Disusun Oleh :
ii
Penguji sekolah SMK Kes.Bhakti Penguji sekolah SMK Kes.Bhakti
Kencana Limbangan Kencana Limbangan
iii
KATA PENGANTAR
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kita
dapat menyelesaikan Format Laporan Akhir Praktik Kerja Laporan ini
2. Dokter Citra Rosihan,Sp.B.,FinaCS.,MMRS selaku Kepala Rumah Sakit
TK.IV 03.07.04 Guntur
3. Bapak Bagja Samsudiyana,S.Pd selaku kepala sekolah SMK Bhakti Kencana
Limbangan
4. Bapak Atep Prasetia, Amd.Kep selaku pembimbing Praktik Kerja Lapangan
di SMK Bhakti Kencana Limbangan
5. Seluruh guru produktif SMK Bhakti Kencana Limbangan
6. Seluruh CI selaku pembimbing di Rumah Sakit Guntur
7. Orang tua tercinta yang tidak pernah lelah memberikan dukungan,baik
secara moril maupun materil
8. Semua pihak yang mendukung tersusunnya laporan ini
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusun laporan
ini. Oleh karena itu,kami dengan tulus mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga dapat digunakan untuk perbaikan lebih
lanjut. Semoga Laporan Praktik ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Penyusun,
Garut,2023
iv
DAFTAR ISI
COVER .........................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................... 2
C. TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN ............................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR TEORI ................................................................. 4
1. PENGERTIAN .............................................................................. 4
2. ETIOLOGI ..................................................................................... 4
3. PATOFISIOLOGI ......................................................................... 5
4. MANISFESTASI KLINIS ........................................................... 8
5. KOMPLIKASI ............................................................................... 8
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................. 9
7. PENATALAKSANAAN .............................................................. 10
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ........................... 12
1. PENGKAJIAN ............................................................................. 12
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL .............................. 16
3. RENCANA KEPERAWATAN ................................................... 16
BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN ............................................................................. 23
B. ANALISA DATA ......................................................................... 31
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................. 33
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................... 33
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ......................................... 36
F. EVALUASI KEPERAWATAN ................................................... 36
v
BAB IV PEMBAHASAN
A. TAHAP PENGKAJAN .................................................................... 50
B. TAHAP DIAGNOSA ...................................................................... 50
C. TAHAP PERENCANAAN .............................................................. 51
D. TAHAP PELAKSANAAN .............................................................. 51
E. TAHAP EVALUASI ....................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN
A. KESIMPULAN ................................................................................ 52
B. SARAN ............................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN LAMPIRAN ...........................................................................
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diare.
2
c. Bagi Masyarakat
Untuk menjadikan motivasi bagi pasien atau masyarakat dalam upaya
meningkatkan kepatuhan dalam penatalaksanaan penyakit sehingga
dapat mempertahankan kualitas hidup pasien diare akut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair bahkan berupa air aja dan frekuensinya lebih
sering (3x sehari) dalam satu hari.(DEPKES RI,20 11).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih
berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau
buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.
(Dinkes, 2016)
2. Etiologi
Diare terjadi karena adanya infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan
parasit) alergi, malabsorbsi, keracunan, obat dan difiensi imun adalah
kategori besar penyebab diare. Pada balita, diare terbanyak adalah infeksi
virus terutama Rotavirus (Permatasari,2012).
a. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%) .
beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus Serotype
1,2,8 dan 9 pada manusia, Norwalk virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe
40,41), small bowl structure virus, cytomegalovirus.
b. Bakteri
Enteroxigenik E.coli (ETEC) ,Enteropsthogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E.coli (EIEC),
Enterohemoragic E.coli (EHEC), shigella spp, Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), vibriocholera 0139, salmonella (non-thypoid).
c. Parasit
Protozoa, Giardia lambia , Entamoeba histolityca, Balantidium coli,
Cryptosporidium spp, Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
4
d. Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp, Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
e. Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motolitas,
imonodefisiensi, obat dan lain-lain.
3. Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergesera air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin dinding usus,
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperveristaltik. Akibat dari
diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic
dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang,output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004). Menurut
Tanto dan Liwang 2006) dan Suratmaja (2007),proses terjadinya diare
disebabkan oleh berbagai factor diantaranya;
a. Faktor Infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang
masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan
elektrolit.atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
transfor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
5
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatakan peristaltik
usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang
dapat menyebabkan diare,keahlian dan keterampilan dari berbagai
professional pemberi pelayanan kesehatan.
e. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovatot)
dalam ilmu keperawan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat
tanggap terhadap rangsangan dan lingkungannya.
6
Pathway
Penyerapan
makanan di usus
Isi usus menuurun
7
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan
tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah), anus lecet,
dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi
cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan
menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit
menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering
(Octa dkk, 2014).
5. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut.
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan ( input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada
diare. Ganguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosis). Hal ini
terjadi karena Nabicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadi
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadi
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori
Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan
atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol
glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
8
c. Gangguan gizi
Terjadi penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena
takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu
diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapt
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah banyak, dapat mengakibatkan pendarahan otak. Kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupum
kronik akan terjadi kehilangan air elektrolit (terjadi dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolis, hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan
kurang, pengeluaran bertambah) , hipoglikemia, gangguan sirkulasi
darah.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Wijayaningsih, 2013:82) adalah:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan
menentukan Ph dan cadangan alkali dan analisa darah.
3. Pemeriksaan kadar ereum yang mengalami dehidrasi atau toksisitas
berat atau diare berlangsung lebih dri beberapa dan kreatinin untuk
mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
9
Menurut (Sudoyono, 2009:552) Pada pasien hari, diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut adalah
pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematoksit, leukosit,
hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum, dan kreatinin,
pemeriksaan tinja dan pemeriksaan Enzyme-linkid immunnosorbent
assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test serologic amerbiasis, dan
foto x-tray abdomen.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti dehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat
diteruskan selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada
pasien tanpa penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya
darah samar dan leukosit pada fesesnya (Medicinus, 2018).
1. Terapi Farmakologik
A. Antibiotik
Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare
berdarah, atau diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI,
2018), Menurut suratmaja ( 2018), pengobatan yang tepat terhadap
penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan
memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada
penderita diare, antibiotik boleh diberikan bila:
a. Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik atau
biakan.
b. Pada pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis ditemukan darah
pada tinja.
c. Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
maternal di daerah endemic kolera.
d. Neonatus yang di duga infeksi nosocomial.
10
B. Obat Antipiretik
Menurut Suraatmaja ( 2018 ), obat antipiretik seperti preparat
salisilat ( asetosol, aspirin ) dalam dosis rendah ( 25 mg/tahun kali )
selain berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrasi atau panas
karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama
tinja.
C. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar
( BAB ), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan
diare pada bulan berikutnya ( Lintas diare, 2018 ).
Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti
kehilangan air dan elektrolit terapi cairan rumatan yaitu menjaga
kehilangan cairan yang sedang berlangsung. Bahkan pada kondisi
diare berat, air dan garam di serap terus menerus melalui absorbsi
aktif nutrium yang di tingkatkan oleh glukosa dalam usus halus.
larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung nutrium,
kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa
diperlukan untuk meningkatkan absorbs elektrolit ( Wiften 2018 ).
Oralit diberikan untuk menggantikan cairan elektrolit yang
banyak di buang dalam tubuh yang terbuang pada saat diare.
Meskipun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum
tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat di serap dengan baik oleh usus
penderita diare ( Depkes RI, 2011 ).
2. Terapi Non Farmakologi
Pencegahan diare dapat diupayakan melalui berbagai cara
umum dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah
peningkatan hygiene dan sanitasi karena peningkatan hygiene dan
11
sanitasi dapat menurunkan insiden diare, jangan makan sembarangan
terlebih makanan mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah
memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2
tahun. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur untuk
mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk dehidrasi.
Buang air besar dijamban, membuang tinja bayi dengan benar,
memberikan imunisasi campak ( Kasaluhe et al, 2015 ).
12
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b. Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c. Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, tidak sadar
2. Pemeriksan Fisik
a. Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubunnya biasanya cekung.
13
b. Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau
sedang kelopak matanaya cekung ( cowong ). Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
c. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung. Tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
1. Diare tanpa dehidrasi : mulut dan libah basah
2. Diare dehidrasi ringan : mulut dan lidah kering
3. Diare dehidrasi berat : mulut dan lidah sangat kering
f. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak
ada kelainan pada kelenjar tyroid.
g. Thorax
1. Jantung
a. Insfeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b. Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya
pasien mengalami takikardi dan bradikardi.
2. Paru-paru
a. Insfeksi
14
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah,
diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
3. Abdomen
a. Insfeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
b. Palpasi
turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien dehidrasi ringan kembali <2 detik, pada pasien
dehidrasi berat kembali >2 detik.
c. Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising usus nya
meningkat.
4. Ekstremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi CRT normal, akral
teraba hangat. Anak dengan dehidrasi ringan CRT kembali
<2 detik, akral dingin. Pada anak dengan dehidrasi berat
CRT kembali >2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
5. Genetalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu
di lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a.Pemeriksaan AGD, elektrolit, kadar natrium serum.
Biasanya penderita diare natrium plasma> 150 mmol/L,
kalium > 5mEq/L.
Pemeriksaan urine
b. Pemeriksaan tinja biasanya tinja pasien ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat
c. Pemeriksaan Ph
15
2. Pemeriksaan penunjang
Endoskopi, Radiologi dan pemeriksaan lanjutan.
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Diare berhubungan Tupan:Diare -Identifikasi penyebab
dengan infeksi virus, teratasi diare
parasite, bakteri, Tupen:Setelah -Identifikasi riwayat
mikroorganisme dilakukan pemberian makanan
tindakan -Identifikasi gejala
keperawatan invaginasi (tangisan
selama 1 x 24 keras,kepucatan pada
jam diare bayi)
berkurang,di -Monitor
tandai dengan : warna,polume,frekuen
-frekuensi bab 2x si,dan kosistensi tinja
-Monitor tanda dan
16
gejala hipovolemia
(takikardia,nadi teraba
lemah,turgor kulit
turun,mukosa mulut
kering,CRT
melambat,BB
menurun )
-Monitor keamanan
penyiapan makanan
-Berikan asupan
cairan oral (larutan
garam gula, oralit )
-pasang jalur
intravena (ringer
asetat,ringer laktat)
-Ambil simple darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap
elektrolit
-Ambil simple feses
untuk kultur, jika
perlu edukasi
-Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
-Anjurkan
menghindari makanan
pembentuk
gas,pedas,dan
mengandung laktosa
17
-Anjurkan
menghindari makanan
pembentuk gas,pedas
dan mengandung
laktosa
-Anjurkan
melanjutkan
pemberian asi
-Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
(loperamide,difenoksil
at)
-Kolaborasi
pemberian obat
antispasmodic
/spasmolitik
(papaverine)
-Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
(atapulgit,smektit,kacl
in pectin)
2. Resiko hipovolemia Tupan:Resiko - Periksa tanda dan
berhubungan dengan hipovolemia gejala hipovolemia
kehilangan cairan, teratasi. (frekuensi nadi
dehidrasi Tupen: meningkat, nadi teraba
Setelah dilakukan lemah, tekanan darah
tindakan menurun, tekanan nadi
keperawatan menyempit, turgor
selama 1x24 jam kulit menurun,
18
resiko membrane mukosa
hipovolemik kering, volume urin
berkurang menurun, lemah)
Ditandai dengan : - Monitor intake dan
-Frekuensi nadi output cairan
membaik -Hitung kebutuhan
-Turgor kulit cairan
meningkat -Berikan posisi
- Pengisian vena modified
meningkat trendelemburg
- Intake cairan -Berikan asupan
membaik cairan oral
-Kolaborasi
pemberian cairan iv
isostonis (Nacl,Rl)
3. Resiko ketidak Tupan:Resiko -Monitor status hidrasi
seimbangan cairan ketidak (Mis,frekuensi nadi
berhubungan dengan seimbangan ,akral,pengisian
kehilangan cairan. cairan teratasi kapiler,kekuatan
Tupen:Setelah nadi,kelembapan
dilakukan mukosa,Tugor kulit
tindakan 1x24 ,tekanan darah)
jam resiko - monitor berat harian
ketidak - monitor berat badan
seimbangan sebelum dan sesudah
cairan tubuh dialisis
berkurang -monitor hasil
ditandai dengan : pemeriksaan
-Dehidrasi laboratorium ( Mis,
menurun hematocrit, Na, K, Cl,
-Mata cekung berat jenis urin, BUN
19
membaik )
-Turgor kulit -monitor status
membaik hemodinamik ( Mis,
-Berat badan MAP, CVP, PAP,
membaik PCWP, jika tersedia
-catat intake-output
dan hitung balans
cairan 24 jam
-berikan caran asupan
sesuai kebutuhan
-berikan cairan
intravena jika perlu
-kolaborasi pemberian
diuretic jika perlu
20
-berat badan - monitor hasil
membaik pemeriksaan
-indeks masa laboratorium
tubuh membaik - lakukan oral hygiene
- frekuensi makan sebelum makan
membaik - jika perlu falitasi
-bising usus menentukan pedoman
membaik diet ( mis. Piramida
makanan )
-sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
- berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- berikan suplemen
makanan
- kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang dibutuh
jika perlu
5. Gangguan petukaran Tupan: gangguan - monitor frekuensi
gas berhubungan pertukaran gas irama, kedalaman dan
dengan sesak teratasi upaya napas
Tupen: setelah - monitor pada napas
dilakukan seperti (bradipnea,
21
tindakan tacipnea,
keperawatan hiperventilasi,
selama 1x24 jan kussmaul,chyene-
gangguan stokes,biot, ataksik)
pertukaran gas -monitor kemampuan
berkurang, batuk efektif
ditandai dengan: - monitor adanya
-tingkat produksi sputum
kesadaran - monitor adanya
meningkat sumbatan jalan napas
- pusing menurun - palpasi kesimetrisan
- gelisah menurun ekspansi paru
-pola napas - auskultasi bunyi
membaik napas
- monitor saturasi
oksigen
- monitor nilai AGD
- monitor hasil x-ray
toraks
2.1 Tabel Rencana Keperawatan
22
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An.A
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal masuk : 20-07-23 pukul 18:30 WIB
Tanggal pengkajian : 23-07-23 pukul 08:00 WIB
No medrek/RM : 202107
Alamat : Kp.Asem Kulon, RT/RW.04/14, Desa.Keresek,
Kec.Cibatu, Kab.Garut
Diagnosa medis : Diare
3. Keluhan Utama
Bab mencret
23
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD rumah sakit Guntur pada tanggal 20 Juli 2023 pukul
18:30 WIB dengan keluhan bab mencret disertai mual muntah sejak pagi.
Pada saat dikaji di ruang mawar pada tanggal 23 Juli 2023 pukul 08:00 WIB
ibu klien mengeluh anaknya bab mencret dengan konsistensi cair dan
frekuensi 8-10x/hari. Pada saat bab ibu klien mengatakan anaknya
mengeluh panas pada daerah anusnya seperti terbakar, panas terasa ketika
sedang bab dan membaik ketika tidak sedang bab.
7. Data Psikososial
Ibu klien mau diajak bekerja sama dalam tindakan keperawatan.
8. Data Spiritual
Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
24
-cara Mandiri Dibantu keluarga
-keluhan Tidak ada keluhan Nafsu makan
menurun
2. Minum 5x/hari 3x/hari
-Frekuensi 1.150 ml 690 ml
-Jumlah Air putih dan susu Air putih
-Jenis Mandiri Dibantu keluarga
-Cara Tidak ada keluhan Mual saat minum
-Keluhan
3. Personal Hygine
a.Mandi
-Frekuensi 2x/hari 1x sejak dirawat
-Cara Dibantu keluarga Dibantu keluarga
b.Gosok gigi
-Frekuensi 2x;hari 1x sejak dirawat
-Cara Dibantu keluarga Dibantu keluarga
c.Mencuci
rambut
-Frekuensi 1x/2hari Belum mencuci
-Cara Dbantu keluarga rambut dikarenakan
masih bersih
d.Menggunting
kuku
-Frekuensi 1x/minggu Belum menggunting
-Cara Dibantu keluarga kuku dikarenakan
kuku klien masih
pendek dan bersih
4. Istirahat tidur
-Lamanya tidur 10 jam/hari 10 jam/hari
-Waktu tidur 20:00-06:00 WIB Tidak menentu
25
-Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
5. Eliminasi
a.BAB
-Frekuensi ± 1x/2hari ±8x/hari
-Konsistensi Normal,tidak ada cair,lembek dan
kelainan terdapat lendir
-Keluhan Tidak ada keluhan
-Cara Dibantu keluarga Panas pada saat bab
Dibantu keluarga
b.BAK
-Frekuensi ± 8x/hari ±5x/hari
-Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
-Cara Mandiri Dibantu keluarga
2.2 Tabel Aktivitas Sehari-hari
26
Turgor : Abnormal,terbukti saat di cubit kembali
lebih dari 2 detik
Kebersihan : Bersih
➢ Kuku
Bentuk : Normal, tidak ada kelainan
Tekstur : Halus
CRT : Abnormal,terbukti saat dicubit kembali
lebih dari 2detik
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
Kebersihan : Bersih
c. Kepala dan Rambut
Kesimetrisan : Simetris antara kepala dan bahu
Kebersihan : Bersih
Kondisi rambut : Normal, tidak ada kelainan
Penyebaran : Merata
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
d. Mata
Kesimetrisan : Simetris antara mata kanan dan mata kiri
Konjungtiva : Kemerahan
Sclera : Putih
Pupil : Normal, mengecil saat terkena rangsangan
cahaya
Gerakkan bola mata : Normal, dapat di gerakan sesuai perintah
e. Telinga
Kesimetrisan : Simetris antara telinga kanan dan kiri
Tekstur : Halus
Keberihan : Bersih
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
Fungsi pendengaran : Normal, terbukti saat di panggil menoleh
27
f. Hidung
Kesimetrisan : Simetris antara lobang hidung kanan dan
kiri
Tekstur : Halus
Kebersihan : Bersih
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
Fungsi penciuman : Normal, terbukti dapat mencium aroma
kayu putih
g. Mulut
➢ Bibir
Warna : Kemerahan
Tekstur : Kering
Kelembaban : Kering
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
➢ Gusi
Warna : Kemerahan
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
➢ Gigi
Warna : Putih kekuningan
Jumlah : 20 buah,terbukti belum ada yang tanggal
Kebersihan : bersih
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
➢ Lidah
Warna : Normal, tidak ada kelainan
Pergerakkan : Normal, terbukti dapat digerakan ke
segala arah
Kebersihan : Bersih
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
h. Leher
Kebersihan : Bersih
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
28
Pergerakkan : Normal, tidak ada kelainan
KGB : Normal, tidak ada pembengkakan
Kelenjar Tiroid : Normal, tidak ada peninggian
Refleks menelan : Normal, dapat menelan
i. Dada/Thorax
Kesimetrisan : Simetris antara dada kanan dan kiri
Suara paru : Vesikuler
Suara jantung : Reguler (lub dub)
Keadaan : Normal tidak ada kelainan
j. Punggung
Kesimetrisan : Simetris antara punggung kanan dan kiri
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
k. Abdomen
Bentuk : Normal, tidak ada kelainan
Kebersihan : Bersih
Bising usus : abormal, terbukti bising usus lebih dari
30x/menit
Keadaan : abormal, terbukti perut klien kembung
l. Genetalia
Tidak dilakukan pemeriksaan, tetapi ibu pasien mengatakan tidak
ada kelainan di alat kelaminnya
m. Ekstremitas
➢ Atas
Kesimetrisan : Simetris antara tangan kanan dan kiri
Pergerakkan : Normal, dapat di gerakan sesuai perintah
Keadaan : Normal, tidak ada kelainan
Kekuatan otot : 5/4 ( tangan kanan dapat digerakan sesuai
perintah, sedangkan tangan kiri susah di
gerakan karena terdapat infus )
➢ Bawah
Kesimetrisan : Simetris antara kaki kanan dan kiri
29
Pergerakan : Normal, dapat digerakan sesuai perintah
Keadaan : Normal,tidak ada kelainan
Kekuatan otot : 5/5 ( gerakan normal penuh menentang
gravitasi dengan penuh penahanan )
30
12. Data Pemberian Obat
No Nama Obat Dosis Cara Kegunaan
1. Infus 30 tpm Intravena Untuk terapi pengganti
Assering cairan selama dehidrasi
2. L-bio 2x1 Peroral Untuk melindungi system
pencernaan dan
memperbaiki fungsi normal
saluran pencernaan saat
sedang diare
3. Ondansetron 2x4 mg Intravena Untuk mencegah serta
mengobati mual muntah
4. Mikasin 2x40 mg Intravena Untuk mengatasi infeksi
bakteri
5. Zink 1x1/2 peroral Sebagai terap pelengkap
sdm diare pada anak
2.4 Tabel Data Pemberian Obat
B. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Masalah Tanggal
1. DS:ibu klen Frekuensi bab Resiko 23-07-23
mengeluh anaknya meningkat ketidak
bab mencret seimbangan
DO:-Frekuensi 8- Hilang cairan dan cairan
10x/ hari elektrolit
-turgor kulit ab- berlebihan
normal
-CRT
Dehidrasi
abnormal
-Mukosa bibir
Resiko
kering
ketidakseimbangan
31
cairan
Resiko intoleransi
aktivitas
2.5 Tabel Analisa Data
32
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan frekuensi bab
meningkat, ditandai dengan:
DS: ibu klen mengeluh anaknya bab mencret
DO: -Frekuensi 8-10x/hari
-turgor kulit abnormal
-CRT abnormal
-Mukosa bibir kering
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan mual muntah, ditandai dengan:
DS : ibu klien mengatakan anaknya mual muntah
DO :-Frekuensi 2x
-klien terlhat lemas
-klien terlihat pucat
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan nafsu makan menurun,
ditandai dengan:
DS: ibu klien mengatakan anaknya lemas
DO: -Skala aktivitas 2
-Klien terlihat lemas
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : An.A
Diagnosa medis : Diare
33
keperawatan selam -Anjurkan klien
1x24 jam diharapkan untuk sering minum
resiko air putih
ketidakseimbangan -Anjurkan klien
cairan untuk makan
berkurang,ditandai makanan yang lunak
dengan: -Anjurkan klien
-Frekuensi bab minum airan (larutan
Berkurang garam,gula, dan
-Turgor kulit oralit)
normal -Observasi ttv klien
-Mukosa bibir -Observasi tetesan
normal infus assering 30
tpm
2. Resiko defisit nutrisi Tupan:resiko defisit -Kaji frekuensi mual
berhubungan dengan nutrisi teratasi. muntah
mual muntah Tupen:setelah -Anjurkan klien
dilakukan tindakan makan sedikit tapi
keperawatan selama sering
1x24 jam resiko -Observasi tingkat
defisit nutrisi mual
berkurang,ditandai -Kaji faktor yang
dengan: menyebabkan klien
-Klien tidak mual mual muntah
Muntah -Anjurkan klien
-Klien terlihat segar untuk tidak
-Keadaan klien memakan makanan
Membaik yang menyebabkan
-Porsi makan klien mual
normal -Berikan obat
pencegah mual
34
muntah
-Berikan injeksi
ondansetron 2x4mg
sesuai anjuran dokter
3. Resiko intoleransi Tupan:resiko -Anjurkan klien
aktivitas intoleransi aktivitas makan sedikit tapi
berhubungan dengan teratasi. sering
nafsu makan Tupen:setelah -Berikan
menurun dilakukan tindakan kenyamanan klien
keperawatan selama saat beristirahat
1x24 jam, resiko -Anjurkan klien tirah
intoleransi aktivitas baring
berkurang, ditandai -Bantu klien
dengan: mobilisasi sesuai
-Skala aktivitas 1 kebutuhan
-Klien terlihat -kaji kemampuan
membaik klien dalam
beraktifiitas
-Berikan dorongan
untuk melakukan
aktifitas secara
bertahap
2.6 Tabel Intervensi Keperawatan
35
E. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE-I
No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawa &Waktu
tan
1. Resiko 23-07-23 Cindy
ketidaksei Pagi Pukul 13:20 Fathia
mbangan 08:25 − Mengobserva S:ibu klien Mia
cairan si turgor kulit mengatakan Salma
berhubung 09:00 − mengobserva anaknya masih
an dengan si tetesan bab mencret
frekuensi infus O:
bab assering 30 -frekuensi bab 8x
meningkat tpm -konsistensi cair
− memberikan -turgor kulit
terapi injeksi abnormal
miksin 2x40 -ukosa bibir
mg kering
36
peroral L-bio 2x1
2. Resiko 23-07-23 Cindy
defisit Pagi Pukul 13:20 Fathia
nutrisi 08:25 − menganjurka S:ibu klien Mia
berhubung n klien mengatakan Salma
an dengan makan anaknya masih
mual sedikit tapi mual muntah
muntah 09:00 sering O:
− memberikan -frekuensi muntah
terapi injek 1x
ondansetron -klien terlihat
2x4 mg lemas
sesuai -klien terlihat
anjuran pucat
dokter A:masalah belum
teratasi
P:lanjutkan
intervensi
I:
-menganjurkan
klien makan
sedikit tapi sering
-memberikan
terapi injek
ondansetron 2x4
mg sesuai anjuran
dokter
37
3. Resiko 23-07-23 Pukul 13:20 Cindy
intoleransi Pagi − menganjurka S:ibu klien Fathia
aktivitas 08:25 n klien tirah mengatakan Mia
berhubung baring anaknya masih Salma
an dengan − menganjurka lemas
nafsu n keluarga O:
makan klien untuk -skala aktivitas 2
menurun selalu -klien terlihat
membantu lemas
pasien A:masalah belum
mobilisasi teratasi
− mengkaji P;lanjutkan
kemampuan intervensi
klien dalam I:
beraktifitas menganjurkan
klien tirah baring
-menganjurkan
keluarga klien
untuk selalu
membantu pasien
mobilisasi
-mengkaji
kemampuan klien
dalam beraktifitas
1. Resiko 23-07-23 Cindy
ketidaksei Siang pukul 20:15 Fathia
mbangan 15:05 − mengobserva S:ibu klien Mia
cairan si turgor kulit mengatakan Salma
berhubung − mengobserva anaknya masih
an dengan si tetesan bab mencret
frekuensi O:
38
bab 16:15 infus -frekuensi bab 1x
meningkat assering 30 -turgor kulit
tpm abnormal
20:20 − menganjurka -mukosa bibir
n klien kering
banyak A:masalah
minum air teratasi sebagian
putih P:lanjutkan
− memberikan intervensi
terapi obat I:
peroral zinc -mengobservasi
1x1/2 sendok turgor kulit
− memberikan -mengobservasi
terapi obat tetesan infus
peroral l-bio assering 30 tpm
-menganjurkan
klien banyak
minum air putih
-memberikan
terapi obat peroral
zinc 1x1/2 sendok
-memberikan
terapi obat peroral
l-bio
39
muntah − menganjutka tidak muntah
n klien O:
makan -klien masih
20:00 sedikit tapi terlihat lemas
sering -klien masih
− memberikan terlihat pucat
terapi injeksi A:masalah teratas
ondansetron sebagian
2x4 mg sesui P:lanjutkan
anjuran intervensi
dokter I:
-mengobservasi
frekuensi mual
muntah
-menganjutkan
klien makan
sedikit tapi sering
-memberikan
terapi injeksi
ondansetron 2x4
mg sesui anjuran
dokter
3. Resiko 23-07-23 Cindy
intoleransi siang Pukul 20:15 Fathia
aktivitas 20:15 − mengkaji S:ibu klien Mia
berhubung respon klien mengatakan Salma
an dengan dalam anaknya masih
nafsu beraktifitas lemas
makan − menganjurka O:
menurun n keluarga -skala aktivitas 1
-klien masih
40
klien untuk terlihat lemas
selalu A:masalah
membantu teratasi sebagian
pasien P:lanjutkan
mobilisasi intervensi
I:
-mengkaji respon
klien dalam
beraktifitas
-menganjurkan
keluarga klien
untuk selalu
membantu pasien
mobilisasi
1. Resiko 23-07-23 Syair
ketidaksei Malam Pukul 06:00 Ayu
mbangan 06:00 − mengobserva S:ibu klien Reghi
cairan si frekuensi mengatakan a
berhubung bab anaknya masih
an dengan − mengobserva mencret
frekuensi 10:00 si turgor kulit O:
bab − mengobserva -frekuensi bab 1x
meningkat si tetesan -konsistensi bab
infus cair
assering 30 -turgor kulit
tpm membaik
A:masalah
teratasi sebagian
P:lanjutkan
intervensi
I:
41
-mengobservasi
frekuensi bab
-mengobservasi
turgor kulit
-mengobservasi
tetesan infus
assering 30 tpm
2. Resiko 23-07-23 Syair
defisit Malam pukul 06:00 Ayu
nutrisi 06:00 − mengobserva S:ibu klien Reghi
berhubung si frekuensi mengatakan a
an dengan muntah anaknya sudah
mual − menganjurka tidak mual dan
muntah n klien untuk muntah
makan O:
sedikit tapi -klien terlihat
sering lemas
-klien masih
terlihat sedikit
pucat
-klien sudah tidak
mual dan muntah
A:masalah
teratasi sebagian
P:lanjutkan
intervensi
I:
-mengobservasi
frekuensi muntah
-menganjurkan
klien untuk
42
makan sedikit tapi
sering
43
F. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE-II
No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawa &
tan Waktu
1. Resiko 24-07-23 Pukul 13.20 Cindy
ketidak Pagi S: ibu klien Mia
seimbanga 13.20 − mengobserva mengatakan Salma
n cairan si frekuensi anaknya bab 2x Suci
berhubung 10.05 bab O:
an dengan − mengobserva -frekuensi bab 2x
frekuensi si tetesan -konsistensi cair
bab 13.20 infus -klien terlihat
meningkat assering 30 masih lemas
09:00 tpm -turgor kulit
− mengobserva kembali <2 detik
si turgor kulit A:masalah
− memberikan teratasi sebagian
− memberikan I:
therapy -mengobservasi
44
2x40
2. Resiko 24-07-23 Cindy
defisit Pagi − Mengobserva Pukul 13.30 Mia
nutrisi 13.30 si frekuensi S: ibu klien Salma
berhubung mual muntah mengatakan Suci
an dengan − Menganjurka anaknya sudah
mual 09.00 n klien untuk tidak mual
muntah tidak muntah dan nafsu
memakan makannya sudah
makanan membaik
yang bisa O:
menyebabka -klien sudah tidak
n mual mual muntah
− Menganjurka -nafsu makan
n makan membaik
sedikit tapi -klien terlihat
sering lebih segar
-turgor kulit
kembali <2 detik
A: masalah
teratasi
P: hentikan
intervensi
I: -mengobservasi
frekuensi mual
muntah
-menganjurkan
klien untuk tidak
memakan
makanan
makanan yang
45
bisa
menyebabkan
mual
-menganjurkan
makan sedikit tapi
sering
3. Intoleransi 24-07-23 Cindy
aktivitas Pagi Pukul 13:30 Mia
berhubung 09:00 − Menganjurka S: ibu klien Salma
an dengan n tirah baring mengatakan Suci
nafsu anaknya sudah
makan lebih segar
menurun O:
-nafsu makan
membaik
-klien terlihat
lebih segar
A: masalah
teratasi
P: hentikan
intervensi
I: -menganjurkan
tirah baring
1. Resiko 24-07-23 Nelda
ketidak Siang Pukul 13:30 Fathia
seimbanga 20:20 − Mengobserva S:ibu klien Hera
n cairan si frekuensi mengatakan
berhubung BAB anaknya BAB 1x
an dengan − Mengobserva O:
frekuensi si tetesan -frekuensi BAB
46
BAB infus 1x
meningkat assering 20 -terdapat hampas
TPM dalam tinja
− Menganjurka A:masalah
n memakan teratasi sebagian
makanan P:lanjutkan
yang lunak intervensi
− Memberikan I:
terapy L-bio -Mengobservasi
2x1 frekuensi BAB
− Memberikan -Mengobservasi
terapy zinc tetesan infus
assering 20 TPM
-Menganjurkan
memakan
makanan yang
lunak
-Memberikan
terapy L-bio 2x1
-Memberikan
terapy zinc
1. Resiko 24-07-23 Reghi
ketidak Malam Pukul 06:00 a
seimbanga 21:40 − Mengobserva S:ibu klien Rosa
n cairan si tetesan mengatakan
berhubung infus anaknya BAB 1x
an dengan assering 30 tetapi sudah tidak
frekuensi 06:00 TPM cair dan terdapat
BAB hampas
meningkat O:
-frekuensi BAB
47
1x
− Menganjurka -konsistensi
n klien normal
makan A:masalah
makanan teratasi
yang lunak P:lanjutkan
− Mengobserva intervensi
si frekuensi I:
BAB -Mengobservasi
tetesan infus
assering 30 TPM
-Menganjurkan
klien makan
makanan yang
lunak
-Mengobservasi
frekuensi BAB
2.8 Tabel Implementasi & Evaluasi Keperawatan hari Ke-II
48
G. IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN HARI KE-III
No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan &
waktu
1. Resiko 25-07- Mia
ketidak 23 pukul 13:15 Salma
seimbangan Pagi − Mengobservasi S:ibu klien Suci
cairan 13:15 tetesan infus mengatakan Sifa
berhubungan assering 30 anaknya sudah
dengan TPM tidak BAB cair
frekuensi − Mengobservasi O:klien sudah
BAB 08:00 frekuensi BAB tidak BAB cair
meningkat A:masalah
− Memberikan teratasi
obat peroral L- P:hentikan
bio intervensi
I:
− Mengobservasi
tetesan infus
assering 30
TPM
− Mengobservasi
frekuensi BAB
− Memberikan
obat peroral L-
bio
2.9 Tabel Implementasi & Evaluasi Keperawatan Hari Ke-III
49
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang status
kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, dan
berkesinambungan. Pengumpulan data juga harus dapat menggambarkan status
kesehatan dan kekuatan masalah-masalah yang dialami oleh klien. ( Hutahaean
Serri, 2018 )
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Data psikososial
6. Data spiritual
7. Aktivitas sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
9. Pemeriksaan diagnostic
10. Diagnosa keperawatan
11. Rencana keperawatan
12. Implementasi keperawatan
13. Evaluasi keperawatan
Dalam pengkajin yang kami lakukan pada an.A dengan diagnose diare
akut di ruang mawar 3 sama dengan pengkajian yang ada dalam teori asuhan
keperawatan dan tidak ada kesenjangan.
B. Tahap diagnosa
Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada anak dengan diare
adalah sebagai berikut:
1. Diare berhubungan dengan infeksi virus, parasit, bakteri, mikroorganisme
50
2. Resiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan, dehidrasi
3. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien,
Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sesak
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien an.A diagnosa yang
muncul:
1. Gangguan ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan frekuensi BAB
meningkat
2. Gangguan defisit nutrsi berhubungan dengan mual muntah
3. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan agen infeksius mediator
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan pengkajian.
C. Tahap perencanaan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan yang direncanakan .
D. Tahap pelaksanaan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan yang direncanakan.
E. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien
terhadap tindakan keperawatan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar
dan perencanaan ( Hutahaean Serri, 2018 ).
Tidak terdapat kesenjangan antara evaluasi dalam teori dan evaluasi yang
dilakukan.
51
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
52
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat terjadi acuan dan
menjadi bahan perbandingan pada peneliti yang akan melakukan penelitian
pada pasien diare
2. Bagi Perawat Ruangan
Diharapkan selalu teliti dalam memberikan tindakan agar mempercepat
proses dan dapat dijadikan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan diare.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dalam pengembangan ilmu keperawatan diharapkan dapat menambah
keluasan ilmu keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diare dan juga memacu pada peneliti selanjutnya dan menjadi
bahan perbandingan dalam melakukan penelitian pada pasien dengan diare.
53
DAFTAR PUSTAKA
Masdy Cindy. (2021). LP+Askep Diare [Scribd Inc] Di akses pada 28 Juli
2023 dari https://id.scribd.com/dokument/5322003193/lp-askep;diare-
Cindy-masdy
Open Data Jabar. (2016-2021). Jumlah Kasus Penyakit Diare Berdasarkan
Dinas Kesehatan [opendata.jabarprov.go.id] Di akses pada 2 September 2023
dari https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-kasus-penyakit-
diare-berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat
Rahayu Nuraini. (2021). BAB II Tinjauan Pustaka A.Diare
[repositori.unsil.ac.id.] Di akses pada 1 September 2023 dari
https://repositori.unsil.ac.id/3328/5/BAB%2011.pdf
54
LAMPIRAN
55