Takkidul
Takkidul
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks komunikasi antar manusia biasanya banyak sekali ungkapan yang bisa
dimunculkan. Perbedaan bentuk ekspresi tersebut ada dan digunakan oleh bahasa apapun di
dengan uslub yang bervariasi. Penggunaan suatu uslub dalam komunikasi biasanya berkaitan
dengan kondisi mukhathab, pesan yang akan disampaikan, dan aspek-aspek kebahasaan lainnya
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan kajian Ilmu Badi’ khususnya
tentang “Ta’kid al-Madh bima Yusybih al-Dzamm dan Ta’kid adz-Dzam bima Yusybih al-
Madh”. Salah satu tujuan uslub badi’ yaitu untuk memperindah makna. Secara leksikal uslub ini
bermakna menguatkan pujian dengan menyerupai celaan. Maka dari itulah kita sebagai penulis
membahas tentang Ta’kid al-Madh bima Yusybih al-Dzamm dan Ta’kīd adz-Dzam bimā Yusybih
al-Madh pada makalah ini, agar mahasiswa khususnya dan umumnya bagi para pembaca mampu
mengetahui dan mempunyai pengetahuan tentang uslub tersebut serta mampu menerjemahkan,
C. Tujuan
5. Untuk mengetahui analisis contoh Ta’kid almadh bima yusybihu adz-dzam dan
PEMBAHASAN
Dalam konteks komunikasi antar manusia biasanya banyak sekali ungkapan yang
bisa dimunculkan. Perbedaan bentuk ekspresi tersebut ada dan digunakan oleh bahasa
disampaikan, dan aspek-aspek kebahasaan lainnya baik yang bersifat linguistik maupun
non-linguistik.
Ta’kid almadh bima yusybihu addzam merupakan salah satu jenis uslub badi’
yang bertujuan untuk memperindah makna. Secara leksikal, uslub ini bermakna
ragam muhassinat ma’nawiyah ini disebut Apofasis atau Preterisio adalah gaya bahasa
Contoh: Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
ta’kid almadh bima yusybihu adz-dzam artinya menegaskan pujian dengan ungkapan
yang mengesankan adanya celaan. Dari segi struktur kalimat, uslub dimaksud ditandai
dengan pemakaian kata yang menunjukkan “pengecualian”, seperti hanya, kecuali, dll,
seperti kata Misalnya: Pengusaha Itu Kekayaannya Melimpah, hanya Saja amal
Ibadahnya Tidak Kalah Dengan Para Kiai Di Kota Ini. Ternyata, kalimat setelah kata
‘pengecualian’ merupakan pujian yang berfungsi sebagai ‘penegas’ pada pujian pertama.
Pada awalnya, ketika seseorang akan memuji, dia memilih kata-kata atau
ungkapan yang langsung menunjukkan kepada tujuan tersebut. Akan tetapi seiring
dengan perkembangan budaya dan tingkat intelektual manusia, cara pengungkapan pujian
tersebut bervariasi. Orang mulai berpaling dari yang jelas kepada yang samar, dari yang
hakiki kepada majazi, dan dari yang mudah dipahami kepada yang sulit dipahami. Salah
Memperkuat pujian dengan kalimat yang menyerupai celaan itu terbagi kepada
celaan yang dinafikan. Dalam kaidah ilmu balaghah, jenis pertama ini bisa
didefinisikan dengan:
َهدهخيولرتهاَ فرييتها
Artinya:
dengan cara bahwa sifat sanjungan itu termasuk kepada sifat pencelaan.”
seseorang: “dia tidak bodoh, tapi dia seorang yang cerdas.” Ungkapan
jenis ini banyak kita temukan dalam bahasa arab baik dalam syiir maupun
natsar.
Artinya:
“Tidak ada cacat padanya, selain mata tidak akan melihat orang yang
kesan kepada pendengar bahwa ada kecacatan pada orang yang dipuji itu.
memahami bahwa kata-kata setelah huruf istisna’ itu sifat pujian, namun
ُ تليهاَ صققفة مققدح،َُ و ذكر أداة إستثْناَء بعدها، إثباَت صفة مدح لشيئ معين
Artinya:
1
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, al-Balaghah al-Wadhihah, terj. Oleh Mujiyo Nurkholis dkk, (Bandung : Sinar
Baru Algensindo, 2016), hlm. 420
2
Muhammad Zamroji, Mutiara Balaghah juz 2, (Blitar: Pena Santri, 2017), hlm. 127
Dan seperti ucapan Al-Nabighah Al-Ja’diy :
Artinya:
dalam jenis ini, tetapi jenis yang pertama itu lebih sempurna.3
menekankan makna adz-dzam (celaan) menggunakan kalimat yang mirip (serupa) dengan
Memperkuat celaan dengan kalimat yang menyerupai pujian itu terbagi kepada
1. Menafikan (meniadakan) sifat pujian lalu diikuti setelah itu adat istitsna’
ungkapan:
3
Abi Fatih Manchfudzi al-Qandaniy, Intisari Ilmu Balaghah, (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 295
Artinya : “Tidak ada keutamaan bagi kaum itu, kecuali mereka
2. Menetapkan sifat celaan kepada sesuatu lalu diikuti setelah itu adat
dalam ungkapan:
E. analisis contoh Ta’kid almadh bima yusybihu adz-dzam dan Ta’kid adz-Dzam bima
Yusybihu al-Madh
َ فأنستني الياَم أهل وموطنا# ول عيب فيه غير أني قصدته
Tidak ada cela padanya, hanya saja aku akan menemuinya, maka
hari-hari telah melupakan aku dari keluarga dan negara
Wajah wajah itu berseri seperti bunga di taman. Akan tetapi, pada
musim perang bagaikan batu besar yang keras
Tiada aib pada mereka, hanya saja orang orang yang singgah
pada mereka terhibur dari keluarga, negara dan pramuwisma
Tiada cela bagi taman itu kecuali anginnya lembut dan pelan
Seorang penyair menafikan celaan pada orang lain, kemudian ia
Tiada kebaikan pada kaum itu, hanya saja mereka mencela zaman
dan mereka juga cela
mendatangkan istisna’ ال dengan celaan yang lain. Kalimat ini berupa
celaan yang diserupakan dengan pujian. Maknanya orang yang dicela
adalah orang yang tidak bisa berperilaku baik pada zamannya.
mendatangkan istisna’ غير dengan celaan yang lain. Kalimat ini juga
berupa celaan yang diserupakan dengan pujian. Maknanya orang yang
dicela adalah orang yang benar-benar dipenuhi kedengkian.
ول ذنب لي ال العل والفضاَئل# تعد ذنوبي عند قوم كثْيرة
mendatangkan istisna’ ال dengan celaan yang lain. Kalimat ini juga
berupa celaan yang diserupakan dengan pujian. Maknanya orang yang
dicela adalah orang yang mempunyai banyak dosa yang besar.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi Ta’kid almadh bima yusybihu addzam merupakan salah satu jenis uslub badi’
yang bertujuan untuk memperindah makna. Secara leksikal, uslub ini bermakna
“Menguatkan Pujian Dengan Menyerupai Celaan dan Pada awalnya, ketika seseorang
akan memuji, dia memilih kata-kata atau ungkapan yang langsung menunjukkan kepada
tujuan tersebut. Akan tetapi seiring dengan perkembangan budaya dan tingkat intelektual
Orang mulai berpaling dari yang jelas kepada yang samar, dari yang hakiki
kepada majazi, dan dari yang mudah dipahami kepada yang sulit dipahami. Salah satu
variasi tersebut adalah Ta’kid almadh bima yusybihu addzam dan bagiannya ada dua
bagian: mengecualikan suatu sifat terpuji, dari sifat celaan yang dinafikan dan
Menetapkan sifat pujian, kemudian diikuti oleh istitsna’ dan sifat pujian lainnya.
B. Saran
Demikian penjelasan tentang Ta’kid almadh bima yusybihu addzam seperti inilah
yang dapat kami sampaikan, dan dalam penulisan makalah ini tentunya kami masih
banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun isi materinya, untuk itu kami mohon
maaf sebesar-besarnya, kritik dan saran saudara sangat berharga bagi kami demi
menunjang pengetahuan kami dan juga kami berterimakasih atas perhatian saudara yang
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Amin. 2016. al-Balaghah al-Wadhihah, terj. Oleh Mujiyo Nurkholis
dkk. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Al-Qandaniy, Abi Fatih Manchfudzi. 2015. Intisari Ilmu Balaghah. Yogyakarta: Lentera
Kreasindo