Anda di halaman 1dari 2

NAMA: HALIMI ALWI

KELAS: XII IPS 1

Tragedi Kereta Bintaro 1987


Pada saat itu terjadinya kecelakaan kereta api bintaro1987. Aku masih berusia 9 tahun. Aku di
besaran oleh kedua orang tua ku yang masih lengkap. Suatu ketika ibu ku menyuruh ku untuk
membersihkan rumah. Karena aku dan kedua orang tuaku akan pergi ke tempat nenekku yang ada di
bandung.

Keesokan harinya akudan kedua orang tua ku berangkat mempersiapkan barang-barang yang
akan di bawa. Sembari menunggu bapak memesan taksi. Aku duduk santai memandang ke langit-
langit rumah. Supir taksi pun telah tiba dan kami berangkat ke stasiun. Aku membaca doa dan kereta
pun memulai perjalanan.

Sapai di tengah perjalanan terdengar suara..

"Tttoottt.... Toooddd"

Bunyi suara kereta berlawanan arah dari jauh pun terdengar.

Ibu dan bapakku memeluk ku sangat kuat. Tak lama kemudian dari depan terdengar suara
letusan yang sangat dahsyat. Orang orang ketakutan dan berdoa untuk keselamatan ya. Tiba tiba
kobaran api melahap seluruh gerbong seketika kereta meledak dan aku pun tak sadarkan diri.

Sesampainya sadar aku sudah terbaring lemas di rumah sakit. Aku hanya mendapati luka ringan
di kepalaku. Beruntung aku masih selamat. Aku bertanya kepada nenek dimana orang tua ku. Aku
terkejut setelah mendengar ucapan nenek bahwa orang tua ku sudah tiada. Orang tua ku di
makamkan di TPU Bandung tempat nenek tinggal
Aku hanya bisa menangis dan berdoa agar ibu dan bapak bisa istirahat dengan tenang. Januari
2007, Aku di besaran oleh nenekku. Dari hari ke hari, bulan ke bulan Aku mengiklaskan orang tuaku
karna insiden kecelakaan Kereta Api Bintaro. Kecelakaan tersebut dikarenakan kelalaian petugas.

Cerita yang aku alami. Tidak menjadikan ku putus asa aku semangat masih ada harapan untuk
membahagiakan nenekku. Aku berusaha belajar segiat mungkin untuk mencapai perguruan tinggi.
Aku bersyukur berkat usaha dan doa dari nenek aku lulus menjadi sarjana. Dan aku hidup bahagia
bersama nenek menjadi orang sukses.

Anda mungkin juga menyukai