Anda di halaman 1dari 8

At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies

03 (2), (2022) 9-16

Submitted: Maret, Accepted:April, Published: Juni

Mengatasi Rasa Kurang Percaya Diri Perspektif Qs. Ali- Imran Ayat 139
(Studi Kitab Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab)

Nuryah Vika Andriani1, Nurul Suharti2, Mohamad Mualim3


1,
Institut Daarul Qur’an Jakarta, Indonesia
2.
Institut Daarul Qur’an Jakarta, Indonesia
3.
Institut Daarul Qur’an Jakarta, Indonesia
Vikaandriani364@gmail.com, nurulsuharti82@gmail.com, mualimku@gmail.com

Abstrak

Berkat majunya perkembangan zaman dan teknologi, manusia memperoleh banyak akses kemudahan,
diantaranya adalah arus informasi yang dapat dengan mudah diakses. Perkembangan zaman seharusnya
membawa peradaban manusia menjadi lebih baik, namun justru sebaliknya, kemajuan zaman menjadikan diri
terbawa kedalam arus negatif. Hal yang sering dijumpai adalah masalah krisis percaya diri. Allah menciptakan
manusia dengan sebaik-baiknya dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya kekurangan dalam
diri manusia, tujuannya agar manusia tidak merasa paling sempurna, tidak merasa sombong ataupun angkuh
atas apa yang dimiliki, karena hanya Allah SWT yang Maha Sempurna. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian pustaka (library research). Objek data yang dicari oleh peneliti adalah dengan
mencari literatur-literatur yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Adapun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa krisis percaya diri dapat berasal dari internal dan ekstenal. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasinya adalah 1) mencari pertemanan yang baik. 2) mensyukuri keadaan, 3) bersikap terbuka.

Kata Kunci: Percaya Diri, Al-Misbah, Kekurangan, Kemajuan, Zaman

Abstract

Due to the advancement of the times and technology, humans have access to many conveniences, one of which is
the flow of information that can be easily accessed. The development of the times should have brought human
civilization for the better, but on the contrary, the progress of the times has left us behind in a negative current.
What is often encountered is the problem of self-trust crisis. Allah created humans in the best way with various
strengths and weaknesses. With the existence of deficiencies in humans, the goal is that humans do not feel the
most perfect, do not feel arrogant or arrogant for what they have, because only Allah SWT is the Most Perfect.
In this study, researchers used a type of library research. The data object sought by researchers is to search for
literature that is appropriate to the issues raised. The results of this study indicate that a crisis of confidence can
originate internally and externally. Efforts that can be made to overcome them are 1) looking for good
friendships. 2) being grateful for circumstances, 3) prohibiting being open.

Keywords: Confidence, Al-Misbah, Deficiency, Progress, Age

Copyright ©2021, AT-TAISIR, ISSN 2775 – 0175 (Print), ISSN 2775 – 3239 (Online) 9
At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

PENDAHULUAN

Sebagai manusia pasti tidak ada yang ingin diciptakan dengan tidak sempurna, namun pada
kenyataannya Allah SWT menciptakan semua makhluk dalam bentuk sebaik-baiknya dan setiap
manusia sudah digariskan untuk memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan
penciptaan manusia yang begitu sempurna sekaligus lengkap dengan kekurangan dan kelebihan tentu
Allah SWT menyiapkan hikmah dibalik itu semua. Tidak mungkin Allah SWT menciptakan
makhluknya tanpa tujuan.

Dengan adanya kekurangan dalam diri manusia, tujuannya agar manusia tidak merasa paling
sempurna, tidak merasa sombong ataupun angkuh atas apa yang dimiliki, karena hanya Allah SWT
yang Maha Sempurna. Semua yang telah diciptakan baik dari segi fisik, karir, keluarga, pendidikan,
jodoh, rezeki, dan lain sebagainya, semuanya akan diuji Allah SWT sesuai dengan batas kemapuan
makhluknya. Allah SWT tidak akan memberikan ujian diluar kemampuannya. Sejatinya, semua
kekurangan yang Allah berikan sudah ada takarannya masingmasing, tidak lebih dan tidak kurang.
Namun, dengan adanya ketidaksempurnaan ini membuat banyak manusia yang kurang percaya diri
bahkan tidak percaya pada dirinya sendiri, sebagaimana telah dijelaskan juga dalam QS. Al-Baqarah
ayat 139 bahwasannya hakikat percaya diri adalah dalam mencapai kesuksesan dalam hidup sangat
diperlukan sekali kepercayan terhadap diri sendiri dan membutuhkan proses. Dan proses awalnya ini
adalah meyakini adanya Allah SWT dengan keimanan (Sahlan, 2018).

Fenomena yang terjadi seiring perkembangan zaman ini menimbulkan rasa kurang percaya diri
ini meluas, sejalan dengan berkembangnya globalisasi dan teknologi dan arus informasi yang semakin
mudah di akses juga gaya hidup modernisasi membawa banyak dampak negatif bagi seluruh pengguna
teknologi. Yang bahkan tidak sedikit yang merasa tertuntut untuk bisa menjadi orang lain tanpa
memikirkan dirinya sendiri, hal ini juga yang menyebabkan seseorang kurang percaya diri, karena
merasa sangat tertinggal dari pola gaya hidup orang (Kusumawati, 2017).

Dalam kehidupan sosial seseorang harus bisa menyesuaikan dirinya dengan baik, bisa
mengeluarkan pendapat, dan meyakinkan orang lain, dan semua itu harus dilandasi dengan kepercayaan
diri yang baik. Dan kepercayaan itu tidak tumbuh dengan instan, melainkan tumbuh bersama setiap
proses berjalannya kehidupan (Rosyida, 2013).

Kepercayaan diri ini mempengaruhi kecemasan pada diri seseorang, bentuk rasa khawatir dan
perasaan lain yang kurang menyenangkan juga pasti dirasakan pada orang yang kurang percaya pada
dirinya, begitu juga yang dirasakan oleh beberapa orang. Misal pada mahasiswa yang mempunyai
persepsi berbeda dengan teman atau dosen pembimbingnya pada saat ingin melakukan skripsi atau
bimbingan, yang mana kekhawatiran itu pasti muncul pada saat itu, tetapi jangan dianggap ini menjadi
batasan untuk berkembang, karena setiap ada masalah pasti ada jalan keluarnya (Aiman, 2016).

METODE

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian pustaka (library research), yaitu
penelitian dengan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Penelitian pustaka (library research)

Mengatasi Rasa Kurang...10


At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

merupakan penelitian yang objeknya dicari dengan berbagai informasi pustaka seperti buku, jurnal
ilmiah, majalah, koran, dan dokumen.

Pada penelitian ini objek data yang dicari oleh peneliti adalah dengan mencari literatur-literatur
yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Peneliti mencari data dalam menjawab permasalahan
yang diangkat dengan membaca berbagai referensi yang sesuai. Penelitian kepustakaan merupakan
penelaahan terhadap data-data pustaka yang dapat memberikan solusi atau jawaban terkait dengan
masalah yang diteliti. Melalui penelitian pustaka dapat memberi hasil dari apa yang dicari melalui
sumber-sumber data yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Al-Qur‟an berbicara kepada akal dan perasaan manusia, mengajarkan manusia kepada manusia
tentang akidah tauhid, membersihkan jiwa mereka dengan berbagai praktek ibadah, memberikan
petunjuk unruk kebaikan dan kepentingannya, baik dalam kehidupan individu maupun sosial,
menunjukkan kepada jalan yang terbaik agar bisa mewujudkan jati diri seseorang.

Menurut Rahmat (2000; 109), kepercayaan diri dapat diartikan sebagai sesuatu kepercayaan
terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya, serta bagaimana orang tersebut
memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri. Jika disederhanakan, percaya diri itu
adalah asa yang ada dalam jiwa. Penuh keyakinan dan rasa mampu untuk mewujudkan sesuatu dengan
segala kemampuan yang dimiliki dan menyajikannya dengan yang terbaik (Mamlu'ah, 2019).

Orang yang kurang percaya diri sering menanyakan pendapat orang lain tentang dirinya hingga
memamerkan kelebihannya. Walaupun wajar, penting untuk memerhatikan sampai tahap mana
perasaan kurang percaya diri mengganggu kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari. Ada
beberapa faktor, antara lain :

1. Seseorang pernah mengalami penolakan atau kegagalan

2. Memiliki daddy issues

3. Pernah dinilai kurang atau tidak baik oleh orang lain saat bersosialisasi

4. Perfeksonis

Selain itu Kurang percaya diri bisa muncul akibat dari gangguan mental, seperti depresi,
gangguan kecemasan, gangguan kepribadian paranoid, gangguan makan dan sebagainya (Mulachela,
2022)

Al-Qur‟an sebagai rujukan pertama menegaskan tentang percaya diri dengan jelas dalam : QS.
Ali Imran ayat 139

َ‫َو ََل تَ ِهنُ ْوا َو ََل تَحْ زَ نُ ْوا َوا َ ْنت ُ ُم ْاَلَ ْعلَ ْونَ ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُّمؤْ مِ ِنيْن‬

Artinya : “ Dan janganlah kamu melemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamuah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang mukmin.

‫شيْـًٔا َّوه َُو ش ٌَّر لَّ ُك ْم ۗ َو ه‬


‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم َوا َ ْنت ُ ْم ََل‬ َ ‫سى ا َ ْن تُحِ ب ُّْوا‬ َ ‫شيْـًٔا َّوه َُو َخي ٌْر لَّ ُك ْم ۚ َو‬
ٰٓ ‫ع‬ َ ‫سى ا َ ْن تَ ْك َره ُْوا‬ َ ‫علَ ْي ُك ُم ْال ِقتَا ُل َوه َُو ُك ْرهٌ لَّ ُك ْم ۚ َو‬
ٰٓ ‫ع‬ َ ‫ِب‬َ ‫ُكت‬
ࣖ َ‫تَ ْعلَ ُم ْون‬

Mengatasi Rasa Kurang...11


At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

" Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi
boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Ayat di atas dapat dikategorikan dengan ayat yang membicarakan tentang persoalan percaya diri
karena berkaitan dengan sifat dan sikap seorang mukmin yang memiliki nilai positif terhadap dirinya
dan memiliki keyakinan yang kuat (Huda, 2016).

Menurut pandangan Mufassir M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir AlMisbah, Pengertian ayat
ini diantar oleh penegasan dua ayat sebelumnya yang menguraikan adanya sunnah atau hukum-hukum
kemasyarakatan yang berlaku terhadap semua manusia dan masyarakat. Kalau dalam Perang Uhud
mereka tidak meraih kemenangan, bahakan menderita luka dan pembunuhan, dan dalam perang badar
mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak
lawan mereka, itu adalah bagian dari Sunnatullah. Karena itu, disana mereka diperintahkan untuk
berjalan di bumi mempelajari bagaimana kesudahan mereka yang melanggar dan mendustakan
ketetapanketetapan Allah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, janganlah
kamu melemah, menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah pula kamu
bersedih hatiakibat apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tetapi
kuatkan mentalmu. Dalam perang uhud ada diantara kamu yang gugur ada juga yang luka, termasuk
Rasulullah SAW, tetapi ingatlah bahwa, jika kamu pada Perang Uhud mendapat luka, maka janganlah
bersedih atau merasa lemah karena sesungguhnya kelompok kaum kafir yang menyerang kamu itupun
pada Perang Badar atau dalam Perang Uhud juga mendapat luka yang serupa. Kalau orang-orang kafir
yang kalah dalam Perang Badar kini menyerang kamu padahal mereka memperjuangkan kebathilan,
maka alangkah wajar apabila kamu pun yang telah pernah mengalahkan mereka, apalagi
memperjuangkan kebenaran, kini bangkit kembali, dan masa-masa kemenangan dan kegagalan itu,
kami pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran bahwa kamilah yang mengatur
segalanya. Kami yang menganugerahkan kemenangan dan kami pula yang menetapkan hukum-hukum
kegagalan dan keberhasilan, dan supaya Allah mengetahui, yakni melakukan seperti apa yang dilakukan
oleh manusia yang ingin tahu siapa orang-orang yang beriman dengan keimanan yang teguh, siapa pula
yang rapuh imannya, siapa yang munafik atau siapa juga orang-orang kafir, dan supaya sebagian kamu
dijadikanNya, Syuhada, yakni orang-orang yang disaksikan keagungannya. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim, yang menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya dan dengan demikan
Dia tidak akan menjadikan mereka Syuhada. Peristiwa yang terjadi di Uhud itu juga adalah agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman dari dosa mereka, menghilangkan noda-noda yang
menyelubuungi jiwa mereka, atau mereka menyingkirkan dari kelompok mereka orang-orang munafik
dan membinasakan sedikit demi sedikit orang-orang yang kafir, baik dengan membunuh mereka
maupun dengan mengurangi dan menghabiskan pengaruh mereka. Firman-Nya : Padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Dapat juga dilihat
dari sisi jalan dan hasil perang itu. Ketika mereka taat kepada Rasul, para pemanah tidak meninggalkan
posisi mereka, mereka berhasil menang dan menjadikan kaum Musyrikin kocar kacir, bahkan
membunuh dua orang lebih dari mereka. Tetapi ketika mereka melanggar perintah Rasulullah SAW,
justru mereka yang kocar kacir sehingga pada akhirnya gugur tujuh puluh orang lebih. Setelah Perang
berakhir, dan kaum Muslimin berkumpul mengikutin tuntunan Rasul, semua yang terlibat dalam Perang
Uhud itu tanpa menambah kekuatan kecuali orang yang sangat mendesak untuk ikut, yaitu Jabir Ibn
Abdillah kembali mengejar kaum Musyrikin yang ternyata telah bergegas kembali ke Mekkah setelah
mendengar bahwa Rasulullah SAW datang untuk menyerang mereka demikian terlihat bahwa kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang beriman. Firman-Nya : Hari-hari
itu, kami pergilirkan diantara manusia merupakan salah satu dari Sunnatullah. Karena itu, bagi sesuatu

Mengatasi Rasa Kurang...12


At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

yang rapuh akan menjadi kemaslahatan apabila kerapuhannya berlanjut hingga mencapai batas akhir
karena, setelah itu akan ada proses menuju kebangkitannya kembali, menuju masa mudanya. Kerapuhan
tersebut menjadi pertanda kehidupan baru yang dinantikan. Ini juga diisyaratkannya oleh firmanNya :
“Allah mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS.
Ali Imran : 27)

Perlu dicatat bahwa pergantian hari kemenangan dan kegagalan adalah buat manusia. Allah tidak
menyatakan pergantian itu antara orang mukmin dan orang kafir. Karena itu, bila kemenangan atau
kekalahan yang terjadi, itu bukan dalam arti Allah memberi kemenangan kepada orang kafir karena
kekufurannya. Bukan berarti demikian, karena jika demikian berarti Allah memberi anugerah kepada
yang tidak berhak menerimanya. Tetapi, kemenangan itu dianugerahkanNya karena mereka mengikuti
Sunnatullah yang ditetapkanNya dalam meraih kemenangan. Jika demikian, kalau ingin menang,
berpihaklah kepada Allah melalui keberpihakan kepada hukum-hukum yang ditetapkanNya untuk
meraih kemenangan. Di sisi lain, firmanNya : Dan supaya Allah mengetahui orang-orang yang beriman
mengandung makna bahwa ujian dengan kemenangan dan kekalahan itu perlu diadakan karena, jika
orang-orang yang beriman terus menerus menang, semua orang akan memihak kepada mereka dan
ketika itu tidak lagi dapat dibedakan dalam kehidupan nyata mana yang mukmin, mana yang munafik,
dan mana pula yang munafik. Bahkan, tidak lagi dapat dibedakan mana yang kuat tekad dan
pendiriannya dan mana yang lemah. Kata‫ شهداء‬adalah bentuk jamak dari kata ‫شهيد‬. ََkata-kata yang
terangkai dari huruf huruf , ‫ش ه د‬,menurut pakar bahasa arab, Ibnu Faris, tidak keluar maknanya dari
“Kehadiran atau Keberadaan, Pengetahuan serta Pemberitahuan.”. Yang gugur dipeperangan jalan
Allah dinamai Syahid karena para malaikat menghadiri kematiannya, atau karena dia gugur di bumi,
sedang bumi, juga dinamai) ‫ ( (شا هدة‬Syahidah sehingga yang gugur dinamai Syahid. Patron kata
Syahid dapat berarti objek dan juga berarti yang disaksikan atau yang menyaksikan. Dia disaksikan oleh
pihak lain sebagai pejuang, serta dijadikan saksi dalam arti kata teladan, dan dalam saat yang sama dia
pun menyaksikan kebenaran melalui kegugurannya serta menyaksikan pula ganjaran Ilahi yang
dijanjikan bagi mereka (Shihab, 2002).

Kata Al-Hazan artinya rasa sakit pada jiwa karena kehilangan sesuatu yang dicintai. Allah SWT
melarang bersedih terhadap sesuatu yang telah terjadi atau karena kehilangan sesuatu, sebab rasa sedih
yang berlarut-larut dapat meghilangkan semangat. Sebaliknya, Allah tidak melarang hubungan
seseorang yang dicintai berupa harta, kekayaan, atau teman yang dapat memulihkan kekuatan dan
mengisi hatinya dengan kegembiraan. Tujuan larangan merasa lemah dan bersedih disini adalah untuk
mengobati jiwa dengan cara bekerja walaupun dengan cara memaksakan diri (Al-Maraghi, t.t.:78-79).

Kalimat La Tahzan yang artinya jangan bersedih, yang ditampilkan dalam ayat ini, adalah untuk
memberikan ketentraman dan menimbulkan kesabaran, bukan tidak boleh bersedih (Al-Burusywi,
1996:165). Maksud larangan merasa lemah dan sedih adalah tidak boleh menyerah dan harus kembali
bersiap-siap disertai tekad yang bulat dan keinginan yang kuat, serta berbaik sangka kepada Allah
disertai tawakkal dan percaya akan datangnya pertolongan.

Kalimat Wa antumul a’launa maksudnya adalah bahwa kalian akan menang melawan musuh-
musuhmu setelah perang uhud. Kalimat In kuntum Mukminin maksudnya adalah apabila kamu
meyakini akan kebenaran janji Allah SWT (Al-Qurtubi, 1999:168-169). Ini merupaka berita gembira
tentang kemenangan yang akan diperoleh dikemudian hari. Barang siapa yang hatinya telah diterobos
oleh keimanan yang benar dan bersemayam didalam kalbu, pastilah dia meyakini akan adanya akibat
baik sebagai hasil pengamatannya terhadap sunnatullah dan sebab-sebab yang mengantarkan kepada
keberhasilan dan kemenangan (Al-Maraghi, t. t. :79) (Unisba, 2013).

Mengatasi Rasa Kurang...13


At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi
kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu,
padahal itu tidak baik bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Selain itu dijelaskan pula cobaan jenis kedua, yang menyangkut jiwa dan ditunjukkan oleh ayat
terakhir dengan kata celaka, yaitu firman-Nya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu tidak senangi. Mereka tidak senang berperang, bahkan tidak disenangi
manusia normal, karena peperangan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, terjadinya cedera, jatuhnya
korban serta harta benda, dan sebagainya, sedang semua manusia cenderung mempertahankan hidup
dan memelihara harta benda. Terlebih para Sahabat Nabi yang imannya telah bersemi dalam dada
mereka sehingga membuahkan rahmat dan kasih sayang. Allah mengetahui bahwa perang tidak mereka
senangi, tetapi berjuang menegakkan keadilan mengharuskannya. Peperangan bagaikan obat yang pahit,
tidak disenangi tetapi harus tetap diminum agar bisa memelihara kesehatan. Di satu sisi, kalimat ini
mengakui naluri manusia, dan di sisi lain menegaskan perlunya memiliki jika kondisi
mengharuskannya. Misalnya, jika musuh telah masuk ke wilayah negara, ketika itu menjadi wajib bagi
setiap muslim untuk berperang membela tumpah darahnya yang merupakan tempat menerapkan nilai-
nilai Ilahi. Sekali lagi peperangan memang tidak disenangi, tetapi bisa jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia baik bagi kamu, antara lain seperti peperangan yang diwajibkan itu, dan bisa jadi pula kamu
menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagi kamu; Allah mengetahui secara pasti dan menyeluruh. Karena
itu, laksanakan perintah-Nya, termasuk perintah berperang. Kata (‫) „عسى‬asa yang diterjemahkan bisa
jadi dan mengandung makna ketidakpastian, tentu saja bukan dari sisi pengetahuan Allah karena tiada
sesuatu yang tersembunyi atau tidak pasti bagi-Nya. Ketidakpastian adalah dari sisi manusia, dalam arti
bila seseorang menghadapi perintah Allah yang harus di indahkan atau ketetapan yang tidak bisa
ditolak, sedangkan hal-hal itu tidak menyenangkan, dan ketika itu seharusnya manusia menanamkan
rasa optimisme dalam jiwanya dan berkata bisa jadi di balik ketetapan yang tidak berkenan di hati ada
sesuatu yang baik. dan sebaliknya, seseorang yang sedang menikmati kebahagiaan hidup jangan sampai
terlalu senang sampai lupa diri. Karena, bisa jadi, di balik yang disenangi adalah Mudharat. Sikap
seperti ini bisa di dapatkan jika manusia selalu mengingatkan dirinya bahwa di balik yang disenangi ada
sesuatu yang tidak menyenangkan dan sebaliknya (M. Quraish Shihab, 2002).

Dari ayat tersebut seharusnya semakin yakin bahwa apa yang telah ditetapkan Allah SWT itu bisa
dihadapi walaupun harus dengan bersusah payah dan harus selalu mensyukurinya. Rasa kepercayaan
diri seseorang bisa dipengaruhi oleh dua faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Dan untuk
mengantisipasinya ada beberapa cara agar bisa lebih percaya diri, antara lain :

1. Mencari kelompok pertemanan yang baik yang bisa disesuaikan dengan cara bergaulnya atau
bisa disebut dengan selektif dalam memilih pergaulan.

2. Mencintai dan mensyukuri kondisi fisik yang dimiliki, dengan cara mensyukuri dan
merawatnya, menjaga kondisi mental agar tetap stabil, sehingga tidak ada alasan untuk tidak
bisa bersyukur terhadap apa yang Allah SWT berikan.

3. Memberanikan diri untuk lebih terbuka terhadap orang lain, harus bisa melawan rasa malu agar
tidak merasa terkucilkan pada saat bergaul, dan ini bisa dimulai dari hal-hal kecil, semisal kerja
kelompok dan bisa mengemukakan pendapat kepada yang lain. Agar pada saat didapati
kesalahan, bisa sama-sama diperbaiki dan yang lebih paham bisa menjelaskan apa yang lebih
benar.

Mengatasi Rasa Kurang...14


At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

Agar rasa percaya diri lebih kuat juga bisa dengan bergabung pada circle yang selalu
memberikan energi positif yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan ketika ada
kesalahan, sebagaimana Allah SWT telah jelaskan dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang
berisikan agar selalu berbuat “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar”, yaitu mengajak kebaikan dan
mecegah kemungkaran, agar bisa menjadi pribadi yang selalu memberikan energi postif kepada
orang lain (Diana Ariswanti, 2016).

KESIMPULAN

Setelah menafsirkan kedua ayat menurut Mufassir Quraish Shihab dapat diambil garis besar,
menegaskan kepada seluruh manusia untuk tidak merasa lemah dan kalah dalam peperangan, padahal
kekalahan dan kemenangan hanyalah bersifat bergantian. Dalam hal ini Allah menegaskan untuk
seluruh manusia, bukan untuk antara orang mukmin dengan orang kafir atas kekufurannya saja. Karena
apabila demikian, berarti Allah memberikan Anugerah kepada orang yang tidak berhak menerimanya.
Namun, apabila Allah memberikan kepada orang mukmin itu atas dasar Sunnatullah yang ditetapkan-
Nya dalam meraih kemenangan. Maka apabila manusia ingin mendapatkan kemenangan, maka harus
mengikuti hukum-hukum yang Allah berikan kepada manusia.

Faktor dari luar dan dalam pasti sangat mempengaruhi rasa percaya diri ini. Tentunya dari
kekurangan atau ketidaksempurnaan yang Allah berikan kepada manusia menjadikan manusia hanya
fokus pada ketidakbisaannya saja dan membuatnya selalu merasa kurang percaya diri untuk memulai
dan melakukan sesuatu. Manusia tidak melihat kelebihan yang lain yang tentunya dapat meningkatkan
rasa percaya diri. Allah tidak semata-mata memberikan kekurangan agar merasa tidak sempurna,
melainkan untuk memberikan pengajaran dan pelajaran bagaimana hamba bisa lebih bersyukur kepada
Tuhannya atas apa yang sudah diberikan, baik kelebihan ataupun kekurangan, bahkan rasa syukur ini
bisa menjadikan manusia bisa lebih dekat dengan Tuhannya. Dan ayat ini mengingatkan manusia agar
benar-benar berserah diri kepada Allah sekaligus mendorong untuk hidup seimbang, yaitu tidak
kehilangan optimisme ketika mengdapati kesedihan, dan sekaligus tidak larut dalam kegembiraan yang
menjadikannya lupa daratan.

DAFTAR PUSTAKA
Aya, Mamlu'ah. "KONSEP PERCAYA DIRI DALAM AL QUR’ AN SURAT ALI
IMRAN AYAT 139." Al-Aufa: Jurnal Pendidikan Dan Kajian Keislaman 1.1 (2019): 30-39.
Eny, Kusumawati. "Problematika Remaja Dan Faktor Yang Mempengaruhi."
Prosiding Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling. Vol. 1. No. 1. 2017. Husen Mulachela,
“Insecure Adalah: Definisi, Gejala, dan Penyebabnya”, 2022.
Imami, Rosyida. Perbedaan tingkat kepercayaan diri (self confident) ditinjau dari posisi urutan
kelahiran (birthorder) mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang. Diss. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2013.
LSI Unisba, Tafsir Al-Qur’an Juz IV, (Bandung: LSI Unisba, 2013), h. 99-100.
Nur, Huda. "Konsep Percaya Diri Dalam Al-Qur'an Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Bangsa."
Jurnal Ilmiah: Inovatif 2.2 (2016).
Sahlan , Anshari. Sikap Percaya Diri yang berlandaskan Iman (Suatu Kajian Tafsir Tahlili QS. Ali
Imran/3: 139-140). Diss. Universitas Islam Negeri AlauddinMakassar, 2018.

Mengatasi Rasa Kurang...15


At-Taisir: Journal of Indonesian Tafsir Studies, 03 (2), Juni 2023 (9-16)
Nuryah Vika Andini, Nurul Suharti

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,


Jlid II (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 278-281.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jlid II (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 556-557.
Triningtyas, Diana Ariswanti. "Studi kasus tentang rasa percaya diri, faktor penyebabnya dan upaya
memperbaiki dengan menggunakan konseling individual." Counsellia: Jurnal Bimbingan
dan Konseling 3.1 (2016).
Ummu , Aiman. Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan pada mahasiswa Psikologi
semester VI (enam) yang akan menghadapi skripsi. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, 2016

Mengatasi Rasa Kurang...16

Anda mungkin juga menyukai