Tutur an
Adinda
Afifah
Anwar
Dalam mengkaji tindak
tutur secara pragmatik,
dirumuskan dalam tiga
jenis tindak tutur. Ketiga
tindak tutur tersebut
yaitu tindak tutur lokusi,
tindak tutur ilokusi, dan
tindak tutur perlokusi
—Chaer, 2010
Tindak tutur dalam Bahasa
Indonesia, menurut Wijana (1996)
dalam bukunya dapat dibedakan
menjadi:
1. Tindak tutur langsung
2. Tindak tutur tidak langsung
3. Tindak tutur literal
4. Tindak tutur tidak literal
5. Tindak tutur langsung literal
6. Tindak tutur tidak langsung
literal
7. Tindak tutur langsung tidak
literal
8. Tindak tutur tidak langsung
tidak literal
Daftar Isi
2. Tindak Ilokusi
4. Tindak Tutur Wijana
(Illoocutionary Act)
Langsung, tidak
The act of doing langsung, literal,
something tidak literal,dll
01
Tindak Lokusi
The act of saying
something
Tindak Lokusi
1. Deklaratif 3. Imperatif
berfungsi hanya bermaksud agar
untuk pendengar memberikan
memberitahukan, tanggapan yang
sehingga dapat 2. Interogatif berupa tindakan atau
menaruh perhatian berfungsi untuk perbuatan yang
menanyakan sesuatu kepada diinginkan
pendengar dan diharapkan
memberikan jawaban
tentang pertanyaan yang
diutarakan oleh penutur
Contoh:
1. Masjid Agung terletak di sebrang
Alun-alun kota
2. Dimana letak masid agung?
3. Beritahu saya letak masjid Agung!
02
Tindak Ilokusi
The act of doing
something
Tindak Ilokusi
Tindak tutur ilokusi
merupakan tindak tutur yang
mengandung daya melakukan
suatu tindakan dengan
mengatakan sesuatu. Tindakan
tersebut dapat berupa janji,
tawaran atau pertanyaan dalam
tuturan
Bentuk Tindak Ilokusi Tindak tutur komisif
Menyatakan janji,
bersumpah, dan menawarkan
sesuatu
Tindak tutur asertif
Tindak tutur ekspresif
Menyatakan, menyarankan, Mengucapkan terima kasih,
membual, mengeluh, memberi maaf, mengecam,
mengemukakan pendapat, memuji, dan berbela
melaporkan, dan mengakui sungkawa
Tindak tutur direktif Tindak tutur deklaratif
Memesan, memerintah, Memberi nama, memecat,
memohon, menasihati, menjatuhkan hukuman,
manganjurkan, dan mengizinkan
merekomendasi
Tindak tutur asertif
Contoh tindak ”Pemilu bisa membuat kawan menjadi
ilokusi: lawan pindah partai bisa dilakukan
dengan ringan, apalagi dalam urusan
pilpres yang amat mahal sangat
biasa kader-kader malah sibuk
menyempal, buat apa bertahan jika
tak ada kesempatan apalagi jika ada
tawaran yang menggiurkan. Itulah
kalkulasi politik yang tak
terhindarkan dalam lanskah politik
perebutan kekuasaan. Masih bisakah
publik mempercayai para jurkam jika
mereka sendiri mudah ganti seragam.
Inilah Mata Najwa “Barisan Para
Mantan”.
Contoh tindak tutur direktif
“Jadi, saya ingin menggali satu per satu dulu. Apa
alasan pribadi kenapa pindah ke lain hati dan saya ingin
ke Bang Ferdinan dulu?”