MAKALAH
ILMU NEGARA
KELOMPOK 4
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat
rahmat Yang di berikan-nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah ilmu Negara yang di berikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah ilmu Negara.
Makalah ini menjelaskan tentang teori tujuan Negara dan asal mula Negara.
Makalah ini berisi semua yang di butuhkan bagi para pembaca agar
mengetahui dan mengerti tentang teori tujuan Negara dan asal mula Negara.
Di harapkan agar setiap konteks yang ada di dalam makalah ini dapat di
terima baik oleh seluruh lapisan masyarakat yang membacanya dan berguna
bagi masyarakat
penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
ISI..............................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN NEGARA............................................................................................3
B. TEORI DAN TUJUAN NEGARA................................................................................4
C. ASAL MULA NEGARA.............................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................30
A. KESIMPULAN............................................................................................................30
B. SARAN........................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak kata “negara” diterima secara umum sebagai pengertian
yang menunjukkan organisasi teritorial sesuatu bangsa yang memilki
kedaulatan, ia pun mengalami berbagai pemahaman tentang hakikat
dirinya.
Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, ia adalah organisasi
pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah argency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup dalam suasana
kerjasama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh pertentangan.
Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan
kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari
kehidupan bersama itu. Negara menetapkan cara-cara dan batas-
batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan
bersama itu, baik oleh individu dan golongan atau asosiasi, maupun
oleh negara itu sendiri. Dengan demikian ia dapat mengintegrasikan
dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari penduduknya ke arah
tujuan bersama.
Bayangkan, bila suatu kelompok masyarakat tidak mempunyai negara,
apa yang akan terjadi? Bagaimana bila tidak ada wilayah, tidak ada
pemerintahan, tidak ada kepala negara? Apakah teratur? Dapatkah
1
mereka menjalankan aturan bersama? Dapatkah mereka melakukan
aktivitas hidup dengan tertib?
Tampaknya, manusia tidak akan dapat hidup dengan teratur tanpa
adanya negara. Mereka juga tidak akan hidup tertib dan menjamin
keamanan bersama, tanpa adanya negara. Tanpa adanya wilayah,
ketertiban umum, bagi masyarakat juga tidak mungkin terjamin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Negara?
2. Apa yang dimaksud dengan asal mula Negara?
3. Apa saja teori asal mula Negara?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Negara.Selain itu, makalah ini bertjuan untuk mengetahui
dan mendalami tentang asal mula Negara melalui berbagai teori yang
ada.
2
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN NEGARA
Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing
di antaranya state (bahasa Inggris), etat (bahasa Prancis), atau staat
(bahasa Belanda dan Jerman). Adapun secara terminologi, negara
didefinisikan sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok
masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu. Caranya, dengan
hidup bersama dalam suatu kawasan yang memiliki pemerintahan
yang berdaulat. Suatu negara dapat berdiri jika memenuhi tiga unsur,
yakni masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
Ketiga unsur tersebut harus didukung dengan unsur lainnya berupa
konstitusi dan pengakuan negara-negara lainnya yang disebut dengan
unsur deklaratif. Rakyat dalam definisi suatu negara merupakan
sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan
bersama-sama bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu. Rakyat
dalam negara memegang peranan penting sehingga disebut dengan
substratum personel dari Negara. Adapun wilayah menjadi unsur
negara yang harus dipenuhi karena tidak mungkin suatu negara dapat
berdiri tanpa memiliki wilayah dengan batas-batas teritorial yang jelas.
Dalam konsep negara modern, batas-batas wilayah tersebut diatur
dalam perjanjian dan perundang-undangan internasional. Pemerintah
didefinisikan sebagai alat kelengkapan negara yang berfungsi
memiimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan bersama
didirikannya suatu negara. Aparat dan alat-alat negara yang
menetapkan hukum dijadikan sebagai cara untuk melaksanakan
3
ketertiban dan keamanan, mengadakan perdamaian dan lainnya
dalam rangka mewujudkan kepentingan warga negaranya yang
beragam. Untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut maka
diperlukan adanya bentuk-bentuk negara dan pemerintahan. Pada
umumnya, nama sebuah negara identic dengan model pemerintahan
yang dijalankannya. Seperti negara demokrasi dengan sistem
pemerintahan parlementer atau presidensial. Ketiga unsur tersebut
didukung dengan unsur lainnya, yakni konstitusi. Adapun unsur
pengakuan oleh negara lain hanya bersifat sebagai dukungan atau
menerangkan mengenai adanya negara. Hal ini sifatnya deklaratif,
bukan konstutif sehingga tidak bersifat mutlak. Ada dua macam
pengakuan suatu negara, yakni secara de facto dan secara de jure.
Pengakuan de facto merupakan pengakuan atas fakta adanya suatu
negara. Hal tersebut didasarkan pada fakta bahwa suatu masyarakat
politik telah memenuhi tiga unsur utama negara, yakni wilayah, rakyat,
dan pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan, pengakuan de jure
merupakan pengakuan mengenai kesahan suatu negara dengan
dasar pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan adanya
pengakuan de jure maka suatu negara mendapat hak-haknya di
samping kewajiban sebagai anggota keluarga bangsa sedunia.Hak
dan kewajiban yang dimaksud ialah mendapatkan kebebasan untuk
bertindak dan diberlakukan sebagai suatu negara yang berdaulat
penuh di antara negara-negara lain.
4
Peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan Negara. Teori tujuan
Negara dapat digolongkan menurut zamannya, yaitu:
1. Teori tujuan Negara yang dapat dikelompokan sebagai teori tua
adalah :
a. Teori tujuan negara dari Lord shang
Lord shang hidup pada abad ke -4 B.C. Ia seorang erdana
menteri pemerintahan Tiongkok, berasal dari daeraah yang,
karena itu teorinya disebut juga “Teori Shang Yang “. Buku hasil
karyanya yang terkenal dalam bahasa Inggris diamakan “A
Clasical of the Chinese school of law”. Pendapat pendapat dari
Lord Shang itu dipaparkan oleh prof. Denyvendak dalzam
bukunya yang bernama “Book Lord of shang”.
Menurut Lord Shang tujuan utama dari Negara adalaah satu
pemerintahan yang berkuasa penuh terhadap rakyat dengan
jalan melemahkan dan membodohkan rakyat. Teori ini
didasarkan atas pendapat bahwa menurut Lord Shang pada
setip Negara selalu terdapat dua subjek yang saling
berhadapan dan saling bertentangan, yaitu pemerintah dan
rakyat, artinya kalau rakyat yang kuat kaya dan pintar, maka
Negara akan melemah, sedangka sebaliknya bila rakyat lemah
bodoh dan miskin, Negara akan kuat. Ia menyatakan bahwa
dalam bahasa asing “a week people means a strong state and
a strong state means a weak people. There fore a country, wich
has the right way, a concerned with waeking people” (rakyat
lemah berarti Negara kuat dan Negara kuat berarti rakyat
lemah. Dari Negara mempunyai tujuan yang betul, hendaklah
bertindak lemahkan rakyat). Tujuan ini hanya bisa dicapai
dengan hanya menyiakan militer yang kuat, berdisilin dan
bersedia menghadapi segala kemunginan. Di balik itu,
5
kebudayaan adalah merupkan neraka, apabila dalam suatu
Negara trdapat hal hal yang berikut ini, yakni adat istiadat,
musik, nyanyian, sejarah, kebaikan, moral kesusilaan, hormat
pada orang tua, kewajiban persaudaraaan, kebijaksaan, maka
raja tidak akan dapat lagi mengarahkan rakyat, bencaana
kehancuran Negara tidak bisa dihindarkan. Sebaliknya menurut
Lord Shang korbankanlah “kebudayaan rakyat”. Untuk
kekuasaan Negara. Jika telah teori ini, jelas tujuan yang
dikemukakan sangat rendah sekali, karena kekuasaan yang
besar dari Negara itu digunakan untuk membodohkan rakyat
dan memiskinkan rakyat, padahal secara moral dan asasi
Negara seharusnya melindungi rakyat. (Yang, 1928)
6
perlu menaati perjanjian itu, yang penting rakyat tidak dirugikan
dan kesejahteraan bisa tercapai. (Machiavelli, 1991)
7
(Ajaran Metafsika dalam Hukum). Menrut Imanuel Kant,”
manusia dilahirkan sederajat dan segala kehendak, kemauan
dalam masyarakat Negara harus melalui dan didasarkan
dengan undang-undang “. Peraturan-peraturan hukum harus
pula dirumuskan dan harus menjadi dasar pelaksaan
pemerintahan, disamping itu ia memandang bahwa perlu
adanya pemisahan kekuasaan, seperti diajarkan oleh
Montesquieu (kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudisial),
dalam kepustakaan dikatakan bahwa Imanuel Kant yang
memberi nama ajaran Montesquieu tentang “pemisahan
kekuasaan” (separation of power) itu dengan nama “trias
politika”. Jadi tujuan Negara menurut Imanuel Kant adalah :
menegakkan hak-hak dan kebebasan warga Negara atau
Negara individu. Untuk menjamin kebebasan individu berupa
jaminan perlindungan HAM harus diadakan pemisahan
kekuasaan seperti trias politika.
8
Beliau mengemukakan klasifikasi tujuan Negara dalam bukunya
“De watenschap der politiek” (ilmu politik). Menurut J.barents, klasifikasi
tujuan Negara dikelompokn atas dua dasar, yaitu :
a. Tujuuan Negara yang sebenarnya atau yang asli dan utama (aigenlijk
staatsdoel), meliputi
9
1945 sama kualitasnya dengan makna keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam sila ke lima pancasila.
10
melanggar hukum, Negara tidak boleh ragu-ragu bertindak untuk
menjatuhkan hukuman dan jika perlu hukuman mati. Negara harus kuat,
karena jika Negara lemah akan timbul kekacauan dan perang diantara
sesama warga Negara.
11
saling melayani agar semua kebutuhan warga terpenuhi semaksimal
mungkin. Menurut pluto, Negara harus memberikan jaminan
kebebasan supaya tiap orang dapat bertugas dengan baik. Tanggung
jawab masing-masing warga Negara dapat di jalakan hanya jika ada
kebebasan.negara juga harus berupaya menciptakan, menjaga,
memelihara, dan meningkatkan semangat saling melayani supaya
semua kebutuhan dapat terpenuhi semaksimal mungkin.setiap warga
harus menjadi pelaku aktif yang senantiasa siap sedia memenuhi
panggilan untuk melayani sesama. Menurut pandangan pluto, hanya
dengan cara demikian, kebahagia tiap warga dapat diselenggarakan.
Namun pluto juga mengakui bahwa citra Negara ideal yang dicita-
citakan sebagaimana di kemukakan di atas tersebut tidak mungkin
hadir dalam dunia yang nyata, yang kongkret, melaikan hanya
terdapat dalam dunia cita-cita (dunia ide) yang abstrak.tujuan Negara
seperti dikatakan diatas tidak mungkin tercapai jika Negara dipimpin
oleh peguasa yang bermoralitas buruk.negara harus di pimpin oleh
penguasa yang bermoralitas baik supaya fungsi,tugas, dan tujuan
Negara tercapai.
12
untuk mencegah kekuasaan absolut (mutlak) yang dapat menimbulkan
kesewenang-wenangan penguasa. Pada ahirnya, raja atau penguasa
yang bertindak sewenang-wenang selalu berujung pada pelanggaran
atau penindasan terhadap kebebasan daan hak-hak individu.
Teori dalam kedulatan jean bodin, pembatasan kekuasaan
seperti dalam teori trias politika Montesquieu juga dapat ditemukan.
Dalam teori Bodin, kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi tidak
dapat bertindak sesuka hati karena di batasi oleh undang-undang
dasar yang mengandung hukum moral yang wajib dipatuhi semua
manusia. Kekuasaan pemegang kedaulatan juga merupakan
kekuasaan yang dibatasi oleh undang-undang. Prinsip ini sesuai
dengan pandangan Bodin mengenai pemerintah dengan kekuasaan
tertinggi (betapapun kuat dan bersatunya) tetapi tidak dapat bertindak
sewenang-wenang, karena kekuasaanya diterima dari dan di tentukan
oleh satu hukum yang lebih tinggi dari pada pemerintah itu sendiri.
13
dengan situasi dan kondisi nyata. Kebebasan pemerintah atau aparat
pemerintah untuk bertindak atas inisiatif sendiri berdasarkan
kenyataan seperti di uraikan di atas di sebut wewenang diskresi.
14
putera zeus, Fir’aun dari mesir yang juga di anggap sebagai titisan
Dewa Ra atau Dewa Matahari.
Teori teokrasi turut memperkuat tingkat kepercayaan manusia
yang meyakini bahwa kekuasaan atau kejadian yang terjadi adalah
milik tuhan, termasuk tentang asal mula Negara yang tidak lain
adalah kehendak atau ketetapan dari tuhan. Termasuk
kepercaayaan tersebu melahirkan kepercayan bahwa Negara,
yang di dalamnya terdapat kekuasaan, merupakan kehendak dari
tuhan. Artinya suatu Negara bisa ada dan berdiri apabila tuhan
menghendaki Negara tersebut ada dan berdiri. Kepercayaan
tersebut kemudian melahirkan kepercayaan tentang manusia-
manusia yang di anggap sebagai titisan tuhan dan mendapatkan
kekuasaan dari tuhan untuk memerintah serta menjalakan
kekuasaan Negara.
Teori teokrasi yang kedua adalah teori modern. Teori
teokrasi modern juga menyatakan bahwa kekuasaan berasal
tuhan, tetapi dengan persepektif yang agak berbeda. Teori ini
mengamini bahwa kekuasaan berasal dari tuhan dan diberikan
kepada manusia tertentu dalam suatu proses sejerah tersentu.
Salah satu tokoh popular teori ini yaitu friederich Julius stahl, yang
menyatakan bahwa Negara tumbuh di karenakan adanya
ketetapan historis dan Negara tidak tumbuh karena ketetapan
manusia, tapi scenario dari tuhan
Tokoh lain yang mempelopori teori teokrasi yaitu Abu Al A’la
Al-Maududi. dalam argumenya Abu Al A’la Al-maududi memberikan
penjelasan bahwa kekuasaan tertinggi terdapat pada Allah.
Manusia di dunia hanya menjalankan kekuasaan yang allah
berikan. Oleh karna itu, manusia sering disebut sebagai pemimpin
15
di dunia. Pernyataan tersebut menandakan bahwa Negara
merupakan ciptaan dan ketetapan dari tuhan.
Argumen kontra terhadap teori teokrasi di sampaikan oleh
kranenburg. Menurut kranenbrug, teori teokrasi memiiki dua
masalah. Pertama teori ini jauh dari logika dan sulit di nalar oleh
ilmu pengetahuan, karena yang menjadi dasar adalah keyakinan
atau kepercayaan. Kedua, teori ini akan mengalami masalah
apabila tejadi perang antara dua kekusaan yang di yakini sebagai
titisan tuhan.jadi, kekuasaan mana yang akan tetap di percaya
sebagai pemberian tuhan?
b. teori hukum alam
teori selanjutnya yang turut menjelaskan asal mula Negara
adalah teori hukum alam. Teori hukum alam adalah menekankan
pada hukum alam sebagai asal mula dari Negara. Hukum alam ada
yang sifattnya irrasional dan rasional. Hukum alam yang irrasional
dapat di temukan dengan menggunakan metode induktif (logika
nduktifif:khusus-umum). Contoh hukum alam yang irrasional seperti
hukum yang lahir dari tuhan atau firman tuhan, hal-hal yang bersifat
mistis, dan sejenisnya.adapun hukum alam yang rasional adalah
hukum alam yang ditemukan melalui metode dedukatif (logika
dedukatif: umuum-khusus), yang merupakan metode yang didapat
melalui observasi.
Berangkat dari dua dasaar tersebut maka teori hukum alam
lahir dan kemudian ikutterlibat mengkonstruksi ilmu-ilmu, termasuk
Ilmu Negara.
Sifat hukum alam yang abstrak dan universal membuat
hukum alam lebih alamiah, karena tidak dibuat oleh negara atau
kekuasaan secara langsung. Hukum alam lahir secara alamiah
berdasarkan kondisi alam. Selain itu hukum alam juga memusatkan
16
manusia sebagai titik tolak, dan membuat manusia lebih alamiah,
cenderung tidak terdapat tekanan
17
menyerahkan kekuasaan kepada raja yang ditunjuk untuk
memerintah agar hukum rimba tidak terjadi lagi .
Hobbes juga menyatakan bahwa perjanjian untuk membuat
negara dimulai dengan rakyat yang mengadakan perjanjian.
Kemudian rakyat menyerahkan semua kekuasaan kepada negara,
agar dengan kekuasaan yang dimiliki negara dapat mengatur
masyarakat secara mutlak. Menurut Hobbes, kondisi tersebut
menimbulkan konsekuensi politik, di mana kekuasaan yang sudah
diberikan tersebut tidak dapat ditarik lagi. Hobbes menyatakan
bahwa bentuk negara yang ideal adalah kerajaan atau monarki
absolut.
Selain Hobbes, John Locke juga merupakan salah satu tokoh
pencetus teori perjanjian masyarakat. Locke, yang lahir pada tahun
1632 dan meninggal pada tahun 1704, menyatakan bahwa
manusia pada dasarnya secara alamiah sudah mempunyai hak-
hak asasi. Hak-hak tersebut meliputi hak hidup, hak kemerdekaan,
dan hak milik. Sebagai wujud untuk melindungi hak-hak tersebut
maka dibuatlah kontrak sosial.
John Locke menyatakan bahwa ada dua macam kontrak
sosial. Pertama, pactum unionis, atau perjanjian yang sebenarnya.
Perjanjian yang sebenarnya merujuk pada perjanjian antara satu
individu dengan individu yang lain untuk membuat suatu negara.
Kedua, pactum subjectionis, atau perjanjian pemerintahan.
Perjanjian pemerintahan yaitu merupakan perjanjian antara rakyat
dengan penguasa yang diberi wewenang untuk memerintah.
Perjanjian ini pada era sekarang dapat juga disebut semacam
kontrak politik
18
d. Teori Kekuatan
19
menguasai alat produksi agar dapat mengekspolitasi negara dan
kelas buruh.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Harold J. Laski, yang
berpandangan bahwa kekuasaan ekonomi merupakan puncak
perebutan bagi orang- orang yang ingin menguasai sistem
perekonomian. Dengan penguasaan sistem perekonomian, maka
semuanya bisa didapat. Dalam konteks ini, negara dijadikan alat untuk
merebut kekuasaan ekonomi bagi orang-orang memiliki modal. Jalan
yang dilakukan untuk menguasai sistem ekonomi adalah jalan hukum
dan politik, yang merupakan bagian dari negara. Jadi, dengan teori ini,
terciptanya negara berawal dari orang yang mempunyai modal dan
ingin menguasai sistem ekonomi, sehingga memerlukan negara
sebagai alat untuk menguasai.
e. Teori Positivisme
20
khususnya pada bagian dua, mengkaji tentang negara (Kelsen, 1949:
181).
Dalam pandangannya, Hans Kelsen menyatakan bahwa Ilmu
Negara harus terlepas dari pengaruh-pengaruh lain, dan harus
memusatkan kajian negara secara yuridis-normatif. Asal mula negara
adalah salah satu problem karena sifatnya yang tidak murni hukum.
Dengan demikian Hans Kelsen berpandangan bahwa asal mula negara
merupakan objek kajian filsafat hukum, sehingga tidak dapat
dibicarakan dalam tataran Ilmu Negara. Artinya, menurut Hans Kelsen,
asal mula negara bukan merupakan objek dari Ilmu Negara (Hufron dan
Hadi, 2016: 90).
Hans Kelsen juga berpandangan bahwa negara harus terlepas dari
fenomena- fenomena lain selain fenomena hukum. Negara dibuat
oleh kelompok masyarakat dari satu bangsa berdasarkan hukum
yang sah. Pembentukan hukum dalam membuat negara tertuang
dalam konstitusi yang disepakati bersama oleh masyarakat (Kelsen,
1949: 181). Pendapat Hans Kelsen tentang negara menarik dikaji
lebih mendalam. Pandangan Hans Kelsen tentang negara, yang
harus lepas dari segala fenomena kecuali hukum, membuat asal
mula negara tidak harus diperdebatkan secara keras. Negara dapat
lahir karena adanya masyarakat yang membuat konstitusi sebagai
dasar untuk menjalankan negara. Selain itu, konstitusi sebagai
hukum tertinggi yang dapat dijadikan untuk mengetahui hakikat
negara yang sejatinya, juga dapat digunakan untuk mengkaji asal
mula berdirinya negara tersebut.
Walaupun Hans Kelsen beranggapan bahwa asal mula negara bukan
menjadi objek kajian Ilmu Negara, tetapi teori positivisme setidaknya
dapat dijadikan landasan untuk mengetahui asal mula suatu negara
dari sudut pandang yuridis. Hanya saja asal mula negara yang dikaji
21
lebih pada negara secara kongkrit, bukan secara umum dan
menyeluruh. Misalnya, mengkaji asal mula negara Indonesia dari
sudut pandang Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi atau
hukum tertinggi di negara Indonesia.
f. Teori Organis
22
John Salisbury, Marsigilio Padua, Pfufendorf, Henrich Ahrens, J.W.
Scelling, serta F.J. Schitenner (Ismatullah, 2007)
Teori organis merupakan salah satu teori yang mudah dipahami
untuk mengkonstruksi asal mula negara. Penggunaan imajinasi
dalam teori organis terkait asal mula negara lebih dapat diterima dan
dapat dimengerti dengan cepat. Pemahaman yang mudah tersebut
dapat memberikan pemahaman terkait asal mula negara, khusunya
dalam menganalisis contoh-contoh kongkrit suatu negara. Misalnya,
sebuah negara yang pasti lahir kemudian tumbuh dan berkembang,
bahkan menjadi maju. Namun setelah itu, ia akan mati atau lenyap,
walaupun kita tidak pernah tahu pasti kapan akan ia akan lenyap
atau mengalami kematian
g. Teori Garis Kekeluargaan
23
akan menjadikan penguasa atau orang yang menjalankan negara
tersebut adalah dari keturunan bapak (patriarkhal). Adapun teori
garis kekeluargaan matriarkhal menjadikan keturunan dari ibu
sebagai pemimpin. Dengan kata lain, orang yang menjalankan
negara berasal dari garis keturunan Ibu. Menariknya, teori ini tidak
menentukan penguasa atau pemimpin dari suatu negara
berdasarkan gen atau jenis kelamin. Penentuan penguasa atau
pemimpin dari negara yang diciptakan oleh teori garis kekeluargaan
adalah berdasarkan pada klan (Hufron & Hadi, 2016).
h. Teori Modern
24
menjadi empat fase, yaitu fase genootshap (genossenchaft), fase
reich (rijk), fase staat, dan fase (democratische natie dan dictatuur
atau dictatum). Fase-fase ini merupakan tahapan dalam pebentukan
Negara.
25
merupakan perluasan dari fase democratische natie. Pendapat lain
menyatakan bahwa fase dictatuur atau dictatum adalah fase
penyimpangan dari fase democratische natie. Jadi fase dictatuur
atau fase dictatum bukan perluasan dari fase democratische natie.
Empat fase tersebut merupakan fase-fase utama dalam
terbentuknya atau terjadinya suatu negara. Tanpa fase tersebut,
menurut teori terjadinya negara secara primer, maka negara tidak
mungkin dapat terjadi.
Selain teori terjadinya negara secara primer, kita juga mendapati teori
terjadinya negara secara sekunder. Teori terjadinya negara secara
sekunder fokus pada terjadinya negara pada claim atau pengakuan
terhadap suatu negara Adanya pengakuan tersebut menunjukkan
bahwa suatu negara dianggap ada karena dua hal. Pertama,
sudah ada negara-negara lain yang kemudian mengakui terjadinya
negara yang lainnya. Kedua, adanya pengakuan dari manusia atau
bangsa yang belum memiliki atau menciptakan negara, dalam hal
ini belum ada negara tercipta di dunia. Pernyataan yang kedua
dapat menegaskan bahwa teori ini berasumsi bahwa bangsa lebih
dulu ada sebelum berdirinya negara.
Pengakuan atau erkening terdiri atas tiga macam, yaitu (1)
pengakuan de facto yang bersifat sementara; (2) pengakuan de jure,
atau pengakuan yuridis; dan (3) pengakuan atas pemerintahan de
facto. Pengakuan de facto yang bersifat sementara merupakan
pengakuan yang diberikan kepada negara yang baru lahir.
Pemberian pengakuan tersebut sifatnya sementara, karena secara
nyata negara tersebut memang telah lahir, tetapi secara hukum
belum dapat dinyatakan apakah negara tersebut telah benar-benar
26
lahir atau tidak. Sedangkan pengakuan de jure adalah pengakuan
terhadap lahirnya suatu negara yang sifatnya tetap dan mutlak.
Keadaan tersebut dikarenakan negara yang tercipta merupakan
negara yang lahir karena hukum, sehingga bersifat tetap.
Pengakuan selanjutnya adalah pengakuan atas pemerintahan yang
de facto. Pengakuan ini hanya bersifat pengakuan lahiriah atas
kedudukan pemerintah saja. Pengakuan ini tidak mengakui
eksistensi negara secara penuh. Tetapi pengakuan ini juga bisa
masuk dalam pengakuan terhadap negara secara sebagian, karena
pemerintah merupakan unsur negara yang harus ada dalam
berdirinya negara. Karena negara tanpa pemerintahan juga tidak
akan bisa disebut sebagai negara.
Teori terjadinya negara secara sekunder menyatakan bahwa negara
berdiri jika ada pengakuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa
lain. Agar negara tersebut dapat memperoleh pengakuan, maka
yang harus dilakukan oleh negara yang akan berdiri adalah
melakukan deklarasi atau pernyataan pembentukan negara baru.
Tujuan deklarasi tersebut adalah untuk mendapatkan persetujuan
atau pengakuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa lainnya.
Deklarasi juga dapat dijadikan sebagai arena untuk memberitahukan
bahwa negara yang berdiri merupakan negara yang berdaulat dan
merdeka. Kemerdekaan tersebut tidak hanya kemerdekaan ke
dalam, tetapi juga kemerdekaan ke luar
Teori terjadinya negara secara sekunder ini menarik untuk dikaji.
Berdasarkan teori ini, negara dianggap ada hanya apabila ada
pengakuan, yang tidak terbatas pada negara tersebut saja,
melainkan juga dari bangsa-bangsa lain di dunia. Negara yang lahir
dan memerlukan pengakuan harus mendeklarasikan diri bahwa
negara tersebut telah berdiri secara merdeka (dalam dan luar).
27
Setelah melakukan deklarasi, maka ada tahap pengakuan atau
persetujuan dari negara atau bangsa lain terhadap berdirinya
negara tersebut. Sebagai contoh adalah Negara Indonesia. Pada
saat kelahirannya, negara Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan
dalam bentuk proklamasi. Proklamasi tersebut merupakan ajang
bagi Negara Indonesia untuk memberitahukan kepada negara-
negara lain, atau bangsa-bangsa lain, bahwa Negara Indonesia
yang merdeka (ke dalam dan ke luar) telah lahir. Setelah Negara
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, maka terjadi
pengakuan dari negara-negara lain seperti dari Mesir, Arab Saudi,
dan negara-negara lainnya
1.Plato
Plato berpendapat bahwa negara itu timbul dan ada karena adanya
kebutuhan dan
2.Cicero
28
harus didasarkan atas rasio murni manusia yang sedang didasarkan
pada hukum kodrat,yaitu
3.F.Oppenheimer
4.Karl Marx
29
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas penulus menyimpulkan bahwa secara
terminologi, negara didefinisikan sebagai organisasi tertinggi di antara
satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu.
Caranya, dengan hidup bersama dalam suatu kawasan yang memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Suatu negara dapat berdiri jika
memenuhi tiga unsur, yakni masyarakat (rakyat), wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat.
B. SARAN
Sebagai warga Negara indonesiakita harus mengetahui asal usul
negara kita agar kita bisa mengetahui dan menghargai sejarah
berdirinya negara kita.
30
DAFTAR PUSTAKA
Hufron, & Hadi, s. (2016). Ilmu Negara Kontemporer: Telaah Teoritis Asal Mula, Tujuan
dan Fungsi Negara, Negara Hukum dan Negara Demokrasi. Yogyakarta dan
Surabaya: Laksbang Grafika dan Kantor Advokat.
Machiavelli. (1991). Sang penguasa: surat seorang negarawan kepada pemimpin republik =
II Principe. Jakarta: Gramedia.
31