Anda di halaman 1dari 2

Anak Manja yang Mandiri

Perkenalkan namaku Naufal. Hari ini aku baru saja lulus dari salah satu SMP favorit
di Jawa Timur. Aku terlahir sebagai anak tunggal. Sehingga aku seringkali dimanja oleh
kedua orang tuaku. Apapun yang aku inginkan selalu diberikan. Masa kecilku bisa dibilang
bahagia, bahagia karena dibahagiakan oleh materi. Jika aku meminta sebuah mainan , sore
harinya mainan tersebut sudah ada di kamarku. Saat aku masih TK, aku terkenal sebagai anak
yang sering mengadu kepada guru karena hal sepele. Sehingga hampir tidak ada anak yang
mau bermain denganku. Dan karena ini, aku menjadi anak rumahan yang hampir jauh dengan
bersosialisasi karena apapun yang aku butuhkan sudah tersedia di rumah.

Hingga lulus SMP, aku hampir tidak pernah keluar rumah. Aku hanya memiliki 2-3
teman selama masa SMP ku. Mereka adalah Arya, Faishal, dan Akbar. Aku kenal dengan
mereka ketika kelas 1 SMP karena aku sering satu kelompok dengan mereka. Sebelum masuk
ke SMA, aku betekad untuk berubah menjadi mandiri dan bebas dari fasilitas yang telah
disediakan oleh orang tuaku. Aku mengutaran keinginanku tersebut ke orang tuaku. Dan bisa
ditebak jika mereka pasti langsung menolak keinginanku tersebut. Setelah sekian lama beradu
argumen, aku berhasil meyakinkan orang tuaku. Akhirnya aku diperbolehkan untuk menjadi
anak rantau.

Setelah mempersiapkan barang-barang yang akan kubawa, malamnya aku diantar


kedua orang tuaku menuju stasiun menggunakan mobil. Jalanan hari ini tampaknya
mendukungku untuk segera pergi dari kota kelahiranku ini. Jalan yang biasanya macet, kini
entah mengapa sepi sehingga aku datang terlalu awal di stasiun.

Petugas mengumumkan bahwa kereta yang akan kutumpangi sudah datang. Aku
berpamitan kepada mama dan papa serta meminta doa restu untuk kelancaran di luar sana.
Sebelum aku masuk, papaku memberikan sebuah kartu ATM kepadaku. Sambil tersenyum
aku mengambil kartu ATM tersebut. Sebenarnya aku enggan menerimanya karena aku sudah
memiliki tabungan sendiri yang mungkin akan cukup untuk 1 atau 2 semester.

Aku duduk diatas kereta yang melaju dengan cepat. Getaran yang ditimbulkan kereta
ini berhasil membuatku mengantuk. Aku mencoba untuk memejamkan mata namun tak
kunjung tertidur. Kemudian aku memutuskan untuk bangun dan menuju ke toilet untuk
sekedar mencuci muka agar tidak mengantuk. Lalu kembali lagi ke kursi. Baru saja duduk,
perutku langsung berbunyi meminta jatahnya untuk diisi. Akhirnya aku memutuskan untuk
pergi menuju gerbong kereta makan. Di sana aku memesan seporsi nasi goreng dan teh
hangat. Dan tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan pesananku. Kemudian aku
membayar makananku dan kembali ke kursiku dan terlelap.

Matahari sudah mulai meninggi, jam sudah menunjukan pukul 06:45. Mungkin
sekitar 15 menit lagi aku sampai di stasiun tujuan. Kemudian aku mempersiapkan diri dan
mengambil koper yang disimpan di bagasi.

Tak lama kemudian, kereta yang aku tumpangi tiba di stasiun tujuan. Sambil berjalan
membawa koper, aku menuju pintu keluar dari stasiun. Saat keluar dari stasiun, aku terlihat
seperti orang linglung karena ini pertamakalinya aku pergi ke tempat yang belum pernah
kusinggahi sendirian. Kemudian aku mencari taksi dan pergi ke alamat rumah yang sudah
diberikan kepada ibuku sebelum aku berangkat kesini.

Di dalam taksi, aku mengambil handphone dan mengabari orang tuaku bahwa aku
sudah sampai dengan selamat dan sedang dalam perjalanan menuju rumah, rumah yang akan
aku tinggali selama kurang lebih 3 tahun kedepan. Di dalam perjalanan, aku hanya terdiam
sambil memandang kota yang sangat asing bagiku ini dari kaca jendela. Lalu, sebuah pikiran
mendatangiku.

Apa aku bisa tinggal sendiri tanpa fasilitas dari orang tua?

Apa aku sanggup memenuhi kebutuhanku sehari-hari?

Apa aku bisa hidup mandiri?

Apa aku...

Nama : Naufal Muflih Banyu Aji

No. Absen : 24

Kelas : 12 MIPA 1

Anda mungkin juga menyukai