Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH HAMBATAN UDARA DALAM GERAK

OSILASI SISTEM PEGAS – MASSA

MAKALAH GELOMBANG OPTIK

OLEH:

KELOMPOK 1:

NISAUL AFIFAH A1C320018

MUHAMMAD MUSYADDAD A1C320038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI
PENDAHULUAN
Osilasi adalah gerak bolak-balik di sekitar posisi setimbang. Pada posisi
setimbang gaya netto yang bekerja pada sistem adalah sama dengan nol. Gerak
osilasi adalah gerak menuju ke titik kesetimbangan (Aulia, 2018). Tetapi saat
mencapai posisi setimbang sistem masih memiliki kelebihan energi sehingga
melampaui posisi setimbang. Tetapi sistem akan kembali berbalik arah menuju
titik setimbang. Menurut Budi, (2015) osilasi adalah fenomena di mana suatu
objek atau sistem bergerak bolak-balik atau berayun secara teratur di sekitar titik
keseimbangannya. Gerakan ini sering kali dihasilkan oleh interaksi antara gaya-
gaya yang bertentangan atau kekuatan yang berlawanan dalam sistem.
Banyak jenis gerakan yang berulang-ulang seperti getaran kristal kuarsa di
jam tangan, pendulum berayun, getaran suara yang dihasilkan oleh klarinet atau
pipa organ, dan gerak maju mundur piston di mesin mobil. Gerakan semacam ini,
disebut gerak periodik atau osilasi. Osilasi adalah variasi periodik terhadap waktu
dari suatu hasil pengukuran, contohnya pada ayunan bandul. Istilah vibrasi atau
getaran sering digunakan sebagai sinonim osilasi, walaupun sebenarnya vibrasi
merujuk pada jenis spesifik osilasi, yaitu osilasi mekanis. Contoh osilasi yaitu
ialah gerak harmonis sederhana (Susilo et al., 2012).
Osilasi dapat ditemukan dalam berbagai konteks dalam fisika, teknik,
matematika, biologi, dan banyak bidang ilmu lainnya. Beberapa contoh osilasi
menurut Aulia, (2018) yaitu:
1. Osilasi Mekanik: Contohnya adalah ayunan bandul sederhana, pegas yang
digantung, atau getaran pada sebuah drum.
2. Osilasi Elektronik: Osilasi dapat terjadi dalam sirkuit elektronik, seperti
dalam osilator LC atau osilator kristal dalam perangkat elektronik.
3. Osilasi Gelombang: Gelombang suara dan gelombang elektromagnetik juga
dapat mengalami osilasi dalam bentuk getaran siklus.
4. Osilasi Biologis: Beberapa organisme, seperti jantung manusia, dapat
mengalami osilasi dalam ritme yang teratur.
Suatu contoh dari osilator harmonik sederhana adalah gerak suatu benda
bermassa yang diikat pada suatu pegas. Menurut Irwan & Jalil, (2019) Pegas
memiliki sifat elastik jika ditarik dan kemudian dilepaskan maka pegas akan
kembali pada posisi semula. Sifat elastik ini tidak hanya terjadi pada pegas saja,
akan tetapi pada hampir tiap benda, dalam batas-batas tertentu. Jika sebatang
kawat diregangkan dengan suatu gaya, maka kawat akan bertambah panjang. Jika
gaya yang dipergunakan untuk menarik kawat tidak terlalu besar maka
pertambahan panjang kawat adalah sebanding dengan gaya yang bekerja, seperti
dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke (1678). Hukum Hooke menyatakan
“jika sebuah benda diubah bentuknya, maka benda itu akan melawan perubahan
bentuk (deformasi) dengan gaya yang sebanding dengan besar deformasi, asalkan
deformasi ini tidak terlalu besar.”

Gambar 1. Contoh Sistem Massa Pegas


Secara matematis dapat ditulis dengan
(1.1)
dengan k adalah konstanta pegas. Rumus ini menyatakan bahwa gaya yang
dikerjakan oleh sebuah pegas pada sebuah benda berbanding lurus dengan
pergeseran benda namun berlawanan arahnya (Halliday, 2005).
Akan tetapi seperti yang kita ketahui bahwa gerakan osilasi tersebut akan
selalu berhenti karena faktor tertentu dan tidak dapat selamanya berosilasi (Aulia,
2018). Salah satu contoh yang paling umum adalah sistem massa-pegas, di mana
objek dengan massa tertentu terhubung ke pegas dan akan mengalami osilasi saat
diberi energi awal. Namun, osilasi pada sistem ini tidak dapat berlangsung
selamanya, dan ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa osilasi akan
kembali setimbang pada akhirnya.
Berdasarka hal tersebut, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
osilasi agar tidak dapat bergerak selamanya dan kembali ke titik setimbang setelah
diberikan energy awal atau gaya awal agar bergerak. Berdasarkan hal tersebut,
penulis ingin mengupas lebih dalam faktor-faktor apa saja itu dan bagaimana hal
tersebut mampu menyebabkan suatu fenomena yang sedemikian rupa.
Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini ialah
faktor apa yang menyebabkan suatu gerak harmonik dapat kembali ke keadaan
setimbangnya? Lalu bagaimana proses dan penjelasan matematiknya?
PEMBAHASAN
Pada dunia nyata, sistem pegas-massa tidak akan bergetar selamanya.
Osilasi dalam sistem pegas-massa akan terus berlanjut selama tidak ada gaya
gesekan atau lainnya yang menghambat gerakannya. Namun, pada kenyataannya,
ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi osilasi dalam sistem pegas-massa
menurut Selvira CA et al., (2020):
1. Gaya Gesekan: Gaya gesekan seperti gesekan udara atau gesekan pada
permukaan tempat massa bergerak akan secara bertahap mengurangi energi
osilasi. Ini berarti osilasi akan melemah dan akhirnya berhenti karena energi
kinetik dari massa akan habis.
2. Damping: Damping adalah fenomena di mana energi osilasi secara bertahap
hilang karena adanya gaya gesekan atau hambatan lainnya. Dalam beberapa
sistem, dapat diterapkan sistem peredam untuk mengurangi osilasi seiring
waktu.
3. Energi Awal: Osilasi awal dalam sistem pegas-massa sangat bergantung
pada energi awal yang dimasukkan ke dalam sistem. Semakin besar energi
awalnya, semakin lama osilasi akan berlangsung sebelum akhirnya
meredam.
4. Ketidaksempurnaan Pegas: Bahkan dalam pegas yang ideal, akan selalu ada
beberapa tingkat ketidaksempurnaan, yang dapat menyebabkan perubahan
dalam osilasi seiring waktu.
Jadi, dalam praktiknya, osilasi dalam sistem pegas-massa akan mengalami
redaman dan pada akhirnya berhenti. Durasi osilasi sebelum berhenti akan
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti gaya gesekan, energi awal, dan sifat-sifat
pegas.
Gerak harmonik sederhana disebabkan oleh gaya pemulih atau gaya balik
linier (F), yaitu resultan gaya yang arahnya selalu menuju titik kesetimbangan dan
besarnya sebanding dengan simpangannya, dimana arah gaya selalu berlawanan
dengan arah simpangan. Sehingga :
(2.2)
Jika dihubungkan dengan Hukum II Newton maka

(2.3)

(2.4)

(2.5)

Dimana :
k = ketetapan gaya/konstanta pegas
m = Massa benda
a = Percepatan
x = simpangan (m)
F = gaya pemulih (N)
Solusi persamaan di atas yang berbentuk osilasi harmonik sederhana adalah
(2.6)
Di mana :
= simpangan maksimum = amplitude
= frekuensi sudut
= fasa awal
( = fasa
(2.7)
= waktu yang diperlukan suatu benda untuk melakukan satu osilasi.
Fasa awal θ bergantung pada kapan kita memilih.
Misalkan persamaan simpangan OHS adalah , substitusikan
persamaan ini ke dalam persamaan diferensial maka diperoleh
(2.8)

Sehingga diperoleh :
(2.9)
Selama satu siklus osilasi penuh, fase akan bertambah sebesar 2π Pada
akhir siklus, benda memiliki posisi dan kecepatan yang sama pada permulaan
siklus, sebab
(2.10)
Sehingga fase ketika , maka besarnya fase akan ditambah dengan 2π. Dapat
dituliskan sebagai berikut :
(2.11)
(2.12)

(2.13)

dari persamaan di atas, diperoleh hubungan antara periode dan frekuensi, sehingga
dapat diperoleh persamaan frekuensi berikut
(2.14)

konstanta disebut dengan frekuensi osilasi. Besaran frekuensi osilasi dinyatakan


dalam satuan radian per sekon.
Frekuensi dan periode beban pada sebuah pegas berkaitan dengan konstanta
pegas . Sehingga

√ (2.15)

√ (2.16)

Dalam keadaan nyata, osilasi lama kelamaan akan melemah (teredam)


karena adanya gaya gesek benda dengan lingkungan. Pengaruh inilah yang disebut
dengan gaya non konservatif, yaitu gaya gesek. Gaya gesek akan mengakibatkan
setiap amplitudo setiap osilasi secara pelan menurun terhadap waktu. Sehingga
osilasi akan berhenti sama sekali.
Dalam sistem pegas-massa, gaya gesek bisa mempengaruhi osilasi sistem
tersebut dengan dua cara utama:
1. Pengurangan Amplitudo: Gaya gesek akan menyebabkan pengurangan
amplitudo osilasi dari waktu ke waktu. Semakin besar gaya gesek, semakin
cepat energi osilasi akan habis dan amplitudo osilasi akan semakin
berkurang. Akhirnya, massa akan berhenti bergerak saat amplitudo osilasi
mencapai nilai nol.
2. Perubahan Frekuensi Osilasi: Gaya gesek juga dapat mempengaruhi
frekuensi osilasi. Ketika gaya gesek ada, frekuensi osilasi sistem pegas-
massa akan berkurang seiring waktu karena energi sistem terus berkurang
akibat gaya gesek. Dengan kata lain, sistem akan bergetar dengan frekuensi
yang lebih rendah seiring berjalannya waktu.
Untuk mengatasi dampak gaya gesek dalam analisis sistem pegas-massa,
biasanya diperlukan pendekatan matematis yang melibatkan hukum gerak dan
hukum Hooke. Gaya gesek dapat dimodelkan sebagai gaya yang berlawanan arah
dengan gerakan benda dan proporsional dengan kecepatan benda. Dalam kasus
ini, persamaan gerak sistem pegas-massa akan menjadi lebih kompleks dan
melibatkan variabel tambahan yang mewakili gaya gesek.
Gaya gesek dinyatakan dengan :

(2.17)

(2.18)

Dimana :
= gaya gesek (N)
= konstanta redaman
= kecepatan gelombang (m/s)
= simpangan (m)
= waktu (s)
Jika faktor gaya gesek dan gaya pemulih osilasi disubtitusikan dengan Hukum II
Newton, maka :
Solusi dari persamaan diatas adalah :

(2.19)
Dari Solusi diatas maka diperoleh :

√ (2.20)

√ ( ) { ( ) } (2.21)

(2.22)

adalah laju redaman (dalam satuan per waktu)


(koefesien redaman)
Dari solusi ini, kita dapat mengamati dua hal:
1. Amplitudo (A): Amplitudo osilasi, , berkurang seiring waktu karena faktor
eksponensial . Semakin besar laju redaman semakin cepat amplitudo
osilasi berkurang.
2. Frekuensi Angular ( ): Frekuensi angular tetap konstan dan tidak
dipengaruhi oleh gaya gesek. Namun, frekuensi osilasi adalah dalam hal

ini, frekuensi osilasi akan tetap konstan, tetapi periode osilasi akan berubah
karena periode berbanding terbalik dengan frekuensi.
Dengan demikian, faktor (koefesien redaman), yang merupakan hambatan
udara, adalah salah satu faktor yang membuat sistem massa tidak dapat bergerak
selamanya setelah diberikan gaya awal dan cenderung kembali ke keadaan
setimbangnya (Sitorus et al., 2016). Dalam situasi nyata, faktor-faktor lain seperti
gaya gesekan, elastisitas benda, atau gaya gravitasi juga dapat berkontribusi pada
dinamika sistem massa ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, M. R. (2018). Osilasi Teredam Pada Pegas Dengan Medium Fluida.


Journal of Teaching and Learning Physics, 3(1), 22–26.
https://doi.org/10.15575/jotalp.v3i1.6549
Budi, E. (2015). Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis. Jurnal Penelitian &
Pengembangan Pendidikan Fisika, 01(2), 59–66.
https://doi.org/10.21009/1.01210
Halliday, D. dan R. (2005). Fisika Dasar. Erlangga.
Irwan, M., & Jalil, E. i. (2019). Pemodelan matematika dalam sistem massa pegas.
Jurnal UIN Alaudin Makasssar, 7(1), 33–37.
Selvira CA, Subaedi AN, Azzahra NA, Novitasari O, & Antarnusa G. (2020).
Meningkat Keakuratan Simulasi Osilasi Harmonik Teredam pada Pegas
Menggunakan Tracker Video Analysis and Modelling Tool. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Fisika, 3(1), 336.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/sendikfi/index
Sitorus, R., Dewi, T., Wungu, K., & Hendrajaya, L. (2016). Modul Praktikum
Fisika Matematika : Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam
Bandul. Prosiding Skf 2016, 383–389.
Susilo, A., Yunianto, M., & Variani, V. I. (2012). Simulasi Gerak Harmonik
Sederhana dan Osilasi Teredam pada Cassy-E 524000. Indonesian Journal of
Applied Physics, 2(2), 124–137.

Anda mungkin juga menyukai