Anda di halaman 1dari 34

i

MAKALAH

ILMU NEGARA

MENJABARKAN TEORI ASAL MULA NEGARA

KELOMPOK 4

AINUR ROFIQOH 231011500247

NURLYA FITRI SALSABILA 231011500294

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat
rahmat Yang di berikan-nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah ilmu Negara yang di berikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah ilmu Negara.

Makalah ini menjelaskan tentang teori tujuan Negara dan asal mula Negara.
Makalah ini berisi semua yang di butuhkan bagi para pembaca agar
mengetahui dan mengerti tentang teori tujuan Negara dan asal mula Negara.

Di harapkan agar setiap konteks yang ada di dalam makalah ini dapat di
terima baik oleh seluruh lapisan masyarakat yang membacanya dan berguna
bagi masyarakat

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki


kekurangan dan untuk kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran akan
sangat berharga guna perbaikan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan
kepada dosen pembimbing mata kuliah dalam menyusun makalah ini

Jakarta, 10 oktober 2023

penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
ISI..............................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN NEGARA............................................................................................3
B. TEORI DAN TUJUAN NEGARA................................................................................4
C. ASAL MULA NEGARA.............................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................30
A. KESIMPULAN............................................................................................................30
B. SARAN........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak kata “negara” diterima secara umum sebagai pengertian
yang menunjukkan organisasi teritorial sesuatu bangsa yang memilki
kedaulatan, ia pun mengalami berbagai pemahaman tentang hakikat
dirinya.
Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, ia adalah organisasi
pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah argency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana
kerjasama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh pertentangan.
Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan
kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari
kehidupan bersama itu. Negara menetapkan cara-cara dan batas-
batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan
bersama itu, baik oleh individu dan golongan atau asosiasi, maupun
oleh negara itu sendiri. Dengan demikian ia dapat mengintegrasikan
dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari penduduknya ke arah
tujuan bersama.
Bayangkan, bila suatu kelompok masyarakat tidak mempunyai negara,
apa yang akan terjadi? Bagaimana bila tidak ada wilayah, tidak ada
pemerintahan, tidak ada kepala negara? Apakah teratur? Dapatkah

1
mereka menjalankan aturan bersama? Dapatkah mereka melakukan
aktivitas hidup dengan tertib?
Tampaknya, manusia tidak akan dapat hidup dengan teratur tanpa
adanya negara. Mereka juga tidak akan hidup tertib dan menjamin
keamanan bersama, tanpa adanya negara. Tanpa adanya wilayah,
ketertiban umum, bagi masyarakat juga tidak mungkin terjamin.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Negara?
2. Apa yang dimaksud dengan asal mula Negara?
3. Apa saja teori asal mula Negara?

C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Negara.Selain itu, makalah ini bertjuan untuk mengetahui
dan mendalami tentang asal mula Negara melalui berbagai teori yang
ada.

2
BAB II

ISI

A. PENGERTIAN NEGARA
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing
di antaranya state (bahasa Inggris), etat (bahasa Prancis), atau staat
(bahasa Belanda dan Jerman). Adapun secara terminologi, negara
didefinisikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok
masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu. Caranya, dengan
hidup bersama dalam suatu kawasan yang memiliki pemerintahan
yang berdaulat. Suatu negara dapat berdiri jika memenuhi tiga unsur,
yakni masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
Ketiga unsur tersebut harus didukung dengan unsur lainnya berupa
konstitusi dan pengakuan negara-negara lainnya yang disebut dengan
unsur deklaratif. Rakyat dalam definisi suatu negara merupakan
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan
bersama-sama bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu. Rakyat
dalam negara memegang peranan penting sehingga disebut dengan
substratum personel dari Negara. Adapun wilayah menjadi unsur
negara yang harus dipenuhi karena tidak mungkin suatu negara dapat
berdiri tanpa memiliki wilayah dengan batas-batas teritorial yang jelas.
Dalam konsep negara modern, batas-batas wilayah tersebut diatur
dalam perjanjian dan perundang-undangan internasional. Pemerintah
didefinisikan sebagai alat kelengkapan negara yang berfungsi
memiimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama
didirikannya suatu negara. Aparat dan alat-alat negara yang
menetapkan hukum dijadikan sebagai cara untuk melaksanakan

3
ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian dan lainnya
dalam rangka mewujudkan kepentingan warga negaranya yang
beragam. Untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut maka
diperlukan adanya bentuk-bentuk negara dan pemerintahan. Pada
umumnya, nama sebuah negara identic dengan model pemerintahan
yang dijalankannya. Seperti negara demokrasi dengan sistem
pemerintahan parlementer atau presidensial. Ketiga unsur tersebut
didukung dengan unsur lainnya, yakni konstitusi. Adapun unsur
pengakuan oleh negara lain hanya bersifat sebagai dukungan atau
menerangkan mengenai adanya negara. Hal ini sifatnya deklaratif,
bukan konstutif sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam
pengakuan suatu negara, yakni secara de facto dan secara de jure.
Pengakuan de facto merupakan pengakuan atas fakta adanya suatu
negara. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa suatu masyarakat
politik telah memenuhi tiga unsur utama negara, yakni wilayah, rakyat,
dan pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan, pengakuan de jure
merupakan pengakuan mengenai kesahan suatu negara dengan
dasar pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan adanya
pengakuan de jure maka suatu negara mendapat hak-haknya di
samping kewajiban sebagai anggota keluarga bangsa sedunia.Hak
dan kewajiban yang dimaksud ialah mendapatkan kebebasan untuk
bertindak dan diberlakukan sebagai suatu negara yang berdaulat
penuh di antara negara-negara lain.

B. TEORI DAN TUJUAN NEGARA


Setiap negara mempunyai tujuan tertentu. Tujuan Negara inilah
yang menjadi pedoman bagaimana Negara itu disusun serta
bagaimana kehidupan rakyatnya diatur. Dilain pihak, fungsi Negara
penekanannya pada aspek dinamika Negara dengan segala aktivias,

4
Peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan Negara. Teori tujuan
Negara dapat digolongkan menurut zamannya, yaitu:
1. Teori tujuan Negara yang dapat dikelompokan sebagai teori tua
adalah :
a. Teori tujuan negara dari Lord shang
Lord shang hidup pada abad ke -4 B.C. Ia seorang erdana
menteri pemerintahan Tiongkok, berasal dari daeraah yang,
karena itu teorinya disebut juga “Teori Shang Yang “. Buku hasil
karyanya yang terkenal dalam bahasa Inggris diamakan “A
Clasical of the Chinese school of law”. Pendapat pendapat dari
Lord Shang itu dipaparkan oleh prof. Denyvendak dalzam
bukunya yang bernama “Book Lord of shang”.
Menurut Lord Shang tujuan utama dari Negara adalaah satu
pemerintahan yang berkuasa penuh terhadap rakyat dengan
jalan melemahkan dan membodohkan rakyat. Teori ini
didasarkan atas pendapat bahwa menurut Lord Shang pada
setip Negara selalu terdapat dua subjek yang saling
berhadapan dan saling bertentangan, yaitu pemerintah dan
rakyat, artinya kalau rakyat yang kuat kaya dan pintar, maka
Negara akan melemah, sedangka sebaliknya bila rakyat lemah
bodoh dan miskin, Negara akan kuat. Ia menyatakan bahwa
dalam bahasa asing “a week people means a strong state and
a strong state means a weak people. There fore a country, wich
has the right way, a concerned with waeking people” (rakyat
lemah berarti Negara kuat dan Negara kuat berarti rakyat
lemah. Dari Negara mempunyai tujuan yang betul, hendaklah
bertindak lemahkan rakyat). Tujuan ini hanya bisa dicapai
dengan hanya menyiakan militer yang kuat, berdisilin dan
bersedia menghadapi segala kemunginan. Di balik itu,

5
kebudayaan adalah merupkan neraka, apabila dalam suatu
Negara trdapat hal hal yang berikut ini, yakni adat istiadat,
musik, nyanyian, sejarah, kebaikan, moral kesusilaan, hormat
pada orang tua, kewajiban persaudaraaan, kebijaksaan, maka
raja tidak akan dapat lagi mengarahkan rakyat, bencaana
kehancuran Negara tidak bisa dihindarkan. Sebaliknya menurut
Lord Shang korbankanlah “kebudayaan rakyat”. Untuk
kekuasaan Negara. Jika telah teori ini, jelas tujuan yang
dikemukakan sangat rendah sekali, karena kekuasaan yang
besar dari Negara itu digunakan untuk membodohkan rakyat
dan memiskinkan rakyat, padahal secara moral dan asasi
Negara seharusnya melindungi rakyat. (Yang, 1928)

b. Teori tujuan Negara dari Niccol Machiavelli


Teori Machiavelli tentang tujuan Negara dikemukakan dalam
bukunya “II princip” (kepala Negara). Menurut Machiavelli, tjuan
Negara adalah untuk memupuk kekuasaan guna mncapai
kemakmuran rakyat, pemerntah atau raja sebagai teknik
memupuk dan menggunakan kekuasan. Kekuasan raison d’
etere dari Negara obsesinya terhadap Negara “Negara absolut”
suatu hal yang mutlak dalam usaha memupuk kekuasaan, raja
atau pemimpin Negara harus mempunyyai sifat sifat sebagai
harimau, singa atau sifat-sifat sebagai kancil. Raja harus
mempunyai sifat-sifat harimau agar ditakuti oleh rakyat dan
musuh-musuhnya yang lebih lemah. Bersifat sebagai kancil
yang cerdik, licik agar dapat menguasai rakyat dan menerobos
lubang-lubang jaring atau perangkap yang dipasang oleh
lawan-lawan poitiknya yang lebih kuat. Negara boleh
mengadakan perjaniian dengan Negara-negara lain, tetapi tidak

6
perlu menaati perjanjian itu, yang penting rakyat tidak dirugikan
dan kesejahteraan bisa tercapai. (Machiavelli, 1991)

c. Teori tujuan Negara dari Dante


Dante adalah seorang ahli filsafat (filosof) dan penyair. Hidup
antara tahun 1265-1321,kelahiran kota Florence di Italia.
Sebagai penyair dia juga mempunyai pengaruh politik di
negaranya, Dante seorang anti paus daan berpendirian paus
hanya berdaulat dalam bidang kerohanian saja, sekalipun
diakuinya bahwa Negara juga bertugas menganjurkan
keagamaan. (Ismatullah, 2007)
Teori Dante mengenai tujuan Negara, ditulis dalam bukunya
yang berjudul “Die Monarchia” dimana dikatakan bahwa tujuan
negara adalah “menciptakan perdamaian dunia”. Dengan jalan
menciptakan undang- undang yang seragam bagi seluruh umat
manusia. Kekuasaan sebaliknya berada di tangan raja atau
berpusat di tangan raja atau kaisar, supaya perdamaian dan
keamanan terjamin menurut Dante, perlu dihindari setiap
peperangan dan perpecahan guna memperoleh ketentraman.
Dan secara tersirat sesungguhnya, kedua Negara bagi Dante
adalah menciptakan “kerajaan dunia” (world emperium).

2. Teori tujuan Negara yang dikelompokan dalam teori modern,


antara lain adalah:
a. Teori Imanuel Kant
Imanuel Kant adalah seorang filosof bangsa Jerman, hidup
antara tahun 1724-1804, ia menulis dalam bukunya yang
berjudul ” mataphysische Afangserunde”

7
(Ajaran Metafsika dalam Hukum). Menrut Imanuel Kant,”
manusia dilahirkan sederajat dan segala kehendak, kemauan
dalam masyarakat Negara harus melalui dan didasarkan
dengan undang-undang “. Peraturan-peraturan hukum harus
pula dirumuskan dan harus menjadi dasar pelaksaan
pemerintahan, disamping itu ia memandang bahwa perlu
adanya pemisahan kekuasaan, seperti diajarkan oleh
Montesquieu (kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudisial),
dalam kepustakaan dikatakan bahwa Imanuel Kant yang
memberi nama ajaran Montesquieu tentang “pemisahan
kekuasaan” (separation of power) itu dengan nama “trias
politika”. Jadi tujuan Negara menurut Imanuel Kant adalah :
menegakkan hak-hak dan kebebasan warga Negara atau
Negara individu. Untuk menjamin kebebasan individu berupa
jaminan perlindungan HAM harus diadakan pemisahan
kekuasaan seperti trias politika.

3. Klasifikasi tujuan Negara Jacobsen dan Lipman


Kedua sarjana wanita ini berasal dri belanda. Mereka menulis
dalam bukunya yang berjudul “political science” dimana dibedakan
antara tujuan dan fungsi Negara. Menurut Jacobsen dan Lipman
tujuan Negara adalah :
a. Pemiiliharaan ketertiban
b. Memajukan kesejahteraan individu dan kesejahteraan umum
dan
c. Mempertinggi moralitas

4. Klasifikasi tujuan Negara J.Barents

8
Beliau mengemukakan klasifikasi tujuan Negara dalam bukunya
“De watenschap der politiek” (ilmu politik). Menurut J.barents, klasifikasi
tujuan Negara dikelompokn atas dua dasar, yaitu :

a. Tujuuan Negara yang sebenarnya atau yang asli dan utama (aigenlijk
staatsdoel), meliputi

1) pemelihaaan ketertiban dan keamanan

2) peeliharaan kesejahteraan umum dalam arti yang seluas-luasnya,


yang melampaui tujuan point (1) di atas

b. Tujuan Negara yang tidak sebenarnya (nieteiigenlijke staatsdoel), untuk


mempertahankn kedudukan kelas yang berkuasa. Ia mengatakan bahwa
dalam Negar modern selalu ada aparatur Negara dan pejabat Negara
yang berusaha mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya yang
tidak menjalankan tujuan Negara yang sebenarnya.

Tujuan Negara di tentukan oleh cara pandang suatu bangsa


(masyarakat) mengenai sifat hakikat Negara sedangkan cara pandang
tersebut bergantung padaa landasan falsafat yang dianut. Sebagai
contoh, tujuan Negara Indonesia ditentukan oleh cara pandang Indonesia
mengenai sifat hakikat Negara Indonesia. Cara pandang tersebut
diitentukan oleh landasan falsafah bangsa Indonesia yaitu pancasila.
Sesuai dengan landasan falsafah pancasila, menurut pandangan bangsa
Indonesia, Negara adalah suatau sarana atau alat untuk mencapai tujuan
bangsa Indonesia yaitu masyarakat yang adil dan makmur atau keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara Indonesia adalah sarana
atau alat untuk menyelenggarakan kesejahteraan bagi seluruh bangsa
indonesa. Berdasarkan pandangan tentang sifat hakikat Negara Indonesia
sebagaimana dikemukakan diatas, alenia ke empat pembukaan UUD

9
1945 sama kualitasnya dengan makna keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam sila ke lima pancasila.

Sebagaimana sudah dikemukakan, pandangan mengenai sifat dan


hakikat Negara menentukan tujuan Negara sehingga tujuan Negara
menjadi titik tolak dalam menetapkan segenap aspek Negara. Bentuk
Negara, bentuk pemerintahan, struktur organ-organ Negara, fungsi, tugas
dan wewenang organ-organ Negara, sistem pembagian kekuasaan dan
lain lain ditetapkan sesuai dengan atau berdasarkan tujuan Negara. Di
samping hal-hal yang dikemukakan diatas, soehin juga mengemukakan
penjelasan lebih lanjut tentang hubungan tujuan Negara dengan aspek
lain dari Negara yakni sebagai berikut “Lagi pula dengan mengetahui
tujuan Negara itu, kita dapat menjawab soal legitminasi kekuasaan yaitu
daripada organisasi Negara juga dapat mengetahui sifat daripada
organisasi Negara. Karena semua itu harus sesuai dengan tujuan
Negara.

Pandangan serta pendapat yang lain mengenai teori teori


tujuan negra adalah sebagai berikut :

1.Teori keamanan atau ketertiban sebagai tujuan Negara


Penganjur teori keamanan atau Ketertiban sebaga tujuan Negara
adalah menurut Thomas Hobbes Negara adalah seekor monster ganas
menakutkan. Thomas Hobbes menyebut Negara sebagai Leviathan. Jika
Hobbes mengibaratkan Negara sebagai Leviathan berarti dalam
pandagan Hobbes, Negara adalah sesuatu yang jahat dan buruk.
Pandangan negative terhadap Negara tersebut berkaitan dengan
pandangan Hobbes mengenai fungsi Negara. Menrut Hobbees, Negara
harus mampu menimbulkan rasa takut kepada siapapun supaya hokum
yang diterapkan oleh Negara (penguasa) dipatuhi. Jika seorang warga

10
melanggar hukum, Negara tidak boleh ragu-ragu bertindak untuk
menjatuhkan hukuman dan jika perlu hukuman mati. Negara harus kuat,
karena jika Negara lemah akan timbul kekacauan dan perang diantara
sesama warga Negara.

Apa sebab Negara harus demikian menurut Thomas Hobbes? Teori


Hobbes tentang Negara Leviathan bertitik – tolak dari pandangannya
bersifat negatif mengenai latar manusia. Menurut Hobbes, manusia
adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Jiika naluri
hewani manusia tidak dikendalikan, sikap buas manusia akan
melahirkan konflik terbuka yang mengakibatkan perang secara total
yang disebut Thaomas Hobbes sebagai omnium bellum contra
omnes . jika terjadi perang total Negara menjadi kacau (chaos). Untuk
mencegah perang total (chaos) Negara harus kuat supaya dapat
menjaga keamanan dan ketertiban. Keamanan dan ketertiban dapat
diselenggarakan jika pemerintah penguasa dipatuhi. Rakyat akan
patuh kepada Negara (penguasa) jika Negara ditakuti. Ketakutan
kepada Negara itu akan lahir jika Negara bertindak tegas dan kejam.
2. Teori kesusilaan sebagai tujuan Negara
Menurut pandangan plato, Negara bukan alat untuk mecapai
tujuan melainkan suatu keluarga besar atau suatu komunitas etis.
Konsekuensi pandangan yang demikian semua warga Negara
dianggap bersaudara. Tiap orang wajib memandang sesama sebagai
saudara, ayah, atau ibunya sehingga tiap orang harus saling melayani
saudara sendiri. Tiap warga harus senantiasa bersedia melayani yang
lain sesuai dengan bakat dan talenta masing-masing supaya tercapai
kebahagian bersama.
Fungsi Negara sebagai komunitas etis (keluarga) adalah
menciptakan,menjaga,memelihara, dan meningkatkan semangat

11
saling melayani agar semua kebutuhan warga terpenuhi semaksimal
mungkin. Menurut pluto, Negara harus memberikan jaminan
kebebasan supaya tiap orang dapat bertugas dengan baik. Tanggung
jawab masing-masing warga Negara dapat di jalakan hanya jika ada
kebebasan.negara juga harus berupaya menciptakan, menjaga,
memelihara, dan meningkatkan semangat saling melayani supaya
semua kebutuhan dapat terpenuhi semaksimal mungkin.setiap warga
harus menjadi pelaku aktif yang senantiasa siap sedia memenuhi
panggilan untuk melayani sesama. Menurut pandangan pluto, hanya
dengan cara demikian, kebahagia tiap warga dapat diselenggarakan.
Namun pluto juga mengakui bahwa citra Negara ideal yang dicita-
citakan sebagaimana di kemukakan di atas tersebut tidak mungkin
hadir dalam dunia yang nyata, yang kongkret, melaikan hanya
terdapat dalam dunia cita-cita (dunia ide) yang abstrak.tujuan Negara
seperti dikatakan diatas tidak mungkin tercapai jika Negara dipimpin
oleh peguasa yang bermoralitas buruk.negara harus di pimpin oleh
penguasa yang bermoralitas baik supaya fungsi,tugas, dan tujuan
Negara tercapai.

3.Teori kemerdekaan sebagai tujuan Negara

Kemerdekaan individu sebagai tujuan summa potestas


(kekuasaan tertinggi) dapat di tafsirkan dari gagasan jean bodin
tentang summa potetas dengan kekuasaan yang terbatas.
Pembatasan selalu terkait dengan kebebasan atau kemerdekaan
individu. Pandangan demikian bukan hanya terdapatdalam teri jean
bodin tentang summa potetas tetapi juga dalam gagasan Montesquieu
tentang trias politika teori (doktrin) trias politika Montesquieujuga
mengandung gagasan tentang pembatasan kekuasaan dengan tujuan

12
untuk mencegah kekuasaan absolut (mutlak) yang dapat menimbulkan
kesewenang-wenangan penguasa. Pada ahirnya, raja atau penguasa
yang bertindak sewenang-wenang selalu berujung pada pelanggaran
atau penindasan terhadap kebebasan daan hak-hak individu.
Teori dalam kedulatan jean bodin, pembatasan kekuasaan
seperti dalam teori trias politika Montesquieu juga dapat ditemukan.
Dalam teori Bodin, kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi tidak
dapat bertindak sesuka hati karena di batasi oleh undang-undang
dasar yang mengandung hukum moral yang wajib dipatuhi semua
manusia. Kekuasaan pemegang kedaulatan juga merupakan
kekuasaan yang dibatasi oleh undang-undang. Prinsip ini sesuai
dengan pandangan Bodin mengenai pemerintah dengan kekuasaan
tertinggi (betapapun kuat dan bersatunya) tetapi tidak dapat bertindak
sewenang-wenang, karena kekuasaanya diterima dari dan di tentukan
oleh satu hukum yang lebih tinggi dari pada pemerintah itu sendiri.

4. Teori Kesejahteraan Sebagai Tujuan Negara


Dalam negara hukum kesejahteraan, kewajiban untuk
menyelenggarakan kesejahteraan rakyat diletakkan di pundak
pemerintah. Sebagai konsekuensinya, kedudukan pemerintah dalam
negara hukum kesejahteraan bersifat ganda. Di satu pihak,
pemerintah berkedudukan sebagai penguasa yang membuat aturan.
Pada saat yang sama, pemerintah berkedudukan sebagai pelayan
masyarakat (public servant). Untuk melayani masyarakat, pemerintah
tidak boleh diikat secara baku oleh undang-undang. Pemerintah harus
memiliki kebebasan yang memadai untuk dapat mengambil inisiatif jika
keadaan menghendaki. Jadi, untuk melayani masyarakat pemerintah
harus memiliki ruang kebebasan bertindak atas inisiatif sendiri sesuai

13
dengan situasi dan kondisi nyata. Kebebasan pemerintah atau aparat
pemerintah untuk bertindak atas inisiatif sendiri berdasarkan
kenyataan seperti di uraikan di atas di sebut wewenang diskresi.

C. ASAL MULA NEGARA

Ketika kita mempelajari Negara, maka akan ada pertanyaan


bagaimana asal mula suatu Negara terbentuk? Tidaklah mungkin
suatu Negara terbentuk tanpa ada asal mulanya. oleh karna itu, pada
bagian ini kita akan membahas bagaimana asal mula Negara.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula suatu
Negara, yaitu teori teokrasi, teori hukum alam, teori perjanjian
masyarakat, teori kekuatan atau kekuasaan, teori positivisme, teori
organis, teori garis kekeluargaan dan teori modern. Selain lima belas
teori tentang asal mula suatu Negara yang telah di sebutkan, ada dua
teori lagi yang menjelaskan tentang asal mula atau terjadinya suatu
Negara. Terjadinya suatu Negara dapat dilakukan secara primer dan
secara sekunder.
a. Teori teokrasi
Teori teokrasi atau teori ketuhanan merupakan salah satu teori
yang mengkonstruksi tentang asal mula Negara. Teori teokrasi
yang mempunyai kaitan dengan asal mula Negara terdiri atas dua
teori. Dua teori tersebut yaitu teori teokrasi klasik dan theori
teokrasi modern. Teori teokrasi klasik menyatakan bahwa otoritas
kekuasaan berasal tuhan dan kemudian di berikan secara
langsung kepada manusia yang memerintah. Manusia yang
mendapat kekuasaan tersebut yang di anggap sebagai titisan
tuhan sebagai contoh iskandar zulkarnaen yang di anggap sebagai

14
putera zeus, Fir’aun dari mesir yang juga di anggap sebagai titisan
Dewa Ra atau Dewa Matahari.
Teori teokrasi turut memperkuat tingkat kepercayaan manusia
yang meyakini bahwa kekuasaan atau kejadian yang terjadi adalah
milik tuhan, termasuk tentang asal mula Negara yang tidak lain
adalah kehendak atau ketetapan dari tuhan. Termasuk
kepercaayaan tersebu melahirkan kepercayan bahwa Negara,
yang di dalamnya terdapat kekuasaan, merupakan kehendak dari
tuhan. Artinya suatu Negara bisa ada dan berdiri apabila tuhan
menghendaki Negara tersebut ada dan berdiri. Kepercayaan
tersebut kemudian melahirkan kepercayaan tentang manusia-
manusia yang di anggap sebagai titisan tuhan dan mendapatkan
kekuasaan dari tuhan untuk memerintah serta menjalakan
kekuasaan Negara.
Teori teokrasi yang kedua adalah teori modern. Teori
teokrasi modern juga menyatakan bahwa kekuasaan berasal
tuhan, tetapi dengan persepektif yang agak berbeda. Teori ini
mengamini bahwa kekuasaan berasal dari tuhan dan diberikan
kepada manusia tertentu dalam suatu proses sejerah tersentu.
Salah satu tokoh popular teori ini yaitu friederich Julius stahl, yang
menyatakan bahwa Negara tumbuh di karenakan adanya
ketetapan historis dan Negara tidak tumbuh karena ketetapan
manusia, tapi scenario dari tuhan
Tokoh lain yang mempelopori teori teokrasi yaitu Abu Al A’la
Al-Maududi. dalam argumenya Abu Al A’la Al-maududi memberikan
penjelasan bahwa kekuasaan tertinggi terdapat pada Allah.
Manusia di dunia hanya menjalankan kekuasaan yang allah
berikan. Oleh karna itu, manusia sering disebut sebagai pemimpin

15
di dunia. Pernyataan tersebut menandakan bahwa Negara
merupakan ciptaan dan ketetapan dari tuhan.
Argumen kontra terhadap teori teokrasi di sampaikan oleh
kranenburg. Menurut kranenbrug, teori teokrasi memiiki dua
masalah. Pertama teori ini jauh dari logika dan sulit di nalar oleh
ilmu pengetahuan, karena yang menjadi dasar adalah keyakinan
atau kepercayaan. Kedua, teori ini akan mengalami masalah
apabila tejadi perang antara dua kekusaan yang di yakini sebagai
titisan tuhan.jadi, kekuasaan mana yang akan tetap di percaya
sebagai pemberian tuhan?
b. teori hukum alam
teori selanjutnya yang turut menjelaskan asal mula Negara
adalah teori hukum alam. Teori hukum alam adalah menekankan
pada hukum alam sebagai asal mula dari Negara. Hukum alam ada
yang sifattnya irrasional dan rasional. Hukum alam yang irrasional
dapat di temukan dengan menggunakan metode induktif (logika
nduktifif:khusus-umum). Contoh hukum alam yang irrasional seperti
hukum yang lahir dari tuhan atau firman tuhan, hal-hal yang bersifat
mistis, dan sejenisnya.adapun hukum alam yang rasional adalah
hukum alam yang ditemukan melalui metode dedukatif (logika
dedukatif: umuum-khusus), yang merupakan metode yang didapat
melalui observasi.
Berangkat dari dua dasaar tersebut maka teori hukum alam
lahir dan kemudian ikutterlibat mengkonstruksi ilmu-ilmu, termasuk
Ilmu Negara.
Sifat hukum alam yang abstrak dan universal membuat
hukum alam lebih alamiah, karena tidak dibuat oleh negara atau
kekuasaan secara langsung. Hukum alam lahir secara alamiah
berdasarkan kondisi alam. Selain itu hukum alam juga memusatkan

16
manusia sebagai titik tolak, dan membuat manusia lebih alamiah,
cenderung tidak terdapat tekanan

Tokoh teori hukum alam yang terkenal salah satunya Hugo


de Groot atau Grotius. Hugo de Groot menyatakan bahwa hukum
alam merupakan hukum yang mutlak, sehingga tidak dapat
diubah. Indikator atau ukuran dari hukum alam terletak pada baik
dan buruk. Oleh karena itu, hukum alam seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya lebih bersifat abstrak dan universal,
karena hanya dapat dinilai dari baik dan buruk .
Dalam perspektif hukum alam, negara lahir secara alamiah
atau natural karena keadaan alam sendiri, yang akhirnya
melahirkan berdirinya negara. Dalam konteks ini, negara lahir
secara alamiah tanpa ada tekanan dari kekuasaan manusia yang
lain. Lahirnya negara dari keadaan alamiah tidak dapat dihentikan
oleh siapapun.
c. Teori Perjanjian Masyarakat

Teori perjanjian masyarakat diperkenalkan oleh tokoh yang


bernama Thomas Hobbes, yang lahir pada tahun 1588 dan
meninggal pada tahun 1679. Hobbes menyatakan bahwa yang
berlaku pada masa sebelum adanya negara adalah hukum rimba.
Di masa tersebut, yang berlaku adalah prinsip homo homini lupus,
yang berarti manusia menjadi serigala bagi manusia lain. Selain
itu, juga berlaku prinsip bellum omnium contra omnes¸ yang artinya
semua lawan semua. Kemudian, untuk mengakhiri hukum rimba di
tegah masyarakat, maka masyarakat membuat kontrak sosial atau
perjanjian masyarakat. Kontrak sosial tersebut berupa penyerahan
kewenangan atau kekuasaan kepada raja untuk memerintah.
Artinya masyarakat secara bersama-sama berjanji untuk

17
menyerahkan kekuasaan kepada raja yang ditunjuk untuk
memerintah agar hukum rimba tidak terjadi lagi .
Hobbes juga menyatakan bahwa perjanjian untuk membuat
negara dimulai dengan rakyat yang mengadakan perjanjian.
Kemudian rakyat menyerahkan semua kekuasaan kepada negara,
agar dengan kekuasaan yang dimiliki negara dapat mengatur
masyarakat secara mutlak. Menurut Hobbes, kondisi tersebut
menimbulkan konsekuensi politik, di mana kekuasaan yang sudah
diberikan tersebut tidak dapat ditarik lagi. Hobbes menyatakan
bahwa bentuk negara yang ideal adalah kerajaan atau monarki
absolut.
Selain Hobbes, John Locke juga merupakan salah satu tokoh
pencetus teori perjanjian masyarakat. Locke, yang lahir pada tahun
1632 dan meninggal pada tahun 1704, menyatakan bahwa
manusia pada dasarnya secara alamiah sudah mempunyai hak-
hak asasi. Hak-hak tersebut meliputi hak hidup, hak kemerdekaan,
dan hak milik. Sebagai wujud untuk melindungi hak-hak tersebut
maka dibuatlah kontrak sosial.
John Locke menyatakan bahwa ada dua macam kontrak
sosial. Pertama, pactum unionis, atau perjanjian yang sebenarnya.
Perjanjian yang sebenarnya merujuk pada perjanjian antara satu
individu dengan individu yang lain untuk membuat suatu negara.
Kedua, pactum subjectionis, atau perjanjian pemerintahan.
Perjanjian pemerintahan yaitu merupakan perjanjian antara rakyat
dengan penguasa yang diberi wewenang untuk memerintah.
Perjanjian ini pada era sekarang dapat juga disebut semacam
kontrak politik

18
d. Teori Kekuatan

Teori kekuatan juga dapat disebut sebagai teori kekuasaan. Teori


kekuatan sendiri dapat dibagi menjadi dua: teori kekuatan fisik dan
teori kekuatan ekonomi. Teori kekuatan fisik menyatakan bahwa
kekuasaan adalah bentukan orang-orang yang paling kuat, berani, dan
berkemauan teguh untuk memaksakan kemauannya kepada pihak
yang lemah. Voltaire menyatakan bahwa raja yang pertama
merupakan “the winning hero”. Teori kekuatan fisik mendeklarasikan
bahwa negara dapat muncul disebabkan oleh kemenangan dari pihak
yang secara fisik lebih unggul dan kuat dari pihak lain.

Teori kekuatan yang kedua adalah teori kekuatan ekonomi. Teori


kekuatan ekonomi menyatakan bahwa kekuasaan pada dasarnya
berasal dari orang-orang yang kuat secara ekonomi dan ingin
melanggengkan kekuatannya tersebut dengan. kekuasaan. Franz
Oppenheimer menyatakan dalam pendapatnya bahwa untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia akan menempuh dua jalan,
yaitu jalan ekonomi atau memeras keringat dan jalan politik atau
merampas jerih payah orang lain.
Pendapat tentang teori kekuatan ekonomi juga dikemukakan oleh
Karl Marx. Sebagai penggagas marxsisme, Marx menyatakan bahwa
teori kekuatan ekonomi tidak lain merupakan perjuangan kelas atau
pertarungan antar kelas. Karl Marx juga menyatakan bahwa teori
kekuatan ekonomni tidak lain adalah eksploitasi kaum borjuis atau
pemilik modal terhadap kaum proletar atau buruh. Karl Marx
berpandangan bahwa munculnya negara diikuti dengan lahirnya hak
milih individu. Kondisi tersebut menyebabkan terjadi perpecahan
antara dua kelas, yaitu kelas pemilik modal dan kelas buruh.
Perpecahan tersebut yang menyebabkan pemilik modal berusaha

19
menguasai alat produksi agar dapat mengekspolitasi negara dan
kelas buruh.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Harold J. Laski, yang
berpandangan bahwa kekuasaan ekonomi merupakan puncak
perebutan bagi orang- orang yang ingin menguasai sistem
perekonomian. Dengan penguasaan sistem perekonomian, maka
semuanya bisa didapat. Dalam konteks ini, negara dijadikan alat untuk
merebut kekuasaan ekonomi bagi orang-orang memiliki modal. Jalan
yang dilakukan untuk menguasai sistem ekonomi adalah jalan hukum
dan politik, yang merupakan bagian dari negara. Jadi, dengan teori ini,
terciptanya negara berawal dari orang yang mempunyai modal dan
ingin menguasai sistem ekonomi, sehingga memerlukan negara
sebagai alat untuk menguasai.

e. Teori Positivisme

Teori positivisme juga turut menjelaskan tentang asal mula


negara. Hans Kelsen, salah satu tokoh positivisme hukum, sering
mengaitkan antara teori hukum, negara, dan hukum internasional.
Sebenarnya Hans Kelsen bukan merupakan bagian penuh dari aliran
positivisme empiris, dan juga bukan merupakan bagian penuh dari
aliran hukum alam. Menurut para ahli, Hans Kelsen lebih pada posisi
di tengah-tengah antara dua aliran tersebut (Asshiddiqie dan Safaat,
2006:9). Walaupun demikian, karya-karya Hans Kelsen yang selalu
mempromosikan teori hukum murni membuat Hans Kelsen dapat
dianggap cenderung pada teori hukum positivisme. Selain
mempromosikan teori hukum murni yang dekat dengan teori

hukum positivisme, Hans Kelsen juga mengkaji tentang negara. Salah


satu buku yang ditulisnya, yaitu General Theory of Law and State,

20
khususnya pada bagian dua, mengkaji tentang negara (Kelsen, 1949:
181).
Dalam pandangannya, Hans Kelsen menyatakan bahwa Ilmu
Negara harus terlepas dari pengaruh-pengaruh lain, dan harus
memusatkan kajian negara secara yuridis-normatif. Asal mula negara
adalah salah satu problem karena sifatnya yang tidak murni hukum.
Dengan demikian Hans Kelsen berpandangan bahwa asal mula negara
merupakan objek kajian filsafat hukum, sehingga tidak dapat
dibicarakan dalam tataran Ilmu Negara. Artinya, menurut Hans Kelsen,
asal mula negara bukan merupakan objek dari Ilmu Negara (Hufron dan
Hadi, 2016: 90).
Hans Kelsen juga berpandangan bahwa negara harus terlepas dari
fenomena- fenomena lain selain fenomena hukum. Negara dibuat
oleh kelompok masyarakat dari satu bangsa berdasarkan hukum
yang sah. Pembentukan hukum dalam membuat negara tertuang
dalam konstitusi yang disepakati bersama oleh masyarakat (Kelsen,
1949: 181). Pendapat Hans Kelsen tentang negara menarik dikaji
lebih mendalam. Pandangan Hans Kelsen tentang negara, yang
harus lepas dari segala fenomena kecuali hukum, membuat asal
mula negara tidak harus diperdebatkan secara keras. Negara dapat
lahir karena adanya masyarakat yang membuat konstitusi sebagai
dasar untuk menjalankan negara. Selain itu, konstitusi sebagai
hukum tertinggi yang dapat dijadikan untuk mengetahui hakikat
negara yang sejatinya, juga dapat digunakan untuk mengkaji asal
mula berdirinya negara tersebut.
Walaupun Hans Kelsen beranggapan bahwa asal mula negara bukan
menjadi objek kajian Ilmu Negara, tetapi teori positivisme setidaknya
dapat dijadikan landasan untuk mengetahui asal mula suatu negara
dari sudut pandang yuridis. Hanya saja asal mula negara yang dikaji

21
lebih pada negara secara kongkrit, bukan secara umum dan
menyeluruh. Misalnya, mengkaji asal mula negara Indonesia dari
sudut pandang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi atau
hukum tertinggi di negara Indonesia.
f. Teori Organis

Teori organis dalam kaitan dengan asal mula negara lebih


mensimulasikan negara seperti anatomi manusia. Negara dianggap
sama dengan makhluk hidup yang mempunyai struktur seperti
kepala, badan, kaki, tangan, otak dan lain.lain. Kepala, badan, kaki,
tangan dapat disamakan dengan struktur lembaga Negara,
sedangkan otak dapat disamakan dengan pemerintah yang
menjalankan kekuasaan negara.
Selain persamaan tersebut, negara dan makhluk hidup juga
mempunyai persamaan dalam hal pertumbuhan dan perkembangan.
Artinya, sebagaimana makhluk hidup, negara juga mengalami masa
kelahiran atau asal mula, masa tumbuh dan berkembang, serta
masa kematian atau lenyap dari muka bumi. Teori organis
mempunyai substansi atau materi yang terbagi menjadi empat yaitu
organisme moral, organisme psikis, organisme biologis, dan
organisme sosiologis. (Hufron & Hadi, 2016)
Konsep asal mula negara yang menyamakan negara dengan
makhluk hidup membuat teori organis cenderung menjadikan asal
mula negara secara alamiah yang artinya negara lahir dipandang
secara alamiah. Teori ini hampir mirip dengan teori hukum alam.
Hanya bedanya, teori ini menjadikan negara seperti makhluk hidup
yang mempunyai organ. Begitu juga negara yang mempunyai organ,
dan dapat menjalankan organnya dengan fungsi-fungsi tertentu.
Teori organis dipopulerkan oleh George W. Hegel, J.K. Bruntscli,

22
John Salisbury, Marsigilio Padua, Pfufendorf, Henrich Ahrens, J.W.
Scelling, serta F.J. Schitenner (Ismatullah, 2007)
Teori organis merupakan salah satu teori yang mudah dipahami
untuk mengkonstruksi asal mula negara. Penggunaan imajinasi
dalam teori organis terkait asal mula negara lebih dapat diterima dan
dapat dimengerti dengan cepat. Pemahaman yang mudah tersebut
dapat memberikan pemahaman terkait asal mula negara, khusunya
dalam menganalisis contoh-contoh kongkrit suatu negara. Misalnya,
sebuah negara yang pasti lahir kemudian tumbuh dan berkembang,
bahkan menjadi maju. Namun setelah itu, ia akan mati atau lenyap,
walaupun kita tidak pernah tahu pasti kapan akan ia akan lenyap
atau mengalami kematian
g. Teori Garis Kekeluargaan

Teori garis kekeluargaan, atau teori patriarkhal-matriarkhal,


merupakan salah satu teori asal mula negara. Teori garis
kekeluargaan fokus pada penciptaan negara yang bersumber dari
adanya keluarga. Negara dapat terbentuk dari adanya keluarga kecil
yang saling bersatu, dan kemudian membentuk keluarga yang lebih
besar, sampai pada akhirnya tercipta atau terbentuk sebuah negara.
Garis kekeluargaan yang dimaksud juga dapat berbentuk suku atau
keturunan. Oleh karena itu, teori ini menganggap bahwa negara
bisa jadi lahir dari keluarga atau suku yang berasal garis
keturunan bapak (patriarkhal), atau bisa juga dari garis keturunan
ibu (matriarkhal).
Teori garis kekeluargaan patriarkhal memiliki perbedaan dengan teori
garis keturunan matriarkhal. Teori garis kekeluargaan patriarkhal,
yang memusatkan garis keturunan pada bapak, beranggapan bahwa
negara dapat tercipta dari garis keturunan bapak. Keadaan tersebut

23
akan menjadikan penguasa atau orang yang menjalankan negara
tersebut adalah dari keturunan bapak (patriarkhal). Adapun teori
garis kekeluargaan matriarkhal menjadikan keturunan dari ibu
sebagai pemimpin. Dengan kata lain, orang yang menjalankan
negara berasal dari garis keturunan Ibu. Menariknya, teori ini tidak
menentukan penguasa atau pemimpin dari suatu negara
berdasarkan gen atau jenis kelamin. Penentuan penguasa atau
pemimpin dari negara yang diciptakan oleh teori garis kekeluargaan
adalah berdasarkan pada klan (Hufron & Hadi, 2016).
h. Teori Modern

Teori selanjutnya yang bisa menjelaskan tentang asal mula negara


yaitu teori modern. Kranenburg menjelaskan bahwa negara lahir
karena adanya komunitas manusia yang disebut sebagai bangsa.
Negara akan lahir apabila terdapat suatu bangsa. Oleh karena itu,
bangsa menjadi fondasi bagi terciptanya negara. Pendapat
Kranenberg ini menyimpulan bahwa tidak akan mungkin ada negara
jika tidak ada komunitas yang disebut bangsa. Keadaan tersebut
menyebabkan penguasa dari sebuah negara adalah bangsa yang
menciptakan negara. Penjelasan dari Kranenberg bertolak belakang
dengan penjelasan Logemann, yang menjelaskan bahwa negara
lebih dulu ada sebelum tercipta bangsa. Logemann berpandangan
bahwa negara, dengan kekuasaan yang dimilikinya, kemudian
menciptakan suatu bangsa, sehingga bangsa itu ada karena adanya
suatu negara (Hufron dan Hadi, 2016: 91).
i. Teori Terjadinya Negara secara Primer

Teori terjadinya negara secara primer juga merupakan salah satu


teori yang menawarkan penjelasan tentang asal mula negara.
Menurut teori ini, terjadinya negara secara primer dapat digolongkan

24
menjadi empat fase, yaitu fase genootshap (genossenchaft), fase
reich (rijk), fase staat, dan fase (democratische natie dan dictatuur
atau dictatum). Fase-fase ini merupakan tahapan dalam pebentukan
Negara.

Fase genootshap berawal dari individu-individu manusia yang


kemudian mendeklarasikan diri untuk saling hidup bersama-sama
dengan berdasarkan pada persamaan kepentingan. Fase ini
mengutamakan unsur bangsa sebagai lahirnya suatu negara.
Fase selanjutnya, yaitu fase reich, sudah masuk pada tahap manusia
menerti dan memiliki hak atas tanah. Pemilik tanah kemudian
menyerahkan kekuasaan kepada penguasa untuk menjalankan
negara. Fase ini juga menjadikan negara mempunyai ukuran.
Ukuran dari negara adalah kekayaan, yang salah satunya dari
adanya kepemilikan tanah.
Setelah fase reich adalah fase staat. Fase tersebut sudah memasuki
wilayah politik, khususnya secara vertikal. Adanya wilayah politik
yang menjadi kekuasaan politik membuat antar wilayah saling
beradu kekuatan. Fase ini menghasilkan adanya kekuasaan pusat
dengan daerah. Kekuasaan pusat mengontrol kekuasaan daerah,
sedangkan kekuasaan daerah tunduk pada kekuasaan pusat
Fase yang keempat adalah fase democratische natie dan fase
dictatuur atau dicatum. Fase democratische natie adalah kelanjutan
dari fase sebelumnya yaitu fase staat. Fase democratiche natie atau
fase demokrasi nasional merupakan fase yang menjadikan
kedaulatan rakyat sebagai dasar. Negara ada atau lahir karena
adanya kedaulatan rakyat, atau rakyat yang berdaulat. Adapun
dalam fase dictatuur atau dictatum terdapat perbedaan pendapat.
Pendapat pertama menyatakan bahwa fase dictatuur atau dictatum

25
merupakan perluasan dari fase democratische natie. Pendapat lain
menyatakan bahwa fase dictatuur atau dictatum adalah fase
penyimpangan dari fase democratische natie. Jadi fase dictatuur
atau fase dictatum bukan perluasan dari fase democratische natie.
Empat fase tersebut merupakan fase-fase utama dalam
terbentuknya atau terjadinya suatu negara. Tanpa fase tersebut,
menurut teori terjadinya negara secara primer, maka negara tidak
mungkin dapat terjadi.

j. Teori Terjadinya Negara secara Sekunder

Selain teori terjadinya negara secara primer, kita juga mendapati teori
terjadinya negara secara sekunder. Teori terjadinya negara secara
sekunder fokus pada terjadinya negara pada claim atau pengakuan
terhadap suatu negara Adanya pengakuan tersebut menunjukkan
bahwa suatu negara dianggap ada karena dua hal. Pertama,
sudah ada negara-negara lain yang kemudian mengakui terjadinya
negara yang lainnya. Kedua, adanya pengakuan dari manusia atau
bangsa yang belum memiliki atau menciptakan negara, dalam hal
ini belum ada negara tercipta di dunia. Pernyataan yang kedua
dapat menegaskan bahwa teori ini berasumsi bahwa bangsa lebih
dulu ada sebelum berdirinya negara.
Pengakuan atau erkening terdiri atas tiga macam, yaitu (1)
pengakuan de facto yang bersifat sementara; (2) pengakuan de jure,
atau pengakuan yuridis; dan (3) pengakuan atas pemerintahan de
facto. Pengakuan de facto yang bersifat sementara merupakan
pengakuan yang diberikan kepada negara yang baru lahir.
Pemberian pengakuan tersebut sifatnya sementara, karena secara
nyata negara tersebut memang telah lahir, tetapi secara hukum
belum dapat dinyatakan apakah negara tersebut telah benar-benar

26
lahir atau tidak. Sedangkan pengakuan de jure adalah pengakuan
terhadap lahirnya suatu negara yang sifatnya tetap dan mutlak.
Keadaan tersebut dikarenakan negara yang tercipta merupakan
negara yang lahir karena hukum, sehingga bersifat tetap.
Pengakuan selanjutnya adalah pengakuan atas pemerintahan yang
de facto. Pengakuan ini hanya bersifat pengakuan lahiriah atas
kedudukan pemerintah saja. Pengakuan ini tidak mengakui
eksistensi negara secara penuh. Tetapi pengakuan ini juga bisa
masuk dalam pengakuan terhadap negara secara sebagian, karena
pemerintah merupakan unsur negara yang harus ada dalam
berdirinya negara. Karena negara tanpa pemerintahan juga tidak
akan bisa disebut sebagai negara.
Teori terjadinya negara secara sekunder menyatakan bahwa negara
berdiri jika ada pengakuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa
lain. Agar negara tersebut dapat memperoleh pengakuan, maka
yang harus dilakukan oleh negara yang akan berdiri adalah
melakukan deklarasi atau pernyataan pembentukan negara baru.
Tujuan deklarasi tersebut adalah untuk mendapatkan persetujuan
atau pengakuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa lainnya.
Deklarasi juga dapat dijadikan sebagai arena untuk memberitahukan
bahwa negara yang berdiri merupakan negara yang berdaulat dan
merdeka. Kemerdekaan tersebut tidak hanya kemerdekaan ke
dalam, tetapi juga kemerdekaan ke luar
Teori terjadinya negara secara sekunder ini menarik untuk dikaji.
Berdasarkan teori ini, negara dianggap ada hanya apabila ada
pengakuan, yang tidak terbatas pada negara tersebut saja,
melainkan juga dari bangsa-bangsa lain di dunia. Negara yang lahir
dan memerlukan pengakuan harus mendeklarasikan diri bahwa
negara tersebut telah berdiri secara merdeka (dalam dan luar).

27
Setelah melakukan deklarasi, maka ada tahap pengakuan atau
persetujuan dari negara atau bangsa lain terhadap berdirinya
negara tersebut. Sebagai contoh adalah Negara Indonesia. Pada
saat kelahirannya, negara Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan
dalam bentuk proklamasi. Proklamasi tersebut merupakan ajang
bagi Negara Indonesia untuk memberitahukan kepada negara-
negara lain, atau bangsa-bangsa lain, bahwa Negara Indonesia
yang merdeka (ke dalam dan ke luar) telah lahir. Setelah Negara
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, maka terjadi
pengakuan dari negara-negara lain seperti dari Mesir, Arab Saudi,
dan negara-negara lainnya

Teori-teori asal mula negara menurut para ahli:

1.Plato

Plato berpendapat bahwa negara itu timbul dan ada karena adanya
kebutuhan dan

keinginan manusia yang beraneka macam, yang menyebabkan


mereka harus bekerjasama

untuk memenuhi kebutuhan mereka.Kesatuan masyarakat inilah yang


kemudian disebut

masyarakat atau negara.

2.Cicero

Cicero berpendapat bahwa adanya negara merupakan suatu


keharusan atau kemestian yang

28
harus didasarkan atas rasio murni manusia yang sedang didasarkan
pada hukum kodrat,yaitu

manusia cenderung untuk berkelompok yang selanjutnya membentuk


negara secara rasionil.

3.F.Oppenheimer

Ia berpendapat bahwa negara itu merupakan suatu alat dari golongan


yang kuat untuk

melaksanakan suatu tertib masyarakat kepada golongan yang lemah


dengan tujuan

penghisapan ekonomis terhadap golognan yang lemah tersebut.

4.Karl Marx

Menurut Karl Marx negara itu adalah penjelmaan dari pertentanngan


kekuatan

ekonomi.Negara hanya dipergunakan sebagai alat dari mereka yang


kuat untuk menindas

golongan-golongan yang lemah ekonominy.Golongan yang kuat


adalah mereka yang

memiliki alat-alat produksi.

29
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas penulus menyimpulkan bahwa secara
terminologi, negara didefinisikan sebagai organisasi tertinggi di antara
satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu.
Caranya, dengan hidup bersama dalam suatu kawasan yang memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Suatu negara dapat berdiri jika
memenuhi tiga unsur, yakni masyarakat (rakyat), wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat.

Selain itu dapat di simpukan bahwa Tidaklah mungkin suatu Negara


terbentuk tanpa ada asal mulanya. Ada beberapa teori yang
menjelaskan tentang asal mula suatu Negara, yaitu teori teokrasi,
teori hukum alam, teori perjanjian masyarakat, teori kekuatan atau
kekuasaan, teori positivisme, teori organis, teori garis kekeluargaan
dan teori modern

B. SARAN
Sebagai warga Negara indonesiakita harus mengetahui asal usul
negara kita agar kita bisa mengetahui dan menghargai sejarah
berdirinya negara kita.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hufron, & Hadi, s. (2016). Ilmu Negara Kontemporer: Telaah Teoritis Asal Mula, Tujuan
dan Fungsi Negara, Negara Hukum dan Negara Demokrasi. Yogyakarta dan
Surabaya: Laksbang Grafika dan Kantor Advokat.

Ismatullah, D. (2007). Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif : Kekuasaan, Masyarakat,


Hukum dan Agama. Bandung: Pustaka Setia.

Machiavelli. (1991). Sang penguasa: surat seorang negarawan kepada pemimpin republik =
II Principe. Jakarta: Gramedia.

Yang, S. (1928). The Book of Lord Shang. London: A. Probsthain.

31

Anda mungkin juga menyukai