubahan?
2. Adakah perubahan dalam penemuan pemeriksaan fisik?
3. Apakah ada data laboratorium baru?
4. Adakah perubahan formulasi kasus atau hubungan dari berbagai masalah
medissatu dengan yang lain?
5. Adakah rencana yang baru dalam rencana diagnostik dan pengobatan pasien?
6. Suatu catatan lanjutan yang baik dapat segera memberikan keterangan untuk
berbagaihal penting dan paling sedikit bisa menjawab hal-hal sebagai berikut :
34
a. Apakah ada keterangan diagnostik baru?
b. Apakah pasien menjadi lebih baik atau lebih buruk?
c. Apakah obat yang dipilih bekerja dengan baik?
d. Apakah tindak lanjut diagnostik dan pengobatan berjalan atau direncanakan?
Cara penulisan data dengan format problem oriented dikenal dengan konsep SOAP.
Konsep SOAP terdiri dari 4 bagian:
1. S = Subjective
Data subyektif yang berisikan keluhan pasien. Seringkali perkataan pasien ditulis
dalamtanda kutip supaya dapat menggambarkan keadaan pasien.
2. O = Objective
Data obyektif yang berisikan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3. A = Assessment
Penilaian yang berisikan diagnosa kerja dan/atau diagnosa banding sebagai
hasilintegrasi pemikiran dokter (berdasarkan pengetahuannya mengenai
patofisiologi,epidemiologi, presentasi klinis penyakit, dan lain sebagainya)
terhadap data subjektifdan objektif yang ada.
4. P = Plan (Rencana/Instruksi)
Rencana yang berisikan rencana diagnosa, rencana terapi (medikamentosa dan
nonmedikamentosa), rencana monitoring, dan rencana edukasi/penyuluhan.
Dengan format dokumentasi yang sistematik, konsisten dan seragam tersebut
maka lembar SOAP akan menjadikan rencana berbagai asuhan pasien menjadi lebih
efisien. Catatan SOAP adalah format yang akan digunakan pada keseluruhan
tindakan medik, keperawatan dan gizi dalam rencana terapi/terapeutik serta asuhan
pasien.
Pengkajian ulang dilakukan dalam interval yang regular selama pelayanan
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ada. Dokter melakukan Pengkajian
ulang dengan visite rutin setiap hari, termasuk akhir minggu, selama fase akut dari
perawatan dan pengobatan. Untuk pasien non akut, Pengkajian dokter bisa
dilakukan dua hari sekali. Perawat, dietisian, apoteker, fisioterapist dan pemberi
pelayanan lainnya mencatat perkembangan pasien secara periodik sesuai
kebutuhan dan keadaan pasien.
Pengkajian ulang dilakukan sebagai respons apabila terjadi perubahan kondisi
pasien yang signifikan, diagnosa pasien berubah dan kebutuhan asuhan memerlukan
35
perubahan rencana. Pengkajian ulang juga dilakukan untuk menetapkan
keberhasilan obat dan hasil pengobatan sehingga pasien dapat dipindahkan atau
keluar rumah sakit. Temuan dari semua Pengkajian di luar rumah sakit harus dinilai
ulang dan diverifikasi pada saat pasien diterima sebagai pasien rawat inap.
Pengkajian ulang harus didokumentasikan di dalam rekam medis.
39
2. Pengkajian Keperawatan Rawat Inap
Pengkajian keperawatan dilakukan oleh perawat.
a. Pengkajian Awal Keperawatan Rawat Inap
1) Pengkajian awal keperawatan pasien rawat inap didokumentasikan
dalam form pengkajianawal keperawatan secara lengkap dan dilakukan
maksimal 24 jam sejak pasien masuk diruang rawat inap.
2) Pengkajian keperawatan berdasarkan umur (neonatus, anak, dan
dewasa), kondisi,diagnosis dan perawatan akan meliputi sekurang-
kurangnya:
a) Tanda-tanda vital (termasuk tinggi dan berat badan, apabila tidak
dilengkapi di gawatdarurat).
b) Riwayat Alergi
c) Penilaian fisik
d) Pengkajian sosial dan psikologis
e) Skrining gizi awal
f) Pengkajian Nyeri
g) Pengkajian risiko jatuh (skala morse dan humpty dumty)
h) Riwayat imunisasi (untuk pasien anak)
i) Pengkajian risiko decubitus norton scale (untuk pasien dewasa)
j) Kebutuhan edukasi
3) Upaya pengumpulan data yang tidak dapat diperoleh/ dinilai pada saat
Pengkajian awalakan dilanjutkan sampai dengan saat pasien
dipulangkan.
4) Masing-masing kebutuhan perawatan kesehatan, kesiapan untuk belajar,
dan halanganpembelajaran juga akan dikaji pada saat penerimaan dan
didokumentasikan.
b. Pengkajian Ulang Keperawatan Rawat Inap
1) Pengkajian ulang keperawatan pasien rawat inap dilakukan minimal 3
(tiga) kali dalam 1 hari (tiap pergantian shif jaga perawat),kecuali ada
perubahan kondisi pasien dan/atau diagnosis pasien dan untuk
menentukanrespon pasien terhadap intervensi. Pengkajian ulang
keperawatan didokumentasikan dalamform catatan perawatan pasien
terintegrasi (CPPT) dan catatan implementasi.
40
2) Pengkajian ulang keperawatan pasien intensif dan semi intensif
dilakukan secara kontinyu,dan didokumentasikan dalam chart minimal
setiap interval satu jam.
3) Pengkajian ulang keperawatan akan mencerminkan minimal review
data spesifik pasien,perubahan yang berhubungan dengannya, dan
respon terhadap intervensi.
4) Pengkajian ulang akan lebih sering dilengkapi sesuai dengan populasi
pasien dan/ataukebutuhan individu pasien.
a. Keluhan Utama
Perjalanan penyakit
Riwayat obat
Riwayat penyakit menular seksual
Anamnesa infeksi menular seksual
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit keluarga
41
b. Status Generalis
Keadaan umum
Gizi
Lain-lain
c. Lokasi
Keterangan (gambar)
Diagnosa banding
d. Status Lokalis
Lokasi
Effloresensi Pada Kulit
Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual
e. Diagnosa Kerja
Pemeriksaan penunjang
Diagnosa
f. Pengobatan
Topikal
Sistemik
g. Tindakan
Jenis tindakan
4. Pengkajian Neurologi
42
Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala atau gangguan neurologi.
Pemeriksaan status neurologi awal digunakan sebagai dasar untuk memantau
kondisi pasien selanjutnya. Tahapan pengkajian berupa:
a. Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman,kecepatan,
keteraturan,usaha napas.
b. Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
c. Pergerakan:penilaian gerak dan kesimetrisan keempat ekstremitas
d. Sensasi:nilai adanya sensasi abnormal (curigacedera spinal)
e. Status kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS) yang secara akurat
menggambarkan fungsi serebri.
Padaanakkecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang kesadarannya baik dapat
memfokuskan pandangan mata dan mengikuti gerakan tangan pemeriksa,
merespons stimulus yang diberikan, memiliki tonusotot normal dan tangisan
normal.
Terbukaspontan 4
Orientasibaik 5
Verbal Disorientasi/bingung 4
Tidakmerespons 1
43
Mengikuti perintah 6
44
Verbal Orientasi baik Berceloteh 5
Disorientasi/bingung Menangis,gelisah 4
Jawaban tidak sesuai
Menangis terhadap rangsang 3
nyeri
terhadap sentuhan
45
5. KeperawatanKritis
Serangkaian proses yang berlangsung saat pasien awal rawat inap
diruang kritis (ROI, ICU, Highcare) pemeriksaan akan dilakukan secara
sistematis untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien, antara
lain:
Pemeriksaan fisik
a. Pernapasan
1) Irama napas
2) Suara napas tambahan
3) Sesaknapas
4) Batuk, sputum
5) Alat bantu napas,mode,SaO2
b. Kardiovaskular
1) Iramajantung
2) Akral
3) Pulsasi
4) Perdarahan
5) CVC
6) Tekanandarah nadi,MAP,suhu
7) lain-lain
c. Persarafan
1) GCS
2) Kesadaran
3) ICP
4) Tanda peningkatanTIK
5) Konjungtiva
6) Lain-lain
d. Perkemihan
1) Kebersihan area genetalia
2) Jumlah cairan masuk
3) Buang airkecil
4) Produksiurin
46
e. Pencernaan
1) Nafsu makan
2) NGT
3) Porsimakan
4) Minum
5) Mulut
6) Mual,muntah
7) Buang airbesar
8) Lain-lain
f. Muskuloskeletal/ intergumen
1) Kemampuan pergerakan sendi
2) Warna kulit
3) Odema
4) Dekubitus
5) Luka
6) Kontraktur
7) Fraktur
8) Jalur infus
9) Lain-lain
6. Pengkajian Peri Operatif
a. Pengkajian peri operatif dilakukan oleh dokter operator utama atau dokter
lain dengan kompetensi sama yang telah mendapat pelimpahan tertulis dari
dokter operator utama.
b. Pengkajian pre-operatif menghasilkan diagnosis pre-operatif, dan
dokumentasi di rekammedis yang minimal meliputi anamnesis dan
pemeriksaan fisik (serta penunjang jikastandar profesi medik mengharuskan
demikian) harus menunjukkan justifikasi dari tindakan operatif yang akan
dilakukan.
c. Pengkajian pasca operasi dilakukan sesuai dengan standar profesi masing-
masing, dandidokumentasikan dalam rekam medis. Diagnosis pasca operasi
harus dituliskan, serta rencanapenanganan pasca operasi.
d. Pasien tidak dilakukan tindakan pembedahan bilamana Pengkajian pasien
belum dilakukandan didokumentasikan di rekam medis, termasuk proses
47
untuk mendapatkan persetujuan tindakanmedik (informed-consent), dan
skrining dilakukan oleh unit kamar bedah.
48
BAB IV
DOKUMENTASI
A. Rekam Medis
Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan
penting dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana praktek
kedokteran bahwa “ jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak
melakukannya”. Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk pertemuan di
masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan
lainnya.
Saat ini, beberapa metode berbeda digunakan untuk mendokumentasikan
asuhan pasiendan PCP, dan beragam format cetakan dan perangkat lunak komputer
tersedia untuk membantu farmasis dalam proses ini. Dokumentasi yang baik adalah
lebih dari sekedar mengisi formulir; akan tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien
yang baik. Ciri-ciri yang harus dimiliki suatu dokumentasi agar bermanfaat untuk
pertemuan dengan pasien meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat
ditemukan dengan cepat.
Daftar rekam medis yang berhubungan dengan pengkajian pasien diantaranya:
1. Lembar Pengkajian Awal Rawat Jalan
2. Lembar Pengkajian Lanjutan Rawat Jalan
3. Lembar Pengkajian Awal Rawat Jalan Poli Gigi
4. Lembar Pengkajian Lanjutan RawatJalanPoliGigi
5. Lembar Pengkajian Awal RawatJalan Poli Kebidanan dan Kandungan
6. Lembar Pengkajian Lanjutan Rawat Jalan Poli Kebidanan dan Kandungan
7. Lembar Triase
8. Lembar Pengkajian GawatDarurat
9. Lembar Observasi HIS dan DJJ
10. Lembar Observasi post SC
11. Lembar Observasi Bayi
12. Lembar Observasi Tanda Vital, Nyeri dan Produksi Cairan Tubuh
13. Lembar Pengkajian Awal RawatInap Medis Bedah
14. Lembar Pengkajian Awal RawatInap Medis Bedah-NonTrauma
15. Lembar Pengkajian Awal RawatInap Medis Non Bedah
49
16. LembarPengkajian Awal RawatInap Medis Neonatus
17. LembarPengkajian Awal RawatInap Medis Anak
18. Lembar Pengkajian Awal Keperawatan Pasien Rawat Inap
19. Lembar Pengkajian Keperawatan Anak
20. Lembar Pengkajian Keperawatan Neonatus
21. LembarAsuhan Kebidanan Ibu Hamil
22. Lembar Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
23. Lembar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
24. Lembar Penilaian Resiko Jatuh Pasien Dewasa Skala Morse
25. Lembar Penilaian Resiko Jatuh Pasien Anak Humty Dumpty
26. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi / CPPT
27. Lembar Asuhan Gizi
28. Lembar Discharge Planning / Perencanaan Pulang
29. Lembar Pengkajian Pra Sedasi / Anestesi
30. Lembar Pengkajian Keperawatan Perioperatif
31. Lembar Konsultasi
32. Lembar Pengkajian Pasien Terminal
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 28 Maret 2022
Direktur,
51