Anda di halaman 1dari 4

1.

Kerajaan Keritang

Nama Keritang dipercayai berasal daripada kata akar itang, di mana itang adalah sejenis
tumbuhan yang terdapat di sepanjang anak Sungai Gangsal. Kerajaan Keritang didirikan
sekitar awal abad ke-12 (ada juga sumber lain yang menyatakan pada abad 6) yang
berlokasi di Sepanjang Sungai Gangsal (Kini : Keamatan Keritang Kabupaten Indragiri
Hilir) . Seni budayanya banyak dipengaruhi oleh agama Hindu, sebagaimana terlihat pada
arsitektur bangunan istana yang terkenal dengan sebutan Puri Tujuh (Pintu Tujuh) atau
Kedaton Gunung Tujuh. Peninggalan kerajaan ini yang masih dapat dilihat hanya berupa
puing.

Dalam Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca , Keritang disebut sebagai daerah
atau kerajaan yang takluk kepada Majapahit bersama Kerajaan Kandis dan kerajaan lainnya
di Sumatera. Tidaklah diketahui secara pasti kapan Kerajaan keritang ini ada dan kapan
lenyapnya, informasi hanya didapat dari tambo masyarakat Indragiri dan juga Kitab
Negarakertagama karya Mpu Prapanca.

Tercatat dari berbagai sumber Kerajaan Keritang memiliki beberapa orang raja yang
memerintah selama lebih kurang 213 tahun (1298-1508). Raja-raja tersebut yaitu :

Raja Kecik Mambang disebut juga dengan gelar Raja Merlang I (± 1298-1337)

Raja Iskandar atau Nara Singa (± 1337-1400)

Raja Merlang II (± 1400-1437)

Raja Nara Singa


2. Kerajaan Koto Alang (Kuantan)

Kerajaan Koto Alang berdiri sekitar abad ke-1. Adalah sebuah kerajaan yang berdiri di
atas keruntuhan Kerajaan Kandis di Sumatera, kab. Kuantan Singingi, prov. Riau.
Berdasarkan Tambo Kenegerian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, kerajaan Koto Alang
adalah pengembangan dari Kerajaan Kandis, “Pada masa jayanya Kerajaan Kandis banyak
terjadi perebutan kekuasaan dari orang-orang yang merasa mampu, mereka ingin merebut
kekuasaan dan akhirnya memisahkan diri dari Kerajaan Kandis,” kata Datuk Tomo. Maka
berdirilah Kerajan Koto Alang pada abad ke-2 M, Rajanya bergelar Aur Kuning, ia
mempunyai Patih (Wakil Raja) dan Temenggung (Penasehat Raja).

sejarah kerajaan Koto Alang, abad ke-1 M

Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri pada abad ke-1 sebelum M, mendahului berdirinya
kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatera Tengah. Dua tokoh yang sering disebut
sebagai Raja kerajaan Kandis adalah Patih dan Tumenggung.

Maharaja Diraja pendiri kerajaan Kandis membangun sebuah istana yang megah di Bukit
Bakau yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara
dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya
adalah Datuk Rajo Tunggal.
Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja
Aur Kuning sebagai Rajanya.

Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah


kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang
memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto
Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis,
sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung
pindah ke Merapi.
Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja
Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat
berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis,
Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi.
3. Kerajaan Kandis

Kerajaan Kandis merupakan sebuah kerajaan historis Orang Melayu dan Minangkabau
berbasis di wilayah tengah-barat pulau Sumatera, yang kini merupakan bagian dari timur
wilayah Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi.[1][2][3]

Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak ca. abad ke-1 Sebelum Masehi, diyakini sebagai
kerajaan tertua di Kepulauan Indonesia. Pada abad ke-13 Masehi, wilayah tempat Kerajaan
Kandis berada masih tetap dikenal sebagai Kandis, wilayah ini disebut sebagai salah satu
wilayah kemaharajaan Majapahit dalam Nagarakretagama (sebuah karya sastra Jawa Kuno
yang ditulis pada 1365 oleh Prapanca).[4][5]

Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada 1 Sebelum Masehi, mendahului berdirinya kerajaan
Moloyou atau Dharmasraya di Sumatra Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja
kerajaan ini adalah Patih dan Tumenggung.

Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana
yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama
Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan
gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal
memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini
masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal
menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi
bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang
bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis.
Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis
adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.
TUGAS bmr

OLEH :

JESSICA GRACE
INDAH FALENSIA

VIII 1

SMPN 24 PEKANBARU
TP.2022/2023

Anda mungkin juga menyukai