Anda di halaman 1dari 12

Persiapan - Siapkan satu buah cerpen model, bila dari koran guru bisa menempelnya di karton supaya tidak

supaya tidak koyak, lalu diperbanyak sejumlah peserta didik. Bila dari
(1 – 2 Jam) internet bisa dilekatkan di slide powerpoint. Usahakan cerpen tersebut sudah dianalisis struktur dan aspek kebahasaan cerpen tersebut.
- Sebaiknya cerpen yang dibuat oleh guru sendiri. Agar guru mudah menjelaskan proses pembuatan cerpen tersebut. Apabila guru belum dapat
memperlihatkan cerpen hasil karyanya, maka guru memilih cerpen yang mudah dipahami oleh guru dan sudah dianalisis unsur-unsur pembangun cerpen,
struktur, dan aspek kebahasaan dari cerpen tersebut.
- Power point langkah-langkah menulis cerpen berdasarkan pengalaman/peristiwa yang pernah dialami
- Guru mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) menulis cerpen berdasarkan pengalaman

Urutan kegiatan Pertemuan Pertama = 120 Menit


pembelajaran Kegiatan Pembuka
1. Guru bersama peserta didik mengucapkan salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik.
2. Guru mengondisikan kelas untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru mengatur tempat duduk peserta didik, bisa dalam bentuk leter U atau lingkaran. Meja-meja dipinggirkan.

Kegiatan Awal
1. Peserta didik memperhatikan kumpulan cerpen yang diperlihatkan oleh guru, misalnya buku-buku antologi cerpen, kliping cerpen dari koran/majalah,
ataupun searching internet yang dimiliki oleh guru.
2. Peserta didik dan guru menyebutkan Cerpen sesuai dengan namanya adalah cerita yang pendek. Berapa ukuran panjang pendek cerita itu tidak ada
aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe, (dalam Burhan N, 2010:10), mengatakan bahwa cerpen adalah
sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar setengah sampai dua jam. Panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen yang
sangat pendek berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan berkisar 1.500-an hingga 2.100-an kata, dan ada cerpen yang panjangnya antara
5000-an hingga 20.000-an kata.

6
3. Peserta didik dan guru juga menyebutkan menulis cerpen dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada langkah ini siswa mampu menyebutkan beberapa cara
menulis cerpen, di antaranya berdasarkan pengalaman/peristiwa yang pernah dialami, berdasarkan gambar/foto peristiwa. Untuk memudahkan siswa
menulis cerpen, maka pelajaran kali ini siswa akan menulis cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang pengetahuan awal dan motivasi mengapa menulis cerpen berdasarkan peristiwa yang pernah dialami.

Peserta didik tentunya pernah membaca cerpen baik dari koran, internet, maupun buku kumpulan cerpen. Apalagi ketika di masa pandemi covid-19, peserta
didik belajar dari rumah dan memiliki waktu yang cukup untuk membaca. Masih ingatkah peserta didik, berapa jumlah cerpen yang sudah dibaca sampai saat
ini?
Membaca cerpen tentunya bukan saja sebagai hiburan semata, namun yang lebih penting ketika peserta didik membaca cerpen peserta didik dapat
menikmati jalan ceritanya, penokohannya, dan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam cerpen. Selain itu, dengan membaca cerpen dapat mengasah
nalar, mengasa rasa, dan membangun empati peserta didik.
Mengapa demikian? Cerpen sebagai salah satu jenis karya sastra di dalamnya mengandung unsur-unsur keindahan. Cerpen ditulis oleh seseorang dalam
keadaan dan kondisi tertentu yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, cerpen tentu mengandung nilai-nilai yang relevan di dalam kehidupan peserta
didik. Cerpen merupakan cerita yang mengisahkan konflik kehidupan tokoh cerita secara singkat, padat, dan mengesankan, sehingga ketika membaca
cerpen dapat membuat emosi peserta didik masuk ke dalam cerita tersebut.
Pada umumnya penulis cerpen dalam mengelola tulisannya mengambil dari peristiwa sehari-hari yang sederhana. Kemudian diolah dengan kekuatan
imajinasi sang penulis yang begitu hebat sehingga menjadi jalinan cerita yang menarik, menghibur, dan memuat nilai-nilai kehidupan.

Kegiatan Inti
1. Peserta didik mendapatkan fotocopy cerpen yang dibuat sendiri oleh guru ataupun yang diambil dari koran.
2. Peserta didik secara bergiliran membacakan cerpen tersebut.
3. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang cerpen yang baru saja dibaca, pertanyaannya seperti berikut ini:
- Apakah isi cerpen tersebut menarik?

7
- Apa yang membuat cerpen tersebut menarik?
- Bagaimana struktur isi cerpen tersebut! Apakah terdapat unsur-unsur pembangun cerpen? dan bagaimana aspek kebahasaannya? Apakah diksi /pilihan
kata yang digunakan sudah sesuai dengan syarat sebuah cerpen?
- Bila cerpen tersebut guru yang menulis, ajukan pertanyaan ayo kira-kira cerpen ini siapa yang menulisnya? Ceritakan proses pembuatan cerpen tersebut,
apa, mengapa, dan bagaimana cerpen tersebut dibuat oleh guru.
- Bila cerpen yang dijadikan model diambil dari koran, majalah, ataupun searching internet, guru mencari tahu siapa si penulis cerpen tersebut, minimal
guru mengetahui biografi singkat si penulis cerpen. Hal ini dilakukan sebagai motivasi bagi siswa untuk tertarik menulis cerpen.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai langkah-langkah menulis cerpen berdasarkan pengalaman/peristiwa yang pernah dialami.
5. Peserta didik menyiapkan buku tulis dan pena untuk mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru

Langkah pertama: Menceritakan peristiwa yang pernah dialami


Guru memperlihatkan slide/tulisan pengalaman/peristiwa yang pernah dialaminya ketika masih sekolah, kepada peserta didik.
Contoh pengalaman/peristiwa, berikut ini:
Peristiwa yang tidak pernah saya lupakan seumur hidup saya adalah ketika Sahabat saya minta diantar ke RS Pertamina untuk periksa kesehatan. Setelah
dia selesai diperiksa dr. saya ditawari untuk membersihkan karang gigi dengan menggunakan kartu berobat dia. Saya dibujuknya, saya tidak mau karena takut
ketahuan. Tapi sahabat saya ini terus membujuk dan menyakinkan saya, bahwa tidak akan ketahuan, akhirnya saya menyerah dan masuk ke ruang pemeriksaan.
Singkat cerita apa yang saya takutkan akhirnya terjadi juga, dr. gigi tersebut mengetahui bahwa saya itu bukan sahabat saya, ini kelihatan dari gigi saya, dr. tersebut
marah dan saya harus mengganti biaya pembersihan karang gigi, kalau tidak dr. itu akan melaporkan saya ke orang tua dan sekolah saya.
- Peserta didik diberi waktu beberapa menit untuk memikirkan peristiwa apa yang pernah dialaminya dan tidak pernah dilupakan. Peristiwa tersebut bisa
kesenangan ataupun kesedihan. Peserta didik dipersilahkan untuk mencatat di buku peristiwa tersebut.

Langkah kedua : Menetapkan unsur-unsur pembangun cerpen

8
Unsur –unsur pembangun cerpen terdiri dari tema, alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Hal ini dilakukan guru untuk memudahkan
penulisan cerpen. Bila guru dan peserta didik belum terbiasa dalam menulis cerpen maka sebaiknya unsur-unsur pembangun cerpen dibuat terlebih dahulu
supaya cerita yang akan kita buat menjadi terarah dan sistematis. Namun bila guru dan peserta didik sudah terbiasa menulis cerpen, hal-hal tersebut cukup
disusun di benak kita saja.
Contoh:
Unsur-unsur pembangun cerpen sesuai dengan peristiwa di atas, dapat dibuat seperti berikut oleh guru.
Tema : Kejujuran

Alur : menggunakan alur maju, dimulai dengan memunculkan konflik/masalah di awal paragraf
Latar : 1) tempat: Rumah sakit, rumah, sekolah, 2) Waktu: pagi, siang, sore, dan malam, 3) sosial: seorang sahabat yang mengajak sahabatnya untuk berobat
ke rumah sakit
Penokohan: tokoh utama sebanyak tiga orang dengan nama Juliana, Surtina, dan seorang dokter, tokoh sampingan mama dari Surtina, Sinta, serta polisi.
Juliana berperan sebagai tokoh antagonis, memiliki sifat iri hati pada Surtina, sedangkan Surtina berperan sebagai tokoh protagonis, memiliki sifat baik
hati dan memaafkan perbuatan Juliana yang telah berbuat tidak baik pada sahabatnya Surtina.
Sudut pandang pengarang yang digunakan: sebagai orang pertama dengan menggunakan kata aku
Amanat/pesan moral: ingin mengajarkan tentang kejujuran, memaafkan, dan bertanggung jawab
- Peserta didik diberi waktu beberapa menit untuk memikirkan unsur-unsur pembangun cerpen yang sesuai dengan peristiwa yang telah ditulis oleh peserta
didik.

Langkah Ketiga: Menentukan konflik cerita


Setelah selesai menuliskan unsur-unsur pembangun cerpen di atas dan memilih salah satu peristiwa di atas, peserta didik dapat menentukan konflik cerita.
Contoh:

9
Dari peristiwa membersihkan karang gigi, seorang sahabat (Surtina) ketahuan sang dokter ketika memeriksa karang giginya, karena menggunakan kartu
berobat sahabatnya (Juliana), sang dokter marah kepada Surtina dan Surtina akan dilaporkan ke polisi jika tidak dapat menggantikan biaya membersihkan
karang giginya. Konfliknya ditambah lagi Surtina tidak mampu untuk membayar dokter tersebut.
- Peserta didik diberi waktu untuk berpikir menentukan konflik apa yang akan dibuat berdasarkan peristiwa yang ditulis.

Langkah Keempat: Menentukan Alur Cerita


Guru menjelaskan bahwa alur pada hakikatnya adalah bagian-bagian peristiwa yang saling berhubungan, yang membentuk satu kesatuan yang disebut
cerita. Menurut Desy dkk (1992), suatu cerita dapat dibagi menjadi beberapa bagian alur seperti berikut ini.
Pengantar, berupa lukisan waktu atau tempat yang menuntun pembaca mengikuti jalan cerita.

Penampilan masalah, yang menceritakan persoalan yang dihadapi pelaku cerita


Puncak ketegangan, menggambarkan masalah dalam cerita sudah sangat mengkhawatirkan, dan gawat.
Ketegangan menurun, yaitu masalah telah berangsur-angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang
Penyelesaian, yaitu masalah telah dapat diatasi oleh pelaku.
Tetapi dalam penulisan cerpen, urutan alur di atas diperbolehkan tidak berurutan. Supratman dan Yani (2006) mengatakan salah satu teknik menulis
cerpen agar menarik, yaitu paragraf pertama merupakan kunci pembuka, untuk itu alur pada paragraf pertama dapat langsung masuk pada pokok persoalan
dan bukannya melantur pada hal-hal yang klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. Hal ini juga dikatakan oleh Marion van Horne (2007), bahwa
menentukan alur cerita yang menarik sehingga cerpen yang akan dibuat hasilnya baik, yaitu:
1. Sebuah pembukaan atau introduksi yang langsung membangkitkan minat pembaca.

2. Tokoh-tokoh yang “hidup” dan bercakap-cakap dengan wajar.


3. Gerak-tindak dalam bentuk serentetan adegan yang mendorong cerita bergerak ke depan
4. Konflik karena tokoh utama menghadapi kesulitan dalam mengatasi masalah atau menentukan pilihan.

10
5. Ketegangan, karena pembaca tidak yakin apa yang akan terjadi berikutnya.
6. Suatu krisis atau klimaks pada saat masalahnya terselesaikan, keputusan telah diambil, tujuan telah tercapai.
7. Sebuah akhir yang cepat, dimana pembaca puas akhir itu masuk akal.

Contoh alur
Alur Peristiwa Membersihkan Karang Gigi
Penampilan masalah :
Surtina ketahuan telah menipu dokter gigi, dengan menggunakan kartu berobat sahabatnya Juliana, akibatnya dia akan dilaporkan kepada polisi jika tidak
mampu untuk membayar biaya membersihkan karang giginya sebesar Rp 500.000
Puncak ketegangan :
Surtina bingung harus membayar darimana uang sebesar 500.000. Sahabatnya Juliana yang sudah dianggap saudara karena semarga dengannya, sahabat yang
membujuk untuk menggunakan kartu berobatnya, tidak membantu mencari jalan keluar. Surtina tidak berani melaporkan hal ini kepada kedua orang tuanya.
Karena tidak mampu untuk membayar, akhirnya dokter gigi melaporkan kejadian tersebut kepada polisi dan Surtina ditangkap polisi di rumahnya.
Ketegangan menurun :
Surtina bersyukur kejadian penangkapan Surtina oleh polisi, ternyata cuma mimpi. Surtina akan menghadap dokter, dia punya uang seratus ribu rupiah, sisanya
nanti akan dicicil.
Penyelesaian :
Dokter gigi memaafkan perbuatan Surtina dan Surtina juga memaafkan perbuatan sahabatnya Juliana yang telah sengaja menjebak Surtina untuk memakai
kartu berobatnya.
- Peserta didik diberi waktu beberapa menit untuk memikirkan alur yang sesuai dengan peristiwa yang telah ditulis oleh peserta didik.

Langkah Kelima: Mengembangkan Alur menjadi Teks Cerita Pendek

11
Berdasarkan peristiwa yang dialami, unsur-unsur intrinsik, konflik, dan alur cerita, peserta didik dapat mengembangkan alur tersebut menjadi teks cerpen yang
utuh. Dalam mengembangkan teks cerita pendek tersebut peserta didik harus memperhatikan kembali struktur dan aspek kebahasaan cerpen.
Perhatikan contoh berikut ini!
Struktur Cerpen Isi Cerpen (aspek kebahasaan)

Orientasi/perkenalan Awalnya sahabatku Juliana mengajak aku untuk menemaninya ke RS Pertamina sepulang dari sekolah. Setelah dia selesai
periksa batuk pileknya. Aku dibujuk olehnya untuk memeriksa karang gigiku dengan pura-pura menjadi dirinya. Aku tadi sudah
menolak berkali-kali tapi sahabatku terus saja merayuku. Dia menyakinkan aku. Katanya, “tidak apa-apa gak bakalan ketahuan, kan
dikartu berobat itu tidak ada fotoku”. Dengan berat hati akhirnya aku terima tawaranya dan terjadilah semuanya.
Komplikasi “Siapa namamu?”
“Juliana!” Aku menjawab dengan gugup.
“Berapa umurmu?”
“14 tahun!” Aku menjawab semangkin gugup.
“Sekarang jawab dengan jujur, siapa namamu sebenarnya?” Dokter yang memeriksa karang gigiku mulai membentak sambil
menekan alat yang dipegangnya ke gigiku dengan kuatnya. Aku mulai merasakan ngilu digigiku dan sekujur tubuhku mulai
gemetaran. Nampak kemarahan pada wajah dokter ini.
“Sekali lagi saya bertanya padamu, tolong jawab dengan jujur, siapa namamu?” Dengan suara yang menggelegar sang dokter
menanyakan kembali namaku.
Airmataku tak dapat kubendung lagi, sambil menangis aku menjawab, “ se…benarnya nama saya Sur..ti..na dok”.
“Kamu masih sekolah, sudah berani menipu! Saya akan laporkan kamu ke sekolahmu, orangtuamu atau ke kantor polisi? Kamu
tahu …perbuatanmu ini melanggar hukum, karena kamu sudah berani menggunakan kartu berobat yang bukan milikmu dan kamu
telah menipu saya, atau kamu harus bayar sebesar Rp500.000, punya uang sebesar itukah kamu? Pilih.. lapor sekolah, orang tua,
polisi, atau bayar?”

12
“Ba… ik… saya akan ba..yar…. Dok, tapi beri saya waktu, saya gak punya uang sebesar itu”.
“Oke, saya beri waktu kamu sampai besok, jika tidak saya akan laporkan perbuatanmu ke sekolah atau sekalian ke kantor
polisi”.
Dengan masih berlinang air mata aku memohon pada dokter, “maafkan saya dok, tadi sebenarnya saya tidak mau, tetapi
sahabat saya memaksa”. “Saya tidak perlu alasanmu, yang penting kamu tetap harus membayar. Besok kamu harus datang kembali
menemui saya di sini, jika tidak dengan terpaksa akan saya laporkan kamu kepada polisi”.
“Bagaiamana sudah selesai periksanya? Tidak ketahuankan? Sahabatku berkata dengan nyakinnya”.
“Tidak ketahuan bagaimana? Aku habis dimarahin dan aku akan dilaporkan kepada polisi jika tidak membayar biaya
membersihkan karang gigi sebesar Rp500.000 dan kartu berobatmu ditahan oleh dokter tersebut.”
“Aduh gawat dong, gue juga bisa dimarahin oleh nyokap nih”. Sahabatku juga ikut panik.
“Terus gimana nih, kamu mau patungan untuk bayar periksa karang gigiku!”
“ya gaklah gue gak punya uang”.
“Jadi aku sendiri yang harus bayar, kamu gimana sih, tadikan kamu yang bujuk aku untuk periksa”, kataku kesal pada
sahabatku.
Hari sudah sore, ketika aku tiba di rumah. Wajahku nampak kusut, untung mama tidak ada di rumah. Haruskah aku ceritakan
hal ini pada mamaku.
“Tidak”, hati kecilku berteriak. Aku pasti dimarahin dan mamaku pasti tidak akan mau membayar, uang darimana, mamaku
cuma seorang guru SD Negeri, sedangkan papaku cuma sopir metromini, dan adik-adikku ada 5 orang.
Selama ini aku dikenal sebagai anak yang baik dan nurut pada orangtua, baik di rumah maupun di sekolah, aku selalu ranking
satu di kelas dan nilai perilakuku selalu mendapatkan nilai A, aku selalu membantu mama mencuci piring, menyapu ,mengepel
rumah, dan menjaga adik-adik jika kedua orang tuaku pergi.

13
Orangtuaku selalu menasihati aku untuk menjadi anak yang jujur, “mama malu kalau kamu suka berbohong atau curang
kepada orang lain, ingat ya mama itu guru yang selalu menasihati anak-anak murid mama untuk kelak jadi orang yang jujur, masa
anaknya sendiri tidak berlaku jujur”, begitu yang dikatakan mama setiap malamnya jika aku dan adik-adik mau tidur.
Aku tidak dapat tidur, pikiranku terus keperistiwa tadi siang di ruang gigi RS Pertamina, bayangan ditangkap polisi menghantui
pikiranku, teman-temanku pasti akan menjauhiku, mama dan papa serta adik-adik akan malu karena ulahku. Darimana uang sebesar
setengah juta? Tadi sudah kubongkar dengan diam-diam celenganku, setelah kuhitung cuma ada seratus ribu rupiah.
Darimana cari tambahan empat ratus ribu rupiah lagi? Kepalaku rasanya mau pecah, aku menyesali diriku kenapa tadi mau saja
dibujuk oleh sahabatku. Atau kubiarkan saja, aku tidak usah datang lagi ke sana, semoga saja dokternya lupa, tapi bagaimana dengan
kartu berobat sahabatku yang ditahan di sana?
“Selamat sore”, dua orang laki-laki berpakaian polisi menyapa mamaku yang sedang menyiram tanaman. Tubuhku gemetar,
aku langsung lari ke dalam rumah. Aku tak berani mengintip apa yang dipercakapkan oleh kedua orang polisi itu dengan mamaku.
Yang pasti, dokter gigi yang tadi memeriksa karang gigiku sudah melaporkan perbuatanku, karena aku tidak datang menemuinya
untuk membayar akan hasil perbuatanku.
“Tina…..”mama langsung berteriak memanggilku.
“Kurangajar kau, sejak kapan kau kuajari untuk menipu orang”, mama dengan kalap memukul aku dengan gayung, yang tadi
dipakainya untuk menyiram tanaman.
“Ampun…ma….aku tadinya tidak mau, tapi Juli memaksaku….”
“Tidak ada alasan, sejak kapan kau sok jadi orang kaya pakai membersihkan karang gigi segala”. Mama dengan kalap terus
memukuli tubuhku sampai gayung yang digunakan terbelah menjadi dua.
“Sudah bu…sekarang anak ibu saya bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut”.
Aku menjerit ketakutan…”Ampun Pak…jangan bawa saya….Mama…tolong saya….” Tanganku diborgol, adik-adikku
menangis, tetangga semua berdatangan melihat diriku yang terus saja menjerit-jerit dibawa oleh dua laki-laki berpakaian polisi.
“Tidak…tidak…jangan bawa aku…”

14
“Tina….Tin…..Tin bangun, kenapa Tin? Mama mengguncang-guncang tubuhku. “Ada apa? Kau mimpi buruk”, kata mama
membangunkan aku. “Cepat sana mandi, adik-adikmu sudah berpakaian rapi, tinggal kau saja yang belum siap”. Mama terus berlalu
dari hadapanku.
Aku mengucap syukur pada Tuhan, “terima kasih Tuhan, ternyata cuma mimpi”. Tetapi aku tetap gelisah, kepalaku mulai
berdenyut-denyut, aku mandi dengan terburu-buru, aku tak mampu untuk sarapan seperti biasanya, pikiranku terus melayang-
layang ke mimpi tadi, bagaimana jika mimpi itu jadi kenyataan.
Resolusi antungku berdebar keras, telapak tanganku sedikit dingin, kuberanikan diriku untuk mengetok pintu praktek dokter gigi yang
telah aku tipu ini. “tok….tok…tok..”,
“Iya masuk”, nampak sang dokter gigi yang telah aku tipu ini sedang merapikan meja prakteknya, nampaknya dia akan segera
pulang. Untung aku datang tepat waktu sebelum sang dokter ini pulang. Dia sedikit terkejut melihat diriku. Aku tidak berani
memandang wajahnya berlama-lama.
“Oh…kamu, yang kemarin.., silakan duduk”. Aku duduk, aku tidak tahu akan memulai dari mana pembicaraanku.
“Bagaimana?” Dengan suara lembut sang dokter menanyakan aku terlebih dahulu.
Aku mulai berani memandang dokter ini dan berbicara masih dengan suara gemetar, “Dok, saya cuma punya uang seratus ribu
rupiah, nanti kekurangannya saya akan cicil, saya sekali lagi mohon maaf atas perbuatan saya dan berjanji tidak akan mengulangi
lagi perbuatan ini”. Hampir tumpah tangisku.
“Baik, lain kali jangan kamu ulangi, perbuatan penipuan ini”.
“Sebenarnya dok, kemarin saya tidak ingin memeriksakan karang gigi, saya cuma menemani sahabat saya Juliana untuk
periksa batuk pileknya, setelah dia selesai periksa, dia bilang bersihkan saja karang gigimu, pakai kartu berobatku tidak usah bayar
nanti yang bayarin kantor papaku, saya tidak mau, tetapi sahabat saya ini tetap memaksa dan membujuk”. Lega rasanya, setelah
aku menjelaskan pokok persoalan kemarin.
Lalu sang dokter menasihatiku masih dengan suara lembut, “Lain kali, jika diajak teman untuk berbuat yang tidak benar
seperti hal kemarin, kamu harus tegas menolak, saya senang kamu sudah berani datang menemui saya dan saya pikir kamu tidak

15
akan datang, saya lihat kamu memang anak yang baik, untuk keberaniaan mempertanggungjawabkan atas perbuatanmu ini, kamu
tidak usah membayar uang periksa karang gigi dan ini saya kembalikan kartu berobat milik sahabatmu itu”.
“Tidak dok, saya tetap harus membayar, walaupun cuma ini yang dapat saya lakukan”.
“Baiklah, sisanya kamu tidak usah mencicil anggap saja sudah lunas, ya”. “Terima Kasih Tuhan!” Kataku dalam hati.
Aku pulang dengan hati yang gembira riang, aku bangga dengan diriku sendiri yang memiliki keberanian menemui dokter itu. Biar
bagaimanapun aku harus memaafkan perbuatan sahabatku Julian

- Peserta didik diberi waktu untuk berpikir menentukan isi cerpen apa yang akan dibuat berdasarkan peristiwa yang ditulis.
Langkah Keenam: Menentukan Judul
Judul adalah kepala karangan dalam cerpen, novel, drama, dan sebagainya. Judul dalam teks cerpen menggambarkan keseluruhan isi cerpen atau persoalan
utama yang hendak dibicarakan pengarang melalui cerpennya. Judul sangat penting karena menentukan apakah pembaca tertarik untuk
membacanya/membelinya atau tidak.
Bagaimana cipta judul supaya menarik dan menggambarkan keseluruhan isi cerpen yang akan buat?
Berdasarkan teori menulis kreatif, judul yang menarik haruslah catchy (menarik,mengundang rasa ingin tahu, dan sulit dilupakan). Untuk menciptakan
judul yang catchy rumusnya: 1) Terdiri dari 1 – 5 kata; 2) Pilih kata yang kuat atau puitis; 3) Kata yang dipilih mengandung multimakna, dan 4) Jika perlu,
kontroversial atau filosofis.
Untuk pemberian judul dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti berdasarkan nama tokoh, simbolis, alias dari tokoh, intisari cerita atau nama
tempat, dan berdasarkan keindahan bunyi.
Contoh judul berdasarkan nama tokoh, seperti: Laila, Maharani, Mona jadi Lisa. Berdasarkan simbolis, seperti: Pelangi Biru, Bidadari Bersayap Biru,
Merpati Origami.
Berdasarkan alias dari tokoh, seperti: Lelaki Jagoan Tiban, Mak Comblang Jatuh Cinta. Intisari cerita atau nama tempat, seperti: Di Bawah Temaran
Jakarta, Air Mata Nayang dari Ranah Betung. Berdasarkan keindahan bunyi, seperti: Saat Hitam Putih Menyatu, Noda tak Kasatmata.

16
Contoh:
Dari peristiwa tersebut ada berbagai pilihan untuk dibuat judul cerpen, seperti Bujuk Rayu Sahabat, Menipu Dokter Gigi, Karang Gigi, dan lain sebagainya.
Pilihlah judul yang unik, singkat padat, dan menjiwai seluruh isi cerpen yang akan dibuat siswa.

Contoh judul cerpen dari peristiwa tersebut yaitu : Karang Gigi

- Peserta didik diberi waktu untuk berpikir menentukan judul cerpen yang akan dibuat berdasarkan peristiwa yang ditulis.
5. Guru Memberi Tugas
Peserta didik mengerjakan tugas pada Lembar Kerja Siwa (LKS)

Buatlah cerpen berdasarkan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:


Tema : Tentang remaja dengan permasalahannya baik suka maupun duka, persahabatan dan kasih sayang.
Pilihlah salah satu ungkapan tradisional Batak Toba berikut peristiwanya, yang telah disepakati bersama. Buat terlebih dahulu unsur-unsur intrinsik cerpen.
Buat judulnya sesuai dengan ungkapan dan peristiwa yang telah dipilih
Buat konflik sesuai ungkapan dan peristiwa yang telah dipilih
Buat urutan alur sesuai dengan ungkapan, peristiwa, dan konflik yang telah dibuat
Kembangkan alur tersebut sesuai dengan ungkapan, peristiwa, konflik, dan urutan alur yang telah dibuat.

6. Guru mengumpulkan tugas


Setelah peserta didik selesai mengerjakan LKS, guru mengumpulkan tugas tersebut, untuk diperiksa bersama pada pertemuan pembelajaran kedua

17

Anda mungkin juga menyukai